Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cara – cara Perpindahan Panas

Bila dalam suatu system terdapat gradient suhu atau bila dua system yang

suhunya berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi. Proses

dimana terjadi perpindahan energi itu berlangsung disebut perpindahan panas.

Perpindahan panas ada 3 cara yaitu:

- Perpindahan panas secara konduksi

- Perpindahan panas secara konveksi

- Perpindahan panas secara radiasi

Perpindahan panas Perpindahan panas secara Perpindahan panas

secara konduksi konveksi secara radiasi


T1 T1>T2T2 T1 > T∞ surface

Fluida T∞

Q q” T1

q’1

surfaceT21

q’1

Gbr.2.1. Model perpindahan panas

2.1.1. Perpindahan Panas Secara Konduksi


Konduksi adalah proses perpindahan panas dimana panas mengalir dari

daerah yang bersuhu rendah didalam suatu medium padat, cair, gas atau antara

medium – medium yang bersinggungan secara langsung. Dalam aliran panas

konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan molekul secara langsung

tanpa adanya perpindahan molekul secara besar. Persamaan dasaruntuk dinding

silinder (system radial)berdasarkan hokum fourier adalah:

dT
q r   kA
dR
A  2rL
T  T2 .....................................JP.Holman;
qr  1
r
ln 0
r1
2rL

dimana:

qr = laju perpindahan panas (watt)

- ( tanda minus ) berarti kalor mengalir ketempat yang lebih

rendah dalam skala

k = konduksi termal bahan (watt/m.k)

A = luas penampang (m2)

dT/dR = gradien suhu perpindahan kalor(0C/m)

2.1.2. Perpindahan Panas Secara Radiasi

Radiasi adalah proses perpindahan panas dimana panas mengalir dari

benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda – benda

tersebut terpisah di dalam ruang, bahkan bila ada ruang hampa di antara benda –
benda tersebut. Istilah radiasi pada umumnya dipergunakan untuk segala jenis

gelombang elektromagnetis.

Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi

tergantung pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna

atau benda hitam (black body) memancarkan energi radiasi dari permukaannya

dengan laju qr yang dirumuskan dengan :

qr = σA1T4 (watt)...............................

dimana:

qr = laju aliran panas (watt)

σ = konstanta stefan polztmann (5,67 x 10-8 watt/m2K4)

A = luas permukaan (m2)

T = suhu permukaan (0K)

Perpindahan bersih (netto) panas radiasi memerlukan adanya perbedaan

suhu permukaan antara dua benda dimana panas berlangsung, maka laju bersih

perpindahan panasnya dirumuskan menjadi:

qr = σA1(T1 – T4).........................
2.1.3. Perpidahan Panas Secara Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah suatu proses perpindahan panas

dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan panas dan gerakan

mencampur. Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi

antara permukaan benda padat, cair atau gas.

Perpindahan panas konveksi berdasarkan cara menggerakan aliran, dimana

fluida yang viskositasnya besar, profil kecepatan aliran akan berbentuk relative

tumpul jika dibandingkan dengan fluida yang viskositasnya kecil. Hal ini

disebabkan oleh gaya yang terjadi, maka makin besar viskositas gradient

temperature sehingga panas yang dibawa fluida tersebut akan semakin besar pula

laju perpindahan panas maka dapat dicari dengan persamaan :

q = h.A (Ts - T∞)………………… Ref. Geankoplis,219

dimana:

q = laju perpindahan panas konveksi (watt)

h = koefisien perpindahan panas konveksi ( w/m2K )

A = luas permukaan (0C)

Ts = temperature permukaan (0C)

T∞ = temperature fluida (0C)

Untuk menentukan koefisien perpindahan panas konveksi digunakan

bilangan Nuselt yang didapat dari percobaan atau analitik. Adapun persamaan dari

bilangan Nuselt adalah:

hxL
NU  ......................
k
dimana :

NuL = bilangan Nuselt

L = panjang karakteristik ( m )

k = konduktivitas panas fluida ( W/m.K)

Bilangan Nuselt merupakan fungsi dari medan aliran yaitu bilangan

Reynold (Re) dan bilangan Prandtl ( Pr ). Hubungan antara bilangan Nuselt

dengan bilangan Reynold dan bilangan Prandtl tergantung dari bentuk aliran dan

bentuk lintasan. Hubungan ini biasanya didapat dengan cara percobaan.

Keanalogisan antara perpindahan panas konveksi dan perpindahan massa

konveksi menjadikan parameter – parameter untuk menghitung perpindahan

massa konveksi. Untuk menentukan koefisien perpindahan massa konveksi

digunakan bilangan Sherwood yang didapat dari percobaan atau analitik.

h.m.L
ShL ....................ref . Geankoplis
D AB

dimana : ShL = bilangan Sherwood

hL = koefisien perpindahan massa konveksi rata –rata ( m )

L = panajang karakteristik (m )

DAB = panjang massa fluida ( m2/s )

Bilangan Sherwood merupakan fungsi dari medan aliran yaitu bialngan

Reynold (Re) dan bilangan Schmidt (Sc). Hubungan antara bilangan Sherwood

dengan bilangan Scmidt tergantung dari bentuk aliran dan bentuk lintasan,

hubungan ini biasanya di dapat dengan cara percobaan.

2.2. Aliran Laminer dan Turbulen


Dalam memperlakukan setiap konveksi, langkah pertama yang diambil

adalah menentukan apakah aliran tersebut aliran laminer atau turbulen. Gesekan

permukaan dan laju perpindahan konveksi tergantung pada keberadaan kondisi

tersebut. Pada lapisan batas laminer, pergerakan fluida adalah sangat memanjang

pada garis streamline.

Pergerakan fluida memanjang garis streamline dikarakteristikkan oleh

komponen kecepatan pada kedua arah x dan y. Karena komponen kecepatan v

adalah normal pada permukaan, maka komponen tersebut dapat memberikan

kontribusi yang cukup pada perpindahan momentum, energi melalui lapisan batas.

Perpindahan fluida normal pada permukaan adalah diperlukan oleh pertumbuhan

lapisan batas pada arah x.

Berbeda dengan pergerakan pada lapisan batas turbulen yang sangat tidak

teratur dan dikarakteristikkan oleh fluktuasi kecepatan. Fluktuasi ini menambah

laju aliran perpindahan momentum, energi. Karena itu menambah laju

perpindahan konveksi. Sebagai akibat dari pencampuran fluktuasi, ketebalan

lapisan batas temperatur dan lapisan batas konsentrasi adalah lebih datar daripada

lapisan batas laminer.

Kondisi tersebut digambarkan secara skematis untuk pengembangan

lapisan pada plat datar. Lapisan batas mula – mula terjadi fluktuasi fluida untuk

berkembang pada daerah transisi dan lapisan batas akhirnya menjadi turbulen

penuh. Perpindahan menjadi turbulen diikuti oleh kenaikan yang cukup berarti

pada ketebalan lapisan batas, tahanan geser dinding dan koefisien konveksi.
Pada perhitungan sifat lapisan batas, sering digunakan untuk

mengasumsikan bahwa transisi terjadi pada lokal Xc. Bilangan Reynold kritis

adalah nilai dari Rex dimana transisi terjadi dan untuk aliran luar bilangan tersebut

diketahui bervariasi dari 105 sampai 3 x 106, tergantung pada kekasaran

permukaan. Asumsi umum untuk perhitungan lapisan batas di ambil harga

Retnold sebesar :

Rex = 5 x 105...........................................

2.3. Perpindahan Massa

Salah satu larutan fluida dari daaerah yang konsentrasinya lebuh tinggi

kedaerah yang konsentrasinya lebih rendah disebut perpindahan massa ( massa

transfer). Mekanisme perpindahan massa secara mudah dapat dipahami dengan

menarik analog terhadap perpindahan panas. Perpindahan panas yang terjadi

dalam arah yang mengurangi gradient suhu yang ada. Perpindahan panas berhenti

bila tidak terdapat beda suhu lagi dan perpindahan massa berhenti bila gradient

konsentrasi telah berkurang sampai menjadi nol. Laju perpindahan massa

tergantung pada potensial penggerak dan tahanannya.

Bentuk perpindahan massa secara garis besar dapat dibagi dua macam,

yaitu:

- perpindahan massa yang di akibatkan oleh difusi

- perpindahan massa secara konveksi

Perpindahan uap dari bahan ke medium pengeringan berlangsung secara

konveksi, laju perpindahan uap airnya di cari dengan persamaan:


N“A = hm ( CA,S - CA∞) kg/s.m2………….Charles E. Wick

dimana :

hm = koefisien perpindahan massa konveksi (m2/s)

CA,S = konsentrasi uap air pada permukaan kertas ( kg.mol / m3)

CA∞ = konsentrasi uap air di udara (kg.mol/m3)

Untuk beberapa kasus merupakan suatu lapisan permeable, maka

persamaan difusi fluks massa yang digunakan bukanlah sebagai fungsi koefisien

difusi, melainkan sebagai fungsi permeabilitas antara solid dengan uap atau gas

yang melewati lapisan permeable tersebut. Difusi pada lapisan permeable dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

PA1 PA2
Lapisan
permeable
CA1

CA2

N”A
Z1 Z2

Gbr.2.3. difusi pada lapisan permeable


Adapun persamaan fluks massa yang melewati lapisan permeable solid

yang diberikan oleh ficks adalah:

Pm ( PA1  PA 2 )
N'A  kg.mol / s.m 2 ..................ref .geankoplis
22,414 ( Z 1  Z 2 )

dimana:

( m2 )
Pm = permeable uap atau gas dengan solid, satuan
s.m 2 atm / m

PA1 = tekanan uap atau gas masuk lapisan permeable ( atm )

PA2 = tekanan uap atau gas keluar lapisan permeable (atm )

Z1 – Z2 = tebal lapisan pemeable ( m )

2.3. Kandungan Air

2.4.1. Kandungan Air Bahan

Kandungan air bahan menyatakan prosentase kandungan air bahan, yang

dimaksud dengan bahan disini adalah kertas. Untuk menyatakan kandungan air

bahan ditunjukan oleh dua system yaitu :

a. System Basah

Kandungan air ini dinyatakan oleh perbandingan massa air dalam bahan

dengan massa total bahan tersebut.

WB Wm
M WB  x 100%  x 100% .......... ......ref .geankoplis ; 524
Wt Wm  Wdm
dimana :

Wwb = kadar air bahan system basah

Wm = massa air dalam bahan

Wt = massa total

Wdm = massa bahan dalam keadaan kering

b. System Basah

Dinyatakan dengan perbandingan antara massa air dalam bahan dengan

massa bahan dalam keadaan kering.

Wm
M db  x100%.............ref .Geankoplis
Wdm

dimana :

Mdb = kadar air bahan system kering

2.4.2. Kandungan Air Kritis

Kandungan air kritis nilainya sulit ditentukan tanpa melalui suatu

percobaan test pengeringan. Kandungan air kritis adalah kandungan air pada akhir

periode pengeringan konstant. Dalam beberapa hal kandungan air ini adalah

konstan tetapi dapat juga berubah jika kandungan air kritis ini meningkat maka

laju pengeringan juga akan naik.


2.5. Kekekalan Energi

Analisa perpindahan panas merpakan perluasan dari temodinamika yang

memperhatikan laju perpindahan energi, selanjutnya dalam menganalisa

perpindahan panas hukum pertama termodinamika (hukum kekekalan energi)

memegang peranan penting dalam melakukan anlalisa.

2.5.1 Kekekalan Energi Volume Atur

Dalam menganalisa perpinhahan panas perlu melakukan identifikasi

volume atur yaitu melakukan pembatasan terhadap daerah yang dilalui energi atau

material, dengan mengacu pada hukum termodinamika pertama maka kekekalan

energi volume atur dapat didefenisikan sebagai berikut:

Laju energi termal dan mekanika yang memasuki volume atur dikurangi

dengan laju energi yang meninggalkan volume atur sama dengan energi yang di

dimpan di dalam volume atur.

Batas volume atur

Estorage

Econcration

Ein Eout

Gbr 2.5.1. Kekekalan energi pada volume atur


Notasi untuk energi yang masuk dan meninggalkan volume atur adalah Ein

begitupula dengan energi yang dibangkitkan Eg dan yang disimpan dalam volume

atur adalah Est. Bentuk umum dari kekekalan energi dapat dinyatakan sebagai

berikut:

Ein + Eg – Eout = Estorage................ref Dapid P:5

2.5.2. Kesetimbangan Energi Permukaan

Pada kasus yang khusus dimana permukaan tidak mempunyai massa atau

volume dan tidak berhubungan dengan energi bangkitan, serta syarat kekekalan

berlaku untuk keadaan lunak (steady state) dan kondisi transisi, maka persamaan

diatas menjadi lebih sederhana yaitu:

Ein – Eout = 0......................ref.Dapid P:19

Dinding
silinder
(Tx) qradiasi
udara bebas

T2 T∞U∞
qkond

qkonv
Tsur
permukaan atur

Gbr. 2.5.2. Kekekalan energi permukaan sebuah media


Pada gambar diatas ditunjukkan tiga bentuk perpindahan panas permukaan

atur, konveksi dari permukaan fluida dan pertukaran radiasi netto dari permukaan

sekeliling, sehingga kesetimbangan energi dapat dilihat pada gambar 2.5 adalah:

q“kond – q“konv – q“rad = 0.....................

1 2

3 4 5 6 7 8

Gbr.2.5.3. Tahap – tahap pembuatan kertas

Bahan baku dibuat menjadi bubur dan dicampur dengan chemical dibagian

stock preparation (3). Pada bagian ini disuplay juga buburan berkualitas tinggi

dari bagian deinking plant (1). Tahapan – tahapan proses pada bagian stock

preparation sebagai proses pendahuluan meliputi:

1. Repulping adalah suatu proses penghancuran pulp atau waste paper dan

dicampur dengan air. Dilution ( pengenceran ) – Agitation ( pengadukan )

– Extraction ( penyaringan ) pulp yang belum dicuci terlebih dahulu


dilarutkan dalam air pencuci untuk mencapai kondisi kesetimbangan.

Liqour diextract, sehingga pulp mampu meniggalkan liquor.

Dimana tujuan dari pencucian ini adalah : secara ekonomis mengambil

semaksimal mungkin bahan terlarut dalam pulp baik bahan organic dan

anorganik.

Istilah dan definisi pada proses washing yaitu :

a. Drainage rate

Kemampuan suspensi pulp untuk menggantikan black liquor dengan

air pencucian dengan bantuan gaya grafitasi bumi, vacuum atau

tekanan.

b. Dilution factor

Jumlah kelebihan air pencuci yang digunakan pada proses pencucian

black liquor dalam pulp dan dinyatakan :

laju air pencuci  air dalam pulp


Dilution factor ( Df ) = laju alir pulp

c. Soda loss

Soda yang equivalent dengan konsentrasi Na2SO4 yang masih

tertinggal dalam pulp atau sejumlah soda yang harus di “make up“

(dilakukan di Recovery boiler section) untuk menjaga keseimbangan

sodium (Na) dalam sistem pulp mill yang complex.

Gbr. 2.5.3.1.Repulping
2. Cleaning yaitu pembersihan bubur.

Pada proses pembersihan ( cleaning ) dilakukan agar kertas yang

dihasilkan bebas dari serat.

Gbr 2.5.3.2. Cleaning

Ada 3 jenis pengoperasian untuk pelepasan serat, yaitu:

- Serat dengan konsistensi antara 1 – 3 % diumpakan kedalam screen

basket.

- Sebuah rotor type paddle menyebabkan serat – serat berkumpul

dengan serat – serat yang lain dalam konfigurasi yang berbeda.

- Accept lewat melalui screen basket tadi.

Gbr 2.5.3.2. centri cleaner

- Menggunakan tekanan fluida untuk menghasilkan gerakan fluida yang

berputar.

- Gerakan rotasi menyebabkan partikel yang lebih berat bergerak

kesebelah luar.

- Serat dibawa ke arah dalam dan keatas arah inlet stock.

- Kotoran (dirt) ditarik kebawah dan dipisahkan dibagian dasar.

Primary Screen
Tahap yang sangat penting karena bagaimanapun accept tersebut akan

diterima oleh sistem. Reject dari tahap primer terlalu banyak mengandung fiber

yang bagus dan tidak dapat dibuang atau dilakukan tanpa screening tambahan.

Jika kuallitas yang dibutuhkan dalam tahap pertama screening tidak

tercapai, acceptnya dapat discreen kembali dalam tahap primer kedua, yang

dinamakan system serie.

Secondary Screen

Tujuan dari screen sekunder dan tahapan berikutnya adalah untuk

mengentalkan sisa reject dari screen primer dengan kata lain untuk

memulihkan/mendapatkan fiber yang bagus. Accept dari tahap sekunder

dikembalikan ke tahap primer. Ini dinamakan tahap bertingkat (cascade).

Tertiary Screen

Jika reject sekunder screen masih banyak mengandung fiber yang bagus,

maka tahap tertiary dibutuhkan untuk memulihkan fiber.

Stock Jenis serat

Karakteristik Karakteristik debris

level debris

Design Screen konfigurasi aliran

jenis dari mekanisme pembersihan plate

jenis dari perforasi ( lubang – lubang, celah)

kecepatan rotor (rpm).

Variabel – variable pengoperasian


- Laju alir stock (penurunan tekanan sepanjang screen)

- Konsistensi umpan

- laju reject

- ukuran perforasi plate screen

- temperature stock

- laju alir pengenceran ke penyaring

Tujuan dari operasi ini adalah:

Kelanjutan proses delignifikasi ( membuang lignin yang masih terikut

dalam pulp ) dengan menggunakan chemicals dan panas. Mengurangi

konsumsi / pemakaian bahan kimia dalam proses lanjutan (bleaching).

Setelah pengoperasian pelepasan serat maka pulp tersebut di alirkan ke

stock papaer.

Gbr. 2.5.3.2b. Stock paper

3. Refining yaitu pengilingan serat – serat agar berserabut untuk

meningkatkan kekuatan kertas. Tujuan dari penggilingan serat ini adalah:

membuang komponen – komponen yang berwarna dalan pulp dan

memutihkan sisa substansi yang berwarna dalam pulp menjadi putih.

4. Mixing yaitu pencampuran buiburan dengan chemical.

masing – masing tahap proses terdiri dari:

Mixer = mencampur bahan kimia dengan steam

Tower = sebagai retention time (waktu reaksi )

Washing = memisahkan pengotor dengan pulp


Gbr.2.5.3.4.Mixing

Bahan kimia (chemical) yang banyak dipakai:

1. Chlorine gas ( Cl2 ) C - Chlorination

2. Caustic soda ( NaOH ) E - Extraction Alkaline

3. Chlorine dioxide ( CLO2) D - Chlorination

4. Hypo chloride ( NaOCL ) E - Extraction alkaline

5. Oxygen ( O2 ) O - Extraction oxidation

6. Hydrogen peroxide ( H2O2 ) P - Extraction oxidation

Dan menggunakan LP steam untuk memanaskan pulp dan menigkatkan

reaksi.

Mekanisme Proses bleaching:

ECF pulp di proses secara bleaching tanpa menggunakan elemen

chlorine, hanya menggunakan chlorine dioxide.

Non ECF pulp dip roses bleaching menggunakan elemen chlorine,

menggunakan chlorine dan chlorine dioxide.

TCP pulp diproses bleaching menggunakan chlorine dan komponen

chlorine, menggunakan hyd, peroxide dan ozon.

Buburan di bentuk menjadi lembaran kertas dibagian paper machine (4),

yang meliputi beberapa proses:


1. Wire part yaitu pembentukan buburan menjadi lembaran.

Gbr.2.5.4.1. Wire part

Pada saat paper disepraikan ke dryer ( silinder ) adalah merupakan salah

satu tahap terakhir atau langkah akhir seprai dengan cara pengembunan.

Itu juga merupakan hubungan suatu proses penguapan. Ketika lembar

kertas disepraikan dan masuk kepada alat pengering maka pada lembaran

kertas masih terdapat serabut sekitar 40% dan 60% air. Embun adalah

merupakan penguapan air pada setiap lembar kertas yang diseprai,

dilakukan dengan cara menyemprotkan (nozzle) paper kedryer dimana

diameter dari nozzle tersebut adalah 0,18 mm (0,007 in) seprai diatas uap

air dan di alat pengeringa yang dipanaskan. Panas dari uap air yang

memadatkan akan melewati kedalam alat pengering, yang akan berputar

menurut arah jarum jam. Dryer akan mentransferkan pada saat

mensepraikan lembaran kertas pada sisi dryer. Pada proses tahap awal ini

ada 3 proses pengepresan, dimana pengepresan pertama adalah

pengepresan untuk menghilangkan serabut (serat) sebanyak 90% dari

kertas agar menghasilkan kertas yang diinginkan oleh konsumen.

Pengepresan kedua adalah suatu proses untuk mengurangi kadar air

sebanyak 5%, dimana pada tahap awal ini kertas dalam keadaan mencair.

2. Press part yaitu pengurangan kadaar air dengan cara penekanan, setelah

keluar dari pengepresan, kandungan air yang terdapat pada kertas

bersekitar 48 – 52%.
Gbr. Wash press

3. Drying part yaitu pengeringan lembaran kertas, setelah drying part

kandungan air pada kertas 3 – 5%.

Pada drying part ini terdapat kevacuman pada silinder (roll) dan dilengkapi

dengan suatu pelat buang internal pada sisi bagian roll untuk melakukan

operation. Pengembalian udara merupakan system pengisolasian yang

dilakukan harus dari permukaan plat logam harus ditutup selama benang

(felt) terkonsentrasi terhadap semua ruang hampa untuk dipindahkan

melalui ujung dan stabilisize jalur lembar seprai selama benang masih

mengikutinya.

4. Calendering yaitu menghaluskan kertas dengan cara calendar equipment.

Pada proses calendaring ini kertas terlebih dahulu di press, dimana

kegunaan dari pengepressan ini adalah untuk menentukan ketebalan dari

kertas yang sudah ditentukan dari pabrik. Maka kertas tersebut di setrika,

dimana kandungan kertas yang baik adalah 5%.

5. Pope reel yaitu penggulungan kertas, setelah pope reel kandungan air pada

kertas 3 – 5%.

Pada jenis kertas ini agar dapat menghasilkan kertas yang baik dan

menurut standart,sebelum itu akan mengalami satu proses lagi yaitu bagian

converting room. Dimana bagian ini kertas akan dilapisi dengan bahan

kimia dan tepung tapioca, yang mana gunanya adalah agar kertas

memenuhi dan juga agar kertas menjadi licin/halus (gloss) dan terang
(brighness). Bahan kimia tersebut disupply dari bagian color room yang

bertugas untuk menyiapkan bahan kimia untuk di coating. Kertas yang

sudah jadi dipotong sesuai permintaan costumer dibagian finishing

machine. Sebelum dikirim kecostumer, kertas disortir sesuai dengan

permintaan. Pemrosesan ini dilakukan dibagian finishing room. Kertas –

kertas yang tidak memenuhi standart dibroke untuk diolah lagi dan tahap

terakhir adalah penyiapan produk di gudang kertas sebelum

dikirim.Adapun kendala yang di hadapi pada saat pengeringan ini adalah

kertas putus – putus hal ini di akibatkan oleh kekurangan bahan dan

kelebihan kecepatan pada saat perputaran roll, kelebihan temperature.

2.7. System pengeringan kertas

Proses pengeringan kertas merupakan proses terakhir dari proses

pembuatan kertas sebelum masuk ke calendar dan di gulung di pope reel. Pada

bagian drying ( pengeringan ) inilah kualitas kertas banyak ditentukan disamping

pada proses sebelumnya. Untuk itu dalam pengoperasian mesin pengeringan perlu

diketahui atau dipahami dalam proses yang terjadi di dalam mesin pengering

adalah bagaimana menghasilkan produk kertas yang baik.

Peralatan pengeringanyang digunakan adalah system multi silinder,

dimana selama proses pengeringan, kertas berjalan berkelok – kelok melalui

permukaan silinder, dengan cara berjalan dari silinder satu ke silinder yang

berikutnya. Silinder pengering dipanaskan oleh uap panas ( steam ) yang

ditransformasikan kedalamnya sehingga terjadi proses perpindahan panas dari

steam menuju ke silinder dan dari silinder, panas dialirkan ke kertas. Supaya
proses berjalan dengan baik, maka kertas harus menempel pada permukaan

silinder dengan baik. Sehingga untuk menempel kertas tersebut maka digunakan

canvas. Canvas ini akan menekan kertas pada dinding silinder pengering,

sehingga kertas dapat menempel dengan rata pada silinder tersebut. Akibat dari itu

semua proses perpindahan panas berlangsung dengan cepat dan efisien. Jumlah

dari silinder pengeringan tergantung pada jenis kertas yang akan dibuat dan kadar

air yang di harapkan. Dalam hal ini jumlah dryer tersebut adalah 68 buah. Silinder

tersebut berputar secara linier yang sama dimana silinder diputar dengan satu

sumber yaitu motor listrik yang dihubungkan dengan roda gigi pada setiap

silindernya. Adapun skema dari mesin pengering kertas yang ditunjukkan pada

gambar dibawah ini

II
III
I
canvas

silinder

Gbr.2. Perjalanan kertas pada tiap – tiap phase

Phase pertama adalah phase perjalanan kertas mulai menempel pada

silinder sampai saat canvas mulai menyentuh silinder. Phase kedua adalah phase

perjalanan kertas sepanjang canvas menyelimuti silinder. Phase ketiga adalah

phase perjalanan kertas pada permukaan luar silinder saat canvas meninggalkan
silinder, dimana kertas masih menempel pada silinder. Phase ke empat adalah

phase perjalanan kertas bebas tidak menempel pada silinder, letaknya di antara

duah buah silinder.

Phase pertama, lembaran kertas mulai membungkus silinder pengering.

Akibat dari temperatur silinder lebih tinggi dari temperatur kertas maka akan

terjadi perpindahan panas dari silinder pengering ke lembaran kertas yang

menyebabkan naiknya temperatur dan tekanan uap air pada permukaan lembaran

kertas sehingga laju penguapan menjadi bertambah.

Phase kedua, pada pahse ini canvas akan membungkus dan menekan

lembaran kertas lebih kuat ke silinder sehingga perpindahan panas dari silinder

lembaran kertas akan bertambah besar. Panas yang masuk akan menaikkan

temperatur dengan demikian tekanan uap air akan naik juga yang menyebabkan

naiknya laju penguapan. Setelah canvas mulai meniggalkan silinder, kertas mulai

memasuki phase ketiga, laju penguapan bertambah, itu disebabkan karena pada

saat kertas di selimuti oleh canvas terjadi kenaikkan temperatur yang cukup

tinggi. Setelah melewati phase ketiga kertas akan menuju phase keempat, pada

phase ini kertas tidak menempel pada silinder dan juga pada canvas (bebas

kontak). Kertas tidak mendapatkan pertambahan energi, bahkan hanya

melepaskan energi pada dua sisi permukaannya yang menyebabkan penurunan

temperatur pada kertas.

2.9. Mekanis Perpindahan Panas

2.9.1. Perpindahan panas dari steam kedinding silinder


Temperatur steam jenuh (Tsat) yang di alirkan dengan laju dan tekanan

tertentu didalam dinding silinder akan mengalir secara konduksi atau rambatan

dengan menembus tahanan ketebalan dinding silinder yang bertemperatur lebih

rendah sehingga mengalami penurunan temperatur yang menghasilkan temperatur

dinding luar silinder (Tsil).

Tsat

Ks
Tsil

Gbr.2.9.1. perpindahan panas dari Tsat ke Tsil

dimana :

TK = temperatur kertas ( 0C )

KK = konduktivitas termal kertas (W/m.K )

Proses pengeringan dengan menggunakan multi silinder, panas TSat

merupakan sumber panas yang akan dipindahkan ke lembaran kertas. Sumber

panas mengalir melalui beberapa tahanan termal yang akan menyebabkan

temperatur akan turun mencapai temperatur permukaan kertas ( TS ). Tahanan

termal tersebut meliputi tebal dinding silinder, kotoran pada permukaan silinder

dan tahanan akibat adanya kertas.


2.9.3. Perpindahan panas dari kertas ke udara sekeliling

Panas yang dipindahkan dari kertas menuju udara sekeliling ada dua

bentuk yaitu panas akibat penguapan ( Evaporasi ) dan panas akibat konveksi.

Panas akibat konveksi berupa panas sensible yang terjadi karena adanya

perbedaan temperatur antara udara dengan permukaan kertas basah. Panas akibat

penguapan berupa panas laten yang terjadi karena terdapat beda tekanan parsial

antara uap air di udara dan tekanan air pada kertas basah. Adapun model

sistemnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9.3

Qconv Qevap

TK

Kertas

Gbr. 2.9.3. Model perpindahan dari kertas keudara sekeliling

2.10. Mekanisme Perpindahan Massa

Perpindahan massa ini sangat berkaitan dengan perpindahan panas yang

terjadi secara bersama – sama. Perpindahan massa ini terjadi karena adanya

perbedaan tekanan parsial dari uap air pada permukaan kertas dengan tekanan uap

air di udara sekitar.

N“A AS, CA,S


Udara

Kertas
Gbr. 2.10. Model perpindahan massa dari kertas ke udara sekeliling

2.11. Pengaruh pengeringan terhadap kertas

Pada tahap awal pengeringan serat – serat kertas mudah bergerak, tetapi

bila air dikeluarkan dari serat serat akan saling tarik – menarik dan ikatan mulai

terjadi, tapi bila titik pengeringan kritis tercapai. Maka penyusutan mulai terjadi

dan ikatan antara serat mulai terbentuk.

Selama pengeringan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

kertas antara lain :

 Variasi gramatur kearah mesin, disebabkan variasi kadar air dalam

dryer.

 Kertas gembung, disebabkan karena pengeringan terlalu cepat atau

temperatur silinder terlalu tinggi.

 Kehalusan yang tidak seragam, disebabkan karena kadar air yang

tidak sama, permukaan silinder kotor dan beban tidak merata pada

pengepresan.

 Kertas melepuh, karena terlalu panas atau silinder kotor.

 Lembaran kertas kotor, karena silinder atau felt kotor.

2.12. Teori Dasar Optimasi

Optimasi adalah suatu proses untuk menentukan kondisi yang memberikan

harga suatu fungsi maksimum dan minimum. Dalam pengertian maksimum dan
minimum ini dikaitkan dengan kriteria yang di ambil, yang kebanyakan system

termal adalah segi ekonomis, dalam suatu analisis yang dilandasi oleh konsep

optimum. Parameter – parameter yang ada di anggap sebagai variabel bebas yang

kemudian dipilih kombinasinya untuk mencapai kondisi yang optimum.

Dengan merubah atau menilai variabel bebas, diharapkan dapat

menentukan suatu nilai yang optimum yaitu memanfaatkan sebesar – besarnya in

put steam untuk proses pengeringan kertas. Sehingga steam yang dihasilkan

bermanfaat secara optimal untuk keperluan pengeringan yaitu fungsinya sebagai

penguapan kadar air yang dikandung oleh bahan.

Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan dalam optimasi adalah:

1. Enginering design dan design worktable system

Perencanaan dari suatu system meliputi proses, elemen – elemen atau

komponen, juga bisa menyangkut seluruh system. Optimalisasi merupakan

suatu syarat untuk suatu perencanaan, karena dasar dari optimasi adalah

ketepatan dalam pengambilan keputusan tenetang kriteria atau parameter

yang akan di optimalkan. Parameter – parameter dari suatu sistem bebas

tersebut diubah sampai suatu kombinasi yang tepat dari parameter –

parameter tersebut sehingga dicapai kondisi yang optimal.

2. Ekonomic

Biaya minimum merupakan salah satu criteria dari optimasi, tapi tidak

selamanya biaya dari suatu proses menentukan optimal atau tidaknya suatu

system. Banyak perkembangan dalam operasi research timbul melalui

percobaan dengan mengoptimalkan model matematika dari suatu system.

3. Equating Fitting
Penentuan hubungan persamaan yang digunakan adalah sangat penting

dalam optimasi untuk menentukan performance dari komponen –

komponen atau sifat – sifat termodinamika yang merupakan langkah awal

dalam system optimasi yang kompleks.

4. System simulasi

komponen simulasi dan system simulasi sering digunakan sebagai

langkah awal untuk mengoptimalkan system termal. Dalam sistem ini

dapat dikalkulasikan ( temperatur, tekanan dan rata – rata aliran energi dan

fluida) dalam pengoprerasian sistem termal pada kondisi steady. Dalam

sistem simulasi juga dapat diketahui performance serta karakteristik dari

seluruh komponen.

Dalam optimasi sistem termal objektif yang diterapkan sering berupa

fungsi objektif yang simple. Permasalahan yang biasa timbul adalah dalam

penulisan batasan – batasan yang dipakai. Strategiyang sering dipakai untuk

memperoleh optimalisasi yang baik adalah :

1. Spesifikasi dari batasan – batasan yang berhubungan langsung dengan

pengoptimalan sistem seperti kapasitas, batasan – batasan temperatur

dan tekanan.

2. Menyatakan dalam bentuk persamaan karakteristik komponen yang

ada.

3. Menentukan keseimbangan massa dan energi.


Dalam sistem pengeringan kertas ini variabel pembatasnya adalah dengan

temperatur kertas < 1200C.

2.13. Program Dinamik

Program dinamik adalah metode optimasi yang diterapkan ke proses -

proses bertingkat tersebut.Dalam teknik ini keputusan yang menyangkut suatu

persoalan dioptimasikan secara bertahap dan bukan secara sekaligus. Jadi inti dari

teknik ini adalah membagi suatu persoalan atas beberapa bagian persoalan yang

dalam proses dinamik disebut tahap. Kemudian memecahkan persoalan pada tiap

tahap dengan mengoptimalkan keputusan atas tiap sampai seluruh persoalan

dikumpulkan menjadi suatu keputusan optimal menjadi sebagai suatu kebijakan

pengoptimalan.

3.2.2. Karakteristik Operasional Dari Program Dinamik

Karakteristik operasional dari program dinamik meliputi:

1. Problem dibagi menjadi tahap – tahap ( stage) dengan variabel – variabel

keputusan pada setiap tahap.

2. Setiap tahap mempunyai stage atau pernyataan.

3. Efek dari setiap tahap adalah:

- menghasilkan return berdasarkan fungsi dari stage return.

- mentransformasikan stage variable untuk tahap berikutnya.

4. Penyelesaian program dinamik dimulai dari tahap awal bergerak hingga ke

tahap akhir ( forward recursive ) atau sebaliknya ( backward recursive ).


5. Pada tahap penyelesaian program dinamik dengan forward recursive maka

untuk setiap tahap penentuan kebijakan optimal berdasarkan kebijakan

dari tahap sebelumnya.

3.2.3. Penerapan Program Dinamik Pada Laju Kebutuhan Steam Untuk

Proses Pengeringan Kertas

Perhitungan optimasi dengan program dinamik adalah berdasarkan pada

prinsip pengulangan dari berbagai tahap yang ada. Dalam proses pengeringan

kertas ini, dimana kertas berjalan berkelok – kelok dari dryer yang satu ke dryer

yang lainnya lagi dinyatakan sebagai tahap. Keputusan yang diambil adalah

berupa batasan dari persyaratan karakteristikyang harus dipenuhi. Keputusan ini

diambil pada tiap tahap, kemudian ditransformasikan pada keputusan berikutnya,

sehingga didapat keputusan optimum secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai