Latar Belakang
Rumah sakit adalah tempat berkumpul sebagian besar tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesinya seperti:dokter, dokter gigi,
apoteker, perawat, bidan, nutrisionis, fisioterapis, ahli rekam medik dan lain-
lain.
Rumah sakit menurut peraturan menteri kesehatan ri
nomor:159b/men.kes/per/ii/1988 tentang rumah sakit adalahsarana upaya
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
1. Hukum rumah sakit
penerapan etik di rumah sakit
hukum kesehatan terdiri dari banyak disiplin,diantaranya:
hukum kedokteran,
hukum keperawatan,
hukum farmasi,
hukum apotik,
hukum kesehatanmasyarakat,
hukum perobatan,
hukum rumah sakit,
dan lain-lain
2. Kewajiban rumah sakit
1.membuat peraturan-peraturan yang berlaku dirumah sakit(hospital by
laws)
2.mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan rumah sakit
3.mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala intruksi yang diberikan
dokter kepadanya
2
4.memilih tenaga dokter yang akan berkerja dirumah sakit
5.menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi(termasuk
pasien, pihak ketiga dan lain-lain).
3. Hak rumah sakit
1.merawat pasien sebaik-baiknya
2.menjaga mutu perawatan
3.memberikan pertolongan pengobatan di unit emergensi
4.menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan
5.menyediakan sarana dan peralatan medik yang dibutuhkan sesuai dengan
tingkat rumah sakit dan urgensinya.
6.menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap
pakai
7.merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak mempunyai
peralatan medis khusus atau tenaga dokter khusus yang diperlukan.
8.menyediakan daya penangkal kecelakaan (alat pemadam api, sarana dan
alat pertolongan penyelamatan pasien dalam keadaan darurat).
4. 5 dari 12 hak pasien di rumah sakit
1.atas pelayanan yang manusiawi
2.memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik
3.memilih dokternya
4.meminta dokter yang merawat agar mengadakan konsultasi dengan
dokter lain
5.atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita
5.kewajiban pasien di rumah sakit
3
1.pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan
tata-tertib rumah sakit
2.pasien wajib untuk menceritakan sejujur-jujurnya tentang segala sesuatu
mengenai penyakit yan dideritanya
3.pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instrusi dokter dalam rangka
pengobatannya
4.pasien dan/atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua
imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter
5.pasien dan/atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala
perjanjian yang ditanda tanganinya.
4
Etika
Etika (umum) ; istilah dengan aneka ragam arti
Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang
pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu
atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang
menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan
perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz magnis suseno
menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia
untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya
harus hidup dan bertindak ? Peter singer, filusf kontemporer dari australia
menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-
bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang
dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter
dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab
memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak
dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang
menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi
secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban
dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap
organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah
dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat.
Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk
eksekutif lain di rumah sakit.
5
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman
untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang
dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.
Hal-hal yang bukan etika
Untuk melengkapi tentang etika, perlu juga ditambahkan tentang apa
yang menurut peter singer sebenarnya bukan etika (what ethics is not)
1. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan
dengan perilaku seksual.
2. Etika bukan sistem yang ideal, luhur dan baik dalam teori, namun tidak ada
gunanya dalam praktek.agaknya, penilaian demikianlah yang apriori
diberikan oleh masyarakat jika ada kasus kejadian klinis yang tidak dinginkan
dibawa ke mkek.
3. Etika bukan sesuatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama.
Ini tentulah pemikiran sekuler. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara
moral 'baik' adalah sesuatu yang sangat disetujui dan disenangi tuhan.
Sedangkan singer berpendapat (sama dengan plato 2000 tahun
sebelumnya), suatu perbuatan manusia adalah baik karena disetujui tuhan,
bukan sebalikny karena disetujui tuhan perbuatan itu mnejadi baik.
Kontradiksi pendapat tentang ini sudah berlangsung berabad-abad, dan
mungkin akan berlangsung terus.
4. Etika bukan sesuatu yang relatif atau subjektif. Sangkalan singer terhadap
anggapan keempat ini tidak dijelaskan lebih lnajut disini, karena elaborasinya
dari sudut historis dan falsafah yang panjang dan rumit.
Dapat dilihat, bahwa empat hal yang dianggap bukan etika di atas
adalah sanggahan peter singer terhadap apa yang dianggapnya sistem nilai
umum dalam masyarakat.
6
Jenjang perkembangan dari ajaran moral sampai kode etik
1. Ajaran moral : ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan berbuat
agar menjadi manusia yang baik
2. Moral : sistem nilai atau konsensus sosial tentang motivasi, perilaku dan
perbuatan tertentu dinilai baik atau buruk.
3. Falsafah moral : falsafah atau penalaran moral yang menjelaskan mengapa
perbuatan tertentu dinilai baik, sedangkan perbuatan lain buruk.
4. Falsafah moral menghasilkan teori-teori etika.
5. Teori-teori etika : kerangka untuk berpikir tentang apakah suatu
perbuatan dapat diterima dinilai dari pendekatan moral. Dua teori etika
klasik yang paling terkenal adalah utilitiarisme dan deontologi. Teori
utilitiarisme menilai baik-buruknya suatu tindakan dari hasil atau dampak
tindakan itu. Jika hasilnya baik (the greatest good for the greates number),
secara moral tindakan itu adalah baik. Teori deontologi berkata lain ; lakukan
kewajiban (deon = kewajiban), jangan lihat hasil atau dampaknya.
6. Asas-asas etika : penerapan teori-teori etika dalam praktek. Dua asas etika
klasik adalah beneficence (kewajiban untuk berbuat baik) dan
normaleficence (kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan
oranglain). Dua asas etika kontemporer adalah menghormati manusia
(respect for reason) dan keadilan (justice).
7. Aturan-aturan etika : seperangkat standar atau norma yang diturunkan
dari asas-asas etika dan bertujuan mengatur perilaku perbuatan manusia.
7
8. Kode etik profesi : seperangkat aturan etika khusus sebagai consensus
semua anggota asosiasi profesi, yang memuat amar dan larangan yang wajib
ditaati dan dilaksanakan oleh semua anggota asosiasi dalam menjalankan
fungsi dan kegiatan profesionalnya.
Perlu pemahaman tentang jenjang dan hubungan antara konsep-
konsep seperti yang ditayangkan pada bagian di atas, terutama tentang
beberapa teori etika yang utama, tentang asas-asas etika, dan kode etik.
Oleh karena -seperti akan di elaborasi lebih lanjut di belakang nanti-
terutama asas-asas etika dan kode etik profesi adalah alat pengukur untuk
menilai apakah dalam kasus tertentu di rumah sakit terjadi pelanggaran
etika atau tidak.
Kelahiran Etika Rumah Sakit
Etika rumah sakit yaitu etika praktis yang dikembangkan untuk rumah
sakit sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan
dengan kehadiran etika biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika
institusional rumah sakit adalah pengembangan dari etika biomedika
(bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama sekali
sebagai dampak atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan
teknologi biomedis, justru terjadi di rumah sakit. Sebagai contoh, dapat
disebut kegiatan reproduksi dibantu transplantasi organ.
Penggunaan alat-alat medis teknologi tinggi untuk menunjang hidup,
operasi ganti kelamin, penelitian serta uji-coba klinis, dan beberapa
terobosan baru lain dari revolusi biomedis sejak tahun 1960-an yang
semuanya dilaksanakan di rumah sakit.
8
Komponen-komponen etika rumah sakit
Etika rumah sakit terdiri atas dua komponen :
* etika administratif
* etika biomedis
Klasifikasi ini sesuai dengan dua bidang governance di rumah
sakit :corporate governance dan clinical governance dengan wilayah
tumpang tindih di antara keduanya. Dapat dikatakan pada banyak masalah
etika biomedis ada aspek etika administratifnya dan pada semua kegiatan
klinis ada potensi isu etisnya.
Isu-isu atau potensi masalah etika yang terkait dengan masing-masing
komponen etika rumah sakit itu didiskusikan berikut ini :
Isu-isu etika administratif
* potensi isu etika administratif yang pertama terkait dengan
kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit. Fungsi manajemen
mencakup antara lain kegiatan menentukan obyektif, menentikna arah dan
memberi pedoman pada organisasi. Kegiatan-kegiatan kepemimpinan dan
manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam pelaksanaannya
seorang pemimpin yang manajer puncak sangat mudah-disadari atau tidak
melanggar asas-asas etika beneficence, nonmaleficence, menghormati
manusia dan berlaku adil.
apalagi jika direktur rumah sakit berprilaku diskrimatif dan
menerapkan standar ganda; ia menuntut orang lain mematuhi standar-
standar yang ditetapkan. Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan
sesuai dengan standar-standar itu
9
* potensi isu etika administratif berikutnya adalah tentang privasi.
Privasi menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia
pribadi, kelainan atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan, dan
terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang menjadi
haknya. Adalah kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi
privasi dan kerahasiaan pasiennya. Harus diakui, hal itu tidak selalu mudah.
Misalnya kerahasiaan rekam medis pasien sukar dijaga, karena
rumah sakit modern data dan informasi yang terdapat di dalamnya terbuka
bagi begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak
punya akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika
administratif, jika terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu
sebab di satu pihak lain kewajiban moral untuk menjaganya.
* persetujuan tindakan medis (informed consent). Masalah etika
administratif dapat terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan
sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela
oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan tindakan medis
tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan
dimengerti olehnya tentang semua dampak dan risiko yang mungkin terjadi
sebagai akibat tindakan itu atau sebagai akibat sebagai tidak dilakukan
tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak terjadi banyak masalah etika,
jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis sesuai dengan apa
yang diharapkan semua pihak.
Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin
dikerjakan sehari-hari- misalnya-apendektomi- berakibat fatal. Kasus
demikian dapat menjadi penyesalan berkepanjangan.dapat juga terjadi
dilema etik pada dokter dirumah sakit, yang tega mengungkapkan informasi
yang selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan pasien
10
akan jadi bingung, fanik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk
mencari pengobatan alternatif. Padahal dokter percaya bahwa tindakan
medik yang direncanakan masih besar kemungkinannya untuk
menyelamatkan pasien.
Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi
berhubung dengan faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut ini
terjadi sehari-hari.
1. Apakah kemampuan pasien membayar uang muka adalah faktor yang
mutlak bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan kepadanya.
2. Karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman rumah sakit
mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan dengan
demikian mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak,
lebih besar manfaatnya, dan lebih efektif biaya. Bagaimana sikap rumah
sakit terhadap dokter tertentu sangat tinggi tarif jasanya. Jika ditegur ia
pasti akan marah, dan mungkin akan hengkang kerumah sakit lain. Padahal
ia patient getter yang merupakan 'telur emas'bagi rumah sakit.
3. Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi
piutang periodiknya, padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus
lanjutan.
4. Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika ada
konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan keingginan pemegang
saham yang melihat sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.
5. Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen dan
para klinis yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan pendapatan.
6. Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu yang dapat diduga
melakukan moral hazard dengan berkolusi dengan pbf. Bagaimana sikap
rumah sakit terhadap teknologi mahal;disatu pihak diperlukan untuk
11
meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, di pihak lain potensi moral
hazard juga tinggi demi untuk membayar cicilan kredit atau/easing.
Isu-isu etika biomeidis
Isu etika biomedis di rumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku
profesional dan instutisional terhadap hidup dan kesehatan manusia dari
sejak sebelum kelahiran, pada saat-saaat sejak lahir, selama pertumbuhan,
jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua,sampai saat-saat menjelang
akhir hidup,kematian,dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu
dipilah lagi dalam:
Isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahitr sebagai dampak
revolusi biomedis sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah
dan dilema baru sama sekali bagi para dokter dalam menjalankan
propesinya.
Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh international
association of bioethics sebagai berikut; bioetika adalah studi tentang isu-isu
etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan
dan ilmu-ilmu biolagi(terjemahan oleh penulis).
* isu-isu etika medis'tradisional' yang sudah dikenal sejak ribuan
tahun, dan lebih banyak menyangkuthubungan individual dalam interaksi
terapeutik antara dokter dan pasien. Kemungkinan adanya masalah etika
medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat
oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.
12
Isu-isu bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis
dalam arti pertama (bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan
rekayasa genetik,teknologi reproduksi,eksperimen medis, donasi dan
transpalasi organ, penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup,
kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai dengan definisi di atas
tentang bioetika oleh international association of bioethics ,kegiatan-
kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak
hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama,
politik, pemerintahan, ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan
mungikin juga isu-isu di bidang lain.
Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis
dalam arti tidak hanya terbatas pada kepedulian internal rumah sakit saja-
misalnya komite etika rumah sakit dan para dokter saja seperti halnya pada
penanganan masalah etika medis 'tradisional'- melainkan kepedulian dan
bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-displiner tentang masalah-masalah
yang timbul karena perkembangan bidang biomedis pada skala mikro dan
makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan sistemnilainya,kini
dan dimasa mendatang (f.abel,terjemahan k.bertens).
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika
yang sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.dengan
demikian,identifikasi dan pemecahan masalah etika biomedis dalam arti
pertama tidak dibicarakan lebih lanjut pada presentasi ini. Yang perlu
diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan rumah sakit adalah
tentang 'fatwa' pusat-pusat kajian nasional dan internasional,deklarasi
badan-badan internasional seperti pbb, who, amnesty international,
13
atau'fatwa' akademi ilmu pengetahuan nasional (diindonesia;aipi) tentang
isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar
kaidah-kaidah yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional
atau supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika
dirumah sakit yang belum diketahui solusinya,pendapat lembaga-lembaga
demikian tentu dapat diminta.
Isu-isu etika medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional
dalam pelayanan medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan
kemungkinan terjadinya malpraktek, terutama oleh dokter. Padahal, etika
disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung jawab institusional rumah
sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada ketentuan
hukum (perdata, pidana, atau tata usaha negara) atau pada norma-norma
etika.
Malpraktek (medis) sebenarnya adalah istilah hukum yang berarti
kesalahan dalam menjalankan profesi. Berkhouwer dan borstman (dikutip
oleh veronica komalawati) mengatakan,seorang dokter melakukan
kesalahan profesi, apabila ia tidak memeriksa, tidak membuat penilaian,
tidak melakukan tindakan atau tidak menghindari tindakan (tertentu),
sedangkan dokter-dokter yang baik pada umumnya pada situasi yang sama
akan melakukan pemeriksaan, membuat penilaian, melakukan tindakan atau
menghindari tindakan (tertentu).
Kita dapat melihat: pertama, bahwa definisi ini bersifat relatif.baik
buruknya seorang dokter menjalankan profesinya dibandingkan dengan
rata-rata dokter lain. Tentu ini ada kelemahan-kelemahannya ; dapat saja
14
seorang dokter yang inovatif di tuduh melakukan malpraktek karena ia
melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan kebanyakan dokter lain,
padahal yang ia lakukan adalah baik dan bermanfaat bagi pasien. Soal
standar profesi tidak disinggung dalam devinisi itu,mungkin karena belum
ada,karena buku dua ahli hukum belanda itu diterbitkan lebih daripada
setengah abad yang lalu dalam tahun 1950.
Kedua. Walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan, dalam definisi ini
dengan kesalahan profesional ditonjolkan tentang kelainan; dokter tentu
tidak melakukan pemeriksaan. Tidak membuat penilaian, tidak melakukan
tindakan, dan tidak menghindari tindakan tertentu. Ini sesuai dengan
pemahaman, bahwa malpraktek adalah sama dengan negligence.
Sesuai dengan konteks makalah ini, tentang malpraktek dengan latar
belakang pelanggaran hukum tidak dibicarakan lebih jauh. Fokus utama
adalah pada masalah etika medis di rumah sakit. Terkait dengan itu, untuk
kejelasan wacana uraian rekapulatiif berikut ini kiranya diperlukan:
1. Etika dalam hal ini diartikan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.
2. Etika rumah sakit adalah etika institusi, jadi kewajiban dan tanggng jawab
itu adalah institusional,bukan individual.
3. Namun, eksekutif puncak rumah sakit- sebagai yang oleh pemilik melalui
governing body (badan pengampu, majelis wali amanah, dewan pembina,
atau nama jenis yang lain) diberi kekuasaan mengelola dan tanggung jawab
rumah sakit, dengan sendirinya juga adalah penanggung jawab moral dan
etika institusional.
4. Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban
dan tanggung jawab pada etika medis adalah hidup dan kesehatan manusia
15
dan kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. Itu berarti pasien staf
serta karyawan rumah sakit,dan masyarakat.
5. Masalah etika rumah sakit timbul apabila terjadi pelanggaran terhadap
asas-asas etika (umum)dan kode etik rumah sakit, yang adalah uraian lebih
operasional dari asas-asas etika.
6. Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika
praktis adalah:
* rumah sakit berbuat kebaikan (benifecence)dan tidak
menimbulkan mudharat atau cidera (nonmalifecence)pada pasien,staf dan
karyawan,masyarakat umum,serta lingkungan hidup.
Dua asas etika klasik ini sudah ada dalam lafal sumpah hipprokrates
sejak lebih 23 abad yang lalu. Dua asas ini adalah juga ajaran semua agama.
Ajaran islam hampir selalu menyebut dua asas itu dalam satu kalimat (amar
ma 'arupnahi mungkar).dalam ajaran agama hindu, nonmaleficence adalah
ahimsa.
* asas menghormati manusia (respect for persons) berarti
menghormati pasien,staf dan karyawan,serta masyarakat dalam hal hidup
dan kesehatan mereka. Itu berarti menghormati otonomi (hak untuk
mengambil keputusan tentang diri sendiri),hak-hak asasi sebagai warga
negara, hak atas informasi,hak atas privasi,hak atas kerahasiaan,seta harkat
dan mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.
* asas keadilan (justice): keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan
perlakuan yang 'fair'terhadap pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat
umum.
Komite Etik Rumah Sakit (KERS)
Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu
badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin
16
perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani
berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi
sarana efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak
yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat
tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam
perawatan kesehatan di rumah sakit.
Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan
pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi
pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan
memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus
mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan
yang terkait dengan permasalahan ini.
Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang etika
kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang
etika diharapkan akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite
tidak akan mampu mengajari orang lain, jika ia tidak cukup kemampuannya.
Oleh sebab itu tugas pertama komite adalah meningkatkan
pengetahuan anggota komite. Etika kedokteran dewasa ini berkembang
sangat pesat. Di Indonesia etika kedokteran relatif baru dan yang berminat
tidak banyak sehingga lebih sulit mencari bahan bacaan yang berkaitan
dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota komite dapat dilakukan dengan
belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang pakar dalam bidang
agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang etika
kedokteran.
Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai
istilah/konsep etika, proses analisa dan pengambilan keputusan dalam etika.
Pengetahuan tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia diterapkan
17
dalam berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang dibahas, akan
semakin jelaslah bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana
pengambilan keputusan yang baik. Pendidikan etika tidak tebatas pada
pimpinan dan staf rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien,
keluarga pasien, dan masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan
etika.
Pemahaman akan permasalahan etika akan menambah kepercayaan
masyarakat dan membuka wawasan mereka bahwa rumah sakit bekerja
untuk kepentingan pasien dan masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam
struktur rumah sakit di Indonesia dikenal subkomite/panitia etik profesi
medik yang merupakan struktur dibawah komite medik yang bertugas
menangani masalah etika rumah sakit. Pada umumnya anggota panitia ini
adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih banyak yang berkaitan
dengan pelanggaran etika profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini
sudah berkembang begitu luas dan kompleks maka keberadaan dan posisi
panitia ini tidak lagi memadai.
Rumah sakit memerlukan tim atau komite yang dapat menangani
masalah etika rumah sakit dan tanggung jawab langsung kepada direksi.
Komite memberikan saran di bidang etika kepada pimpinan dan staf rumah
sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite dinyatakan dalam struktur
organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite diangkat oleh pimpinan
rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses pembentukan KERS ini, rumah
sakit memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa
orang yang memiliki kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran,
bersikap terbuka dan memiliki semangat tinggi.
Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan
komite bersifat multi disiplin meliputi dokter (merupakan mayoritas
18
anggota) dari berbagai spesialisasi, perawat, pekerja sosial, rohaniawan,
wakil administrasi rumah sakit, wakil masyarakat, etikawan, dan ahli hukum.
Identifikasi Masalah Etika di Rumah Sakit
Kurt darr mengatakan, bahwa seorang eksekutuf rumah sakit tidak
perlu sampai mengikuti kursus tentang pilosofi atau etika untuk dapat
mengidentifikasikan masalah etika, walaupun kursus-kursus demikian akan
banyak menolong. Yang penting,harus ada kepekaan, kebiasaan melakukan
refleksi (an inquiring mind), dan etika pribadi (personal etics)yang cukup
baik. Tiga pertanyaan berikut ini dianjurkan diajukan pada diri sendiri untuk
mengidentifikasikan kemungkinan adanya etika pada kasus tertentu.
* apakah pasien, staf dan karyawan, atau masyarakat umum dalam
kasus tertentu itu diperlakukan seperti saya ingin diperlakukan dalam kasus
seperti itu? Ini dinamakan the golden rule.
* apakah pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum cukup
dilindungi terhadap kemungkinan cidera dalam keberadaan dan pelayanan
di rumah sakit?
* apakah penjelasan tentang informed conset kepada pasien cukup
memberi informasi baginya tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya?
Jika salah satu atau lebih dari tiga pertanyaan itu terjawab dengan
"tidak",ada indikasi masalah etika pada kasus yang dihadapi. Pertanyaan-
pertanyaan selanjutnya adalah:
* adakah pasal-pasal dalam kode etik rumah sakit yang dilanggar?
* adakah asas-asas etika umum yang dilanggar?
19
* jika masih perlu untuk lebih memastikan: teori etika mana yang dapat
dipakai untuk pembenaran keputusan atau tindakan rumah sakit yang
menimbulkan masalah etika administratif atau etika biomedis.
Sama halnya dengan proses pemecahan masalah secara umum,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat adalah bagian penting
proses itu.
Pemecahan Masalah Etika di Rumah Sakit
Setelah berhasil mengidentifikasikan adanya masalah etika
administratif, masalah bioetika, masalah medis tradisional, atau gabungan
berbagai masalah etika itu dirumah sakit, langkah berikutnya adalah mencari
solusi untuk masalah-masalah itu. Perlu segera ditambahkan, bahwa
pemecahan masalah etika secara umum tidak mudah. Pada dasarnya ada
dua model untuk pemecahan masalah secara umum; model terprogram
(rasional) dan model tak terprogram.
Model rasional terprogram mungkin dapat diterapkan pada
pemecahan banyak masalah manajemen umum, tetapi rasio saja tidak selalu
berhasil diterapkan pada pemecahan masalah etika. Masalah etika
administratif tertentu di rumah sakit yang menyangkut proses atau prosedur
mungkin dapat lebih mudah dipecahkan secara rasional. Tetapi, masalah
etika biomedis yang menyangkut substansi atau prinsif sering kali sangat
sensitif, karena itu rasio saja tidak selalu efektif. Diperlukan kebijaksanaan
yang umumnya tidak dapt diprogramkan.
Dianjurkan langkah langkah umum sebagai berikut untuk pemecahan
masalah etika rumah sakit:
20
1. Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam
komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga
ditemukan akar masalah.akar masalah adalah penyebab paling dasar dari
masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan pada manusia,
kepemimpinan,manajemen, budaya organisasi, sarana, alat, sistem,
prosedur, atau faktor-faktor lain.
2. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah
ditemukan (root cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.
3. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
4. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu.
5. Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah
dilaksanakan.
6. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau
terulang lagi terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah
etika baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang
berulang-ulang dikeluarkan dari rumah sakit.
Kesimpulan
Telah disampaikan tentang etika umum dan etika rumah sakit sebagai
etika terapan atau etuka praktis. Juga uraian tentang jenis atau kelompok
etika di rumah sakit, mekanisme untuk mengidentifikasi masalah-masalah
etika, serta langkah-langkah umum untuk pemecahanya. Pemecahan
masalah etika lebih rumit dan sulit daripada pemecahan masalah manajemen
umum.
21
"Setiap seni dan setiap penelaahan, dan demikian pula setiap tindakan
dan pencarian, dianggap bertujuan pada suatu kebaikan; dan karena
alasan ini yang baik dengan tepat telah dinyatakan sebagai apa yang
dituju oleh segala sesuatu." - 1094a (buku i, bab 1)
"Dan kebahagiaan dianggap bergantung pada kegiatan bersantai
(leisure); karena kita bersibuk-sibuk supaya kita dapat bersantai, dan
berperang agar kita hidup dalam damai." - (buku x, bab 7)
(juga) "kita berperang agar kita dapat hidup dalam damai."
Daftar pustaka
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=934&tbl=artikel
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/hukum-dan-etika-
rumah-sakit.html