Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalau kita meneliti tentang kehidupan manusia dari sejarah
perkembangan kehidupannya, sejak adam hingga kini telah
berkembang menjadi milyaran umat manusia. Bahan pangan
penunjang kehidupan yang utama berasal dari tumbuh-tumbuhan,
yang ternyata tumbuh-tumbuhan tak kalah bagi kehidupan dan
perkembangan hewan. Ini berarti bahwa kehidupan dan
perkembangan baik manusia maupun hewan sangat bergantung pada
tumbuh dan berkembangnya tumbuh-tumbuhan.
Telah berabad-abad lalu manusia telah mengenal kegunaan
tumbuhan sebagai penghasil obat-obatan. Namun pengetahuan
tersebut diperoleh bukan berdasarkan pemikiran secara rasional
namun melalui perasaan instinktif dan kemudian setelah pilihan
tersebut dapat memberikan apa yang diharapkan, yaitu penyakitnya
sembuh atau rasa sakitnya berkurang. Dari sinilah secara turun
temurun pengetahuan tersebut dipertahankan melalui penuturan
secara lisan. Nanti setelah manusia mengenal peradaban,
pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat itu pun mulai
dituangkan dan diabadikan sebagai dokumen.
Pemberitaan tertua diketahui mengenai hal tersebut berasal dari
Mesir, yang tertulis di atas papirus yang berisi resep- resep membuat
obat dari bahan tumbuhan untuk penyakit tertentu. Dari pengetahuan
orang-orang Mesir tersebut, ternyata menjadi sumber ilmu bagi orang
Yunani. Banyak tokoh pemikir dari Yunani antara lain Hippocrates,
Aristoteles, Theopratos banyak menelurkan karangan yang berisikan
tentang sejarah tumbuhan dan mengumpulkan informasi mengenai
tumbuhan obat-obatan dari berbagai sumber. Tidak hanya di Mesir
dan Yunani saja muncul tokoh-tokoh yang berjasa di bidang ilmu
pengobatan. Ada juga berasal dari Asia dan Eropa.
Pada abad-abad berikutnya, ilmu mengenai tumbuhan terpecah
menjadi tumbuhan, sedangkan ilmu mengenai tanaman obat-obatan
dikenal sebagai farmakognosi. Dalam uraian selanjutnya, akan
dibahas mengenai salah satu tanaman yang dikenal di kalangana
penduduk sebagai tanaman liar. Namun, tak banyak yang mengetahui
khasiat dari tanaman ini. Sebagaian besar menganggap tanaman ini
sebagai hiasan pagar. Sebaliknya tanaman ini mengandung beberapa
senyawa kimia aktif yang dapat mengobati berbagai penyakit.
Dari pihak khalayak ramai acapkali kita mendengar desas desus
bahwa para dokter Indonesia pada umumnya dalam kegiatannya di
bidang pengobatan tidak atau kurang dan tidak suka memperhatikan
obat (tumbuh tumbuhan ) tradisional berkhasiat. Seolah mereka
dengan sengaja mengabaikannya.
Dipandang dari sudut pandang ilmiah yang murni, masalah
tersebut sangat pelik dan penting pula artinya, antara lain mengingat
bumi Indonesia kaya raya dan subur bagi tumbuhan vegetatif pada
umumnya. Hal ini terbukti sebelum munculnya obat obatan yang
berasal dari luar negeri,sekitar 300 tahun yang lalu, nenek moyang kita
telah mempergunakan tanaman tradisional yang diperolehnya dari
hutan.
Berdasarkan kekhawatiran tersebut , sebagai seorang calon
apoteker, maka kami merasa perlu ambil andil agar tanaman
tradisional dapat diterima di lingkungannya dan membuktikan khasiat
dari tanaman tradisional dengan melakukan observasi ke salah satu
lokasi yang dianggap memiliki beraneka ragam tanaman yang
berkhasiat obat yaitu Desa Lampoko Kab. Barru Sul Sel. Dengan
mengambil sampel dari lokasi tersebut dan meneliti kandungannya
maka diharapkan dapat membantu dalam dunia kesehatan Indonesia
di masa yang akan datang.
Adapun sampel yang diteliti yaitu Kesambi (Schleichera oleosa)
yang diambil langsung dari lokasi PKL. Dalam bab bab berikutnya
akan dibahas lebih jauh mengenai tanaman tersebut.






1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah
baagaimana cara mengetahui tekhnik atau metode farmakognostik
meliputi pemeriksaan, morfologi, anatomi, organoleptik, dan identifikasi
kandungan kimia pada Kasambi (Schleichera oleosa).
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh data
farmakognostik meliputi pemeriksaan, morfologi, anatomi, organoleptik,
dan identifikasi kandungan kimia pada Kasambi (Schleichera oleosa).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun Manufaat dari penelitian ini yaitu agar praktikan dapat
mengetahui dan memperoleh data dari percobaan yang dapat
menambah data ilmiah dan memperluas pengetahuan masyarakat
tentang tanaman yang berkhasiat obat .
1.5 Konstribusi Penelitian bagi IPTEK
Konstribusi bagi bidang Ilmu pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) yaitu menambah informasi tanaman yang berkhasiat obat dan
nantinya di kembangkan khasiatnya bukan hanya yang di ketahui
masyarakat awam.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman/ Hewan
2.1.1 Sistematika Tanaman Kasambi (Anonim, 2011)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Schleichera
Spesies : Schleichera oleosa (Lour.) Oken
Kunci Determinasi Tanaman (Steenns, 2008) : 232a..., 231a...,
230a..., 229b..., 227b..., 225b..., 224b..., 220b..., 219b..., 208b...,
197b..., 15b..., 14a..., 13b..., 12b..., 11b..., 10b..., 9b..., 7b...,
6b..., 4b..., 3b..., 2b..., 1b...





2.1.2 Nama Daerah Tanaman
Alor: Kalabai; Bali dan Jawa: kesambi, kusambi,
sambi;Bugis: Ading ; Madura: kesambhi; Makassar : Bado;
Sumba: kasambi, kehambi; Rote: Kule, ule; Sawu: Kehabe;
Solor: Kahabi (Redaksi Argo Media, 2008)
2.1.3 Morfologi Tanaman
Pohon berumah dua (diosis), kekar, sering bengkok, tinggi
mencapai 40 m dan gemang batang samapai 2 m, meskipun
kebanyakan kecil dari itu, berbanir kecil, pepangan berwarna
abu-abu(Wales, 2010)
Daun : majemuk menyirip genap dengan 4-8 anak daun
berbentuk jorong memanjang, kadang-kadang bundar telur atau
bundar telur sungsang, yang ujung terbesar (Wales, 2010)
Bunga : bunga terkumpul dalam mulai berbentuk tandan, 6-
15 cm, berjejalan pada pangkal tunas yang muda, sering
bercabang pendek. Bunga tanpa mahkota kelopak 4-5, menyatu
pada pankalnya, bertaju bundar telur atau menyetiga,1-1,5 mm,
berambut tipis dikedua sisinya, kuning hijau, benang sari 4-9
(Wales, 2010)
Buah bentuk gelondong lebar atau agak bulat telur, dengan
ujung meruncing, licin atau berduri tempel sedikit, berwarna
kuning (Wales, 2010)
Biji berbentuk bulat panjang dan sedikit gepeng
(Wales, 2010)
.Batang tumbuh membengkok, berkayu keras dan memiliki
banyak mata kayu (Wales, 2010)
2.1.4 Anatomi Tanaman
Secara mikroskopik kesambi mempunyai anatomi sebagai
berikut (Anonim, 2008) :
Akar kesambi tersusun atas :
a. Epidermis
Susunan sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel,
dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar merupakan
modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air
dan garam-garam mineral terlarut, bulu akar memperluas
permukaan akar.
b. Korteks
Letaknya langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak
tersusun rapat sehingga banyak memiliki ruang antar sel.
Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim.
c. Endodermis
Merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan
silinder pusat. Sel-sel endodermis dapat mengalami
penebalan zat gabus pada dindingnya dan membentuk
seperti titik-titik, dinamakan titik Caspary. Pada
pertumbuhan selanjutnya penebalan zat gabus sampai
pada dinding sel yang menghadap silinder pusat, bila
diamati di bawah mikroskop akan tampak seperti huruf U,
disebut sel U, sehingga air tak dapat menuju ke silinder
pusat. Tetapi tidak semua sel-sel endodermis mengalami
penebalan, sehingga memungkinkan air dapat masuk ke
silinder pusat. Sel-sel tersebut dinamakan sel penerus/sel
peresap.
d. Silinder Pusat/Stele
Silinder pusat/stele merupakan bagian terdalam dari akar.
Terdiri dari berbagai macam jaringan :
Persikel/Perikambium Merupakan lapisan terluar dari
stele. Akar cabang terbentuk dari pertumbuhan persikel
ke arah luar.
Berkas Pembuluh Angkut/Vasis. Terdiri atas xilem dan
floem yang tersusun bergantian menurut arah jari jari.
Pada dikotil di antara xilem dan floem terdapat jaringan
kambium.
Empulur, letaknya paling dalam atau di antara berkas
pembuluh angkut terdiri dari jaringan parenkim.


Batang Kesambi tersusun atas :
a. Epidermis
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak
mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk
melindungi jaringan di bawahnya. Pada batang yang
mengalami pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis
digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari
kambium gabus.
b. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari
beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis
tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun
atas jaringan parenkim.
c. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun
atas selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara
korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan
Anguiospermae mengandung zat tepung, tetapi tidak
terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.


d. Stele/ Silinder Pusat
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari
stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh
pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan
floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan
floem sebelah luar. Antara xilem dan floem terdapat
kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya
jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas
pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat
mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan
bertambah besarnya diameter batang.
Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya
menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak
berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air
dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering
tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan
menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap
lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu
tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran
Tahun.


Daun Kesambi tersusun atas :
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis
atas dan epidermis bawah, untuk mencegah penguapan
yang terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan
kutikula. Pada epidermis terdapatstoma/mulut daun,
stoma berguna untuk tempat berlangsungnya pertukaran
gas dari dan ke luar tubuh tumbuhan.
a. Parenkim/Mesofil
Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade
(jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang),
keduanya mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-
selnya rapat sedang jaringan bunga karang sel-selnya
agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang
antar sel. Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan
pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada
jaringan bunga karang.
b. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh daun merupakan lanjutan dari jaringan
batang, terdapat di dalam tulang daun dan urat-urat daun.



2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman
Kasambi memiliki kandungan kimia yaitu Zat samak,
gliserida, asam oleine, arachine, palmitine, asam biru (bluwzuur,
HCN) dan minyak lepas (Redaksi Argo Media, 2008)
2.1.6 Kegunaan Tanaman
Kasambi berkhasiat sebagai obat kudis, untuk
menyuburkan rambut dan obat gosok (Redaksi Argo Media,
2008).
2.1.7 Bioaktifitas Tanaman
Daun, akar dan batang kesambi mengandung saponin dan
tanin, di samping itu daunnya juga mengandung alkaloida.Daun
kesambi berkhasiat sebagai obat eksim, obat kudis, obat koreng
dan obat radang telinga (Anonim, 2008 :http://tanamanobat.org).
Untuk obat eksem dipakai 15 gram daun segar kesambi,
dicuci, direbus dengan 3 gelas air selama 25 menit, disaring.
Hasil saringan dinginkan sampai airnya hangat untuk mencuci
eksim sampai bersih (Anonim, 2008 :http://tanamanobat.org).
2.2 Tinjauan Tentang pemeriksaan Farmakognosi
2.2.1 Pengertian dan Sejarah Farmakologi
Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu
Pharmakon (obat) dan Gnosis (ilmu/pengetahuan). Jadi
farmakognosi adalah ilmu pengetahuan tentang obat, khususnya
dari nabati, hewani dan mineral. Definisi yang mencakup seluruh
ruang lingkup farmakognosi diberikan oleh Fluckiger, yaitu
pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu
diketahui tentang obat (Silfasi, 2010 : http://silfasi.blogspot.com).
Pada kurang lebih 2500 tahun SM, penggunaan tanaman
obat sudah digunakan orang, hal ini dapat diketahui dari
lempeng tanah liat yang tersimpan di perpustakaan Ashurbanipal
di Assiria, yang memuat simplisia antara lain kulit delima, opium,
adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Seorang tabib telah
mengenal kayu manis hiosiamina, gentiana, kelembak, gom arab
dan bunga kantil (Silfasi, 2010 : http://silfasi.blogspot.com).
Pada tahun 1737 linnaeus, seorang ahli botani swedia,
menulis buku Genera Plantarum yang kemudian menjadi buku
pedoman utama dari sistematik botani, sedangkan farmakognosi
modern mulai dirintis oleh Martiuss, seorang Apoteker jerman
dalam bukunya Grundriss Der Pharmakognosie Des
Planzenreisches telah menggolongkan simplisia menurut segi
morfologi, cara-cara untuk mengetahui kemurnian simplisia
(Silfasi, 2010 : http://silfasi.blogspot.com).
Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah
pertengahan abad ke 19 dan masih terbatas pada uraian
makroskopis dan mikroskopis, dan sampai dewasa ini
perkembanganya sudah sampai ke usaha-usaha isolasi,
identifikasi dan juga teknik-teknik kromatografi untuk tujuan
analisa kualitatif dan kuantitatif (Silfasi, 2010 :
http://silfasi.blogspot.com).
2.2.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Farmakognosi
2.2.2.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan
berdasarkan bentuk morfologi tanaman berdasarkan
uraian deskripsi tanaman secara lengkap melalui
pendekatan hubungan kekerabatan (suku, dan genus),
nama daerah, alat-alat khusus yang teradapat pada
tanaman tersebut tempat tumbuh. Untuk mempermudah
determinasi tanaman dilakukan pembuatan herbarium
khusus (steenis,1992).
Herbarium adalah penyimpanan dan pengawetan
tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara yaitu
cara kering dan cara basah, sesuai dengan namanya
herbarium kering disimpan dalam keadaan kering,
sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan
basah dengan cairan tertentu.
Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan
mengumpulkan seluruh bagian tanaman yang utuh (akar,
batang, daun), termasuk bagian-bagian khusus tanaman
seperti bunga, buah dan biji.
Herbarium adalah pengawetan dan penyimpanan
tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara yaitu
cara kering dan cara basah, sesuai dengan namanya
erbarium kering disimpan dalan keadaan kering dan
herbarium basah disimpan dalam keadaan basah dengan
cairan tertentu.
Herbarium kering adalah tumbuhan yang diambil
akarnya dan dibersihkan dengan air, setelah kering kita
masukkan kedalam lipatan kotan kemudian tumbuhan
diatur sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak
pada baian tumbuhan , daun diatur agar terlihat
permukaan daun atas dan bawah kemudian dipress
herbarium diatas kertas Koran dengan kemudian
dikeringkan pada sinar matahari atau dipanaskan dalam
oven listrik pada suhu 60-70
o
C sampai materi kering dan
siap untuk ditempel pada karton herbtium.
Herbarium basah umumnya jenis Bryophyta dan
larutan yang Anatomi tanaman digunakan adalah alcohol
70%m, formalin 4% atau FAA (Formalin, Alkohol 70% dan
Asetat perbandingan 50:500:900 ml) .
2.2.2.2 Morfologi Tanaman
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji
berbagai organ tumbuhan, baik bagian-bagian, bentuk
maupun fungsinya.Secara klasik, tumbuhan terdiri dari
tiga organ dasar (Masbuhdi, 2011 :
http://masbudhi.wordpress.com) :
Akar
Akar adalah bagian pokok di samping batang
dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah
merupakan kormus Sifat-sifat akar:
a. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya
terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke
pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air
(hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
b. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan
tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik
maupun bagian-bagian lainnya.
c. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau
kekuning-kuningan.
d. Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya
pertumbuhannya masih kalah pesat jika
dibandingkan dengan bagian permukaan tanah.
e. Bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga
lebih mudah untuk menembus tanah.
Fungsi akar bagi tumbuhan:
a. Memperkuat berdirinya tumbuhan.
b. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang
c. Terlarut di dalam air tersebut dari dalam tanah.
d. Mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah
diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan
yang memerlukan.
e. Kadang-kadang sebagai tempat untuk
penimbunan makanan.
Jenis akar secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
a. Akar serabut. Akar ini umumnya terdapat pada
tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang,
tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan
catatan, tumbuhan dikotil tersebut
dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau
stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk
memperkokoh berdirinya tumbuhan.
b. Akar tunggang. Akar ini umumnya terdapat pada
tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk
menyimpan makanan.
Modifikasi akar diantaranya :
a. Akar napas. Akar naik ke atas tanah, khususnya
ke atas air seperti pada genera Mangrove
(Avicennia, Soneratia).
b. Akar gantung. Akar sepenuhnya berada di atas
tanah. Akar gantung terdapat pada tumbuhan
epifit Anggrek.
c. Akar banir. Akar ini banyak terdapat pada
tumbuhan jenis tropik.
d. Akar penghisap. Akar ini terdapat pada tumbuhan
jenis parasit seperti benalu.
Batang
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang
amat penting, dan mengingat serta kedudukan batang
bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan
dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya
batang mempunyai sifat-sifat berikut:
a. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder
atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan
tetapi selalu bersifat aktinomorf.
b. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing
dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku
inilah terdapat daun.
c. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau
matahari (bersifat fototrop atau heliotrop)
d. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh
sebab itu sering dikatakan, bahwa batang
mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya
tumbuhan, tidak digugurkan, kecuali kadang-
kadang cabang atau ranting yang kecil.
f. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan
yang umurnya pendek, misalnya rumput dan
waktu batang masih muda.
Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan
yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau
dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi
dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun
merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah
organisme autotrof obligat, ia harus memasok
kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi
cahaya menjadi energi kimia.
MorfologiBentuk daun sangat beragam, namun
biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal.
Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai
pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar
daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau
menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya
bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri
(misalnya pada kaktus), dan berakibat daun
kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun
tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami
peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan
klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen
yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang
cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis.
Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya
karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning),
dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu,
tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan
klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning
atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun
yang gugur).
Fungsi dari daun yaitu :
Tempat terjadinya fotosintesis.
Sebagai organ pernapasan.
Tempat terjadinya transpirasi.
Tempat terjadinya gutasi.
Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Bunga
Bunga (flos) atau kembang adalah struktur
reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio
Magnoliophyta atau Angiospermae, tumbuhan berbiji
tertutup). Pada bunga terdapat organ reproduksi
(benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga
dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani
disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence.
Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang
terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini,
satuan bunga yang menyusun bunga majemuk
disebut floret.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji.
Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada
bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang
menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa
biji.
Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah
menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina
(makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai
dengan penyerbukan, yang diikuti dengan
pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan
secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan
pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain
menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga
untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan.
Manusia sejak lama terpikat oleh bunga,
khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi
salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebagai
tanaman hias.
Morfologi bunga :
Bunga adalah batang dan daun yang
termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh
dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh
sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga
dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada
banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan
tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan
ketersediaan air.
Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang
sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson.
Ada dua bentuk bunga berdasar simetri bentuknya:
aktinomorf (berbentuk bintang, simetri radial) dan
zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih
banyak dijumpai.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat
jantan (benang sari) dan alat betina (putik) secara
bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang
demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu
bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki
semua bagian utama bunga. Empat bagian utama
bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:
Kelopak bunga atau calyx;
Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis
dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga
yang membantu proses penyerbukan;
Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa
Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang
sari;
Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa
Yunani gynaikos oikia: rumah wanita) berupa
putik.
Organ reproduksi betina adalah daun buah atau
carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah
(ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji
(ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina)
di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat
kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari
atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan
sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di
atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang
umum, spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi
yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan
botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan
yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua
subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari
jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya
mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5)
sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ
atau kelipatannya.
Buah
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga
yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal
buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan
melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak
terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni
sebagai pemencar biji tumbuhan.
Pengertian buah dalam lingkup pertanian
(hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada
pengertian buah di atas. Buah dalam pengertian ini
tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah,
melainkan dapat pula berasal dari perkembangan
organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya,
buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa
disebut buah sejati.
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai
bahan pangan maupun bahan baku industri karena di
dalamnya disimpan berbagai macam produk
metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga
terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala
hal tentang buah dinamakan pomologi.
Buah dalam arti botani dan arti pertanian atau
pangan Arti botani. Dalam pandangan botani, buah
adalah sebagaimana tercantum pada paragraf
pertama di atas. Pada banyak spesies tumbuhan,
yang disebut buah mencakup bakal buah yang telah
berkembang lanjut beserta dengan jaringan yang
mengelilinginya. Bagi tumbuhan berbunga, buah
adalah alat untuk menyebar luaskan biji-bijinya;
adanya biji di dalam dapat mengindikasikan bahwa
organ tersebut adalah buah, meski ada pula biji yang
tidak berasal dari buah.
Dalam batasan tersebut, variasi buah bisa
sangat besar, mencakup buah mangga, buah apel,
buah tomat, cabai, dan lain-lain. Namun juga bulir
(kariopsis) padi, biji (juga merupakan bulir!) jagung,
biji bunga-matahari, biji lada, atau polong kacang
tanah. Sementara, dengan batasan ini, buah jambu
monyet atau buah nangka tidak termasuk buah sejati.
Arti hortikultura atau pangan
Buah dalam pengertian hortikultura atau pangan
merupakan pengertian yang dipakai oleh masyarakat
luas. Dalam pengertian ini, batasan buah menjadi
longgar. Setiap bagian tumbuhan di permukaan tanah
yang tumbuh membesar dan (biasanya) berdaging
atau banyak mengandung air dapat disebut buah.
Dapat dijumpai, buah sejati (dalam pengertian
botani) yang digolongkan sebagai sayur-sayuran,
seperti buah tomat, buah cabai, polong kacang
panjang, dan buah ketimun. Namun demikian, dapat
dijumpai pula, buah tidak sejati (buah semu) yang
digolongkan sebagai buah-buahan, seperti buah
jambu monyet (yang sebetulnya merupakan
pembesaran dasar bunga; buah yang sejati adalah
bagian ujung yang berbentuk seperti monyet
membungkuk), buah nangka (yakni pembesaran
tongkol bunga; buah yang sejati adalah isi buah
nangka yang berwarna putih (Jw. beton), bergetah,
sedangkan bagian daging buah yang dimakan orang
adalah tenda bunga), atau buah nanas.
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal
buah (ovarium). Setiap bakal buah berisi satu atau
lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui
suatu proses yang diawali oleh peristiwa
penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari
melekat di kepala putik, serbuk sari berkecambah dan
isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang berisi
sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai
putik menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan
antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan
sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk
zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada
tumbuhan berbunga ini melibatkan baik plasmogami,
yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma,
dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya.
Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai
bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji
tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang
disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging (pada
buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan
pelindung yang kering dan keras (pada buah geluk
atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal),
mahkota (petal), benangsari (stamen) dan putik (pistil)
akan gugur atau bisa jadi bertahan sebagian hingga
buah menjadi. Pembentukan buah ini terus
berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada
sebagian buah berbiji banyak, pertumbuhan daging
buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal
biji yang terbuahi.
Dinding buah, yang berasal dari perkembangan
dinding bakal buah pada bunga, dikenal sebagai
perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang
lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan
atau lebih. Yang di bagian luar disebut dinding luar,
eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium);
yang di dalam disebut dinding dalam atau endokarp
(endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa
lapis) yang disebut dinding tengah atau mesokarp
(mesocarpium).
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal
yang berasal dari bakal buah tenggelam, terkadang
bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung
perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari)
bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang
membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan
bagian utama dari buah, maka buah itu lalu disebut
buah semu. Itulah sebabnya menjadi penting untuk
mempelajari struktur bunga, dalam kaitannya untuk
memahami bagaimana suatu macam buah terbentuk.
Tipe-tipe buah. Buah-buah itu sedemikian
beragam, sehingga sukarlah rasanya untuk menyusun
suatu skema pengelompokan yang dapat mencakup
semua macam buah yang telah dikenal orang. Belum
lagi adanya kekeliruan-kekeliruan yang
mempertukarkan pengertian biji dan buah (misal: biji
jagung, yang sesungguhnya adalah buah secara
botani).
Baik buah sejati (yang merupakan
perkembangan dari bakal buah) maupun buah semu,
dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni:
o Buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu
bunga dengan satu bakal buah, yang berisi satu
biji atau lebih.
o Buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu
bunga yang memiliki banyak bakal buah. Masing-
masing bakal buah tumbuh menjadi buah
tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi
kumpulan buah yang nampak seperti satu buah.
Contohnya adalah sirsak (Annona).
o Buah majemuk, yakni jika buah terbentuk dari
bunga majemuk. Dengan demikian buah ini
berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal
buah), yang pada akhirnya seakan-akan menjadi
satu buah saja. Contohnya adalah nanas
(Ananas), bunga matahari (Helianthus).
o Buah kering. Buah tunggal, atau tepatnya buah
sejati tunggal, lebih jauh lagi dapat dibedakan atas
bentuk-bentuk buah kering (siccus), yakni yang
bagian luarnya keras dan mengayu atau seperti
kulit yang kering; dan buah berdaging (carnosus),
yang dinding buahnya tebal berdaging.
o Buah kering selanjutnya dibedakan atas buah yang
tidak memecah (indehiscens) dan yang memecah
(dehiscens).
o Buah indehiscens berisi satu biji, sehingga untuk
memencarkan bijinya buah ini tidak perlu
memecah. Yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah buah tipe padi, tipe kurung, dan tipe keras.
Biji
Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji
(ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak.
Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada
Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada
Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji
merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang
termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama
pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. (Lihat
pergiliran keturunan).
2.2.2.3 Anatomi Tanaman
Anatomi tumbuhan atau fitoanatomi merupakan
analogi dari anatomimanusia atau hewan. Walaupun
secara prinsip kajian yang dilakukan adalah melihat
keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara
fungsional berbeda, anatomi tumbuhan menggunakan
pendekatan metode yang berbeda dari anatomi hewan.
Organ tumbuhan terekspos dari luar, sehingga umumnya
tidak perlu dilakukan "pembedahan" (Wales, 2010 :
http://id.wikipedia.org ).
Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga
bagian berdasarkan hierarki dalam kehidupan (Wales,
2010 : http://id.wikipedia.org ) :
o Organologi, mempelajari struktur dan fungsi organ
berdasarkan jaringan-jaringan penyusunnya;
o Histologi, mempelajari struktur dan fungsi berbagai
jaringan berdasarkan bentuk dan peran sel
penyusunnya; dan
o Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta
organel-organel di dalamnya, proses kehidupan
dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan
sel yang lainnya. Sitologi dikenal juga sebagai biologi
sel.
Organologi mengkaji bagaimana struktur dan fungsi
suatu organ. Berikut adalah jaringan-jaringan dasar yang
menyusun tiga organ pokok tumbuhan diantaranya
(Wales, 2010 : http://id.wikipedia.org ) :
Akar
tersusun dari jaringan-jaringan berikut :
epidermis
parenkim
endodermis
kayu
pembuluh (pembuluh kayu dan pembuluh tapis)
kambium pada tumbuhan dikotil.
Permukaan akar seringkali terlindung oleh
lapisan gabus tipis. Bagian ujung akar memiliki
jaringan tambahan yaitu tudung akar. Ujung akar
juga diselimuti oleh lapisan mirip lendir yang disebut
misel (mycel) yang berperan penting dalam
pertukaran hara dan memperkokoh tumbuhan serta
interaksi dengan organisme (mikroba) lain.
Batang
Susunan batang tidak banyak berbeda dengan
akar. Batang tersusun dari jaringan berikut:
epidermis
parenkim
endodermis
kayu
jaringan pembuluh, dan
kambium pada tumbuhan dikotil.
Struktur ini tidak banyak berubah, baik di
batang utama, cabang, maupun ranting. Permukaan
batang berkayu atau tumbuhan berupa pohon
seringkali dilindungi oleh lapisan gabus (suber)
dan/atau kutikula yang berminyak (hidrofobik).
Jaringan kayu pada batang dikotil atau monokotil
tertentu dapat mengalami proses lignifikasi yang
sangat lanjut sehingga kayu menjadi sangat keras.
Daun
Daun lengkap terdiri dari pelepah daun, tangkai
daun serta helai daun. Helai daun sendiri memiliki
urat daun yang tidak lain adalah kelanjutan dari
jaringan penyusun batang yang berfungsi
menyalurkan hara atau produk fotosintesis. Helai
daun sendiri tersusun dari jaringan-jaringan dasar
berikut:
epidermis
jaringan tiang
jaringan bunga karang dan
jaringan pembuluh.
Permukaan epidermis seringkali terlapisi oleh
kutikula atau rambut halus (pilus) untuk melindungi
daun dari serangga pemangsa, spora jamur, ataupun
tetesan air hujan.
2.2.2.4 Idenifikasi Kandungan Kimia Tanaman
Ada beberapa cara mengidentifikasi kandungan kimia
tanaman diantaranya (Tim Penyusun, 2011) :
a. Golongan Minyak Menguap
Minyak menguap adalah subtansi yang
menimbulkan bau khas dan mempunyai sifat
menguap yang berasal dari agian tanaman. Minyak
menguap disebut juga minyak atsiri, minyak eteris,
minyak esensial atau volatile oil yang diperoleh
dengan cara pemerasan, ekstraksi, penyulingan dan
perletakan bau (enfleurage).
b. Golongan Resin/ Damar
Campuran kompleks dari eksret tanaman dan
iksekta berbentuk amorf atau padat dan merupakan
hasil akhir metabolisme. Resin diperoleh dengan cara:
ekstraksi, penyulingan, pemanasan, pengumpulan
eksedut tanaman dan pengumpulan eksudat resin
fosil.
c. Golongan Glikosida
Merupakan senyawa organik yang biasa
terdapat dalam tanaman yang bila dihidrolisa akan
menghasilkan satu macam gula atau lebih, serta
senyawa lain yang bukan gula
d. Golongan Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa alkohol aldehid
atau alkohol keton yang mengandung atom C, H dan
O dengan perbandinga H dan O sama dengan air
(H
2
O). Karbohidrat terbentuk dari hasil fotosintesis.
e. Golongan Alkaloid
Alkaloid adalah metabolit sekunder yang paling
banyak dijumpai pada golongan tanaman
leguminoseae, rubiaceae, ladoceae, dan liliaceae.
f. Golongan Lipid
Lipid merupakan suatu (ester gliserol) yaitu
gabungan dari gliserol dan 3 asam lemak misalnya
asam oleat, linoleat, risinoleat dan lain-lain. Bentuk
ester lemak tersebut mudah disabunkan dengan
larutan alkali menghasilkan gliserol dan garam dari
asamnya
g. Golongan Tanin dan Flavanoid
Tanin adalah subtansi kompleks yang terbentuk
dari campuran polifenol yang sulit terpisah karena
tidak mengkristal.
Flavanoid Merupakan turunan dari plavon,
isoplavon, flavanol, dan flavanon. Senyawa ini tidak
berwarna, mempunyai gugus hidroksi, dan terdapat
dialam dalam keadaan bebas.
2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi
1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan (Tim Penyusun, 2011):
a. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa
dari bahan/simplisia.
b. Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik
paparan mengenai bentuk, ukuran, warna dan bidang
patahan/irisan.
c. Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis,
penampang melintang simplisia, fragmen pengenal
serbuk simplisia.
d. Tetapan fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias,
bobot jenis, titik lebur, rotasi optic, mikrosublimasi, dan
rekristalisasi.
e. Kimiawi, meliputi reaksi : warna, pengendapan,
penggaraman, logam, dan kompleks.
f. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti
penetapan angka kuman, pencemaran, dan
percoban terhadap hewan.
2. Analisis bahan, meliputi penetapan jenis, konstituen (zat
kandungan, kadar konstituen (kadar abu, kadar sari,
kadar air, kadar logam) dan standarisasi simplisia.
3. Kemurnian, meliputi kromatografi : kinerja tinggi, lapisan
tipis. Kolom. Kertas, dan gas, untuk menentukan
senyawa/ komponen kimia tunggal dalam simplisia hasil
metabolik primer dan sekunder tanaman.
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia
2.3.1 Pengertian Simplisia
Menurut Farmakope III, simplisia adalah bahan obat yang
digunakan sebagai obat, yang belum mengalami pengolahan
apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan ( Ditjen POM, 1979 ).
2.3.2 Penggolongan simplisia
Simplisia dapat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu (Ditjen
POM, 1979):
a) Simplisia nabati
Merupakan simplisia yang berupa tanaman
utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman, dimana
eksudat disini adalah isi yang spontan keluar dari tanaman
atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara
tertentu, atau zat yang dipisahkan dari tanamannya
dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia
murni.
b) Simplisia hewani
Adalah simplisia berupa hewan utuh,bagian hewan,
atau zat yang dihasilkan hewan, yang belum berupa zat
kimia murni.
c) Simplisia mineral
Adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah
diolah atau belum , tidak berupa zat kimia murni.
2.3.3 Cara Pembuatan simplisia
Penyiapan simplisia merupakan proses memperoleh
simplisia dari alam yan meliputi tahap-tahap (Tim Dosen, 2011):
1. Pengumpulan / Panen
a. Teknik Pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan
tangan atau menggunakan alat (mesin). Apabila
pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan)
maka harus memperhatikan keterampilan si
pemetik,agar diperoleh tanaman/ bagian tanaman yang
dikehendaki, misalnya dikehenaki daun yang muda,
maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak
bagian tanaman lainnya. Kalau menggunakan alat,
harus disesuaikan dengan kandungan kimianya agar
tidak mudah merusak zat aktif yang dikandungnya,
misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari
logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol,
dan glikosida.
b. Waktu Pengumpulan atau panen
Kadar kandunagn zat aktif suatu simplisia
ditentukan oleh waktu panen, umur tanaman, bagian
tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan
tempat tumbuhnya, sehingga diperlukan satu waktu
pengumpulan yang tepat yaitu pada saat kandungan zat
aktifnya mencapai jumlah maksimal. Tanaman yang
diambil harus sehat, tidak berpenyakit, atau terjangkiti
jamur, bakteri dan virus karena dapat menyebabkan
terbentuknya kandungan zat aktif dan terganggnya
proses metabolisme serta terbentuknya produk metabolit
yang tidak diharapkan.
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai
berikut:
1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan
sebelum buah menjadi masak. Contohnya : daun
Atropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi
pada pucuk tanaman saat mulai berbunga.
Tanaman yang berfotosintesis berlangsung
sempurna yaitu pukul 09.00- 12.00.
2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah
bunga mekar.
3) Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah
mengkudu dipetik sebelum buah masak.
4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5) Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi
lapis (bulbus), dikumpulkan sewaktu proses
pertumbuhannya berhenti.
c. Bagian Tanaman
Adapun cara pengambilan simplisia/ bagian
tanaman adalah ;
1) Kulit batang/ klika/ cortex
Klika diambil dari batang utama dan cabang,
dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar
tertentu, sebaiknya dengan cara berselang-seling
sebelum jaringan kambiumnya, untuk klika yang
mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol
gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari
logam.


2) Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang dipotong-potong dengan
ukuran panjang dan diameter tertentu.
3) Kayu (lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, dipotong
kecil atau diserut setelah dikupas kulitnya.
4) Daun (folium)
Daun tua atau daun muda (daun kelima dari pucuk)
dipetik dengan tangan.
5) Bunga (flos)
Tergantung yang dimaksudkan, dapat berupa
kuncup bunga mekar atau mahkota bunga atau
daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan
6) Akar (radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada
di bawah permukaan tanah, dipotong-potong
dengan ukuran tertentu.
7) Rimpang (rhizoma)
Tanaman diabut dari akar, rimpang diambil dan
dibersihkan dari akar dipotong-potong melintang
dengan ketebalan tertentu. Pengambilan sebaiknya
saat musim kering dan bagian di atas tanaman
mengering (layu).
8) Buah (fructus)
Dapat berupa buah masak, matang atau buah
muda, dipetik dengan tangan.
9) Biji (semen)
Buah yang dipetik dikupas kulit buahnya
menggunakan tangan atau alat, biji dikumpulkan
dan dicuci.
10) Umbi (bulbus)
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan
akar dengan memotongnya.
2. Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk
membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar
(tanah, batu, dan sebagainya) adan memisahkan bagian
tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian terutama
dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang
berada di bawah tanah (akar, rimpang, bulbus), untuk
membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Pengubahan Bentuk
Setelah dicuci dan dibersihkan dari kotora dan benda
asing, dilakukan pengubahan bentuk, tujuannya untuk
memperluas permukaan bahan baku sehingga mempercepat
proses pengeringan meliputi perajangan, pengupasan,
pemiprilan, pemotongan dan penyusutan.
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian
tanaman adalah :
a. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak mudah
rusak dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
relatif lama.
b. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya
pembusukan oleh jamur atau bakteri karena terhentinya
proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang selnya
telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat
berlangsung, kadar air yang dianjurkan adaloah kurang
dari 10%.
c. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila
ingin dibuat serbuk.
Cara pengeringan dapat dilakukan secara alamiah dan
secara buatan.
1) Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia,
pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
Sinar matahari langsung, terutama pada bagian
tanaman yang keras (kayu, kulit biji, biji, dll) dan
mengandung zat aktif yang relatif stabil oleh
panas.
Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar
matahari secara langsung, umumnya untuk
simplisia bertekstur lunak (bunga, daun, dll) dan
zat aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh
panas (minyak atsiri).
2) Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan menggunakan alat yang
dapat diatur suhu, kelembaban, tekanan atau
sirkulasi udaranya.
5. Sortasi kering
Sortasi kering yang dilakukan sebelum pewadahan
simplisia, bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau
bagian tanaman yang dikehendaki yang tersortir pada saat
sortas basah.
6. Pewadahan dan Penyimpanan Simplisia
Simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan
disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya
mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik tebal atau
gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap memberikan
suatu jaminan yang memadai terhadap isinya. Ruangan
penyimpanan simplisia harus diperhatikan suhu, kelembaban
udara dan sirkulasi udara ruangannya
7. Pengawetan simplisia
Beberapa simpisia untuk mencegah kerusakan
dilakukan proses pengawetan. Cara pengawetan untuk
tanaman atau bagian tanaman sebelum dikeringkan
direndam dalam alkohol 70 % atau dengan cara
mengalirinya dengan uap panas, sedangkan cara
pengawetan untuk hewan-hewan laut yang terdiri dari zat
kapur maka diawetkan dengan alkohol 70% agar zat
kapurnya tidak larut.
2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Adadpun cara-cara dalam mutu suatu simplisia diantaranya
(Tim Penyusun, 2011) :
1. Secara Organoleptik
Adalah cara pemeriksaan dengan pancaindera dan
meliputi pemeriksaan terhadap bentuk, bau, rasa pada lidah
dan tangan, kadang-kadang pengamatan dengan
pendengaran, dalam hal ini diperhatikan bentuk, ukuran,
warna bagian luar dan bagian dalam, retakan-retakan atau
gambaran-gambaran dan susunan bahannya berserat-serat,
bergumpal, dan lain sebagainya. Pemeriksaan secara
organoleptik harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan
pemeriksaan dengan cara lain, karena pada umumnya
pemeriksaan baru dilanjutkan jika penilaian organoleptik
memberikan hasil baik. Pada simplisia bentuk serbuk,
pemeriksaan secara mikroskopik dapat dilakukan secara
serentak dengan cara organoleptik.
2. Secara Mikroskopik
Umumnya meliputi pengamatan terhadap irisan
melintang dan terhadap serbuk.
3. Secara Fisika
Meliputi penetapan daya larut, bobot jenis, rotasi optik,
titik lebur, titik beku, kadar air, sifat-sifat simplisia di bawah
sinar ultra violet, pengamatan mikroskopik dengan sinar
polarisasi dan lain sebagainya.
4. Secara Kimia
Yang bersifat kualitatif disebut indentifikasi dan pada
umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum
reaksi-reaksi tersebut dilakukan terlebih dahulu diadakan
isolasi terhadap zat yang dikehendaki, misalnya isolasi
dengan cara pelarutan, penyaringan dan mikrosublimasi.
Pemeriksaan secara kimia yang bersifat kuantitatif disebut
penetapan kadar.
5. Secara Hayati / Biologi
Pada umumnya bersifat penetapan potensi zat
berkhasiat.
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia simplisia Secara Kemotaksonomi
2.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
Daun, akar dan batang kesambi mengandung saponin dan
tanin, di samping itu daunnya juga mengandung alkaloida.Daun
kesambi berkhasiat sebagai obat eksim, obat kudis, obat koreng
dan obat radang telinga (Anonim, 2008 : http://tanamanobat.org)
.









Rumus Struktur Saponin Rumus Struktur Tanin

2.4.2 Kegunaan Utama Berdasarkan Kemotaksonomian
Kasambi berkhasiat sebagai obat kudis, untuk menyuburkan
rambut dan obat gosok (RedaksiArgo Media,2011).
2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia
a. Reaksi Warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat
berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung
terhadap irisan serbuk simplisia diantanya (Tim Penyusun,
2011) :
1. Lignin
Basahi irisan atau serbuk dengan larutan fluoroglusin P,
amati dalam asam klorida P, dinding sel berwarna merah.
2. Suberin, Kutin, Minyak lemak, Minyak atsiri, Getah dan
Resin Bahan yang akan diperiksa diletakkan diatas
kaca objek, tambahkan beberapa tetes Sudan III LP,
bahan dapat dijernihkan dengan Klorahidrat LP, kecuali
bahan yang mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30
menit - 48 jam dalam bejana tertutup yang didalamnya
terdapat cawan berisi etanol 90% P. bagian yang
mengandung suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri,
getah dan resin berwarna jingga.



3. Pati dan Aleuron
Tambahkan Iodium 0,1 N pada bahan yang akan diperiksa,
pati berwarna biru, dan aleuron warna kuning kecoklatan
sampai coklat.
4. Lendir dan Pektin
Letakkan serbuk atau bahan di atas kaca objek,
ditambahkan beberapa tetes merah Ruthenium Lp, tutup
dengan kaca penutup biarkan selama 15 menit, lendir
asam dan pektin berwarna merah intensif.
5. Selulosa
Bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida beriodium,
memberikan warna ungu merah.
6. Samak / Tanin
Bahan ditambahkan besi (III) ammonium sulfat LP yang
telah diencerkan 5 kali, zat samak dan senyawa tanat
lainnya berwarna hijau atau biru sampai hitam.
7. Turunan Katekol
Letakkan bahan atau serbuk di atas kaca objek
ditambahkan larutran vanilin P 10% b/v dalam etanol 90%
P, kemudian dalam asam klorida P, bagian yang
mengandung turunan katekol berwarna merah intensif.
8. Dioksiantrakinon Bebas
Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan kalium
hidroksida etanol LP, warna merah.
9. Fenol
a. Hasil mikrosublimasi ditambahkan fosfomolibdat asam
sulfat LP, terjadi warna biru.
b. Hasil mikrosublimasi ditambahkan asam
diazobensulfonat LP, terjadi warna biru.
c. Ekstrak methanol ditambahkan :
Larutan besi (III) klorida 1%, terbentuk warna ungu
biru
Pereaksi Millon, terbentuk warna merah ungu
Pereaksi Indofenol, terbentuk warna hijau biru yang
stabil.
10. Saponin
Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa dalam tabung
reaksi tambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian
kocok kuat selama 10 detik, terbentuk buih yang mantap
selama kurang lebih 10 menit setinggi 1 10 cm, dan pada
penambahan 1 tetes asam hidroklorida 2 N, buih tidak
hilang.
11. Flavanoid
Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa dengan 10 ml methanol
dengan alat pendingin balik selama 10 menit, saring
panas, encerkan filtrat dengan 10 ml air, setelah dingin
tambahkan 5 ml eter minyak tanah P, kocok hati-hati,
diamkan. Ambil lapisan methanol, uapkan pada suhu
diatas 40
0
C dibawah tekanan, sisa dilarutkan dalam 5 ml
ethanol 95% P, tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan
10 ml asam klorida P, jika terjadi warna merah jingga
merah ungu berarti ada flavanoid, dan jika kuning jingga
terdapat flavon, kalkon.
12. Karbohidrat
Serbuk dilarutkan dengan air, larutan serbuk simplisia
disentrifuge, filtrat dibagi tiga :
Filtrat I ditambahkan Molish, alfa naftol, dan HCl 20%
terbentuk cincin ungu.
Filtrat II ditambahkan larutan Luff dan NaOH berwarna
merah jika dipanaskan.
Filtrat III ditambahkan larutan Barfoed dan NaOH
berwarna jingga jika dipanaskan.
Dapat pula menggunakan ekstrak etanol air 2 ml dalam
cawan porselen, diuapkan. Tambahkan 2 3 tetes asam
sulfat P, diamkan selama 4 menit, tambahkan pereaksi
Molish, terjadi warna merah.


13. Glikosida (secara umum)
Ekstrak methanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dibagi 3 dan ditambahkan :
Larutan besi (III) klorida 3 ml dan 1 ml asam klorida P,
terjadi warna coklat kemerahan perlahan berubah
menjadi violet atau ungu.
Pelarut benzene 5 ml, pisahkan, lapisan benzene
ditambahkan 3 ml larutan ammonia 10%, terbentuk
warna merah muda pucat.
Larutan ammonia encer 3,5 %. Lalu dikocok, terjadi
warna merah lembayung.
14. Glikosida Antrakinon
Campur 200 mg serbuk simplisia dengan 45 ml asam sulfat
encer P, didihkan sebentar, dinginkan, tambahkan 10 ml
benzene P, kocok, diamkan. Pisahkan lapisan benzene
dengan 1 2 ml NaOH LP, diamkan, lapisan air berwarna
merah intensif dan lapisan benzene tidak berwarna.
15. Steroid
Ekstrak methanol kering disuspensikan dengan air,
kemudian ditambahkan eter atau hexan atau petroleum
eter, dekanter filtrat dibuang, ulangi sampai heksan atau
petroleum eter tidak berwarna lagi, residu ditambahkan 10
ml kloroform, kocok 5 menit. Dekanter dalam tabung
reaksi yang berisi 10 ml NaSO
4
anhidrat selanjutnya
disaring.
Filtrate di bagi dua dan ditambahkan :
Pereaksi Lieberman Bouchardat , menghasilkan
warna biru sampai hijau.
Pereaksi Salkwowski, menghasilkan warna merah,
berarti positif.
b. Reaksi Pengendapan yaitu (Tim Penyusun, 2011) :
o Alkaloid
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam
klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas tangas air
selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing
masing 3 tetes filtrat pada dua gelas arloji :
Tambahkan 2 tetes Mayer Lp pada kaca arloji pertama,
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih.
Tambahkan 2 tetes Bouchardat Lp pada kaca arloji
kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai
hitam.
c. Kromatografi Lapis Tipis (Tim penyusun, 2011)
Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu tekhnik
pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorbsi dan partisi
menggunakan lempeng berukuran 3x7 cm, yang dilapisi oleh
silica sebagai fase adsorben (penyerap) atau disebut fase diam,
dan uluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak
yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.




















DAFTAR PUSTAKA
Amin, A., 2010., Obat Asli Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Indonesia, Makassar.

Ditjen POM, 1979., Farmakope Indonesia III. Depkes. Jakarta
Redaksi Argo Media. 2008., Buku Tanaman Obat. ArgoMedia. Jakarta.

Tim Dosen, 2011., Penuntun Praktek Kerja Lapangan Farmakognosi I.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Tim Penyusun, 2011., Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Universitas
Muslim Indonesia. Makassar.
Steenis, G, G, G, J, Van., Flora Untuk Sekolah di Indonesia terjemahan
oleh Suryominiro, Cetakan Ke VI, PT. Pradaya. Paramitha.
Anonim, 2008 : http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/21/organ-
tumbuhan/ diakses tanggal 17 oktober 2011
Anonim, 2008 : http://tanamanobat.org/464/kesambi/ diakses tanggal 16
oktober 2011

Anonim, 2010 : http://www.Plantamor.com/kasambi/ diakses tanggal 16
oktober 2011

Masbudhi ,2010 http:// masbudhi .wordpress. com /2010/ 04/ 08/
morfologitumbuhan / diakses tanggal 16 oktober 2011

Silfasi, 2010 : http://silfasi.blogspot.com/2011/06/apa-itu-
farmakognosi.html diakses pada 17 oktober 2011

Wales, Jemmy, 2010 : http://wikipedia.org/wiki/kesambi diakses tanggal 16
oktober 2011

Wales, Jemmy, 2010 : http://id.wikipedia.org/wiki/anatomi tumbuhan
diakses tanggal 16 oktober 2011
LAMPIRAN GAMBAR TUMBUHAN KESAMBI (Schleichera oleosa)
Tumbuhan Kesambi
Daun dan Buah Kesambi
Biji Kesambi

Anda mungkin juga menyukai