ABSTRAK TUJUAN: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas pembalutan faring dalam mengurangi mual dan muntah pasca perasi !"#N$% setelah perasi hidung dengan mempertimbangkan jenis perasi& STU'( ')SA(N: Sebuah prspektif* acak* percbaan terkntrl& S)TT(N+: Sebuah pusat rujukan tersier& SUB,)K 'AN -)T#'): Setelah penelitian telah disetujui leh kmite etika lkal* studi ini dilakukan di #trhinlar.nglgi klinik dengan klabrasi Anestesilgi klinik& "erkembangan "#N$ dalam /0 jam setelah perasi dievaluasi pada pasien .ang menerapkan pembalutan faring !Kelmpk 1% atau tidak !Kelmpk /% selama perasi hidung& 2AS(3: Terdapat 140 pasien de5asa untuk perasi hidung rutin .ang masuk dalam penelitian ini* menghasilkan 144 !kelmpk 1* n 6 74* kelmpk /* n 6 74% sub.ek .ang dapat dievaluasi& Tidak ada perbedaan .ang signifikan ditemukan dalam kejadian "#N$ antara dua kelmpk pada dua !" 6 4*01%* empat !" 6 4*70%* delapan !" 6 4*71%* dan /0 jam& -enurut jenis perasi* kejadian "#N$ setelah dua jam adalah 81 persen pada septrhinplast.* 9: persen pada bedah endskpi sinus* dan 74 persen pada septplast.; setelah empat jam itu adalah 7< persen pada septrhinplast.* 7= persen pada bedah endskpi sinus* dan =8 persen pada septplast.* dan setelah delapan jam itu adalah =7 persen pada septrhinplast.* =< persen pada bedah endskpi sinus* dan /1 persen pada septplast.& "#N$ tidak terlihat pada /0 jam& 'ibandingkan dengan kelmpk septplast. dengan pembalutan faring .ang digunakan* tingkat signifikan lebih rendah dari "#N$ pada jam>jam empat dan delapan ditemukan pada kelmpk septplast. di mana pembalutan faring tidak digunakan !" 4*4/?%& K)S(-"U3AN: pembalutan faring dalam perasi hidung tidak memiliki dampak pada "#N$& PENDAHULUAN Kejadian mual dan muntah pasca perasi !"#N$% merupakan kejadian tak menentu dan tergantung pada pasien* baik dengan jenis anestesi .ang digunakan maupun pembedahan .ang dilakukan& Kejadian "#N$ setelah perasi hidung dilaprkan meningkat menjadi =0 sampai 97 persen di berbagai penelitian& "endarahan hebat bisa terjadi selama perasi sinus nasal dan paranasal& #leh karena itu* "#N$ lebih sering terjadi setelah perasi hidung& Selama perasi hidung* pembalutan faring digunakan untuk memblkir aliran darah dengan efek emetik kuat ke bagian aerdigestif dengan bertindak sebagai penghalang fisik& #leh karena itu* ketika sedang berpikir bah5a hal tersebut mengurangi "#N$* mak hal tersebut belum terbukti& Sejumlah penelitian telah meneliti dampak pembalutan faring pada "#N$* namun tidak satupun dari studi ini membedakan tipe perasi hidung& Namun* karena 5aktu paparan anestesi dan ptensi untuk perdarahan berubah tergantung pada jenis perasi* mungkin signifikan sehubungan dengan "#N$& Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas pembalutan faring dalam mengurangi "#N$ dengan mempertimbangkan jenis perasi& Bahan dan Metode "rtkl penelitian telah disetujui leh Kmite )tika lcal !"elatihan dan "enelitian Rumah Sakit $akif +ureba* (stanbul* Turki%& Studi prspektif* acak* terkntrl* studi duble> blind dilakukan pada #trhinlar.nglg. klinik dengan klabrasi Anestesilgi antara Agustus /44< dan Januari /414* dalam pengaturan pusat rujukan tersier* dan persetujuan infrmasi tertulis diperleh dari semua pasien&Kriteria inklusi adalah usia 1: sampai 94 tahun* dan pasien .ang menjalani perasi hidung dan @ atau sinus paranasal dengan anestesi umum& "asien dengan ri5a.at mabuk perjalanan* muntah atau terapi bat antiemetik pada peride pra perasi* ri5a.at "#N$ sebelumn.a* intubasi sulit* mereka .ang telah mengalami perasi simultan seperti adenidectm. dan turbinplast. rendah !karena ptensi pendarahan tinggi%* perkk krnis* dan mereka dengan besitas mrbid .ang dikeluarkan dari penelitian& Analgesik dan bat penenang tidak diresepkan preperasi untuk setiap pasien& "asien secara acak diberikan satu dari dua kelmpk termasuk baik pasien .ang menerapkan pembalutan faring !kelmpk 1% atau pasien .ang tidak diterapkan pembalutan faring !kelmpk /% selama perasi hidung& Kelmpk 1 pasien memiliki pembalutan faring .ang ditempatkan di ba5ah penglihatan langsung* maka pembalutan itu diterapkan dengan pita fiksasi di pipi dan dihapus sebelum ekstubasi& "rtkl anestesi telah distandarisasi dan sama untuk kedua kelmpk tanpa menggunakan prfilaksis antiemetik& (ni termasuk midaAlam* fentanil* dan prpfl& Trakea diintubasi menggunakan rcurnium 4*7 mg @ kg& Anestesi dipertahankan dengan infus remifentanil dan sevfluran !pada ksigen @ udara%& "ada akhir perasi* dilakukan sebuah pembalutan hidung !Netcell 7444; Jaringan* Ripn* (nggris% .ang dimasukkan dalam rngga hidung dari semua pasien dalam kedua kelmpk& Semua pasien menerima /4 mg intravena tenBicam* dan nestigmine 1*7 mg dan 4*7 mg atrpin diberikan untuk pembalikan blkade neurmuskuler sisa pada akhir pembedahan& Sterid intravena tidak diberikan pada periperatif& 'alam studi ini* ditentukan skala Krtilla tentang keparahan "#N$ : Tidak ada "#N$ : 1& tidak adan.a episde muntah dan mual !seperti didefinisikan di atas%& "#N$ ringan : 1. pasien han.a mual ringan; /& satu episde muntah atau setiap keparahan mual berlangsung pendek !14 menit% terjadi* tetapi dipicu leh stimulus eksgen !misaln.a* minum* makan* atau gerakan pasca perasi% & Setelah kejadian ini* mual berkurang dan pasien merasa baik lagi selama peride bservasi keseluruhan& Tidak ada bat antiemetik .ang diperlukan& "#N$ Sedang : 1. pasien mengalami episde muntah 1>/ atau mual sedang atau parah tanpa stimulus eksgen; /& pasien memerlukan terapi antiemetik sekali& "#N$ "arah : 1& pasien memiliki lebih dari dua episde muntah atau mual lebih dari dua kali !sedang atau berat%& /& "emberian setidakn.a satu antiemetik diperlukan& 'i ruang pemulihan* pasien di5a5ancarai untuk terjadin.a episde mual dan muntah& 'an selama /*0*: dan /0 jam stelah perasi pasien dikunjungi eleh dkter anestesi dibangsal* .ang disamarkan untuk intervensi& -etclpramide 14 mg diberikan ketika pasien mengalami mual sedang atau parah atau memiliki dua atau lebih episde muntah& 2asil Terdapat 140 pasien .ang terdaftar dalam penelitian& )mpat pasien !/ pasien di kelmpk 1 dan / pasien di kelmpk /% .ang dikeluarkan dari penelitian !+ambar 1%& 'ua pasien dalam kelmpk 1 dan satu pasien dalam kelmpk / salah diberikan metclpramide selama periperatif* dan satu pasien dalam kelmpk / diintubasi dengan kesulitan& 'ari 144 pasien .ang dievaluasi* 74 pasien diacak untuk kelmpk 1 dan 74 pasien acak ke grup /& Tidak ada perbedaan !" C 4*47% .ang ditemukan antara kelmpk>kelmpk dalam studi sehubungan dengan usia* jenis kelamin* indeks massa tubuh*dan nilai status fisik American Sciet. f Anestesilgi !Tabel 1%& Tabel 1& 'asar karakteristik dan nilai status fisik American Sciet. f Anestesilgi dari penelitian ini ppulasi setelah pengacakan Kelmpk 1 !n 6 74% Kelmpk / !n 6 74% Nilai " Usia !tahun% =1&74 D 11&<7 /8&<: D 1=&10 4&190 +ender !"@E% /<@/1 //@/: 4&191 B-( !kg@cm = % /7&:0 D =&78 /0&8 D 0&/: 4&199 ASA status fisik 04@14 =8@1= 4&089 B-(* bd. mass indeB; ASA* American Sciet. f Anesthesilg.& 'urasi Bedah* 5aktu anestesi* dan jenis bedah hidung pada kedua kelmpk adalah sama& !" C 4*47% !Tabel /%& "#N$ terlihat pada 7: persen pasien !/< dari 74% di kelmpk 1 dan 99 persen dari pasien !== dari 74% dalam kelmpk / dua jam setelah perasi& "erbedaan antara dua kelmpk tidak signifikan secara statistik !" 6 4*01* "earsn F / test%& 'ari kasus>kasus "#N$ dalam kelmpk 1* 04 persen !/4 dari 74% adalah ringan* 14 persen !7 dari 74% .ang sedang* dan delapan persen !0 dari 74% .ang parah& 'ari 99 persen !== dari 74% kasus "#N$ terlihat pada pasien dalam kelmpk /* =4 persen !17 dari 74% adalah ringan* 19 persen !: dari 74% .ang sedang* dan /4 persen !14 dari 74% .ang parah& Tidak ada perbedaan statistic signifikan .ang ditemukan antara kedua kelmpk !" 4*17* "earsn F / tes%& Tabel / Anestesi* durasi perasi* dan perasi hidung untuk dua kelmpk Kelmpk 1 !n 6 74% Kelmpk / !n 6 74% Nilai " Eaktu anestesi 1=9&74 D 81&10 1=/&=4 D 99&7: 4&891 'urasi pembedahan 1//&14 D 9:&4: 11:&94 D 99&/4 4&8<7 Jenis pembedahan Septplasti 1: !=9G% /4 !04G% 4&::= SR" H)SS 18 !=0G% 17 !=4G% 18 !=0G% 1= !/9G% SR"* septrhinplast.; H)SS* functinal endscpic sinus surger.& )mpat jam setelah perasi* "#N$ terlihat pada 7/ persen !/9 dari 74% dari pasien dalam kelmpk 1* dan 09 persen !/= dari 74% pasien dalam kelmpk /& Tidak ada perbedaan statistik signifikan .ang ditemukan antara kedua kelmpk !" 6 4*70* "earsn F / test%?& 'ari "#N$ terlihat pada kelmpk 1* 0: persen !/0 dari 74% adalah ringan dan empat persen !/ dari 74% sedang& Tidak ada pasien dalam kelmpk 1 mengalami "#N$ tingkat parah di jam keempat pasca perasi& 'ari "#N$ terlihat pada kelmpk /* /: persen !10 dari 74% adalah ringan* 19 persen !: dari 74% adalah sedang* dan dua persen !1 dari 74% itu parah& 'elapan jam setelah perasi* sementara "#N$ terlihat di =0 persen !18 dari 74% dari pasien dalam kelmpk 1* itu terlihat pada /: persen !10 dari 74% dari pasien di kelmpk /& Tidak ada perbedaan statistic .ang signifikan ditemukan antara kedua kelmpk !" 6 4*71* "earsn F / tes%& =0 persen !18 dari 74% kejadian "#N$ dalam kelmpk 1 adalah ringan pada semua kasus; /9 persen !1= dari 74% kasus "#N$ dalam kelmpk / adalah persen ringan dan dua !1 f 74% .ang sedang& 'ua puluh empat jam setelah perasi* "#N$ tidak terlihat pada baik kelmpk 1 atau kelmpk /& 'alam hal keparahan "#N$ sesuai dengan jenis perasi* dibandingkan dengan septplast. pada kelmpk .ang pembalutan faring digunakan* secara signifikan tingkat .ang lebih rendah dari "#N$ pada jam>jam empat dan delapan .ang ditemukan pasca perasi pada kelmpk septplast. di mana pembalutan faring itu tidak digunakan !" 6 4*4/%& Tidak ada perbedaan .ang signifikan dalam frekuensi "#N$ pada jenis perasi lainn.a antara pasien apakah atau tidak balut faring digunakan !Tabel =* +ambar /%&
Tabel = (nsidensi dan keparahan mual dan muntah pasca perasi dua sampai /0 jam setelah perasi #perasi Jam setelah pembedahan Kejadian "#N$ Kelmpk 1 Kejadian "#N$ Kelmpk / Nilai " Septplasti tt / 74G Berat 14G 74G Berat 7G 1 Sedang 7G Sedang 14G Ringan =7G Ringan =7G 0 79G Berat 4G /4G Berat 4 4*4/ Sedang 9G Sedang 14G Ringan 74G Ringan 14G : =<G Berat 4 7G Berat 4 4*4/ Sedang 4 Sedang 4 Ringan =<G Ringan 7G /0 4 4 4 4 H)SS / 98G Berat 8G 9<G Berat =<G 1 Sedang 8G Sedang 17G Ringan 7=G Ringan 17G 0 04G Berat 8G 9<G Berat 4 4*1/ Sedang 4 Sedang =1G Ringan ==G Ringan =:G : /8G Berat 4 70G Berat 4 4*10 Sedang 4 Sedang :G Ringan /8G Ringan 09G /0 4 4 4 4 SR" / 7<G Berat 9G :/G Berat /=G 4*1= Sedang 1:G Sedang /=G Ringan =7G Ringan =9G 0 7<G Berat 4 7<G Berat 8G 1 Sedang 4 Sedang 11GG Ringan 7<G Ringan 01G 1 : =7G Berat 4 =7G Berat 4 Sedang 4 Sedang 4 Ringan =7G Ringan =7G /0 4 4 4 "#N$* pstperative nausea and vmiting; H)SS* functinal endscpic sinus surger.; SR"* septrhinplast.& Eaktu setelah pembedahan !jam% Analisis statistik 'ata din.atakan sebagai nilai tengah D S' atau nmr !persen%& Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak S"SS versi 19*4 !S"SS* (nc* Ihicag* (3%& Signifikansi statistic ditentukan leh "earsn F / dan uji eksak Hisher& Semua tes dianggap signifikan pada " J 4*47& 'iskusi "#N$ tetap menjadi salah satu kmplikasi .ang paling umum setelah perasi hidung* sehingga menimbulkan masalah .ang membutuhkan tambahan sumber da.a dan peningkatan dana& Eaktu untuk penghentian pada pasien bedah ra5at jalan .ang menerima anestesi umum .ang mengalami "#N$ lebih panjang sebesar /7 persen* dibandingkan dengan pasien tidak mengalami "#N$& 2al ini diketahui bah5a faktr risik untuk "#N$ pada rang de5asa termasuk ri5a.at "#N$ atau mabuk* status merkk* penggunaan anestesi vlatile atau nitrus ksida* pemberian piid intraperatif atau pasca perasi* jenis kelamin perempuan* durasi bedah .ang lebih lama* dan beberapa jenis prsedur bedah& Sejauh perasi trhinlar.nglgi .ang bersangkutan* terjadi paling sering "#N$ setelah perasi telinga tengah dan perasi hidung* dan paling sering setelah perasi faring& "#N$ terlihat setelah perasi telinga* hidung* dan tenggrkan dikaitkan dengan rangsangan langsung dan tidak langsung dari serat aferen dari apparatus vestibular& #ndansetrn* deksametasn* drperidl* prpfl* dan anestesi nitrus Bide tanpa mengurangi timbuln.a "#N$& sifat antiemetik dari sterid adalah mungkin karena beberapa tindakan: antagnisme prstaglandin* pelepasan endrfin* pengurangan bradikinin* dan anti>inflamasi dengan penghambatan parasimpatis dari tak memicu area muntah& "emberian sterid periperatif tersebar luas di bedah T2T& Kami tidak menggunakan bat>batan sterid dan antiemetic selama periperative agar tidak mempengaruhi kejadian "#N$& Karena daerah kepala dan leher baik vaskularisasin.a* perdarahan berat dapat terjadi selama perasi di 5ila.ah ini* dan di.akini bah5a kntributr utama "#N$ adalah adan.a darah dalam lambung& "embalutan faring ditempatkan untuk mengurangi knsumsi darah dalam perasi hidung& 2al ini umumn.a perca.a bah5a pembalutan faring men.erap sebagian besar perdarahan periperatif* mencegah keluarn.a darah ke sistem aerdigestif dengan bertindak sebagai penghalang fisik* dan dengan demikian mengurangi "#N$& -eskipun beberapa studi dalam literatur men.elidiki efek dari pembalutan faring pada "#N$* tidak satupun dari mereka dievaluasi dengan membedakan antara jenis perasi hidung* durasi perasi* dan jumlah perdarahan& Selain itu* karena penelitian tersebut tidak menunjukkan apakah ada atau tidak balut hidung digunakan* itu tidak bisa dihilangkan sebagai faktr pada perdarahan pasca perasi& "ada akhir perasi* semua pasien dalam penelitian kami telah dilakukan pembalutan hidung untuk menghilangkan perdarahan pasca perasi& Seperti .ang kami lakukan dalam penelitian kami* diferensiasi jenis perasi hidung adalah penting karena ptensi .ang berbeda untuk perdarahan di antara perasi& Jumlah kehilangan darah selama perasi dapat mempengaruhi perkembangan "#N$* namun itu tidak diukur karena sulit* dan dalam studi kami* kami mencukupi dengan membedakan han.a antara jenis perasi hidung& Ketika berbagai jenis perasi dibandingkan* perasi endskpi sinus fungsinal dan prsedur septrhinplast. lebih cenderung men.ebabkan kehilangan darah .ang signifikan dari prsedur septplast.& 'alam studi .ang dilakukan leh Basha et Al dan "iltcher dkk* perbedaan tidak ditemukan dalam kejadian "#N$ antara pasien* terlepas dari apakah ada atau tidakn.a pembalutan faring digunakan* namun* tidak semua perasi untuk kelmpk .ang berbeda memiliki ptensi perdarahan setara& Selain itu* durasi perasi dan apakah ada atau tidak balut hidung digunakan pada akhir perasi* seperti ditunjukkan sebelumn.a* tidak dipertimbangkan dalam studi mereka& 'alam penelitian kami* perbedaan tidak ditemukan dalam frekuensi "#N$ antara pasien apakah ada atau tidak pembalutan faring .ang digunakan& Selain itu* pada jam keempat dan kedelapan pasca perasi* pada pasien .ang menjalani septplast.* kelmpk di mana pembalutan faring tidak digunakan memiliki tingkat signifikan lebih rendah dari "#N$ dibandingkan dengan kelmpk di mana ia digunakan& Alasan untuk ini mungkin bah5a jangka 5aktu lebih pendek di ba5ah anestesi pada pasien septplast. tidak menjalani pembalutan faring !:4*87 <*9= min%& 2asil .ang kami perleh dalam penelitian kami menunjukkan bah5a baik pendarahan dalam perasi hidung tidak berdampak terhadap "#N$ atau bah5a pembalutan ke sebagian besar faring mencegah knsumsi perdarahan& Namun* kami perca.a bah5a pembalutan faring pada ken.ataann.a mencegah knsumsi ini karena sebagian besar pembalutan dihapus setelah perasi adalah merah& Seperti dalam perasi lainn.a* dalam perasi T2T ada beberapa faktr .ang diasumsikan terkait dengan "#N$& "asien>.ang terkait faktr* faktr anestesi* dan faktr bedah berkntribusi terhadap faktr risik secara independen& Seperti .ang terlihat dalam penelitian kami* bahkan jika aspirasi darah dicegah* mual masih dapat terjadi& (nsiden "#N$ lebih besar dalam perasi T2T dapat dikaitkan dengan refleks Knas>muntahK& "askan saraf sensrik hidung berasal dari mata dan divisi maksilaris dari saraf trigeminal& Berbagai refleks bisa terbentuk di perasi kepala dan leher karena stimulasi inti vagal di batang tak* .ang dapat men.ebabkan muntah& Hrekuensi "#N$ setelah perasi hidung dapat merupakan manifestasi dari refleks vagal trigemini>Knas>muntahK& 2al ini masih belum jelas apakah input vestibular memberikan kntribusi langsung ke "#N$ atau apakah anestesi meningkatkan kerentanan dari vestibular rgan& 'ampak durasi anestesi pada "#N$ dijelaskan dalam ban.ak penelitian& 2al ini umumn.a diperca.a bah5a perasi lebih lama dan lebih invasif .ang berhubungan dengan insiden "#N$ .ang lebih tinggi& 'alam penelitian kami* "#N$ terlihat lebih sering pada kelmpk septrhinplast.* dibandingkan dengan .ang lain* juga durasi perasi lebih lama& Namun* penempatann.a mungkin terkait dengan trauma lkal& Berbagai masalah dilaprkan terkait dengan pembalutan faring* seperti sakit tenggrkan* cedera pleksus faring* pengembangan pasca perasi stmatitis aphthus* dan pembengkakan pada lidah& Selain itu* penghapusan pembalutan dapat dilupakan dan mungkin bermigrasi ke tempat lain dalam tubuh& Selain itu* kami mengamati selama perasi itu karena butuh 5aktu untuk perdarahan akan diserap leh pembalut* darah tetap terlihat di lapangan bedah* dan ini bisa menghalangi pandangan dkter bedah selama perasi& Kesimp!an" penggunaan pembalut faring periperatif pada pasien .ang menjalani perasi hidung tidak berpengaruh pada "#N$& -engingat efek samping* seperti sakit tenggrkan* pembengkakan lidah* dan stmatitis aphthus pascaperasi* penggunaan pembalutan faring selama perasi hidung harus dipertimbangkan&