Anda di halaman 1dari 29

Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemahaman arti kota akan meliputi aspek fisik yaitu sebagai wujud ruang
dengan elemen-elemennya serta aspek manusia sebagai subyek pembangunan dan pengguna
ruang kota. Kota adalah tempat bermukim manusia dengan segala kehidupannya, maka kota
adalah bagian dari human settlement (Soetomo, 1999). Manusia sebagai subyek senantiasa
merancang hubungan elemen kehidupannya dengan lingkungan dalam peradaban kota
sepanjang waktu. Perancangan kota merupakan suatu proses yang memberikan arahan bagi
terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang layak dan sesuai dengan aspirasi
masyarakat, kemampuan sumber daya setempat serta daya dukung lahannya.
Perancangan kota tidak akan terlepas dari rentetan kolektif memori dari masa lalu
yang ditengarai menjadi urban heritage (Widodo, 2004). Peninggalan sejarah dalam wujud
artefak kota menjadi pusaka mampu menciptakan keunikan sebuah tempat, membangun
brand dan kondisi yang kuat terhadap skala makro kota (Rossi,1982) . Selain itu,
peningkatkan citra dan identitas kota dengan pengenalan pada asset pusaka terbukti
menumbuhkan kebanggaan pada warganya sehingga
memberi semangat pada komunitas untuk lebih aktif membangun kotanya.
Makassar merupakan salah satu kota dengan jejak sejarah yang panjang memiliki
potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata dari warisan peninggalan artefaknya.
Urban artefak kota seperti yang terdapat di kota lama Makassar yang meliputi Fort
Rotterdam, Kawasan Pecinan, dan Lapangan Karebosi. Dari rentetan jalur tersebut telah
diadakan penanganan dalam
meningkatkan nilai kawasan secara fisik dan non fisik, seperti Revitalisasi Lapangan
Karebosi, Reklamasi Pantai Losari dan konservasi Fort Rotterdam. Sejalan dengan
perkembangannya, telah ada arahan kajian Rencana Detail Tata Ruang Kawasan tahun 2007
dengan beberapa aspek penataan kawasan. Khusus untuk penataan Pecinan sebagai obyek
wisata kota ini sebenarnya sudah diembusembuskan sejak tahun 1995 oleh walikota saat itu.
Namun upaya penataan 2 tersebut belum mampu menghidupkan kawasan seperti pada masa
kejayaan masa lampau sebagai pusat perekonomian kota Makassar .
Pecinan ternyata menyimpan banyak keunikan, potensi dan masalah, baik dalam
aspek-aspek perkotaan, arsitektur, dan sosial budaya yang kesemuanya saling jalin menjalin
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 2
(Sopandi dalam Riyanto, 2003:15). Kawasan Pecinan merupakan sebuah daerah
permukiman multi etnis di Kecamatan Wajo. Hal ini yang dinyatakan Sutherland dalam Nas
(1986), bahwa kawasan ini menjadi obyek tujuan para pendatang ke Makassar sejak ratusan
tahun yang lampau.
Pecinan sebagai kawasan kuno banyak mengandung nilai sejarah bagi perkembangan
kota baik secara fisik maupun sosial budaya, ini terlihat dari peninggalan masa lalu yang
sampai sekarang masih ada. Peninggalan tersebut dapat berupa struktur morfologi kota yang
masih bertahan sampai sekarang, serta peninggalan berupa bangunan fisik seperti bangunan
klenteng dan rumah tempat
tinggal yang bercorak ke-Cinaan. Selain itu juga terdapat peninggalan intangible berupa
kebudayaan khas Pecinan yang merupakan percampuran antara budaya Cina dan lokal kota
Makassar.
Melihat potensi yang ada, kawasan Pecinan sebagai salah satu unsur perkotaan dapat
menjadi suatu pembentuk citra kota dan aset yang dapat dikembangkan menjadi komoditas
melalui pengembangan kawasan wisata terutama wisata budaya (Riyanto, 2004). Kosasih
dalam Gobel (2009) membuktikan dalam pernyataanya bahwa animo dan jumlah kunjungan
wisatawan terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan makin beragamnya tempat
wisata dan hiburan di Kota Makassar. Inilah yang mendorong Pemerintah Kota (Pemkot)
Makassar dan warga Tionghoa bekerja sama menyiapkan sarana dan fasilitas pendukung
dan diproyeksikan kawasan Pecinan bisa menjadi kawasan wisata budaya dan religi.
Kawasan Pecinan ini merupakan artefak kota tua yang selalu berkaitan dengan suatu
tempat, peristiwa, waktu dan wujud kota. Lebih lanjut Soetomo (2009) mengemukakan
bahwa sejarah artefak kota seperti Pecinan merupakan wadah yang telah mengukir
kehidupan kota dan telah membentuk nilai-nilai kekuatan dalam masyarakat yang dikenal
sebagai ciri kota atau identitas yang dimiliki kota. Pecinan diharapkan bisa menarik
wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Sehingga sebelum meresmikan kawasan Pecinan
sebagai salah satu objek wisata kota, yang pelu dilakukan terlebih dahulu adalah
mengaktifkan kegiatan yang berbudaya Cina, sehingga ketika orang berada di kawasan
Pecinan seakan-akan mereka berada di Cina. (Darwis dalam Riyanto, 2004). Dengan
melihat potensi yang ada dari nilai sejarah, arsitektural, simbolis dan estetika di kawasan
tersebut, maka diperlukan suatu penataan yang dapat meningkatkan vitalitas kawasan
Pecinan Makassar sebagai pusaka kota (urban heritage) Makassar


Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 3

1.2 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menigkatkan vitalitas kawasan Pecinaan
sebagai Urban Heritage Kota Makassar.

1.3 SASARAN PENELITIAN
Mengubah pola-pola kebiasaan masyarakat dikawasan Pecinaan sebagai tindak
dasar dalam membentuk pola aktifitas yang mencerminkan budaya Pecinaan di kawasan
Pecinaan

1.2 METODE PENELITIAN
Secara umum penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana variabel
penelitian muncul kemudian. Ada data sekunder berupa data survei, kumpulan data, peta,
tabel dan uraian terkait. Untuk mengidentifikasi komponen yang mengalami penurunan
vitalitas Kawasan Pecinan Makassar ini, akan menggunakan metode analisis visual
yakni penilaian langsung di lapangan.
Analisis Visual adalah salah satu metode dalam teknik penelitian yang menggunakan
teknik visual (pengamatan) langsung dilapangan untuk mengidentifikasi objek yang akan di
telilti.















Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 4
BAB II
GAMBARAN KAWASAN PECINAAN



EKSISTENSI PECINAN DI KOTA MAKASSAR

Kedatangan para imigran yang terdiri dari komunitas Cina, Arab Melayu dan
tentu saja
Bangsa Belanda berlangsung sejak abad ke 16 di Makassar. Namun, Belanda yang berperan
sebagai
karateker perkembangan kota. Priode colonial banyak meninggalkan artefak kota baik
tangible dan intangible di kawasan kota lama. Salah satunya dengan terdapatnya
pengelompokan permukiman berdasarkan rasial oleh Belanda, yaitu Pecinan, Kampung
Arab dan Melayu dan kompleks permukiman Eropa dan yang sederajat.
Pengelompolan ini pada dasarnya untuk memudahkan pengontrolan dan kelancaran
akitivtas administrasi dan perdagangan Belanda di kota Makssar.
Dari beberapa permukiman multi rasial tersebut, Pecinanlah yang masih memiliki
eksistensi
yang kuat di banding lainnya. Kebertahanan Pecinan ini tidak diikuti dengan Kampung
etnis lain, dimana saat ini Kampung Arab dan Melayu telah masuk dalam wilayah Pecinan
Makassar. Masuknya komunitas Cina yang mencapai puncaknya pada abad ke 17
menjadikan populasi Pecinan cukup besar dan permukiman etnis ini cenderung
mentransplantasikan daerah barunya sama dengan daerah asalnya walaupun masih dalam
koridor adaptasi . Permukiman Cina tersebut dibarengi dengan pendirian bangunan yang
khas Cina, misalnya bentuk bangunan arsitektur oriental dan klenteng.
Gambar 1.Lingkup Wilayah Kawasan Pecinan Makassar


Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 5
Gambar 2 Eksistensi Pecinan dari sekuel peta kota Makassar

Gambar 3. Perkembangan land use Pecinan Makassar pada tahun 1960an dan sekarang







Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 6
BAB III
IDENTIFIKASI PERSOALAN

3.1 KONDISI FISIK

A. Tata guna lahan dan konfigurasinya
Pola spasial sangat berkaitan dengan perwujudan kegiatan manusia secara internal dan
eksternal, sehingga bersifat dinamis untuk mengalami perubahan dalam batas-batas area
sebelumnya. Secara spasial, penataan kawasan Pecinan Makassar berbeda dengan kota
tradisional di Cina.
Perlahan komunitas Cina di Makassar telah meninggalkan pengaturan secara
kosmologis. Selain karena sejak keberadaaannya telah didesain oleh campur tangan Belanda
secara spontan.
Seiring dengan waktu telah terjadi peralihan tata guna lahan dan degradasi aktivitas
yang
mempengaruhi vitalitas kawasan. Secara makro, pola spasial dominan monoton
terbentuk dari
kompleks deretan bangunan ruko, bergaya campuran yang telah mengalami degradasi
visual. Hal ini
dirasakan dalam spasial margin perbandingan antara bangunan dan jalan (streetscape).
Jalan Sulawesi sebagai main road Pecinan dipenuhi jajaran ruko dengan berbagai
macam kondisi. Kondisi eksisting yang berupa massif tidak menyediakan adanya ruang
terbuka untuk jalur hijau dan parkir bagi kendaraan baik untuk pengunjung maupun
penghuninya. Selain itu, pada beberapa koridor terlihat kumuh dan liar. Padahal,
kawasan ini berpotensi untuk mengkoneksikan path-path secara spasial kawasan,
seperti path Kampung Melayu di Jl. Ternate, path pasar tradisional Bacan dan sekuen path
lainnya.








Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 7


Permukiman Spasial ideal
Cina

Kondisi Eksisting Pecinan
Makassar

Indikasi yang
terlihat













Dilatarbelakangi oleh
pegunungan

1. atau perbukitan, sebagai
pertahanan terhadap angin
yang dapat membawa pergi
semua keberuntungan.
2. Membawa sial
3. Menghadap ke laut atau
sungai, dimana dianggap
sebagai media untuk mencapai
rezeki, misalnya untuk
berdagang, transportasi.
4. Qi atau nafas hidup senantiasa
mengalir dari sungai, atau
tempat yang jauh daru
perbukitan.






















Terrestrial Pecinan Makassar
tidak memungkinkan aplikasi
Honshui/Fengshui, walaupun
terdapat Selat Makassar di
pesisir barat kawasan
Pada pemukiman
ideal
sesuai Feng Shui,
bangunan
diatur sedapat
mungkin
berorientasi
sepenuhnya ke laut
yang disimbolkan
merak
merah yang
membawa
keberuntungan.
Namun,
terjadi perbedaan
dalam
orientasi dan
penataan
pemukiman di
Pecinan
Makassar. Bangunan
lebih pada
pendekatan
penyesuaian lahan
dan
sesuai aturan pada
zaman colonial
Belanda. Walaupun
pada sisi barat
terdapat laut
yaitu Selat Makassar
sebagai kiblat
keberuntunan etnis
Cina, namun prinsip
tersebut tidak
berlaku dalam
penentuan arah
orientasi bangunan.
Kecenderungan arah
orientasi mengikuti
jalan dan pola yang
telah ditentukan sejak
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 8
era colonial dan
RDTRK saat ini.

B. Hirarki lingkungan sekitar
Dalam komunitas Cina, hirarki menjadi bagian dalam tetapan kehidupan. Hal ini
terlihat pada penerapan ajaran Feng Shui, Hong Shui atau Geomancy nya sebagai
manifestasi tatanan kawasan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan. Dalam
membahas hirarki lingkungan Pecinan akan diawali dari unit bangunan. Setiap bangunan
tersebut penentuan hirarki ditentukan dengan pertimbangan tertentu, misalnya bahwa
pada dasarnya manusia membutuhkan suatu teritoritas yang membatasi konflik sebelum
meluas ke kawasan secara makro. Kemudian akan berjenjang ke luar bangunan di
sekitarnya. Dari sinilah awal pembentukan hirarki yang sebenarnya. Bagaimana
peruntukan bagi arus kendaraan baik umum maupun pribadi, rute para pejalan kaki
dan tentu saja hirarki ini akan berimbas pada fungsi bangunan dan bahkan pada tata
guna lahan. Peralihan hirarki jalan berdampak pada pengorganisasian fungsi
bangunan-bangunan. Hal ini sejalan dengan pola pembangunan bersifat seragam dari
pola grid, yang menyebabkan pertemuan dua susunan di beberapa titik. Hirarki menjadi
dasar kriteria alokasi bangunan, pemikiran strategis komersial, pertimbangan privasi atau
standar keamanan dan kenyamanan penghuni.

1.



Rumah dengan
courtyard


2.

Rumah tanpa courtyard


3.

Rumah dengan courtyard

Rumah dengan tipe bercourtyard Ataupun
tidak bercourtyard diartikan sebagai zona privat
dari hirarki jalan. Zona privat diimplementasikan
dalan bentuk
pekarangan, ataupun beranda hunian.
Sejumlah bangunan membentuk blok bangunan,
sehingga terbentuk pula jalur semi publik berupa
jalur pedestrian, dan jalan lingkungan. Kompleks
bangunan dari jalan lingkungan akan bermuara
pada Jalan Kolektor. Di kawasan pecinaan makasar
tepatnya di koridor jalan sulawesi.
Hirarki jalan yang tercipta dan berintegrasi
dengan pola jalur transportasi kendaraan dan jalur
pedestrian.



Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 9
C. Indikasi yang terlihat
Di Kawasan Pecinan ini pada dasarnya berbentuk pola grid. Bentuk pola grid-komples
blok ini secara tidak langsung menjadi zonasi fungsi-fungsi bangunan dan wujud hirarki,
karena bangunan dengan kesamaan fungsi cenderung akan berada pada blok yang sama.

a. Jalan primer (jalan kolektor), dalam hal ini koridor Sulawesi, landusenya berupa
bangunan berskala besar dan bertipikal bertingkat dan sekaligus pusat aktivitas.
Ketinggian bangunan umumnya bertingkat dua atau lebih.
b. Jalan sekunder (jalan lingkungan), bangunan tidak terlalu massif dan ketinggian
bangunan bervariasi. Fungsinya pun campuran, berupa toko, rumah tinggal, sekolah,
pusat pelatihan dll.
c. Jalan tersier (jalan lokal, path, gang): bangunan rumah tinggal. Di area ini akan
dijumpai bangunan dengan halaman depan ataupun rumah yang masih
mempertahankan courtyardnya. Kesan ini sangat terasa di gang-gang kecil
percabangan jalan lokal tersebut.


Dari penelusuran hirarki jalan dan sirkulasi secara keseluruhan di Pecinan
Makassar, maka Koridor Sulawesi adalah wujud hirarki yang memiliki domain besar untuk
aksesbilitas dan lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki. Di sepanjang jalan ini
mayoritas sebagai perdagangan dan perniagaan Sedangkan pada hirarki jalan lingkungan
seperti Jl. Timor, Jl. Jampea terdapat bangunan yang serupa sebagai fungsi perdagangan
namun dalam skala lebih kecil dibanding di jalan Sulawesi. Selain itu, terlihat fungsi
komersil lain, seperti hotel atau penginapan yang kehadiran bangunan tersebut
membutuhkan tingkat privasi dan psikologis yang lebih tinggi dari fungsi lain. Pada hirarki
jalan lokal terlihat bangunan yang dominan sebagai rumah tinggal. Faktor ini dikarenakan
karena aksesbilitasnya kurang strategis yang tidak terlalu menguntungkan dari segi
ekonomi.
Rumitnya aksesbilitas dan masalah lalu lintas menumbulkan gangguan terhadap
para pengunjung dan penghuni. Kepadatan dan kesemrawutan parkir menciptakan
konflik di antara para juru parkir dan potensi munculnya kriminilitas. Kepadatan
parkir menyebabkan kemacetan, kesemrawutan jalan dan konflik di antara juru parkir,
selain itu di beberapa ruas koridor memiliki jalur pedestrian yang terputus sehingga tidak
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 10
memenuhi standar kelayakan pedestrian, khususnya bagi orang cacat. Pada area
bagian depan bangunan, dimana area antara dinding gedung dan trotoar,
menyebabkan pejalan kaki tidak merasa nyaman karena secara langsung berdekatan
dengan dinding bangunan atau pagar. Kondisi ini tidak memberika teritori yang verbal
pejalan kaki dan tdiak adanya perangkat pelengkap jalur pedestrian seperti perabot jalan.


D. Tatanan, bentuk dan massa bangunan
Dalam tinjauan tatanan, bentuk dan massa bangunan terlihat ketidaksamaan elevasi
pada peil halaman, garis level dan garis atap bangunan. Bangunan satu dengan bangunan
yang lain mempunyai perbedaan elevasi mencolok yang menyebabkan tampilan garis
level maupun garis atapnya tidak selaras. Dalam setiap unit ruko menampilkan fasade
yang menarik yang mencerminkan eksistensi fungsi dan kesan yang ingin ditonjolkan.
Namun apabila dikoneksikan dengan bangunan di sekitarnya akan terlihat suatu
ketidakselarasan irama yang ekstrim. Sejumlah landmark seperti klenteng, Mesjid Arab As
Saad, Mesjid Kampung Melayu, dan Rumah Abu tidak teroptimalkan visualisasinya,
bahkan cenderung similar dengan bangunan umum lain.
Hal lain yang menjadi fokus degrdasai visual adalah tidak adanya jarak antara
bangunan. Pemilik kaveling cenderung memaksimalkan pemanfaatan lahannya untuk
bangunan, sehingga bangunan satu dan lainnya tidak berjarak (saling berdempetan)
yang menyebabkan blok menjadi massif, tidak memiliki ruang terbuka untuk
pencahayaan dan penghawaan alamiah, lahan untuk peresapan air hujan dan upaya
meminimalkan perambatan api jika terjadi kebakaran.

















Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 11





Gambar 4. Koneksi Tatanan, bentuk dan massa bangunan pada koridor Sulawesi,
Pecinan Makassar


E. Ruang terbuka
Jika dilihat dari sejarah pembentukannya, kawasan kota lama Makassar ini
tidak terdapat alokasi ruang publik yang real. Kalaupun ada, hanyalah lapangan
Karebosi yang melayani ketersediaan ruang komunal skala kota Makassar secara
keseluruhan. Hal ini pulalah yang terjadi Pecinan, karena merupakan bagian penting dari
pemetaan fungsi kota pada saat kolonial. Kondisi penataan di kota- kota Cina memang
berbeda dengan kota kota di Eropa yang selalu memiliki plaza.
Eksistensi ruang terbuka hadir di Cina pada zaman dahulu juga terpengaruh dari
Eropa, khususnya pada zaman Napoleon yang memberikan orasi politiknya di ruang publik.
Ruang terbuka secara alamiah adalah tempat berkumpul dan pemusatan aktivitas yang
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 12
lambat laun menginvansi Cina.
Fakta lain adalah perbedaan kota Makassar dengan kota kolonial di Pulau Jawa
yang tidak memiliki alun-alun, semakin menguatkan bahwa eksistensi ruang komunal
bukan dalam aspek primer perancanan kota, khususnya yang mengakomodasi komunitas
etnis Cina di Pecinan Makassar. Karena di negeri asalnya pun sangat minim open space
dan Makassar adalah kota yang terbentuk secara spontan berlainan morfologi dengan kota
colonial di Jawa.
Ruang terbuka individu diwujudkan dalam adanya courtyard pada masing-
masing bangunan. Namun ini hanya dijumpai pada bangunan yang masih orisinal
sama dengan lay out arsitektur asli Cina. Keterbatasan ruang publik ini tidak
dapat menampung kegiatan yang bersifat komunal, ritual dan keagamaan. Klenteng lah
menjadi pusat tempat kegiatan, namun dengan keterbatasan luas lahan, kadang mengambil
zona ruang publik lain, seperti jalur pedestrian dan juga jalan sirkulasi kendaraan. Keadaan
ini secara otomatis berpengaruh pada arus lalu lintas kendaraan umum dan kendaraan
pribadi. Pada situasi seperti ini menimbulkan kemacetan, parkir yang semrawut,
displacement tempat mendrop off penumpang dan sejumlah konflik antara pemilik
kendaraan, dan pemilik rumah di kawasan Pecinan.


Gambar 5. Aplikasi Ruang terbuka di Pecinan Makassar
Konfigurasi solidvoid pada kawasan Pecinan Makassar, menunjukkan bahwa area
yang memiliki ruang void yang cukup luas adalah berada pada bagian belakang bangunan.
Hal ini karena orientasi bagian depan bangunan diusahakan sejajar, tetapi bagian
belakang bangunan disesuaiakan dengan denah lay out bangunan penghuni. Dari indikasi
ini disimpulkan bahwa di Pecinan Makassar menunjukkan minimnya ruang terbuka, baik
yang bersifat ruang komunal plaza, square maupun ruang terbuka hijau.
Rung terbuka diantara
blok bangunan
Ruang terbuka liner
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 13

3.2 KONDISI NON FISIK

A. Kondisi Sosial
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-
nilai, sikap-sikap dan pola-pola perkelakukan diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi disebabkan oleh perkara internal dan eksternal.
Mengacu pada pemaparan tersebut, perubahan kondisi sosial kemasyarakatan di Pecinan
Masyarakat akan ditinjau dalam melakukan interaksi dalam dua konteks, yaitu hubungan
sosial di kalangan etnis Cina (intern) dan hubungan sosial etnis Cina dengan
komunitas luar yang majemuk (extern).

Hubungan internal (sesama komunitas Cina)
Secara tidak tertulis, dalam system sosial komunitas Cina terdiri dari adanya
dualism, antara Cina Totok dan Cina peranakan. Masing-masing golongan pun
memiliki perbedaan dalam menyikapi kehidupannya meskipun berada di daerah
perantauan. Cina totok cenderung tertutup dan masih menjaga tradisi asli etnis
Cina, misalnya mereka masih menggunakan bahasa Cina dalam kehidupan
sehari-hari dalam mendidik anaknya. Kelompok sosial ini tergolong dalam
proses evolusi yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dalam
kehidupan sosialnya di kota Makassar. Lain halnya dengan Cina peranakan yang
lebih fleksibel, sehingga terkategorikan dalam suatu akulturasi. Kondisi sosial
yang berlangsung saat ini lebih dominan pada proses akulturasi, tanpa
mengesampingkan proses lain yang juga terjadi dalam berbagai indikasi.
Berdasarkan tinjauan Pratiwo (2009) yang juga disesuaikan dengan yang terjadi
di Pecinan Makassar, Cina Totok merasa lebih Tionghoa dan memiliki
perasaan superior terhadap kaum peranakan. Mereka lebih mementingkan harta
dari status sosial sehingga mereka bekerja lebih keras, lebih percaya diri dan lebih
spekulatif dalam perdagangan. Namun, perbedaan ini sudah cenderung
memudar dan tidak terlihat lagi secara ekstrim pada saat ini di kota Makassar.
Eksistensi perbedaan misalnya juga terlihat pada kepemilikan rumah abu.
Rumah abu adalah bangunan yang didirikan oleh keluarga semarga dan digunakan
sebagai rumah sembahyang untuk menghormati leluhur mereka (Indrani, 2005).
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 14
Umumnya rumah abu hanya dimiliki oleh keluarga mampu, sedangkan bagi
keluarga kurang mampu cukup menyediakan sebuah altar yang ditempatkan di
ruang depan rumah tinggalnya berupa meja sembahyang berfungsi untuk
meletakkan papan-papan nama dan foto-foto leluhur. Rumah abu pada
umumnya dimiliki oleh Cina Totok yang memiliki taraf hidup yang tinggi
dibanding Cina peranakan.

Hubungan eksternal (komunitas Cina dengan komunitas sosial luar)
Dari kondisi sosial internal Cina bahasan tadi, diketahui bahwa etnis Cina
telah melakukan akulturasi terhadap komunitas lain, terutama dari golongan
peranakan. Sedangkan untuk hubungan eksternal lintas etnis Cina juga terlihat
dari indikasi pada hubungan dalam sistem kemasyarakatannya. Contoh kasus
dapat dilihat pada komunitas Cina di Jawa (Zahnd, 2007), dimana daerah ini
dipengaruhi budaya Cina dalam tiga hal yaitu banyak orang Cina masuk Islam,
karena status sosialnya akan menjadi lebih tinggi dan mereka juga menjadi
teladan bagi mereka yang mengikuti perkembangannya. Selain itu, etnis Cina itu
tidak homogen, di satu pihak adalah para pedagang dengan kaya dengan hubungan
luas dan status tinggi, namun di lain pihak terdapat orang Cina bekerja sebagai
pengusaha kecil. Dari berbagai faktor pengaruh tersebut, terlihat pula secara nyata
di kota Makassar. Sebagian etnis Cina melakukan perkawinan dengan pribumi,
bukti dalam agama yang dianut telah beragam, dan pranata sosial yang
dijalankannya telah mengalami penyesuaian dengan kehidupan di kota Makassar.
Contoh-contoh tersebut bukan saja karena bentuk antisipasi diskriminasi anti-Cina
di zaman orde baru (setelah tahun1965), namun timbul secara alamiah sampai
sekarang. Trauma akan peristiwa renggangnya hubungan etnis Cina dan
pribumi memang telah berangsur hilang. Namun keharmonisan hubungan sosial
etnis Cina dan masyarakat kota Makassar, khususnya yang Pecinan harus tetap
terbina. Berkenaan dengan peningkatkan vitalitas Pecinan ini, diperlukan suatu
perhatian secara komprehensif terutama dari aspek sosial kemasyarakatan.






Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 15


dapur produksiberada di depanatau daerah
depan kios, khas tipikal Cina








Kios kuliner yang menggunakan istilah
bahasa dan aksara Cina


Gambar 6.Penggunaan bahasa dan aksara Cina pada pusat jajanan dan kuliner di Pecinan
Makassar
B. Kondisi Ekonomi
Dalam peran dan kedudukan Pecinan terhadap kota Makassar, terlihat jelas
bahwa kawasan ini merupakan embrio dari area perekonomian kota Makassar. pada
zaman colonial, etnis Cina menjadi mediator dalam negosisasi dagang antara
pemerintah Belanda dan pribumi. Komunitas Cina selalu memanfaatkan peluang
dalam kerangka orientasi ekonomi. Hal ini dapat dilihat dengan indikasi
penggunaan bangunan rumah tinggal sekaligus tempat usaha. Hal ini juga
dibarengi dengan pemanfaatan koridor yang lokasi strategis berubah menjadi mesin
ekonomi etnis Cina. Selain itu adanya kegiatan perdagangan tanpa mengenal
waktu. Pemberlakuan ini pada jenis perdagangan tertentu, seperti kuliner aktif 24
jam. Sebenarnya kompleks perdagangan jenis lainnya yang dikelola etnis Cina dapat
beroperasi lebih lama lagi. Namun karena minimnya dukungan atmosfer sarana dan
infrastruktur secara keseluruhan, membuat kawasan ini terlihat kontras antara siang
dan malam hari. Padahal keinginan untuk menghidupkan nadi perekonomian dari
intern komunitas Cina ini sendiri sangat besar.

Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 16
Tak jarang kaum etnis Cina dianggap tak mau membaur, eksklusif, dan
menutup diri serta masih ditimpa stigma sebagai homo oeconomicus, kaum yang
hanya mementingkan ekonomi dalam setiap tarikan napasnya. Kekuatan ekonomi
Cina juga terlihat di Pecinan Makassar, yang merupakan awal kawasan perekonomian
kota. Beberapa tempat di Pecinan Makassar merupakan daerah perdagangan yang
sangat beragam, antara lain :
a. Jalan Sulawesi, merupakan pusat perdagangan campuran, terdapat Pusat
Grosir Butung, toko obat dan ramuan Cina, material bahan bangunan, toko
buah-buahan, toko kue, toko oleh-oleh, lampu,
dan lain-lain.
b. Jalan Bacan, merupakan pasar tradisional
c. Jalan Timor, merupakan industri rumah tangga (home industry) untuk bahan
mie, kulit lunpia.
d. Jalan Bali, merupakan pusat kuliner makanan khas Cina.
Dengan potensi ada, perlu menggalakkan terciptanya suatu kegiatan yang berciri
karakter khas Pecinan yang berpotensi untuk kegiatan ekonomi. Hal ini diupayakan
agar orang memiliki niat dan keinginan untuk berkunjung ke Pecinan Makassar.
Di Pecinan yang telah dikonservasi seperti di Petaling street Malaysia, China Town
Singapura dan tempat lainnya menjadi salah satu tujuan wisata yang yang mendukung
kegiatan ekonomi kota. Kegiatan peningkatan vitalitas dari sektor ekonomi ini juga
diharapkan menjadi suatu magnet daya tarik orang untuk berkunjung di Pecinan
Makassar.












Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 17
Identifikasi persoalan Desain dan Nondesain
No Persoalan
Identifiasi Persoalan
Desain Non desain
1 Sampah
2 Sirkulasi Parkir
3 Sempadan Bangunan
4 Mata Pencaharian penduduk setempat
5 RTH
6 Bentuk Bangunan
7 Tata Massa Bangunan
8 Aksebilitas
9 Kondisi masyarakat
10 Kepadatan bangunan
11 Jarak Antar Bangunan


Identifikasi kawasan Pecinan Makassar sebagai nodes selayaknya Pecinan di tempat
lain
No Indikator Kriteria Penanganan
1 Peran dan kedudukan
dalam sebuah kota
Sebagai permukiman
khusus
Sebagai sentra perniagaan
dan hiburan
Tingkat
rendah

2 Pola permukiman dan
karakter
Bangunan yang khas
Lay Out Bangunan
Fasade Bangunan
Arsitektur Tradisional
Cina
Tingkat
sedang

3 Penanganan Pemerintah
Sebagai urban heritage
Penanganan Intern dalam
Kawasan : penetapan
pusaka kota, RTBL
Penanganan Ekstern
Tingkat
tinggi

Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 18
Kawasan : publikasi,
agenda promosi kawasan
4 Berkonsep jalur pedestrian Konsep jalur pedestrian
berupa open mall, city
walk

Tingkat
tinggi
5 Landmark Gerbang (Paifang)
Bangunan Peninggalan
Arsitektural Khusus
Perabot Jalan (street
furniture)

Tingkat
tinggi

6 Akulturasi budaya Hubungan lintas etnis Tingkat
rendah













Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 19
Ekssting:
Pecinan tempat lain PecinanMakassar
Tabel 1 dan 2

Fungsi dominan komersial : tampilan
fasade tetap memperhatikan aspek
estetika dan keharmonisan eskitarnya.

Tabel 5

Gerbang merupakan unsur pelengkap yang
tak terpisahkan dari area batas (territory)
Pecinan

Tabel 1 dan 2
Fungsi komersial direspon dengan tampilan
spanduk, reklame yang mempromosikan tiap
ritel bangunan. Papan reklame bahkan
menutupi bangunan

Tabel 5

Gerbang Pecinan di Jalan Jampea, satu
satunya penanda yang mengarahkan ke
kawasan PecinanMakassar. Minimnya
gerbang kawasan ini tidak mudah
dikenali secara langsung.







Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 20

Kondisi Kawasan (Fisik)
No Indikator Kriteria Penanganan
1 Pola spasial
(land use & konfigurasinya)
Path
Nodes
Landmark
District

Tingkat
rendah

2 Bentukan hirarki
Lingkungan sekitar
Sirkulasi
Jalan, Jalur
pedestrian

Tingkat
sedang

3 Tatanan, bentuk dan massa
bangunan
Bangunan Umum
Bangunan
Arsitektur Cina

Tingkat
tinggi

4 Ruang terbuka
(open space)
R.publik komunal
R.terbuka hijau
Tingkat
tinggi
5 Ketersediaan sarana dan
prasarana
Jar. air bersih
Jar. air kotor limbah
Jar. telepon
Jar. listrik
Persampahan
Tingkat
rendah














Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 21
Kondisi Bangunan (Identifikasi upaya peningkatan vitalitas kawasan)

Indkator Kriteria Deskrips
Makna Arsitektur
dan Fungsi Bangunan
Wujud , Posisi, Orientasi
Warna, Tekstur Dimensi,
Proporsi Irama
Bangunan berkesan
paling kuat : klenteng,
Mesjid Kampung Melayu,
PGS Butung, dan bangunan
dengan land use lain seperti
bank bernilai rendah. Kesan
yang ditimbulkan klenteng
krn
keberadaannya kontekstual
dgn Pecinan.
Nilai Kultural Bangunan
Peninggalan di Pecinan
Makassar
Estetika,Kejamakan
Kelangkaan Keluarbiasaan
Peranan Sejarah Memperkuat
kawasan
nilai tertinggi : bangunan
peribadatan
(klentengmesjid),
rumah Abupusat pendidikan
informal-Yayasan Sosial,
bangunan rumah tinggal
dan terakhir adalah bangunan
dengan fungsi komersil
(bank, hotel).














Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 22
BAB IV
KESIMPULAN
(PRINSIP PERANCANGAN)

UPAYA PENINGKATAN VITALITAS KAWASAN DALAM BENTUK PENATAAN
SPASIAL KAWASAN

Untuk meningkatkan vitalitas kawasan digunakan pendekatan teori Tange (1971), Lynch
(1973), Peterson dalam Wijanarka (2004) dan Ashihara (1983). Merespon pola spasial
kawasan, maka akanditentukan zona utama dan strategis sekaligus untuk menciptakan
kognisi spasial (cognitive map).
Peralihan hirarki jalan berdampak pengorganisasian fungsi bangunan-bangunan . komersial
strategis, privasi atau standar keamanan dan kenyamanan penghuni










Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 23
Indkator Kriteria Deskripsi
1. Kondisi Sosial

Hubungan
internal sosial
komunitas
Hubungan
eksternal sosial
komunitas
System sosial Cina : Cina Totok dan Cina
Peranakan memperagaruhi kehidupan sosial
kemasyarakatannya.
Perubahan dalam bentuk akulturasi lebih
dominan pada hubungan sosialnya, Akulturasi
tersebut berupa perkawinan hybrid,
beragamnya
agama yang mereka anut dan hubungan sosial
di kehidupan sehari-hari.
social mapping, program partipatif dan
kegiatan publikasi dan
diskusi,agar terjadi kesinambungan antara
intervensi fisik
sebelumnya.

2. KondisiEkonomi
Aktivitas
Ekonomi
Wujud aktivitas
ekonomi
Aktivitas perekonomian terlihat dengan
tampilan suasana kawasan yang berupa daerah
perdagangan.
peningkatan laju perekonomian kawasan
+penataan intervensi fisik kawasan,
pengembangan potensi koridor Pecinan -
zonasi jenis industri dan perdagangahome
industry
di kawasan diwadahi dalam bengkel, dapur
/studio (workshop), dan mengekspose
kegiatan sehingga sehingga dapat
melibatkan pengunjung berpartipasi dalam
proses produksinya.
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 24
3. Kondisi Budaya Bahasa
Sistem
Kepercayaan
Kesenian
Ilmu
pengetahuan
Kondisi khas budaya Cina jelas terlihat di
Pecinan Makassar. hal ini dapat dilihat dengan
berbagai artefak intangible, misalnya
penggunaan aksara
dan bahasa Cina dalam sosialita kota Makassar,
praktik Feng Shui pada bangunan, adanya
klinik Tabib dan toko oban ramuan khas Cina
dan
perayaan hari raya Cina setiap tahunnya.
pengadaan ruang publik untuk perayaan
kegiatan, & penambahan aksara sbg
rnamentasI yg memberi sense of place yang
kuat pada kawasan.


1. Penataan Pola Spasial
(Nodes pada Sulawesi-Jl. Tentara Pelajar)

Gambar penaatan pola spasial pada jalan sulawesi-jalan tentara sebagai usaha menjadikan
pecinaan sebagai pusaka kota (urban heritage)

Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 25

Gambar penaatan pola spasial pada jalan sulawesi-jalan tentara sebagai usaha menjadikan
pecinaan sebagai pusaka kota (urban heritage)




2. Tatanan dan bentuk bangunan


a. Arcade-Kanopi














Gambar peromabakan arcade bangunan dari prtabel menjadi permanen









Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 26
3. Landmark

Gerbang Perabot Jalan

Gambar penggunaan landmark


4. Ruang Terbuka
Pasar Tradisional Bacan

Gambar Makassar China Town Heritage Centre


Gambar RTH transisi space
Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 27


Gambar Peta Perancangan kawasan Pecinaan

Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 28
KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan metode analisis visual dapat diidentifikasi komponen-
komponen yang mengalami penurunan vitalitas pada Pecinan Makassar yang
berupa aspek fisik dan non fisik.
2. Dari penelusuran tersebut, sudah saatnya pemerintah menanganani khusus
dalam bentuk revitalisasi. Pecinan ini dapat menjadi salah satu kekuatan dalam
paket promosi di kawasan kota lama Makassar, sehingga menjadi obyek
eksperimen revitalisasi yang dapat menjadi percontohan di kota-kota lain.

























Kawasan Pecinaan Sebagai Urban Heritage Kota Makassar Page 29
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa, (2008), Sejarah Dan Konservasi Perkotaan Sebagai Dasar Perancangan Kota,
Antariksa blog, diakses tgl. 15 Desember 2012
Djamaluddin, Masdar dan Zahara, Iin, (2007), Pergeseran Arsitektur Rumah Cina,
dalam Nalars Volume 6 Nomor 2 Juli 2007.
Shirvani, Hamid, (1985), The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold
Company, New York.
www.google.com
www.wikipedia.com
www.fajar-online.com
www.tribun-timur-online.com
www.makassar-terkini.com
www.makassar.go.id
www.southcelebes.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai