x 100% = X
b. Pretest (Ekstrak) (X% dari Pretest) = Y
c. % Penurunan :
()
x 100%
- Untuk data yang dianalisis statistic :
% Penurunan :
x 100%
Uji statistik yang digunakan :
1. Uji statistik Shapiro Wilk, untuk menguji distribusi data yang didapat
dengan jumlah sampel sedikit (kurang dari 50).
2. Uji statistik Test of Homogeneity of Variance, untuk menguji
homogenitas dari varian tiap data kelompok.
3. Uji statistik One Way Anova, untuk menguji rata-rata perbandingan data
tiap kelompok.
4. Uji statistik LSD (Least Significant Difference), untuk menguji
signifikansi dari perbedaan rata-rata data antar kelompok perlakuan.
Jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
L. Jadwal Penelitian
Kegiatan
Tahun 2013
Tahun
2014
Bulan Bulan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
Penyusuna Proposal
Penelitian
Ujian Proposal
Revisi Proposal
Penelitian
Analisis Data
Penyusunan Skripsi
Ujian Skripsi
Revisi Skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk mengklasifikasikan atau identifikasi
tanaman. Identifikasi tersebut merupakan upaya membandingkan tumbuhan
lain yang sudah dikenal maupun untuk mengetahui ciri-ciri tanaman yang
baru ditemukan. Dalam upaya membandingkan suatu tanaman dengan
tanaman lain untuk menghindari terjadi kesalahan dalam pengambilan
tanaman. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Kunci determinasi asam jawa (Tamarindus indica L) adalah sebagai
berikut :
1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14a, 15b, 197b, 208b, 219b,
220b, 224b, 225b, 227b, 230a, 231b, 233b .. Familia : Caesalpiniacea
1b, 5b, 7b, 8a ... Genus : Tamarindus
Species : Tamarindus indica L.
(Van Steenis, 2005 ; Tjitrosoepomo, 2007).
2. Rendemen
Rendemen ekstrak bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara
ekstrak dengan simplisia (kulit buah asam jawa). Rendemen dihitung dengan
membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.
Perhitungan pada penelitian :
Berat kering simplisia (kulit buah asam jawa) = 66 gr
Berat hasil ekstrak = 6,5 gr
Rendemen =
= 0,09
Jadi, 1 gram kulit buah asam jawa kering = 0,09 gram ekstrak kental.
3. Hasil uji orientasi efek ekstrak terhadap penurunan glukosa darah tikus
Tabel 3. Hasil Uji Orientasi Dosis Efek Ekstrak Tamarindus indica L
Terhadap Penurunan Glukosa Darah Tikus
Dosis Ekstrak
Glukosa
Darah Awal
Glukosa Darah
Post Aloksan
Glukosa Darah
Post Ekstrak
Penurunan
(%)
Yang Diberikan (Pretest) (Posttest)
100 mg/kgBB 45,7 156,0 83,0 46,8
200 mg/kgBB 57,9 308,2 80,2 73,9
200 mg/kgBB 29,3 223,8 83,3 62,8
250 mg/kgBB 35,5 224,7 70,6 68,6
250 mg/kgBB 38,9 362,2 60,6 83,3
Pada Tabel 3 merupakan hasil uji orientasi yang menunjukkan kadar
glukosa darah hewan uji pretest, posttes dan % penurunan kadar glukosa
darah. Awalnya peneliti melakukan orientasi dosis aloksan dengan variasi
dosis 140 mg/kgBB, 150 mg/kgBB dan 160 mg/kgBB. Dari variasi dosis
tersebut saat pengukuran glukosa darah didapatkan untuk dosis 140 mg/kgBB
masih belum menaikkan kadar glukosa hewan uji. Untuk dosis 150 mg/kgBB
sudah bisa menaikkan kadar glukosa darah tikus, sedangkan dosis 160
mg/kgBB menghasilkan kadar glukosa darah yang tinggi sehingga banyak
hewan uji yang mati. Dari berbagai variasi dosis aloksan tersebut yang
digunakan untuk melakukan penelitian adalah dosis 150 mg/kgBB.
Orientasi dosis ekstrak kulit buah asam jawa juga dilakukan dengan
berbagai dosis dengan variasi dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, 200
mg/kgBB dan 250 mg/kgBB. Dari uji orientasi dosis 50 mg/kgBB hanya
beberapa hewan uji yang mengalami penurunan kadar glukosa dan sangat
sedikit penurunan. Dosis 100 mg/kgBB sudah mempunyai efek menurunkan
glukosa darah hewan uji, sedangkan dosis paling berefek adalah dosis 250
mg/kgBB. Selanjutnya untuk penelitian digunakan variasi dosis 100
mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB.
4. Hasil Uji Efek Antidiabetes
Hasil pengukuran kadar glukosa darah (lampiran 1) menunjukkan data
kadar glukosa darah dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif
(Glibenklamid), kelompok kontrol negatif (CmcNa), kelompok perlakuan
Dosis I 100mg/kgBB, kelompok perlakuan Dosis II 200mg/kgBB dan
kelompok perlakuan Dosis III 250mg/kgBB. Pengukuran kadar glukosa
darah dilakukan sebelum diinduksi aloksan (kadar glukosa awal), post
induksi aloksan (pretest), post induksi ekstrak etanol 70 % kulit buah asam
jawa (Tamarindus indica L) hari ke 4 setelah injeksi aloksan (posttest H+4)
dan post induksi ekstrak hari ke 7 setelah injeksi aloksan (posttest H+7).
Untuk mengetahui terjadinya penurunan kadar glukosa darah setelah
diinduksi ektrak dihitung dengan rumus % Penurunan apabila data post
aloksan (pretest) penyebarannya homogen menggunakan rata-rata kadar
posttest kontrol negatif dikurangi posttest ekstrak dibagi rata-rata posttest
kontrol negatif dikalikan 100%. Perhitungan penurunan dilakukan pada hari
ke 4 maupun hari ke 7 setelah induksi ekstrak. Hasil perhitungannya sebagai
berikut :
Tabel 4. Data Rerata Kadar Glukosa Darah Prestest - Posttest
Kelompok
Post Aloksan /
Pretest
Post
Ekstrak/Posttest
Post
Ekstrak/Posttest
(mg/dL) H+4 (mg/dL) H+7 (mg/dL)
Kontrol Positif
244,1 34,606 71,9 17,090 46,9 10,274
(glibenklamid)
Kontrol Negatif
193,3 21,288 179,0 32,680 176,9 34,749
(Cmc Na)
Dosis I
204,3 37,895 74,4 10,355 51,9 12,105
(100 mg/kgBB)
Dosis II
216,0 38,457 85,4 8,447 71,7 32,005
(200 mg/kgBB)
Dosis III
228,4 34,951 77,1 12,312 67,5 25,748
(250 mg/kgBB)
Tabel 4 menunjukkan data rerata kadar glukosa darah hewan uji post
induksi aloksan (pretest) dengan glukosa darah post induksi ekstrak (posttest)
hari ke empat maupun ke tujuh yang terdiri dari rata-rata dan standart deviasi.
Tabel 5. Presentase Rerata Penurunan Kadar Glukosa Darah
Kelompok
Rata-Rata Standart Deviasi
H+4 (%) H+7 (%)
Kontrol + 59,9 9,536 73,5 5,782
Dosis I 59,1 12,105 70,5 6,673
Dosis II 52,3 4,743 59,5 18,067
Dosis III 56,9 6,907 61,9 14,549
Tabel 5 merupakan data rerata presentase penurunan kadar glukosa darah
dimana induksi ekstrak etanol 70% kulit buah asam jawa (Tamarindus indica
L) yang memiliki efek penurunan glukosa darah post aloksan paling besar
adalah dosis 1 (100mg/kgBB).
5. Hasil Analisis Statistik
a. Hasil Uji Distribusi Data
Uji distribusi data menggunakan Uji Saphiro-Wilk, uji tersebut
digunakan untuk mengetahui distribusi data kelompok kecil yang kurang
dari 50 sampel. Hasil analisis Saphiro-Wilk hari keempat ektrak
didapatkan nilai p = 0,412 yang berarti nilai p > 0,05, maka disimpulkan
bahwa data terdistribusi normal. Hasil analisis hari ketujuh ekstrak
didapatkan nilai p = 0,061 yang berarti sama seperti hari keempat bahwa
distribusinya normal. Data dapat dilihat pada Lampiran 4.
b. Hasil Uji Test of Homogenecity of Variance
Uji homogenitas varian dilakukan dengan menggunakan Test of
Homogenecity of Variance. Hasil analisis hari keempat post ekstrak
didapatkan p = 0,308 dimana p > 0,05 maka data dinyatakan data
homogen, sedangkan analisis hari ketujuh post ekstrak didapatkan p =
0,202 maka p > 0,05 sehingga data dinyatakan homogen. Data dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Dari hasil uji Saphiro-Wilk semua data distribusinya normal, uji
Test of Homogecity of Variance dari semua data homogen maka dapat
dilanjutkan dengan uji One Way Anova karena syarat uji tersebut datanya
harus terdistribusi normal dan homogen.
c. Hasil Uji ANOVA
Hasil uji ANOVA pada penelitian hari keempat yaitu 0,000 dan
hari ketujuh 0,000. Nilai probabilitas merupakan parameter untuk
pengambilan keputusan. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka H1
diterima sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Dari
hasil uji ANOVA kedua kelompok yaitu hari keempat maupun hari
ketujuh menunjukkan hasil nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
Data dapat dilihat pada lampiran 5.
d. Hasil Uji LSD (Least Significant Difference)
Setelah dilakukan uji ANOVA selanjutnya dilakukan Uji LSD
untuk menguji signifikansi atau bermaknanya perbedaan rata-rata antar
kelompok. Kriteria penilaian uji ini adalah pasangan perlakuan dikatakan
terdapat perbedaan bermakna kadar glukosa darah hewan uji apabila nilai
p < 0,05. Untuk melihat hasil lengkap pada lampiran 6.
Tabel 6. Hasil Uji LSD H+4
Kelompok P Keterangan
I II 0,000 Berbeda Signifikan
I III 0,768 Tidak Berbeda Signifikan
I IV 0,162 Tidak Berbeda Signifikan
I V 0,551 Tidak Berbeda Signifikan
II III 0,000 Berbeda Signifikan
II IV 0,000 Berbeda Signifikan
II V 0,000 Berbeda Signifikan
III IV 0,250 Tidak Berbeda Signifikan
III V 0,760 Tidak Berbeda Signifikan
IV V 0,377 Tidak Berbeda Signifikan
Terdapat perbedaan rata-rata antar kelompok yaitu :
- I-II, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol positif (I) dengan kelompok
kontrol negatif (II).
- I-III, p : 0,768 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok
Dosis I (III).
- I-IV, p : 0,162 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok
Dosis II (IV).
- I-V, p : 0,551 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah tidak
signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok Dosis III
(V).
- II-III, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok Dosis I.
- II-IV, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok Dosis
II.
- II-V, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok Dosis
III.
- III-IV, p : 0,250 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok Dosis I dengan kelompok Dosis II.
- III-V, p : 0,760 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok Dosis I dengan kelompok Dosis III.
- IV-V, p : 0,377 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok Dosis II dengan Dosis III.
Tabel 7. Hasil Uji LSD H+7
Kelompok
P Keterangan
I II
0,000 Berbeda Signifikan
I III
0,716 Tidak Berbeda Signifikan
I IV
0,119 Tidak Berbeda Signifikan
I V
0,158 Tidak Berbeda Signifikan
II III
0,000 Berbeda Signifikan
II IV
0,000 Berbeda Signifikan
II V
0,000 Berbeda Signifikan
III IV
0,209 Tidak Berbeda Signifikan
III V
0,280 Tidak Berbeda Signifikan
IV V
0,784 Tidak Berbeda Signifikan
Terdapat perbedaan rata-rata antar kelompok yaitu :
- I-II, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol positif (I) dengan kelompok
kontrol negatif (II).
- I-III, p : 0,716 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok
Dosis I (III).
- I-IV, p : 0,119 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok
Dosis II (IV).
- I-V, p : 0,158 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah tidak
signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok Dosis III
(V).
- II-III, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok Dosis I.
- II-IV, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok Dosis
II.
- II-V, p : 0,000 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok Dosis
III.
- III-IV, p : 0,209 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok Dosis I dengan kelompok Dosis II.
- III-V, p : 0,280 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok Dosis I dengan kelompok Dosis III.
- IV-V, p : 0,784 maka terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
tidak signifikan antara kelompok Dosis II dengan Dosis III.
Keterangan :
I = kelompok kontrol positif
II = kelompok kontrol negatif
III = kelompok Dosis I (100mg/kgBB)
IV = kelompok Dosis II (200mg/kgBB)
V = kelompok Dosis III (250mg/kgBB)
6. Potensi Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Kulit Buah Asam Jawa
Dibanding Glibenklamid
Potensi penurunan kadar glukosa darah ekstrak kulit buah asam jawa
dibandingkan dengan glibenklamid dihitung menggunakan rumus :
Rata Rata Presentase Penurunan
Dosis
Hasil perbandingan potensi penurunan didapatkan potensi dosis I (100
mg/kggBB) pada H4 yaitu 0,614 % dan H7 yaitu 0,605 % dari potensi
glibenklamid, dosis II (200mg/kgBB) pada H4 yaitu 0,275 % dan H7 yaitu
0,255 % dari potensi glibenklamid, dosis III (250mg/kgBB) pada H4 yaitu
0,239 % dan H7 yaitu 0,212 % dari potensi glibenklamid.
7. Hasil KLT
Profil KLT dapat digunakan untuk identifikasi golongan senyawa
metabolit sekunder. Identifikasi bertujuan untuk menunjukkan adanya
kandungan senyawa minyak atsiri, fenolik, alkaloid dan flavonoid dalam
ekstrak kulit buah asam jawa. Hasil percobaan KLT sebagai berikut :
Gambar. 4.2. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Asam Jawa.
Keterangan : Profil KLT ekstrak etanol 70% kulit buah asam jawa dengan
plat Silika gel GF254 dan fase gerak dengan Toluen : Etil asetat ( 3 : 9) v/v
A. Penampakan di bawah UV254
B. Penampakan di bawah UV366
C. Derivatisasi dengan vailin H2SO4
D. Derivatisasi dengan sitroborat
E. Derivatisasi dengan FeCl3
F. Derivatisasi dengan dragendrof
Gambar 4.2 yang merupakan hasil uji KLT ekstrak etanol 70% kulit buah
asam jawa mengindentifikasi beberapa senyawa besar. Identifikasi tannin
atau polifenol (gambar E) pada ekstrak memberikan hasil positif ditandai
dengan adanya satu bercak berwarna coklat-hitam pada pengamatan secara
visual setelah disemprot dengan FeCl3. Untuk identifikasi alkaloid (gambar F)
memberikan hasil positif setelah disemprot dragendrof yang menunjukkan
warna coklat pada titik penotolan. Identifikasi flavonoid (gambar C)
menggunakan reagen sitroborat sebagai penyemprot yang memberikan hasil
positif pada ekstrak. Terdapat tiga bercak berwarna kuning di bawah UV 366
menunjukkan adanya kandungan falvonoid. Identifikasi kandungan trepenoid
digunakan pereaksi semprot vanillin H2SO4 (gambar C) yang ditandai dengan
tiga bercak berwarna hitam-ungu (Wagner dan Bland, 1996).
Tabel. 8. Hasil Pemisahan Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Asam Jawa
Deteksi NO hRf Keterangan warna
Interpretasi
senyawa
UV
254
1
0 Pemadaman kuat
2
75 Pemadaman lemah
3
95 Pemadaman lemah
UV
366
1
0 Fluoresensi kuning lemah Flavonoid
2
37,5
Fluoresensi biru
kekuningan Flavonoid
3
62,5 Fluoresensi kuning Flavonoid
4
90
Fluoresensi biru
kekuningan Flavonoid
Vanilin H
2
SO
4
1
0 Coklat kehitaman Terpenoid
2
75 Ungu kehijauan Terpenoid
3
95 Kehitaman Terpenoid
Sitroborat
1
0 Fluoresensi kuning lemah Flavonoid
2
37,5
Fluoresensi biru
kekuningan Flavonoid
3
62,5 Fluoresensi kuning Flavonoid
4
90
Fluoresensi biru
kekuningan Flavonoid
FeCl
3
1
0 Kehitaman
Fenolik
(Tanin)
Dragendrof 1 0 Coklat Alkaloid
Tabel 8 menunjukkan tabel beberapa senyawa besar yang dapat terlihat
yang dihasilkan dari uji KLT ekstrak kulit buah asam jawa.
B. Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek ekstrak
etanol 70% kulit buah asam jawa ( Tamarindus indica L) terhadap penurunan
kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
aloksan. Penelitian ini menggunakan lima kelompok yang setiap kelompok
tersebut terdapat lima ekor tikus dan diberikan tiga ekor tikus cadangan untuk
setiap kelompok perlakuan. Tikus cadangan berguna untuk mengganti tikus-tikus
yang mungkin mati disaat penelitian sedang berlangsung. Dari lima kelompok
tersebut terbagi menjadi kelompok I sebagai kontrol positif (glibenklamid dosis
0,126 mg/200gBB), kelompok II sebagai kontrol negatif (CMCNa), kelompok III
sebagai kelompok perlakuan dosis I 100mg/kgBB, kelompok IV sebagai
kelompok perlakuan dosis II 200mg/kgBB, dan kelompok V sebagai kelompok
perlakuan dosis III 250mg/kgBB. Kadar glukosa darah diukur sebanyak empat
kali saat penelitian berlangsung. Kadar awal diukur pada hari pertama penelitian
dimaksudkan untuk menyingkirkan apabila terdapat hewan uji yang sebelum
perlakuan sudah mempunyai kadar glukosa darah tinggi. Apabila tidak
disingkirkan akan mempengaruhi hasil yang nanti penyebarannya tidak homogen
setelah perlakuan. Pengukuran kadar glukosa darah awal (GD1) dijadikan sebagai
kadar glukosa darah tanpa perlakuan.
Keadaan diabetes atau diabetogenic pada hewan uji dilakukan dengan
induksi aloksan monohidrad dengan dosis 150mg/kgBB. Dosis tersebut
didapatkan dari hasil uji orientasi sebelum penelitian yang dilakukan dengan
berbagai variasi dosis. Berbagai variasi dosis tersebut dilakukan untuk mencari
dosis yang efektif dan tidak berlebihan untuk menaikkan glukosa darah pada
hewan uji.Variasi dosis yang digunakan awalnya dari dosis 150mg/kgBB sebagai
patokan dosis berdasarkan penelitian Munawaroh dan Sujono (2009), kemudian
diambil rentang 10 dibawah dan diatasnya sehingga variasi yang digunakan yaitu
140 mg/kgBB, 150 mg/kgBB, dan 160 mg/kgBB. Menurut Patel et al (2012) sejak
ditemukannya aloksan ditahun 1943 bahwa aloksan dapat menginduksi kerusakan
sel pankreas maka sampai sekarang masih digunakan untuk percobaan diabetes.
Aloksan dapat meningkatkan keadaan glukosa darah dengan mekanisme yaitu
aloksan cepat menuju sel pankreas kemudian terjadi pembentukan oksigen
reaktif yang akan menyebabkan stress oksidatif karena radikal superoksida
sehingga terjadi kerusakan sel pankreas (Rohilla dan Ali, 2012). Kadar glukosa
darah kedua diukur pada hari keempat setelah induksi aloksan (pretest). Diukur
setelah empat hari induksi karena reaksi aloksan akan bekerja lebih efektif.
Menurut Lenzen (2008) degranulasi dan hilangnya sel pankreas sudah dapat
terlihat pada 12 48 jam setelah induksi. Namun untuk dapat melihat hasil
peningkatan glukosa darah yang signifikan maka ditunggu empat hari setelahnya.
Setelah hari keempat induksi aloksan maka diberikan ekstrak etanol 70%
kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L) peroral dengan tiga variasi dosis
selama tujuh hari berturut-turut. Pengukuran kadar glukosa darah selanjutnya
setelah induksi ekstrak (posttest) dilakukan pada hari keempat saat pemberian
ekstrak (posttest H+4) dan hari ketujuh (posttest H+7). Kadar glukosa darah
posttest diukur dua kali, hari keempat sudah mulai diukur karena untuk
mengetahui apakah sudah terjadi penurunan. Sedangkan hari ketujuh untuk
melihat apakah ekstrak mempunyai efek dan apakah sudah terjadi penurunan yang
signifikan.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai probabilitas efek ekstrak etanol 70%
kulit buah asam jawa dilakukan uji statistic dengan program SPSS versi 17.
Sebelum melakukan uji One Way Anova dan LSD dilakukan uji distribusi
data dan uji homogenitas varian. Menurut Sopiyudin (2011) uji distribusi dengan
jumlah data <50 maka menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji distribusi data dari
lima kelompok perlakuan didapatkan nilai signifikansi (p) pada hari keempat
perlakuan ekstrak 0,412 dan hari ketujuh perlakuan ekstrak 0,061 yang keduanya
> 0,05, maka data terdistribusi secara normal. Uji homogenitas varian pada hari
keempat perlakuan ekstrak nilai signifikansi (p) 0,308, sedangkan hari ketujuh
perlakuan ekstrak 0,202. Uji homogenitas pada hari keempat dan ketujuh
didapatkan nilai signifikansi > 0,05 maka data hari dari kedua kelompok
homogen. Data dapat dilanjutkan untuk uji One Way Anova karena distribusi
normal dan homogenitas merupakan syarat uji tersebut. Pada uji One Way Anova
nilai p pada hari keempat dan ketujuh perlakuan ekstrak didapatkan hasil sama
yaitu 0,000, maka nilai p < 0,05 sehingga terdapat perbedaan efek secara
bermakna terhadap penurunan kadar glukosa darah hewan uji. Dari hasil uji One
Way Anova dapat ditentukan bahwa hipotesis 1 peneliti dapat diterima. Selisih
kadar glukosa darah hewan uji setiap kelompok perlakuan dapat diketahui dengan
uji LSD. Dari uji LSD menunjukkan perbedaan selisih penurunan kadar glukosa
darah secara signifikan antara kelompok kontrol positi, kelompok kontrok
negative, kelompok Dosis I, kelompok Dosis II, dan kelompok dosis III pada hari
keempat maupun hari ketujuh (Lampiran 6).
Terjadi perbedaan selisih yang signifikan pada kadar glukosa darah antara
kelompok kontrol positif dengan kelompok kontrol negatif pada hari keempat
maupun ketujuh perlakuan ekstrak dengan nilai p sebesar 0,000. Kontrol negatif
diberikan CMCNa yang bersifat netral sehingga tidak memberi efek penurunan
kadar glukosa darah. Pada data terlihat sedikit terjadi penurunan kadar glukosa
darah pada kontrol negatif karena didukung regenerasi sel pankreas yang
sebenarnya induksi aloksan tidak seluruhnya merusak sel pankreas sehingga
masih terdapat insulin yang masih bisa dieksresi (Dor, 2005). Meskipun terjadi
sedikit penurunan namun kadar glukosa darah pada hewan uji masih dikatakan
diabetes. Kontrol positif terjadi penurunan yang signifikan karena glibenklamid
merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea yang mekanisme kerjanya
menstimulasi sel pankreas untuk melepaskan sekresi insulin (Novrial et al,
2012). Selain merangsang sekresi insulin, dalam memberikan efek penurunan
kadar glukosa darah dapat melalui jalan lain dengan memperbaiki kerusakan
akibat mekanisme aloksan yang sesuai penelitian Nugroho (2006) dimana
mengganggu homeostatis intraseluler menyebabkan depolarisasi sel pankreas
dan membuka kanal kalsium sehingga terjadi gangguan sensitivitas insulin.
Glibenklamid mengikat membran sel menyebabkan penutupan adenosin
trifosfat (ATP) yang sensitif terhadap saluran kalium dan terjadi depolarisasi sel
membrane. Selanjutnya membuka saluran tegangan sehingga ion kalsium masuk
dan menyebabkan sekresi insulin (Bastaki, 2005).
Dari hasil uji LSD juga terlihat adanya perbedaan selisih kadar glukosa
darah yang signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok
perlakuan dosis I, dosis II dan dosis III. Nilai signifikansinya 0,000 dari semua
kelompok dan dari kedua kelompok hari yaitu H+4 maupun H+7 pemberian
ekstrak, maka nilai tersebut <0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol 70% kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L) pada
tikus yang diinduksi aloksan mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
pasca aloksan pada dosis I, dosis II maupun dosis III.
Perbedaan selisih kadar glukosa darah antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan dosis dapat terlihat pada uji LSD. Pada H+4 pemberian
ekstrak perbedaan selisih kadar glukosa kontrol positif dengan dosis I 0,768, dosis
II 0,162, dan dosis III 0,551. Dosis I ,II dan III menunjukkan nilai signifikansi >
0,05 sehingga perbedaan selisih penurunan kadar glukosa darah tidak signifikan
antara kelompok kontrol positif dengan ketiga kelompok dosis tersebut. Nilai
yang tidak signifikan pada H+4 tersebut menunjukkan bahwa kontrol positif dan
perlakuan dosis I, II dan III mempunyai efek yang sebanding. Pada H+7
pemberian ekstrak perbedaan selisih kadar glukosa kontrol positif dengan dosis I
0,956, dosis II 0,193, dan dosis III 0,585. Dari data tersebut nilai signifikansi dari
semua kelompok yaitu > 0,05 maka pada H+7 pemberian ekstrak menunjukkan
bahwa perbedaan selisih penurunan kadar glukosa darah antara kelompok
perlakuan kontrol positif dengan kelompok perlakuan dosis tidak signifikan. Hal
tersebut menunjukkan antara kelompok kontrol positif dan kelompok dosis I,II
maupun III mempunyai efek menurunkan glukosa darah yang sebanding.
Meskipun dari data tersebut menunjukkan kontrol positif dengan dosis III pada
H+4 dan kontrol positif dengan dosis I,dosis II,dosis III pada H+7 mempunyai
efek sebanding namun dari presentase rata-rata penurunan kadar glukosa darah
menunjukkan bahwa kontrol positif mempunyai efek yang lebih tinggi
dibandingkan dengan semua dosis perlakuan. Artinya, meskipun esktrak etanol
70% kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L) mampu menurunkan kadar
glukosa darah pada hewan uji tetapi efek penurunannya lebih kecil dibandingkan
efek penurunan pada pemberian glibenklamid yang merupakan obat antidiabetika
oral.
Perbandingan potensi penurunan glukosa darah pada kelompok ekstrak
terhadap kelompok kontrol positif (glibenklamid) dilihat dari dua kelompok hari
posttest yaitu hari keempat (H4) dan hari ketujuh (H7). Pada H4 perbandingan
potensi secara berurutan dari efek penurunan kadar glukosa darah dosis I, dosis II,
dosis III yaitu 0,614 %, 0,275%, dan 0,239 % terhadap efek penurunan kadar
glukosa darah oleh glibenklamid. Pada H7 perbandingan potensi penurunan
glukosa darah dari efek dosis I 0,605%, dosis II 0,255%, dan dosis III 0,212%
terhadap efek penurunan glukosa darah oleh glibenklamid. Perbandingan efek
setiap dosis pemberian ekstrak pada H4 antara dosis I : II = 223,33%, dosis I : III
= 256,59%, dosis II:III = 114,89 %, dan pada H7 antara dosis I:II = 237,31%,
dosis I:III = 235,86%, dosis II:III = 120,15 %.
Menurut Doughari (2006) Tamarindus indica L dari hasil uji fitokimia
dengan menggunakan ekstrak etanol didapatkan zat kimia utama yaitu alkaloid,
flavonoid, saponin, dan tannin. Dalam kulit buah asam jawa terdapat senyawa
fenolik antioksidan yang didominasi oleh proanthocyanidins (Sudjaroen et al,
2005). Proanthocyanidins merupakan tannin yang terkondensasi (Frutos et al,
2004). Mekanisme tanin terhadap penurunan kadar glukosa darah ada beberapa
mekanisme yaitu tanin menurunkan absorbsi nutrisi dengan menghambat
penyerapan glukosa di intestinal, selain itu menginduksi regenerasi sel pankreas
yang berefek pada sel adipose sehingga menguatkan aktifitas insulin. Tanin
merupakan pemangsa radikal bebas dan meningkatkan uptake glukosa dalam
darah melalui aktifitas mediator insulin sehingga menurunkan glukosa dalam
darah (Kumari dan Jain, 2012). Yokozawa et al (2012) juga menjelaskan
mengenai mekanisme proanthocyanidins dalam menurunkan glukosa darah yaitu
menekan stress oksidatif yang terkait dengan proses inflamasi karena induksi
diabetogenik. Penekanan stress oksidatif tersebut melalui penghambatan
peroksidasi lipid, dan generasi ROS (Reaktiv Oksigen Spesies). Dalam
menurunkan glukosa darah flavonoid merangsang sekresi insulin dan
meregenerasi kerusakan sel beta pankreas (Widowati, 2008).
Dilakukan uji kromatografi lapis tipis untuk mengetahui senyawa besar
yang terkandung dalam ekstrak asam jawa tersebut serta membuktikan dari
penelitian sebelumnya mengenai kandungan senyawa. Senyawa yang terdapat
dalam ekstrak etanol 70 % kulit buah asam jawa adalah flavonoid, terpenoid,
alkaloid, dan fenolik (Tanin). Pada saat melakukan uji tersebut dalam plat KLT
terlihat banyak pemisahan warna yang dapat menunjukkan senyawa, akan tetapi
sulit untuk terdeteksi. Pada hasil uji fitokimia Doughari (2006) menunjukkan
kandungan asam jawa yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin, tetapi dalam
uji KLT hanya dapat membuktikan senyawa flavonoid, alkaloid dan fenolik
(Tanin). Senyawa yang dicurigai untuk menurunkan kadar glukosa darah pada
hewan uji yaitu tanin dan flavonoid terbukti terdapat pada ekstrak kulit buah asam
jawa oleh uji KLT.
Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, diantaranya adalah
kurangnya variasi dosis untuk menghasilkan dosis yang tepat untuk menurunkan
kadar glukosa darah, selain itu mekanisme penurunan kadar glukosa darah karena
pemberian ekstrak etanol kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L) tidak dapat
diketahui pasti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pemberian ekstrak etanol 70% kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L)
dosis 100 mg/kbBB, 200 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB dapat menurunkan
kadar glukosa darah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang
diinduksi dengan aloksan dengan presentase penurunan secara berturut-turut
pada hari keempat posttest 58,4 %, 52,3% dan 56,9%, sedangkan hari ketujuh
posttest 70,6 %, 59,5 %, dan 61,9%.
2. Potensi penurunan kadar glukosa darah pada pemberian ekstrak etanol 70%
kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L) lebih kecil dibandingkan
pemberian glibenklamid sebagai kontrol positif dengan nilai sebagai berikut,
pada hari keempat posttest dosis I 0,614%, dosis II 0,275 % dan dosis III
0,239%, sedangkan hari keempat posttest dosis I 0,605%, dosis II 0,255%, dan
dosis III 0,212%.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu penelitian yang lebih
lama, sehingga dapat diketahui waktu terapi yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah secara maksimal.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi dosis yang lebih banyak
dan dengan sampel yang lebih banyak, sehingga dapat diketahui dosis yang
paling efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah.
3. Perlu identifikasi zat yang lebih spesifik dari tanaman asam jawa (Tamarindus
indica L), sehingga dapat diketahui senyawa spesifik yang dapat menurunkan
kadar glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
ADA.2012. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Journals.
Vol 35 (1) : s67
ADA. 2013. Diabetes Basics. Available at : http://www.diabetes.org/diabetes-
basics (Juni, 2013)
Ahmed,J., Ramaswamy, HS., dan Sashidhark, C. 2005. Rheological
Characteristics of Tamarind (Tamarindus indica L) Juice Concentrates.
Swiss Society of Food Science and Technology Elsevier. Vol 40(2007) :
225-6
Armitage, D., 2008. Rattus Novergicus. Universitas of Machigan. Available
at:http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Rat
ttus_norvegicus.html. (Mei 2013)
Barnes, D.E,. 2012. Program Olahraga : Diabetes Melitus. Yogyakarta : PT Citra
Aji Parama. Hal : 5
Bastaki, S. 2005. Review Diabetes Mellitus and Its Treatment. International
Journal Diabetes and Metabolisme. Vol (13) : 111-131
Beecher, G.R,. 2004. Proanthocyanidins : Biological Activities Associated with
Human Health. Pharmaceutical Biology. Vol 42(supplement) : 2
Bender, D.A., dan Mayes, P.A,. 2009. Glukoneogenesis dan Kontrol Glukosa
Darah. Dalam : Biokimia Harper. Jakarta : EGC. Hal : 179-181
Bhadorya, S.S., Ganeshpunkar, A., Narwaria, J., Rai, G., dan Jan, A.P,. 2011.
Tamarindus indica : Extent of Explored Potential. Pharmacognosy
Review : PubMed. Vol 5(9)
BPOM. 2005. Standardisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah Satu
Tahapan Penting Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Info
POM. Vol 6(4) : 5
BPOM. 2010.Acuan Sediaan Herbal Volume 5 Edisi 1. Jakarta : Badan Pengawas
Obat Republik Indonesia. Hal : 3-7
DEPKES.1986. Sediaan Galenik. Bakti Husada Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Hal : 5-7
DEPKES. 2007. Kebijakan Obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Keputusan Menteri Kesehatan 381/Menkes/SK/III/2007
DEPKES JATENG. 2008. Daftar Tabel Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008. Available at : www.depdiknes jateng.go.id (Maret, 2013)
DEPKES. 2013. Pedoman Pengendalian Tikus. Available at :
http:/www.Depkes.go.id/downloads/pengendaliantikus.pdf. (maret,
2013)
Doughari, J.H,. 2006. Antimicrobial Activity of Tamarindus indica Linn. Tropical
Journal of Pharmaceutical Research. Vol 5(2) : 597-603
Dubowski, K.M,. 2008. An O-Toluidine Method for Body Fluid Glucose
Determination. Clinical Chemistry. Vol 54(11) : 1919
Dor. 2005. Adult Pancreatic are Performed by Cell Duplication Rather than
Stem Cell Differentiation. Nature, 429.
Etuk, E.U,. 2010. Animal Models for Studying Diabetes Melitus. Agriculture and
Biology Journal of North American. Vol 1(2) : 130-1
Frutos, P; Hervas, G; Giraldez. F.J; and Mantecon. A.R. 2004. Review Tannins
and Ruminant Nutrition. Spanish Journal of Agricultural Research. Vol
2(2) : 191-202
Guyton, A.C., dan Hall, J.E,. 2008. Metabolisme Karbohidrat dan Pembentukan
Adenosin Trifosfat. Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II.
Jakarta : EGC. Hal : 881
Handayani, E dan Sukmasari, M. 2005. Teknik Pemisahan Komponen Ekstrak
purwoceng secara Kromatografi Lapis Tipis. Buletin Teknik Pertanian.
Vol (10) no.2
Hones, J., Muller, P., and Surridge, N. 2008. The Technology Behind Glucose
Meters : Test Strips. Diabetes Technology and Therapeutics. Vol 10(1)
: 10-26
IDF. 2007. Guideline For Management of Post Meal Glucose from International
Diabetes Federation. Available at : www.idf.org (Juni, 2013)
IDF. 2011. IDF Diabetes Atlat Fifth Edition from International Diabetes
Federation. Available at : http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/diabetes
(Juli, 2013)
Irawan , M.A,. 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Polton Sports Science
and Performance Laboratorium. Vol 01(2007) : 6
Katzung, B.G,. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba Medika.
Hal : 699
Khasanah, N. 2012. Waspada Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan.
Yogyakarta : Laksana.Hal : 33
Kidambi, S dan Patel, S.B,. 2008. Diabetes Melitus Considerations for Dentristry.
The Journal of The American Dental Association. Vol 139 (5) : 9s
Kumar, V., Crawford, J.M., dan Clare-salzler, M.J,. 2007. Pankreas. Dalam :
Buku Ajar Patologi Edisi VII. Jakarta : EGC. Hal : 722
Kumari, M dan Jain, S. 2012. Tannins : An Antinutrient with Positive Effect to
Manage Diabetes. Research Journal of Recent Science. Vol 1(12) : 70-1
Lenzen, S. 2008. The Mechanisms of alloxan-and streptozotocin-induced
Diabetes. Journal of Springer : Institute of Clinical Biochemistry
Hannover Medical School. Diabetologia. Vol (2008) 51 : 216 -226.
Lim, T.K,. 2012. Edible Medical and Non-Medical Plant. London New York :
Springer Dordrecht Heidelberg. Hal : 879-880
Maiti ,R., Das,V.K., dan Ghosh, D. 2005. Attenuation of Hyperlipidemia in
Streptozotocin Induce Diabetic Rats by Aqueous Extract of Seed of
Tamarindus indica. Biology Pharmaceutical Bulletin. Vol 28(7) : 1173
MENKES. 2009. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama. Available at :
http://www.hukor.depkes.go.id/upprodkepmenkes/KMK%20/.pdf (Juni,
2013)
Ministry of Public Healt and Sanitasion. 2010. National Clinical Guidelines for
Management of Diabetes Melitus first edition. Nairobi : Ministry of
Public Healt and Sanitasion. Hal :1-2
Moudi, B., Sagheb, H.M., Heidari, Z., dan Shahraki, M. 2010. A Stereological
Study Of Effects Of Aqueous Extract Of Tamarindus Indica Seeds On
Pancreatic Islets In Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Pakkenberg
Journal Pharmacology Science. Vol.23 (4) : 427
Munawaroh, R., dan Sujono, T.A,. 2009. Antaraksi Quercentin dengan
Tolbutamid : Kajian Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah pada
Tikus Jantan yang Diinduksi Aloksan. Journal Penelitian Sains dan
Teknologi. Vol 10(2)
National Academic of Science. 2011. Guide For the Care and Use of Laboratory
Animals Eighth Edition. Washington DC : The National Academic
Press (44,113)
Niranjana, S.R., Prakash, H.S., Murthy, S.M., Lakshmidevi, N., Kavishankar,
G.B. 2011. Diabetes and medicinal plants-A review. International
Journal Pharmaceutical Biomed Science. Vol 2(3)
Novrial, D; Sulistyo, H; dan Setiawati. 2012. Comparison of Antidiabetic Effect
of Honey, Glibenclamide Metformin And Their Combination In the
Streptozotocin Induced Diabetic Rat. Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan. Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed. Vol (3-4).
Nugroho, A.E,. 2006. Hewan Percobaan Diabetes Melitus : Pathology Mekanisme
Aksi Diabetogenik. Biodiversitas. Vol 7(4) : 381
Patel, D.K., Kumar.R., Laloo, D., dan Hemalatha, S. 2012. Diabetes Mellitus : An
Overview on its Pharmacological aspect and reported medicinal plants
having antidiabetic activity. Asian Pasific Journal of Tropical
Biomedicine Elsevier. Vol 2 (5) : 411-420.
PERKENI. 2011. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. Available at : www.perkeni.org/ (juni, 2013)
Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta : Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Hal : 1880
Rahmadiah, H.E., dan Munim,A. 2009. Karakterisasi Ekstrak Etanolik Daun
Asam Jawa ( Tamarindus indica L). Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 4
(1) : 39
Riaz, S. 2009. Diabetes Mellitus. Academic Journal : Scientific Research and
Essay. Vol 4(5) : 369
Rohilla, A., and Ali, S. 2012. Alloxan Induced Diabetes : Mecanism and Effects.
International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical
Science. Vol 3(2) : 819-820
Sacks, D.B., Arnold, M., Bakris, G., Bruns, D.E., Horvath, A.R., Irkman, M.E.,
Lernmark, A., Metzger, B.E., and Nathan, D.M. 2011. Guidelines and
Recommendation for Laboratory Analisis in the Diagnostik and
Management of Diabetes Melitus. Clinical Chemistry. Vol 57 : 11-14
Saputra, L. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Tangerang : Bina Rupa
Aksara Publisher. Hal : 74-5
Sari, L.O.R.K,. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol III(1) : 2
Schteingart, D.E,.2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes. Dalam :
Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Hal : 1259
Soemardji, A.A,. 2007. Tamarindus indica L or asam jawa The Sour but Sweet
and Useful. Japan : Institute of Natural Medicine University of Toyama.
Hal :7
Sopiyudin, M. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika
: Jakarta. Hal 55.
Sudjaroen, Y., R.Hauoner., G.Wurtele., W.E.Hull., G.Erben., B.Spiegelhalder.,
S.Chang., S.Bartsch., dan R.W.Owen. 2005. Isolation and Structure
Elucidation of Phenolic Antioksidants from Tamarind (Tamarindus
indica L) Seed and Pericarp. Food and Chemical Toxicology Elsevier.
Vol 43(11) : 1673-1682
Suyono, slamet. 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, pp : 1870
Syarif, A., Estuningtyas, A., Setiawat, A. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. Hal : 490-491
Thorp, M.C,. 2008. Pharmacology for The Health Care Professions. Inggris (UK)
: University of Salford Wiley-Blackwell. Hal : 109
Tonyuskina, K., dan Nichols, J.H,. 2009. Glucose Meter : A Review of Technical
Challenges to Obtaining Accurates Results. Journals of Diabetes
Science and Technology. Vol 3(4) : 971
Wagner, H dan S. Bland. 1996. Plant Drug Analysis : A Thin Layer
Chromatography Atlas 2
nd
Edition. Springer : Berlin Heidelberg
Warintek. 2013. Tamarindus indica L. Available at :
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/depk
es/1-144.pdf. (Maret,2013)
WHO. 2008. Traditional Medicine. Available at : www.who.int/mediacentre/fact-
sheets/fs134/en/index.html (April, 2013)
WHO. 2013. Diabetes. Available at :
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs332/en/index.html (April, 2013)
Widowaty, W. 2008. Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 7(2) : 6-7
Williams, J.T,. 2006. Tamarind Tamarindus indica L. England : Southampton
Centre for Underutilised Crops
Yigit, N., Colak, E., Sozen, M., dan Ozkurt, S. 1998. The Taxonomi and
Karyology of Rattus norvegicus (Berkenhout, 1769) and Rattus ratus
(Linnaeus, 1758) (Rodentia : Muridae) In Turkey. Tr J of Zoologi. Vol
22(1998) : 204
Yokuzawa, T., Cho E.J., Park C.H., dan Kim, H.J. 2012. Review Article
Protective Effect of Proanthocyanidin Against Diabetic Oxidative
Stress. Evidence- Based Complementary and Alternative Medicine. Vol
(2012) : 1-11
Lampiran 1
Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus
Kelompok
Awal
Post Aloksan /
Pretest
Post
Ekstrak/Posttest
Post
Ekstrak/Posttest
(mg/dL) (mg/dL) H+4 (mg/dL) H+7 (mg/dL)
Kelompok
Kontrol
41.6 213 68 44.4
43 219 49.7 41
Positif
(Glibenklamid)
38.3 225 - -
46.4 281 80.8 62
41 282.4 88.9 40
Kelompok
Kontrol
48.7 205 - -
52.7 197.5 187.2 189
Negatif (CmcNa) 46.3 190 - -
47.9 159 143 137.8
56.2 215 206.8 204.1
Kelompok Dosis I
57.8 161 81 39.8
52.8 235 - -
100 mg/kgBB 49 166.4 77.5 63
51.3 219 59 61.7
62.4 240 80 43.3
Kelompok Dosis
II
48.1 227 95 94
53.7 260 - -
200 mg/kgBB 58.9 189 82.3 86
81.5 239 - -
64.8 165 79 35
Kelompok Dosis
III
70.9 217 72.2 69
41.9 264 - -
250 mg/kgBB 83.9 244 85.5 68
62 190 62 35
59.2 227 88.6 98
Lampiran 2
Data Hasil Penrurunan Glukosa Darah Pretest-Posttest
Kelompok
Post Aloksan /
Pretest
Post
Ekstrak/Posttest
Penurunan
H4
Post
Ekstrak/Posttest
Penurunan
H7
(mg/dL) H+4 (mg/dL) (%) H+7 (mg/dL) (%)
Kelompok
Kontrol
213 68 62.0 44.4 74.9
219 49.7 72.2 41 76.8
Positif
(Glibenklamid)
225 - - -
-
281 80.8 54.9 62 65.0
282.4 88.9 50.3 40 77.4
Kelompok
Kontrol
205 - - - -
197.5 187.2 5.2 189 4.3
Negatif
(CmcNa)
190 - - -
-
159 143 10.1 137.8 13.3
215 206.8 3.8 204.1 5.1
Kelompok
Dosis I
161 81 57.4 39.8 77.5
235 - - - -
100 mg/kgBB 166.4 77.5 56.7 63 64.4
219 59 67.0 61.7 65.1
240 80 55.3 43.3 75.5
Kelompok
Dosis II
227 95 46.9 94 46.9
260 - - - -
200 mg/kgBB
189 82.3 54.0 86 51.4
239 - - - -
165 79 55.9 35 80.2
Kelompok
Dosis III
217 72.2 59.7 69 61.0
264 - - - -
250 mg/kgBB 244 85.5 52.2 68 61.6
190 62 65.4 35 80.2
227 88.6 50.5 98 44.6
Lampiran 3
a. Rerata Kadar Glukosa Darah Pretest
Hasil
Kadar
Kelompok Mean N Std. Deviation
Std. Error of
Mean
Kontrol + 244.0800 5 34.60682 15.47664
Kontrol - 193.3000 5 21.28849 9.52050
Dosis I 204.2800 5 37.89580 16.94752
Dosis II 216.0000 5 38.45777 17.19884
Dosis III 228.4000 5 27.91595 12.48439
Total 217.2120 25 34.95154 6.99031
b. Rerata Kadar Glukosa Darah Posttest H4
Report
Kadar
Kelompok Mean N Std. Deviation
Std. Error of
Mean
Kontrol + 71.8500 4 17.09045 8.54522
Kontrol - 179.0000 3 32.68088 18.86832
Dosis I 74.3750 4 10.35515 5.17758
Dosis II 85.4333 3 8.44768 4.87727
Dosis III 77.0750 4 12.31297 6.15648
Total 93.6944 18 42.33892 9.97938
c. Rerata Kadar Glukosa Darah Posttest H7
Report
Kadar
Kelompok Mean N Std. Deviation
Std. Error of
Mean
Kontrol + 46.8500 4 10.27408 5.13704
Kontrol - 176.9667 3 34.74944 20.06260
Dosis I 51.9500 4 12.10523 6.05262
Dosis II 71.6667 3 32.00521 18.47822
Dosis III 67.5000 4 25.74879 12.87439
Total 78.3944 18 50.72790 11.95668
d. Rerata % Penurunan Kadar Glukosa Darah H4
Report
Kadar
Kelompok Mean N Std. Deviation
Std. Error of
Mean
Kontrol + 59.8500 4 9.53677 4.76839
Kontrol - 6.3667 3 3.30807 1.90992
Dosis I 59.0500 4 12.10523 6.05262
Dosis II 52.2667 3 4.74377 2.73882
Dosis III 56.9500 4 6.90724 3.45362
Total 47.2722 18 20.45379 4.82100
e. Rerata % Penurunan Kadar Glukosa Darah H7
Report
Kadar
Kelompok Mean N Std. Deviation
Std. Error of
Mean
Kontrol + 73.5250 4 5.78237 2.89119
Kontrol - 7.5667 3 4.98130 2.87595
Dosis I 70.5000 4 6.67383 3.33691
Dosis II 59.5000 3 18.06737 10.43120
Dosis III 61.8500 4 14.54957 7.27479
Total 56.9278 18 25.24759 5.95091
f. Presentase Rerata Penurunan Kadar Glukosa Darah
Kelompok
Rata-Rata Standart Deviasi
H+4 (%) H+7 (%)
Kontrol + 59,9 9,536 73,5 5,782
Kontrol - 6,4 3,308 7,6 4,981
Dosis I 59,1 12,105 70,5 6,673
Dosis II 52,3 4,743 59,5 18,067
Dosis III 56,9 6,907 61,9 14,549
Lampiran 4
Uji Normalitas
Data H+4 setelah induksi Aloksan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PretestPosttest .194 15 .132 .942 15 .412
a. Lilliefors Significance Correction
Data H+7 setelah induksi Aloksan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PretestPosttest .215 15 .059 .887 15 .061
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 5
Uji Homogenitas Varian dan One Way ANOVA
Data H+4
Test of Homogeneity of Variances
kadar
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.339 4 13 .308
ANOVA
kadar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6562.337 4 1640.584 36.581 .000
Within Groups 583.021 13 44.848
Total 7145.358 17
Data H+7
Test of Homogeneity of Variances
Kadar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.736 4 13 .202
ANOVA
Kadar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9278.633 4 2319.658 19.108 .000
Within Groups 1578.172 13 121.398
Total 10856.804 17
Lampiran 6
Uji LSD (Least Significant Difference)
Data H+4
Multiple Comparisons
kadar
LSD
(I)
Kelompok
(J)
Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
K+ K- 53.48333
*
5.11480 .000 42.4335 64.5332
Dosis I 1.42500 4.73539 .768 -8.8052 11.6552
Dosis II 7.58333 5.11480 .162 -3.4665 18.6332
Dosis III 2.90000 4.73539 .551 -7.3302 13.1302
K- K+ -53.48333
*
5.11480 .000 -64.5332 -42.4335
Dosis I -52.05833
*
5.11480 .000 -63.1082 -41.0085
Dosis II -45.90000
*
5.46795 .000 -57.7128 -34.0872
Dosis III -50.58333
*
5.11480 .000 -61.6332 -39.5335
Dosis I K+ -1.42500 4.73539 .768 -11.6552 8.8052
K- 52.05833
*
5.11480 .000 41.0085 63.1082
Dosis II 6.15833 5.11480 .250 -4.8915 17.2082
Dosis III 1.47500 4.73539 .760 -8.7552 11.7052
Dosis II K+ -7.58333 5.11480 .162 -18.6332 3.4665
K- 45.90000
*
5.46795 .000 34.0872 57.7128
Dosis I -6.15833 5.11480 .250 -17.2082 4.8915
Dosis III -4.68333 5.11480 .377 -15.7332 6.3665
Dosis III K+ -2.90000 4.73539 .551 -13.1302 7.3302
K- 50.58333
*
5.11480 .000 39.5335 61.6332
Dosis I -1.47500 4.73539 .760 -11.7052 8.7552
Dosis II 4.68333 5.11480 .377 -6.3665 15.7332
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Data H+7
Multiple Comparisons
Kadar
LSD
(I)
Kelompok
(J)
Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
K+ K- 65.95833
*
8.41519 .000 47.7784 84.1382
Dosis I 2.90000 7.79095 .716 -13.9313 19.7313
Dosis II 14.02500 8.41519 .119 -4.1549 32.2049
Dosis III 11.67500 7.79095 .158 -5.1563 28.5063
K- K+ -65.95833
*
8.41519 .000 -84.1382 -47.7784
Dosis I -63.05833
*
8.41519 .000 -81.2382 -44.8784
Dosis II -51.93333
*
8.99621 .000 -71.3685 -32.4982
Dosis III -54.28333
*
8.41519 .000 -72.4632 -36.1034
Dosis I K+ -2.90000 7.79095 .716 -19.7313 13.9313
K- 63.05833
*
8.41519 .000 44.8784 81.2382
Dosis II 11.12500 8.41519 .209 -7.0549 29.3049
Dosis III 8.77500 7.79095 .280 -8.0563 25.6063
Dosis II K+ -14.02500 8.41519 .119 -32.2049 4.1549
K- 51.93333
*
8.99621 .000 32.4982 71.3685
Dosis I -11.12500 8.41519 .209 -29.3049 7.0549
Dosis III -2.35000 8.41519 .784 -20.5299 15.8299
Dosis III K+ -11.67500 7.79095 .158 -28.5063 5.1563
K- 54.28333
*
8.41519 .000 36.1034 72.4632
Dosis I -8.77500 7.79095 .280 -25.6063 8.0563
Dosis II 2.35000 8.41519 .784 -15.8299 20.5299
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 7
Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis (species)
Hewan Uji
Subyek
Mencit
20 g
Tikus
200 gr
Marmot
400 gr
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit 20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Tikus 200 gr 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Marmot 400
gr
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,5
kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing 2 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia 70
kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
Lampiran 8
Volume Maksimum Larutan yang Diberikan pada Hewan Uji
Binatang
Volume maksimum (ml)
Cara Pemberian
i.v i.m i.p s.c p.o
Mencit (20-
30g)
0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0
Tikus 200 gr 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0
Kelinci 250 g 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0
Marmot 250 gr - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0
Hamster (50 g) - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5
Merpati (300g) 2,0 0,5 2,0 2,0 1,0
Kucing (3kg) 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0
Anjing (5kg) 10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 5,0-10,0 100,0
Lampiran 9
Surat Keterangan Determinasi
Lampiran 10
Surat Keterangan Selesai Penelitian KLT
Lampiran 11
Surat Keterangan Selesai Penelitian Glukosa Darah