C
Minggu ketiga 39,2
C
Minggu keempat 39,4
C
Pembilasan telur itik dengan air hangat selama penetasan :
Hari kedua sampai ke-14 (sekali sehari, waktu pagi)
Hari ke-15 sampai ke-25 (dua kali sehari, waktu pagi dan sore)
Pelambaran kain yang dibasahi selama penetasan:
Hari ke-26 dan ke-27
Pembalikan telur selama penetasan dilakukan paling sedikit 2 kali sehari,
mulai hari ke-3 sampai ke-25.
Pendinginan telur selama penetasan selama 15 menit :
Hari ke-4 sampai ke-25 (dengan diangin-anginkan)
Pemeriksaan telur selama penetasan dilakukan 3 kali :
Pemeriksaan pertama pada hari ke-7
Pemeriksaan kedua pada hari ke-14
Pemeriksaan ketiga pada hari ke-21
Setelah telur menetas, biarkan anak itik yang bulunya masih basah berada
dalam alat penetas selam 24 jam sampai bulunya kering. Selanjutnya
dipindahkan ke kandang atau kotak anak itik yang sudah dilengkapi
pemanas (induk buatan). (Bambang, 1988: 77-79)
Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari
baik untuk mencegah embrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam
telur. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau
diputar posisinya dalam 1hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut
dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi jangan membalik telur sama
sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh
diusik karena embrio dalam telur yang akan menetas tersebut sedang bergerak
pada posisi penetasannya.(UNILA, 2007:10-11)
2.2 Temperatur
Semakin Suhu menyatakan panas atau dinginnya sesuatu. Semakin panas
suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau
dinginnya sesuatu. (Sears dan Zemansky, 1991:354)
2.2.1 Konsep Temperatur
Tinjaulah sistem A kedalam Y
1
, X
1
dalam kesetimbangan termal dengan
sistem B dalam keadaan Y
1,
X
1
. jika sistem A disingkirkan dan keadaannya
diubah, maka dapat di dapatkan keadaan lain Y
2
, X
2
yang dalam kesetimbangan
termal dengan keadaan semula Y
1
, X
1
dari sistem B. Percobaan menunjukkan
terdapat sekumpulan keadaan Y
1
, X
1
; Y
2
, X
2
; Y
3
, X
3
; dan seterusnya, yang
masing-masing dalam kesetimbangan termal dengan keadaan yang sama Y
1
, X
1
dari sistem B dan menurut hukum ke nol, dalam kesetimbangan termal satu sama
lain. Kita akan menganggap bahwa jika semua keadaan seperti itu digambarkan
dalam diagram YX, letaknya pada kurva akan seperti I dalam dalam gambar 2.3,
yang di sebut isoterm. Isoterm adalah kedudukan semua titik yang
menggambarkan keadaan sistem yang dalam kesetimbangan termal dari satu
keadaan dari sistem lain. Kita tidak mengambil pengandaian mengenai kemalaran
isoterm, walaupun keadaan pada sistem yang sederhana menunjukkan bahwa
biasanya sekurang-kurangnya sebagai isoterm merupakan kurva yang
malar.(Zemenski, 1982 : 8-9)
1 1
, X Y
2 2
, X Y
3 3
, X Y 1 1
' , ' X Y
2 2
' , ' X Y
3 3
' , ' X Y
Gambar 2.3 Isoterm dari dua sistem yang berbeda
2.2.2 Pengukuran Temperatur
Untuk menentukan sekala empiris, kita memiliki beberapa sistem untuk
koordinal Y dan X sebagai sistem baku yang kita sebut termometer dan
mengambil seperangkat kaidah untuk menentukan harga numerik pada temperatur
yang berkaiatan dengan masing-masing isoterm. Pada setiap sistem lain yang
dalam kesetimbangan termal dengan termometer itu, kita pilih bilangan yang sama
untuk menunjukkan temperatur. Prosedur yang paling sederhana adalah memilih
lintasan yang mudah dalam bidang Y X, seperti yang diperlihatkan pada gambar
2.4 oleh garis terputus-putus Y = Y
1
yang memotong isoterm itu pada titik yang
masing-masimg mempunyai koordinat Y yang sama tetap, isoterm diambil
sebagai fungsi X disebut sifat termometrik, dan bentuk sifat termometrik (X0
memutus sekala temperatur). Terdapat enam jenis termometer yang penting, yang
masing-masing dengan sifat termometriknya, seperti yang dilhat pada tabel 2.1.
.(Zemenski, 1982 : 11-12)
Tabel 2.1 Termometer dengan sifat termometriknya
Termometer Sifat termometrik Lambang
Gas (volum tetap)
Resistor listrik (tegangan mekanis tetap)
Termokopel (tegangan mekanis tetap)
Uap helium (jenuh)
Garam para magnetik
Radiasi benda hitam
Tekanan
Radiasi listrik
Elektromotansi termal
Tekanan
Suseptibilitas magnetik
emitensi
P
R
R
B.
I
s
o
t
e
r
m
p
a
d
a
t
e
m
p
e
r
a
t
u
r
t
i
t
i
k
t
r
i
p
e
I
a
i
r
Gambar 2.4 Percepatan sekalar temperatur menyangkut penentuan harga nomerik
pada isoterm sistem baku atau termometer
2.3 Pengaturan Dalam Perspektif Al-Quran
Membahas masalah peraturan, yang paling Maha Pengatur adalah Allah
karena Allah berhak atas semua apa yang ada di langit ataupun di bumi
Hal ini telah dijelaskan dalam al-Quran:
Artinya: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala
sesuatu. (QS. Az-Zumar/39 : 62).
Ayat diatas mejelaskan betapa sang maha pencipta Allah SWT telah
mengatur isi jagat raya, sehingga di dalamnya berlaku hukum-hukum alam dan
keteraturan. Menjadikan sesuatu memiliki kadar serta sistem tertentu dan teliti
baik itu yang berkaitan dengan materi, maupun waktu seperti siang, malam, pagi,
sore semuanya itu telah diatur oleh ketentuan Allah SWT. Maksudnya Dialah
yang menerapkan seluruh ketetapan dan hukumnya yang diberlakukan terhadap
semua makhluk-Nya sesuai kehendak dan keinginannya. Allah SWT berfirman:
(Shihab, 2003: 258-260)
Artinya: Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaaq/65 : 3)
Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari
dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya. (QS. Al-Anbiya/21 : 33)
Asbabun nuzul dari surat Ath-Thalaaq ayat ketiga ini berkenaan dengan seseorang
suku Asyja yang fakir, cekatan dan banyak anak. Ia menghadap kepada
Rosulullah SAW. Meminta bantuannya (tentang anak yang ditawan musuh dan
tentang penderitaan hidupnya). Rosulullah SAW. Bersabda: :Bertaqwalah kepada
Allah dan sabarlah. Tiada lama kemudian datanglah anaknya (yang ditawan itu)
membawa seekor kambing (hasil rampasan dari musuh sewaktu melarikan diri).
Hal ini segera dilaporkan kepada Rosulullah SAW. Rosulullah SAW. Bersabda:
Makanlah (kambing itu)(H. A. Dahlan, dkk. 1989 : 533)
Ayat ini menjelaskan kepada kita semua bagaimana konsep pengaturan
alam semesta ini diatur dengan tatanan yang sangat rapi, hal ini menunjukkan
keseimbangan kontrol yang dibuat oleh Allah SWT untuk kemaslahatan demi
kelangsungan hidup makhluk-Nya. (Abdullah bin Muhammad, 2007: 448-449)
Di dalam Al-Quran Allah juga menjelaskan sebagaimana firman-Nya:
Artinya: Dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah
Allah itu. (QS. Al-Fathir/35 : 43 )
Yakni siapapun dari makhluk ini, tidak akan mampu mengalihkan hukum
Allah dari arah yang telah ditentukan. Kata () sunnah antara lain berarti
kebiasaan. Sunnatullah atau sunnah Allah adalah kebiasaan-kebiasaan yang
diberlakukannya terhadap apa, siapa dan kapanpun. Karena ia adalah sunnah yang
tidak menyimpang dari arah yang telah ditetapkan dari hukum-hukum Allah SWT.
(Shihab, 2003: 494-495 )
2.4 Kontrol Otomatis
Kontroler berfungsi membandingkan nilai yang sebenarnya dengan
keluaran plant dengan nilai (set poin) yang diinginkan, menentukan deviasi dan
menghasilakan suatu sinyal kontrol yang akan memperkecil deviasi sampai nol
atau sampai suatu nilai yang kecil. Cara kontroler menghasilkan sinyal kontrol
disebut aksi pengontrolan (Ogata, 1991: 197)
Kontrol didefinisikan sebagai operasi pengaturan beberapa obyek untuk
tujuan tertentu. Pada kontrol manual, yang bertindak sebagai kontrol adalah
manusia. Sedangkan pada kontrol otomatis, peran manusia sebagai operator
digantikan oleh peralatan mekanik maupun elektronik. Kontrol otomatis
membandingkan harga yang sebenarnya dari keluaran plant dengan harga yang
diinginkan, menentukan deviasi, dan menghasilkan sinyal kontrol yang akan
memperkecil deviasi sampai nol atau sampai suatu harga yang kecil. Cara kontrol
otomatis menghasilkan sinyal kontrol disebut aksi pengontrolan (control action).
Kontroler otomatis biasa dipergunakan dibidang industri, di mana prinsip kerja
yang digunakan sama yaitu meliputi proses mengamati, mengolah informasi dan
memberikan reaksi terhadap alat.
Beberapa jenis kontrol yang umum digunakan antara lain :
Kontrol Sequensial
Kontrol sequensial beroperasi step by step sesuai dengan urutan yang telah
ditentukan. Kontrol jenis ini biasanya menggunakan relay, timer, limit switch,
kontaktor dan sebagainya. Aplikasinya banyak ditemui pada sistem
pengaturan seperti lampu lalu lintas dan proses produksi pada skala industri.
Kontrol Umpan Balik
Kelebihan kontrol umpan balik adalah kemampuan mendapatkan informasi
keluaran saat itu sehingga bisa dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan
(set point) dan mengoreksi kesalahannya. Sistem kontrol ini secara umum
ditunjukkan pada Gambar 2.3. (Happy dan Purwati, 2001: 4-5)
Gambar 2.5 Sistem control umpan balik
2.5 Sensor Suhu (Tranduser IC LM 35)
Semakin Suhu menyatakan panas atau dinginya sesuatu. Semakin panas
suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau
dinginnya sesuatu(Sears dan Zemansky, 1991:354). Sensor suhu adalah suatu
tranduser yang digunakan untuk mengkonversi besaran suhu menjadi besaran
listrik. Sensor suhu yang biasa digunakan adalah IC LM35 yang dikemas dengan
sangat kompak. LM35 tidak memerlukan kalibrasi eksternal ataupun timing
khusus, dengan range pengukuran antara
0 -
100 C. sensor ini mempunyai
karakteristik yang linier serta sensitifitas sebesar 10mV/
C (Widodo, Dkk.
2005:119)
Aplikasi IC LM35 sangat mudah karena output yang linier dan impedensi
keluaran yang rendah. Suhu untuk untuk penetasan telur itik berkisaran antara
38,6
C 39,4
C.
Gambar 2.6 Sensor temperatur LM35 dan Typical Aplication LM35
2.6 Analog To Digital Converter (ADC)
Rangkaian atau chip ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog
menjadi sinyal digital. Umumnya kita menggunakan chip ADC 8 bit untuk
mengubah rentang sinyal analog 0-5 V menjadi level digital 0-255 untuk ADC 8
bit, meskipun saat ini sudah banyak ADC yang mampu memproses data 12 bit.
Gambar 2.7 Konversi sinyal analog menjadi digital/ biner
Faktor-faktor spesifikasi ADC:
1. Resolusi
2. Linearitas
3. Akurasi
ADC
Vd
d
Analog
Sinyal
Input
Binary
Output
4. Non linearitas
5. Kontrol
Analog to Digital Converter (ADC) berfungsi untuk mengubah tegangan
analog pada input menjadi tegangan digital pada outputnya.Sehingga data tersebut
dapat dibaca oleh peralatan interface dan dapat diproses oleh mikroprosesor.
Secara umum ADC dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
a. ADC dengan golongan open -loop (tanpa feedback)
misalnya: tipe flash ADC, slope converter, dual converter
b. ADC dengan golongan close-loop (dengan feedback)
misalnya: single counter ADC, tracking ADC dan successive
ADC mengambil input sinyal kontinyu yang tidak diketahui (Vin) dan
mengkonversinya ke dalam bilangan biner n-bit. Bilangan n-bit adalah fraksi biner
yang menunjukkan rasio antara sinyal input (Vin) dan pengkonversi tegangan
penuh.
Gambar 2.8 Konversi dasar ADC
Tegangan Vin dihubungkan pada suatu input dari sinyal analog
pembanding dan tegangan referensi analog (Vr) dihubungkan pada input yang lain
dari komparator. Jika Vin > Vr tegangan output akan berada pada +Vo level yang
berarti logika 1,jika Vin < Vr tegangan output akan low yang berarti logika
0.( Anik fitria, Anton Indarto. 2001)
Vin
Vr
Vout
Metode konversi sinyal analog menjadi digital yang digunakan adalah
Succesive Approximation ADC. Rangkaian ini menggunakan counter yang dikenal
sebagai successive-approximation register, yaitu melalui pendekatan berturut-turut
untuk mencari nilai yang paling tepat. Disamping menghitung naik deretan data
biner, register ini menghitung dengan mencoba seluruh nilai bit dimulai dari MSB
dan diakhiri dengan LSB. Selama proses penghitungan, register akan memonitor
output komparator untuk melihat jika hitungan biner kurang atau lebih besar dari
input sinyal analog.
Komponen dasarnya adalah pengkonversi A/D, pembanding atau
komparator, successive approximation register (SAR), sebuah clock dan kontrol
dan status logic (Widodo,D dan Sigit F. 2005: 120-121).
Gambar 2.9 Rangkaian successive approximation pengkonversi A/D
Clock
Control and status logic
Succesive approximation
register
(SAR)
DAC
Digital Output D
Vo
Vin
Vfs
Pada permulaan konversi, SAR dibersihkan ke 0 dan bit paling berarti
diset ke 1. Hasil ini adalah harga Vo yang merupakan setengah dari skala
penuh. Output dari komparator kemudian di tes untuk melihat apakah Vin > atau
< Vo. Jika Vin > Vo bit yang paling berarti berubah menjadi on atau berubah
off.
Pada step berikutnya, bit yang paling berarti atau penting dari SAR
berubah menjadi on. Pada tingkat ini, Vo akan menjadi 3 atau 1 atau skala
penuh, tergantung pada apakah Vin > Vo atau Vin < Vo, masing-masing pada
langkah pertama. Kemudian komparator di tes apakah Vin > Vo yang baru, bit
yang paling berarti berikutnya on atau off.
Proses diulang untuk masing-masing bit SAR. Ketika proses dibawah
keluar untuk masing-masing bit , SAR berisi nomor biner D yang proporsi dengan
Vin dan garis EOC menunjukkan bahwa perbandingan telah selesai dan output
digital siap untuk transmisi. Keuntungan dari metode successive approximation
adalah kecepatan terbaik hanya pada pulsa clock n yang menghasilkan resolusi n
bit dari sinyal analog. Pada skripsi ini dipergunakan ADC 0804, yang mode tipe
kerjanya free running. Rangkaian free running ADC 0804 ditunjukkan pada
Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Rangkaian Free running ADC
Untuk membuat mode kerja ADC 0804 menjadi free running, maka harus
diketahui bagaimana urutan pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan
nilai pada -INTR. Urutan pemberian nilai pada -RD , -WR perubahan nilai pada -
INTR ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan nilai pada -INTR
Mode kerja free running ADC diperoleh jika -RD dan -CS dihubungkan ke
ground agar selalu mendapat logika 0 sehingga ADC akan selalu aktif dan siap
memberikan data. Pin -WR dan -INTR dijadikan satu karena perubahan logika -
ITNR sama dengan perubahan logika pada -WR, sehingga pemberian logika pada
-WR dilakukan secara otomatis oleh keluaran -INTR.
Nilai tegangan masukan (Vx) dari sebuah ADC secara umum dapat
dirumuskan sebagai berikut:
dimana: Vx = tegangan masukan
Vref = tegangan referensi
Sedangkan resolusi dari sebuah ADC secara umum dapat dirumuskan sebagai
berikut:
dimana:
(http://www.electroniclab.com/index.php?action=html&fid=56)
2.7 Mikrokontroler
Pada dasarnya mikrokontroler adalah terdiri dari mikroprosesor, timer dan
counter, perangkat I/O dan internal memori. Pada dasarnya mikrokontroller
mempunyai fungsi yang sama dengan mikroprosesor, yaitu untuk mengontrol
kerja suatu sistem. Di dalam mikrokontroller terdapat CPU, ALU, PC, SP, dan
register lain yang terdapat pada mikroprosesor, tetapi dengn penambahan
perangkat-perangkat lain seperti ROM, RAM, PIO, SIO, Counter, dan rangkaian
Clock.
Mikrokontroller didesain dengan instruksi-instruksi yang lebih luas dan 8
bit instruksi digunakan untuk membaca data instruksi dari internal memory ke
ALU. Banyak instruksi yang digabung dengan pin-pin pada chip-nya. Pin tersebut
adalah pin yang dapat diprogram yang mempunyai fungsi berbeda, tergantung
pada kehendak programmernya.
Sedangkan mikroprosesor didesain sangat fleksibel dan mempunyai
banyak byte instruksi. Semua instruksi bekerja dalam sebuah konfigurasi
perangkat keras yang membutuhkan banyak ruang memori dan perangkat I/O
untuk dihubungkan ke alamat pin-pin bus data pada chip. Sedangkan besar
aktifitas pada mikroprosesor bekerja dengan kode instruksi dan data pada atau dari
memori luar ke CPU. (Firmansyah, 2005: 277)
2.7.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroller 89S51 terdiri dari sebuah central processing unit (CPU),
dua jenis memori data (RAM) dan memori program (ROM), port I/O dengan
programmable pin secara independent, dan register-register mode, status, internal
timer/counter, serial communication serta logika random yang diperlukan oleh
berbagai fungsi peripheral. Masing-masing bagian saling berhubungan satu
dengan yang lain melalui kabel data bus 8 bit. Bus ini di-buffer melalui port I/O
bila diperlukan perluasan memori atau sebagian perangkat I/O. (Budiharto, 2004:
133)
MCU AT89S51 memiliki arsitektur sebagai berikut :
1) 8 bit Central Processing Unit (CPU).
2) 16 bit Program Counter (PC) dan Data Pointer (DPTR).
3) 8 bit Program Status Word (PSW).
4) 8 bit Stack Pointer (SP).
5) 4 Kbyte ROM internal (on chip).
6) 128 byte RAM internal (on chip) yang terdiri dari:
a) 4 register bank masing-masing 8 register.
b) 16 byte yang dapat dialamati dalam bit level.
c) 80 byte data memory general purpose.
d) 4 programmable port masing-masing terdiri dari 8 jalur I/O
e) 2 timer/counter 16 byte.
f) 1 serial port dengan control serial full duplex UART.
g) 5 jalur interupsi (2 jalur eksternal dan 3 jalur internal).
7) 32 I/O yang disusun pada 4 port (port 0 port 4).
8) 2 buah timer/counter 16 bit: T0 dan T1.
9) Full Duplex Serial Data Communication (SBUF).
10) Control Register: TCON, TMOD, PCON, IP, dan IE.
11) 2 eksternal interrupt dan 3 internal interrupt.
12) Oscillator dan clock circuit.
Gambar 2.11 Blok Diagram AT89S51
Sumber : www.atmel.com
2.7.2 Susunan Pin MCS AT89S51
Pin AT89S51 dibedakan menjadi pin sumber tegangan, pin oscillator, pin
I/O, dan pin untuk proses interupsi luar. (Widodo, 2005 hal: 23)
Gambar 2.12 Pin Diagram AT89S51
Sumber : www.atmel.com
Fungsi dari pin-pin AT89S51:
a) Pin 40 adalah pin Vcc, yaitu pin positif sumber tegangan 5 volt DC
b) Pin 20 adalah pin Vss, yaitu pin grounding sumber tegangan.
c) Pin 32-39 adalah pin port 0, merupakan port I/O 8 bit full duplex. Port
ini dapat digunakan sebagai gabungan antara alamat dan data selama ada
pengambilan dan penyimpanan data dengan eksternal ROM dan RAM.
d) Pin 1-8 adalah pin port 1, merupakan port I/O 8 bit full duplex. Setiap
pin dapat digunakan sebagai masukan atau keluaran tanpa tergantung
dari pin yang lain
e) Pin 21-28 adalah pin port 2, sama seperti port 0. port ini dapat digunakan
sebagai address bus tinggi, selama ada penghambilan dan penyimpanan
data dengan eksternal ROM dan RAM.
f) Pin 10-17 adalah pin port 3, sama seperti port 1, tetapi port ini memiliki
keistimewaan seperti pada table berikut:
Kaki Port Fungsi Alternatif
P3.0 RXD (masukan penerima data serial)
P3.1 TXD (keluaran pengirim data serial)
P3.2 INT 0 (interupsi eksternal 0)
P3.3 INT 1 (interupsi eksternal 1)
P3.4 T0 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 0)
P3.5 T1 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 1)
P3.6 WR (strobe penulisan memori data eksternal)
P3.7 RD (strobe pembacaan memori data eksternal)
Tabel 2.3 Fungsi Alternatif Port 3
Sumber : www.atmel.com
Pin 9 adalah RST/VPD, pin ini berfungsi untuk me-reset sistem
AT89S51. kondisi high (logika 1) dari pin ini selama dua siklus clock
(siklus mesin) akan me-reset mikrokontroller yang bersangkutan.
g) Pin 30 adalah pin ALE/PROG, pin ini berfungsi untuk mengunci low
address (alamat rendah) pada saat akses memori program selama operasi
normal.
h) Pin 29 adalah pin PSEN, Program Strobe Enable merupakan strobe
output yang dipergunakan untuk membaca eksternal program memori.
PSEN aktif setiap dua siklus mesin.
i) Pin 31 adalah pin EA/VPP, Eksternal Acces Enable secara eksternal
harus disambung ke logika 0 jika diinginkan MCS51 menjadi enable
untuk mengakses kode mesin dari program memori eksternal. Namun
jika EA dihubungkan ke logika 1 maka device akan mengambil kode
mesin dari internal program memori, kecuali jika program counter berisi
lebih besar dari 0 FFFh.
j) Pin 18 adalah pin XTAL1, pin ini merupakan input ke inverting
amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal atau sumber
osilator dari luar.
k) Pin 19 adalah pin XTAL 2, pin ini merupakan output dari inverting
amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal atau ground jika
menggunakan sumber kristal internal.
2.7.3 Rangkaian Osilator
Jantung dari mikrokontroler AT89S51 terletak pada rangkaian yang
membangkitkan pulsa clock. Pin XTAL1 dan XTAL2 disediakan untuk
disambungkan dengan jaringan resonan untuk membentuk sebuah osilator.
AT89S51 dirancang untuk running pada frekuensi 3 MHz sampai 24 MHz.
(Budiharto, 2005 hal: 25)
Gambar 2.13 Rangkaian Oscillator AT89S51
Sumber : www.atmel.com
2.7.4 Memori Data Internal
Pada mikrokontroller 89S51 terdapat internal memori data. Internal
memori data dialamati dengan lebar 1 byte. Lower 128 (00H-7FH) terdapat pada
semua anggota keluarga MCS-51. Pada lower 128 lokasi memori terbagi atas 3
bagian yaitu: (Budiharto, 2005: 28)
1) Register Bank 0-3
32 byte terendah terdiri dari 4 kelompok (bank) register, dimana
masing-masing dari kelompok register itu berisi 8 register bit (R0-R7)
yang masing-masing kelompok register dapat dipilih dengan melalui
register PSW. Pada register PSW RS0 dan RS1 digunakan untuk memilih
kelompok register yang ada.
2) Bit Addressable
16 bite di atas kelompok register tersebut membentuk suatu lokasi
blok memori yang dapat dialamati dimulai dari 20H-2FH
3) Scratch Pad Area
Dimulai dari alamat 30H-7FH yang dapat digunakan untuk inisialisasi
alamat bawah dari Stack Pointer. Jika telah diinisialisasi, alamat bawah dari
stack pointer akan naik ke atas samapai 7FH. Sedangkan pada 128 Byte atas
(upper 128) ditempati oleh suatu register yang memiliki fungsi khusus yang
disebut dengan SFR.
2.7.5 Memori Data Eksternal
Untuk megakses memori program eksternal, pin EA dihubungkan ke
ground. 16 jalur input/output (pada port 0 dan port 2) difungsikan sebagai bus
alamat port 0 mengeluarkan alamat rendah (A0-A7) dari pencacah program
(program counter). Pada saat port 0 mengeluarkan alamat rendah, maka sinyal
ALE (Address Lacth Enable) akan menahan alamat pada pengunci port 2 yang
merupakan alamat tinggi (A8-A15) yang bersama-sama alamat rendah (A0-A7)
membentuk alamat 16 bit. Sinyal PSEN digunakan untuk membaca memori
program eksternal.
Mikrokontroller 8951 memiliki data berupa RAM internal sebesar 128
byte. Dari jumlah tersebut, 32 byte terendah dikelompokkan menjadi 4 bank.
Tiap-tiap bank terdiri dari 8 register. Pemilihan bank dilakukan melalui register
Program Status Word (PSW). 16 byte berikutnya membentuk satu blok memori
yang dapat dialamati per bit. Memori data ini dapat diakses baik langsung atau
tidak langsung. (Widodo, 2005 hal: 20)
2.7.6 Register Fungsi Khusus (SFR)
Register dengan fungsi khusus (Spesial Function Register / SFR) terletak
pada 128 byte bagian atas memori data internal. Wilayah SFR ini terletak pda
alamat 80H sampai FFH. Pengalamatan harus khusus diakses secara langsung
baik secara bit maupun secara byte. Register-register khusus dalam MC 8951,
yaitu: (Widodo, 2005 hal: 27)
1) Accumulator (ACC) atau register A dan register B
Register B : Register ini digunakan untuk proses perkalian dan
pembagian bersama dengan accumulator.
2) PSW : Register ini terjadi dari beberapa bit status yang menggambarkan
kejadian di accumulator sebelumnya, yaitu Carry bit, Auxiliary
carry, pemilih bank (RS0 dan RS1), bendera overflow, parity bit
dan dua buah bendera yang dapat didefinisikan sendiri oleh
pemakai. Ada 4 bank yang dapat dipilih untuk digunakan yang
semuanya bersifat addressable yaitu:
RS1 RS0 Register
0 0 BANK 0
0 1 BANK 2
1 0 BANK 3
1 1 BANK 4
Tabel 2.4 Bank Register
Sumber : www.atmel.com
3) SP: Merupakan register 8 bit. Register SP dapat ditempatkan dalam
suatu alamat maupun RAM internal. Isi register ini ditambah
sebelum data disimpan, selama intruksi PUSH dan CALL. Pada
saat reset register SP diinisialisasi pada alamat 07H sehingga
stack akan dimulai pada lokasi 08H.
4) DPTR: adalah suatu register yang digunakan untuk pengalamatan tidak
langsung. Register ini digunakan untuk mengakses memori
program internal atau eksternal, juga digunakan untuk alamat
eksternal data. DPTR Ini dikontrol oleh dua buah register 8 bit
yaitu DPH dan DPL.
5) Register Prioritas Interrupt (Interrupt Priority / IP)
Merupakan suatu register yang berisi bit-bit untuk mengaktifkan
prioritas dari suatu interrupt yang ada pada mikrokontroller pada taraf
yang diinginkan.
6) Interupt Enable Register (EI)
EI merupakan register yang berisi bit-bit untuk menghidupkan atau
mematikan sumber interrupt.
7) Timer / Counter Control Register (TCON)
TCON merupakan register yang berisi bit-bit untuk
memulai/menghentikan pewaktu/pencacah.
8) Serial Control Buffer (SBUFF)
Register ini digunkan untuk menampung data dari masukan
(SBUFF IN) ataupun keluaran (SBUFF OUT) dari serial.
Berikut adalah tabel pembagian alamat pada register fungsi-fungsi khusus:
SYMBOL NAME ADDRESS
*ACC Accumulator 0E0H
*B B Register 0F0H
*PSW Program Status word 0D0H
SP Stack Pointer 81H
DPTR Data Pointer 2 Bytes
DPL Low Byte 82H
DPH High Byte 83H
*P0 Port 0 80H
*P1 Port 1 90H
*P2 Port 2 0A0H
*P3 Port 3 080H
*IP Interrupt Priority Control 0B8H
*IE Interrupt Enable Control 0ABH
TMOD Timer/Counter Mode Control 89H
*TCON Timer/Counter Control 88H
*+T2CON Timer/Counter 2 Control 0C8H
TH0 Timer/Counter 0 High Control 8CH
TL0 Timer/Counter 0 Low Control 8DH
TH1 Timer/Counter 1High Control 8DH
TL1 Timer/Counter 1Low Control 8BH
*TH2 Timer/Counter 2High Control 0CDH
*TL2 Timer/Counter 2 High Control 0CCH
*RCAP2H T/C Capture Reg, High Byte 0CBH
+RCAP21 T/C Capture Reg, Low Byte 0CAH
*SCON Serial Control 98H
SBUF Serial Data Buffer 99H
Tabel 2.5 Pembagian Alamat Pada Fungsi-fungsi Khusus
Sumber : www.atmel.com.
Keterangan:
* : Bit addressable
+ : 8052 only
2.8 Liquid Crystal Display (LCD M1632)
Untuk tampilan dalam Laporan Akhir ini, digunakan LCD M1632. Tampilan
jenis ini tersusun dari dot matriks dan dikontrol oleh ROM / RAM generator
karakter dan RAM data display. Semua fungsi display dikontrol dengan instruksi
dan LCD dapat dengan mudah diantarmukakan (interface) dengan unit
mikrokontroller.
Liquid cristal display adalah modul tampilan yang mempunyai konsumsi
daya yang relatif rendah dan terdapat sebuah controler CMOS didalamnya.
Controler tersebut sebagai pembangkit ROM/RAM dan display data RAM.
Semua fungsi tampilan di kontrol oleh suatu instruksi modul LCD dapat dengan
mudah diinterfacekan dengan MPU.
Ciri-ciri dari LCD M1632: (Widodo, 2002: 153)
1) Terdiri dari 32 karakter yang dibagi menjadi 2 baris dengan display dot
matrik 5 X 7 ditambah cursor
2) Karakter generator ROM dengan 192 karakter
3) Karakter generator RAM dengan 8 tipe karakter
4) 80 X 8 bit display data RAM
5) Dapat diinterfacekan dengan MPU 8 atau 4 bit
6) Dilengkapi fungsi tambahan : Display clear,cursor home,display ON/OFF,
cursor ON/ OFF, display character blink, cursor shift dan display shift
7) Internal data
8) Internal otomatis dan reset pada power ON
9) +5 V power supply tunggal
Berikut ini merupakan pin-pin LCD berserta konfigurasinya:
Gambar 2.14. LCD M1632
Sumber : www.robotindonesia.com
Karakteristik dari LCD M1632 antara lain 16 x 2 karakter dengan 5 x 7 dot
matriks, ROM generator karakter dengan 192 tipe karakter, RAM generator
karakter dengan 8 tipe karakter (untuk program write), 80 x 8 bit RAM data
display dengan 80 karakter maksimal, Dapat diantarmukakan (interface) dengan
MPU 4 atau 8 bit, RAM data dan RAM generator karakter dapat dibaca dari
MCU, Rangkaian osilator terpadu, Catu daya tunggal 5 Volt, Reset otomatis.
(Seiko Instruments Inc,1987 :1).
Adapun untuk menampilkan karakter yang ada dilakukan dengan cara
memberikan kode karakter untuk tiap tiap karakter yang diinginkan pada bus
data dan dengan menggunakan kontrol E, RS dan R/W.
No Nama Pin Deskripsi
1 V
DD
5 V
2 V
SS
0 V (Ground)
3 V
LC
Tegangan kontras LCD
4 RS Register Select. 0 : register perintah, 1: register data
5 R/W 1 : read, 0 : write
6 E Enable clock LCD
7 D0 Data Bus 0
8 D1 Data Bus 1
9 D2 Data Bus 2
10 D3 Data Bus 3
11 D4 Data Bus 4
12 D5 Data Bus 5
13 D6 Data Bus 6
14 D7 Data Bus 7
15 Anoda Tegangan Positif Backlight
16 Katoda Tegangan Negatif Backlight
Tabel 2.6 Konfigurasi Pin LCD M1632
Sumber : (Seiko Instruments Inc,1987 :7).
2.9 Pemanas (Heater)
Pemanas (heater) adalah suatu bahan yang mampu menghasilkan energi
panas bila diberi tegangan bolak balik. Bahan-bahan yang paling banyak
digunakan untuk pembuatan elemen pemanas listrik terdiri dari campuran krom +
nikel, krom + nikel + besi, krom + nikel + alumunium. Kawat untuk elemen
pemanas listrik harus memenuhi syarat: tahan lama pada suhu yang dikehendaki,
mekanis harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki, koefisien muai harus kecil
sehingga perubahan bentuknya pada suhu yang dikehendaki tidak terlalu besar,
tahanan jenis harus tinggi, koefisien suhu harus kecil sehingga arus kerja sedapat
mungkin konstan.
Bahan yang digunakan sebagian besar ditentukan oleh suhu maksimal
yang dikehendaki. Logam-logam campuran tersebut diatas dapat digunakan antara
100
C-1250
1
1
(6)
Dengan mengasumsikan bahwa Op-Amp adalah ideal (dimana Zin=
A=tak terhingga) maka:
Vs = V0 / A = 0
Karena Vs = 0 sehingga persamaan (9) menjadi :
f
O
R
V
R
V
=
1
1
..(7)
1 1
0
R
R
V
V
f
= .(8)
1
1
0
V
R
R
V
f
= (9)
2.10.3 Integrator Op-Amp
Sebuah integrator adalah rangkaian yang menyelenggarakan operasi,
integrasi secara matematik karena dapat menghasilkan tegangan keluaran
yang sebanding dengan integral masukan. Pemakaian yang umum ialah
menggunakan tegangan masukan yang tetap untuk mengahasilkan tegangan
keluaran berbentuk lereng (ramp). Sebuah lereng adalah tegangan yang mendaki
atau menurun secara linier.
Gambar 2.18. Rangkaian Integrator
Pada keadaan awal, arus input yang mengalir melalui resistor sama
dengan i
1
= Vi / R. Tegangan output (V
o
) sama dengan nol sehingga
arus yang mengalir melalui resistor juga mengalir melalui kapasitor C
(i
2
=C. dv/dt) yaitu dengan menganggap resistansi input Op-Amp adalah tak
terhingga ( keadaan ideal ).
Dari hal ini maka didapat persamaan :
dt
dV
C
R
V
i
i 0
1
= = ..(10)
Sehingga :
C R
V
dt
dV
i
.
0
= ....(11)
Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan diatas, suatu persamaan
tegangan Output Integrator (V
o
) akan diperoleh sebagai berikut:
dt V
C R
V
I
}
=
.
1
0
..(12)
2.10.4 Sifat-sifat Ideal OP-Amp
a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau =
lb v
A
,
b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau 0
, 0
=
lb
R
c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga, atau =
lb i
R
,
d. Lebar pita tak berhingga, atau A f = f
2
f
1 =
e. Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) =
2.10.5 IC LM 741
Pada mulanya IC 741 dibuat oleh Fairchild semiconductor dan bernama
A 741. karena amat popular maka hampir semua perusahaan membuatnya.
Untuk 741 mempunyai data sebagai berikut:
lb i
R
,
= 2 M,CMRR = 90 dB,
lb v
A
,
=
200000 (pada frekwensi rendah),
lb
R
, 0
= 75 , lebar pita untuk penguatan = 1
adalah 1 M Hz. (sutrisno. 1987. 117-118)
IC 741 berbentuk chip IC 8 kaki dalam kemasan Dual Inline Package
(DIP). Dalam IC tersebut terdapat beberapa puluh transistor yang membentuk
konfigurasi penguat. Chip 741 dan skematik rangkaiannya seperti gambar di
bawah ini :
Gambar 2.19. Kemasan IC 741
Gambar 2.20. Rangkaian IC 741
(http://www.datasheet4u.com/download/741)
2.11 Motor DC
Motor DC Servo
DC servo motor yang digunakan dalam perencanaan ini adalah DC servo
motor yang menggunakan permanen magnet. Alasan pemilihan DC servo motor
tipe ini adalah kemudahan dalam pengontrolan dengan menggunakan pengaturan
tegangan DC. Medan stator motor jenis ini dihasilkan oleh magnet permanen
bukan elektromagnet. PM motor mempunyai kurva kecepatan torsi yang linier
dalam jangka yang lebar. Penggunaan magnet permanen tidak membutuhkan daya
listrik untuk menghasilkan medan stator, sehingga daya dan pendinginan yang
diperlukan lebih rendah dibandingkan motor yang menggunakan elektromagnet.
Perubahan kecepatan motor dapat dengan mudah diatur dengan cara merubah-
rubah besarnya tegangan DC yang diberikan pada motor.
DC servo motor memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
a. Bentuknya kompak, ringan dan berdaya kerja tinggi
b. Dapat bekerja pada daerah atau tempat yang kurang baik
c. Kecepatan maksimum yang sangat tinggi
d. Biaya perawatan mudah
DC servo motor ini mempunyai fasilitas optical encoder yang menjadi satu
dengan bodymotor dan ikut berputar pada saat motor berputar. Encoder ini
berfungsi sebagai feedback untuk pengontrolan close loop.
2.12 Real Time Clock (RTC)
Real Time Clock merupakan suatu chip (IC) yang memiliki fungsi sebagai
penyimpan waktu dan tanggal. IC RTC yaitu DS12C887 yang memiliki register
yang dapat menyimpan data detik, menit, jam, tanggal, bulan dan tahun. RTC ini
memiliki 128 lokasi RAM yang terdiri dari 15 byte untuk data waktu serta
kontrol, dan 113 byte sebagai RAM umum.
RTC DS 12C887 menggunakan bus yang termultipleks untuk menghemat
pin. Timing yang digunakan untuk mengakses RTC dapat menggunakan intel
timing atau motorola timing. RTC ini juga dilengkapi dengan pin IRQ untuk
kemudahan dalam proses.
Berikut ini gambar pin-pin dari RTC DS 12C887, jumlah total pin-nya
sebanyak 13 buah :
Gambar 2.21 Pin RTC DS 12C887
Gambar 2.22 Diagram Blok DS12C887
Terlihat dari diagram blok tersebut bahwa RTC terbagi menjadi beberapa
bagian utama dengan kontrol maupun I/O untuk operasinya.
(www.agfi.staff.ugm.ac.id)
Berikut ini keterangan dari fungsi masing-masing pin:
1. AD0-AD7 - Multiplexed Address/Data Bus
2. NC - No Connect (tidak dihubungkan kemana-mana)
3. MOT - Pemilih tipe bus
4. CS - Masukan RTC Chip Select
5. AS - Address Strobe (ALE)
6. R/W- Masukan Read/Write
7. DS - Data Strobe
8. RESET - Masukan Reset
9. IRQ - Luaran Permintaan Interupsi
10. SQW- Luaran Gelombang Kotak
11. VCC - +5 Volt Main Supply
12. GND - Ground
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk dan Sampel Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah perancangan dan pembuatan alat untuk
mengatur temperatur di dalam incubator penetasan telur itik dan pemutaran telur
secara otomatis. Bentuk alat yang digunakan adalah miniatur dari suatu incubator
penetasan telur itik.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009. Dan penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Instrumentasi Jurusan Fisika UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang.
3.3 Alat dan Bahan
1. Bok Persegi Panjang (Incubator)
2. Komponene-komponen driver suhu Sensor
a. LM 35 (sensor suhu)
b. LM 358
c. Soket IC 8 pin
d. R 1K
e. Trimpot 10 K (multiturn, obeng - di atas)
f. Trimpot 100 K (multiturn, obeng - di atas)
3. Komponene-komponen Analog To Digital Converter (ADC)
a. ADC 0804
b. Soket IC 20 pin
c. R 10 K - 1/4w
d. C 150 PF (coklat) isi
e. Tr 9013
f. Trimpot 10 K
(multi turn, obeng - di atas)
4. Komponen- komponen Mikrokontroler
a. Mikrokontroler AT89S51
b. Soket IC 40 pin
c. R 10 k 1/4 w
d. C 10 F/16 V (kecil)
e. C 33 pf (coklat)
Crystal 12 Mhz (kecil)
5. Komponen- komponene Liquid Crystal Display
a. LCD M1632/162A (putih)
b. R 220 K -1/4w
c. Trimpot 1K
(segitiga, obeng + atas)
6. Komponen-komponen RTC (Real Time Clock)
a. RTC DS 12C887
b. Soket IC 24 pin (lebar)
7. Komponen-komponen Konektor
a. Dip plug 16 pin
b. Dip plug 8 pin
c. Dip plug 5 pin
d. Dip plug 3 pin
e. Dip plug 2 pin
8. Power Supply
a. LM 7805
b. C 4700 F/16V
c. C 100 F/16V
d. Dioda 1A (IN 4002)
9. Lain-lain
a. Valay PCB 1cm
b. Trafo 1 A (nol)
c. Kabel pita 20 warna
d. Keypad 4 x 4 (hitam, tebal)
e. Motor DC
f. Heater
g. Driver Haiter
h. Kipas
i. Termometer
3.4 Perancangan dan Pembuatan Alat
Berdasarkan literatur, tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah
perencanaan alat. Dalam perancangan instrumen penyusunan diagram blok sistem
dan pembuatan skema rangkaian. Serta pemilihan komponen-komponen
perangkat keras berdasarkan komponen yang berada dipasaran.
Perancangan dan pembuatan alat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap
pembuatan perangakat keras dan tahap pembuatan perangkat lunak.
3.4.1 Perancangan Sistem Keseluruhan dan Prinsip Kerja Alat
Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengontrol suhu ruang dalam
incubator sehingga sesuai dengan setting yang diberikan diawal proses penetasan.
Secara blok diagram alat yang dirancang ditunjukkan dalam gambar 3.1 dibawah
ini:
Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem
Ketika alat dinyalakan secara otomatis pemanas (heater) menyala.
Pemanas (Heater) membuat suhu pada incubator menjadi menjadi panas. Suhu
pada incubator perlahan naik hingga mencapai suhu yang ideal yang diperlukan
untuk penetasan telur itik. Apabila sensor suhu mendeteksi suhu yang lebih tinggi
dari yang diperlukan, maka secara otomatis sinyal dari sensor suhu dikuatkan oleh
penguat sinyal lalu dirubah menjadi sinyal digital pada ADC dan diproses pada
MCU lalu pemanas akan dimatikan dan menyalakan kipas. Sebaliknya bila suhu
kurang dari yang diinginkan maka secara otomatis sinyal dari sensor suhu
dikuatkan oleh penguat sinyal lalu dirubah menjadi sinyal digital pada ADC dan
diproses oleh MCU lalu pemanas dinyalakan. Pada counter/timer disetting pada
hari ketiga setiap jam 07.00, 12.00 dan 17.00, pada saat-saat itu Motor DC akan
berputar secara otomatis dan membalik telur pada incubator, dan sebelum
Sensor Suhu
ADC
MCU
AT89S51
Driver Motor
LCD
Driver
Pemanas
Heater
RTC
Penguat Sinyal
Keypad
Motor DC
pembalikan pada pukul 17.00 telur didinginkan dahulu 15 menit dan fan
dinyalakan.
3.4.2 Perancangan Rangkaian Sensor Suhu
Sensor suhu yang digunakan untuk mengkonveksi perubahan suhu ruang
penetasan menjadi sinyal listrik dalam perancangan ini adalah IC LM35,
penggunaan IC LM35 didasarkan pada kelebihan yang dimiliki IC LM35
diantaranya keluaran yang linier terhadap suhu, terkalibrasi secara langsung dalam
derajat celcius, murah dan mudah didapat, catu daya yang digunakan sensor
sebesar 5V DC. Sensor diletakkan dalam ruang penetasan telur, sehingga suhu
dalam ruangan tersebut dapat terdeteksi. Keluaran dari sensor suhu selanjutnya
dihubungkan ke rangkaian penguat sinyal.
3.4.3 Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal
Tegangan keluaran dari sensor suhu terlalu rendah. Oleh karena itu
tegangan keluaran dari sensor suhu harus dikuatkan agar sesuai dengan masukan
yang diperlukan oleh ADC. Penguat sinyal yang digunakan adalah IC LM358
yang merupakan penguat tak membalik.
Pada perancangan penguat sinyal menggunakan tegangan sebesar 5V.
ADC yang digunakan pada perancangan ini adalah ADC 10 bit, tapi dapat juga
menggunakan 8 bit dengan mengatur pemilihan bit pada pengesetan register.
Dalam perancangan ini dipilih 8 bit sebagai bit keluaran.
3.4.4 Perancangan Rangkaian ADC
Keluaran dari sensor suhu yang dikuatkan oleh pengonisi sinyal
merupakan sinyal analog, sehingga harus di ubah terlebih dahulu ke dalam bentuk
digital agar dapat diproses oleh mikrokontroler AT89S51. Untuk keperluan itu
maka digunakan IC ADC 0804 sebagai pengubah sinyal analog kedigital.
Dalam skripsi ini ADC yang digunakan yaitu ADC 0804 buatan Nasional
Semiconductor. ADC ini merupakan konversi 8 bit dengan teknik konversi
aproksimasi register bertingkat (SAR, Succesive Aproximation Register). Pada IC
ini terdapat 8 masukan dengan 3 bit dekoder latch.
Waktu konversi ADC0804 sekitar 100 untuk clock KHz dan frekuwensi
maksimal adalah 1,28 Mhz. Daerah masukan 0-5 volt dan tegangan referensi
konversi disesuaikan dengan daerah masukan analog.
3.4.5 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51
Mikrokontroler yang digunakan sebagai kontrol ini tidak dapat melakukan
prosesnya tanpa dibantu oleh rangkaian lain seperti clock dan reset. Selain
rangkaian-rangkaian tersebut perlu juga ditentukan penggunaan dari port-portnya
dan sinyal-sinyal yang digunakan untuk mendukung proses kerja rangkaian.
Berikut adalah konfigurasi port-port yang digunakan:
a) P0.0-P0.7 digunakan sebagai data tampilan pada Liquid Cristal Display
(LCD)
b) P2.6-P2.7 digunakan sebagai instruksi data untuk pengontrol instruksi dan
karakter dan pada Liquid Cristal Display (LCD)
c) P1.0-P1.3 digunakan sebagai output ke motor DC
d) P3.3-P3.5 digunakan sebagai input limit swicth dan tombol
Gambar 3.2 Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51
3.4.6 Perencanaan Driver Relay
Pada prencanaan ini, beban yang harus dikontrol oleh mikrokontroler
adalah pemanas (heater) dan Motor DC. Untuk menggerakkan relay dibutuhkan
driver. Ada 2 buah driver yang digunakan, 1 driver relay untuk menghidupkan dan
mematikan pemanas (heater) dan 1 driver untuk menghidupkan dan mematikan
motor DC. Rangkaian driver pamanas dan motor DC terdiri dari PNP 9012 dan
NPN 9013 yang berfungsi sebagai sklar, relay yang di hubungkan dengan
pemanas dan motor DC, serta dioda yang dihubungkan secara pararel dengan
relay.
Dalam perencanaan ini, digunakan port 3.0 untuk menggerakkan pemanas
(heater) dan port 3.1 untuk menggerakkan motor DC melalui rangkaian driver.
Relay yang digunakan pada rangkaian driver pemanas beroperasi dengan tegangan
12 V DC. Arus minimal yang diperlukan untuk mengaktifkan relay adalah 80mA
(berdasarkan pengukuran) dengan resistor sebesar 150 .
3.4.7 Perancangan RTC (Real Time Clock)
Jenis IC RTC yang digunakan pada rangkaian ini yaitu DS12C887 yang
memiliki register yg dapat menyimpan data detik, menit, jam, tanggal, bulan dan
tahun. RTC ini memiliki 128 lokasi RAM yang terdiri dari 15 byte untuk data
waktu serta kontrol, dan 113 byte sebagai RAM umum.
RTC DS 12C887 menggunakan bus yang termultipleks untuk menghemat
pin. Timing yang digunakan untuk mengakses RTC dapat menggunakan intel
timing atau motorola timing. RTC ini juga dilengkapi dengan pin IRQ untuk
kemudahan dalam proses.
3.4.8 Perancangan Rangkaian Motor DC
Jenis motor yang dipakai adalah jenis motor DC shunt yang mempunyai
daya kecil dan mempunyai putaran konstan, tegangan yang diperlukan yaitu 12
volt. Motor DC ini menggunakan potensiomotor yang pengaturannya dikerjakan
oleh driver motor. Driver motor ini menggunakan IC L23D. Dalam prakteknya
satu buah motor DC berputar ke kedua arah sehingga perlu piranti yang disebut H-
Bridge. H-bridge ini menggunakan dua buah penguat push-pul yang dipasang
berhadapan satu sama lain. Sebuah sinyal digital dari mikrokontroler AT89S51,
diberikan push-pull untuk menentukan arah putarannya yang mana hanya
menghasilkan sinyal sebesar 5 volt sehingga perlu adanya penguatan sampai
sinyalnya 12 volt. Sinyal PWM (Pulse Width Modulation) diberikan pada
penguat push-pull yag lain untuk menentukan kecepatan putarannya.
3.4.9 Perancangan Rangkaian Liquid Cristal Display (LCD)
Dalam sistem ini direncanakan menggunakan sebuah layar penampil yang
berupa Liquid Crystal Display (LCD). Tipe LCD yang digunakan yaitu M1632
yang mempunyai spesifikasi yang dapat menampung karakter sebanyak 16 buah
dan 2 baris secara bersamaan. LCD ini memiliki 16 buah pin. Masukan yang
diperlukan untuk mengendalikan modul ini berupa bus data yang berhubungan
dengan bus alamat, serta 3 bit sinyal kontrol.
Penjelasan pin out pada LCD M1632 adalah sebagai berikut :
a. V
SS
(pin 1) dan VCC (pin 2), adalah pin untuk power supply
b. VEE (pin 3), adalah pin untuk mengatur intensitas cahaya tampilan
pada LCD.
c. RS (pin 4), adalah pin untuk pemilihan mode input data. Apabila RS
diberi logika 0, maka data berupa data kontrol dan bila RS diberi
logika 1 maka data adalah data untuk ditampilkan pada LCD.
d. R/W (pin 5), adalah pin untuk pemilihan proses pada LCD. Bila pin
R/W berlogika 1, maka terjadi proses read (membaca data),
sebaliknya bila pin R/W berlogika 0 maka terjadi proses write
(menulis data).
e. E (pin 6), adalah pin enable untuk LCD. LCD akan enable bila pin ini
berlogika HIGH, sebaliknya jika pin ini berlogika LOW, LCD
akan disable.
f. DB0 DB7 (pin 7 pin 14), adalah pin untuk input/output data.
g. V+BL ( pin 15) dan V-BL (pin 16), adalah pin untuk supply lampu
backlight LCD.
Bus data LCD terhubung dengan Port 0 mikrokontroler AT89S51.
Sinyal kontrol EN dihubungkan dengan port 2.4, LCD tipe M1632 dilengkapi
pula dengan backlight berwarna biru. Penyemat V
CC
dihubungkan ke variable
resistor sebesar 10K yang berfungsi untuk mengatur intensitas gelap/terang
tampilan di layar LCD. Penyemat R/W dihubungkan pada ground sehingga mode
LCD adalah write 0. Rangkaian LCD ini ditunjukkan pada Gambar 3.3
Gambar 3.3 Interface LCD dengan MCU
3.4.10 Perancangan Perangkat Lunak
Diagram alir utama system menunjukkan cara kerja sistem secara umum.
Diagram alir utama ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut:
38 s T
39 > T
Gambar 3.4 Diagram Alir Program
3.5 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
pengujian pada masing-masing rangkaian dan pengujian pada rangkaian secara
keseluruhan.
3.5.1 Pengujian Sensitivitas Rangkaian Sensor Suhu (LM35)
Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
sensor suhu mampu bekerja. Langkah-langkah dalam melakukan uji sensitivitas
adalah:
1. Menyusun rangkaian penguji sensor suhu seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.5
2. Menghubungkan catu daya ke sensor suhu LM35
3. Memasukkan sensor suhu LM35 dan termometer ke dalam bejana
4. Menaikkan suhu udara dalam bejana dengan cara menyalakan pemanas
5. Mengukur tegangan keluaran sensor dengan multimeter
6. Mencatat hasil pengujian ke dalam tabel.
Gambar 3.5 Rangkaian pengujian sensor suhu
3.5.2 Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal
Pengujian penguat sinyal dilakukan untuk mengetahui tanggapan keluaran
dari rangkaian penguat sinyal dan mengetahui prosentase simpangan teganga
keluaran hasil pengukuran dan perhitungan. Langkah-langkah dalam melakukan
pengujian rangkaian penguat sinyal yaitu:
1. Menyusun rangkaian pengujian penguat sinyal seperti ditunjukkan
gambar 3.6
2. Menghubungkan catu daya ke rangkaian penguat
3. Memberikan tegangan variabel
4. Mengukur tegangan keluaran penguat
5. Mengukur hasil pengukuran kedalam tabel
Gambar 3.6 Rangkaian pengujian penguat sinyal
3.5.3 Pengujian Rangkaian ADC 0804
Pada pengujian ini, masukan sinyal analog yang diberikan berasal dari
keluaran rangkaian sensor LDR berupa tegangan, yang diumpankan kemasukan
ADC 0804. Rangkaian ADC 0804 akan mengubah masukan analog 0-5 volt
menjadi keluaran digital dari 00000000 (00H) sampai dengan 11111111(FFH).
Data hasil pengujian rangkaian ADC 0804 disajikan dalam bentuk grafik seperti
pada gambar 3.7
Gambar 3.7. Grafik hubungan output analog dengan digital
3.5.4 Pengujian Rangkaian LCD
Pengujian LCD dilakukan untuk mengetahui apakah rangkaian tampilan
LCD dapat menampilkan data atau karakter sesuai dengan perencanaan. Langkah-
langkah dalam melakukan pengujian rangkaian LCD yaitu:
1. Mengatur blok rangkaian pada alat
2. Menghidupkan catu daya 5 volt
3. Memasukkan progam untuk menampilkan suatu karakter tertentu
4. Mengamati karakter yang ditampilkan melalaui liquid cristal display
(LCD)
Gambar 3.8 Rangkaian pengujian rangkaian LCD
Grafik Hubungan output analog dengan digital
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1
Digital (Hexadesimal)
A
n
a
l
o
g
(
V
o
l
t
)
00H 01H 02H 03H 04H 05H 06H 07H 08H 09H 0AH 0BH
3.5.5 Pengujian Rangkaian Driver Relay
Pengujian driver relay dilakukan untuk mengetahui apakah driver relay berfungsi
sesuai perencanaan Langkah-langkah dalam melakukan pengujian rangkaian
driver relay yaitu:
1. Memprogram mikrokontroler sesuai dengan program pengujian relay
2. Menghubungkan driver relay ke mikrokontroler yang digunakan seperti
ditunjukkan gambar 3.9.
3. Menghubungkan catu daya
4. Mengamati beban berupa pemanas dan mencatat hasil pengujian ke dalam
tabel
Gambar 3.9 Rangkaian pengujian driver relay
3.5.6 Pengujian Alat Penetasan Telur Itik Dengan Kontrol Suhu
Menggunakan Mikrokontroler AT89S51 Dan Pembalikan Telur
Secara Otomatis
Untuk mengetahui sistem yang dibuat mampu berkerja sesuai dengan sistem
yang diharapkan maka perlu dilakukan pengujian sistem secara keseluruhan.pada
pengujian ini langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
Catu Daya Mikrokontroler Tampilan LCD
Rangkaian
driver relay
Pemanas/
Motor
DC
Catu
Daya
1. Alat dihidupkan, kemudian di set pada hari pertama
2. Timer pada alat dipercepat 1 menit sebelum pukul 07.00; 12 .00; 17.00.
hal ini untuk menguji pembalikan telur
3. Kemudian timer dipercepat kembali menurut lamanya hari ketika alat
mengalami perubahan suhu sesuai dengan yang diinginkan
4. Besar nilainya suhu yang dikeluarkan oleh alat di kalibrasikan dengan
melihat termometer biasa dengan di masukkan ke dalam alat (di inkubator)
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan memanfaatkan teori ketidakpastian pada
fungsi satu peubah. Dalam penelitian ini nilai temperatur yang dihasilkan oleh
heater di ukur dengan thermometer dan dibandingkan dengan nilai temperatur
yang di dapat oleh mikrokontroler AT89S51 untuk mendapatkan kesalahan relatif
terhadap kalibrator menggunakan rumus: (Cooper, 1985: 184)
Kr
m
=
Tm
Tp Tm
x 100%
Dimana :
Tm = Nilai temperatur yang di ukur menggunakan termometer
Tp = Nilai temperatur hasil penelitian
Kr
m
= Kesalahan relatif terhadap termometer
Dari Kr yang didapatkan didapatkan reratanya dengan persamaan sebagai
berikut:
n
Kr
Kr
n
i
i m
m
=
=
1
) (
Semakin kecil kesalahan relatif kalibrator semakin tinggi tingkat ketelitian
dari pengukuran tersebut. Tingkat ketelitian didefinisikan sebagai suatu ukuran
tingkatan yang menunjukkan harga terdekat dengan mana suatu pembacaan
instrumen mendekati harga sebenarnya dari variabel yang diukur. Kesalahan
relative dalam penelitian ini menggunakan analisis dengan taraf signifikansi
sebesar 5% dan 1%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Alat
Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat yang
dibuat dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi perencanaan yang telah ditentukan.
Pengujian dilakukan untuk mengatahui kerja perangkat keras pada masing-masing
blok rangkaian penyusun sistem, antara lain pengujian sensitivitas rangkaian
sensor suhu LM33, Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal, Pengujian Rangkaian
LCD, pengujian rangkaian sistem mikrokontroler AT89S51 dan pengujian alat
penetasan telur menggunakan mikrokontroer AT89S51 dan pemutaran telur secara
otomatis.
4.1.1 Hasil Pengujian Sensitifitas Rangkaian Sensor Suhu
Data hasil pengujian sensor suhu ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Table 4.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Suhu
Volt (mV)
No
Suhu Termometer
(
o
C) Pengukuran Perhitungan
Simpangan
(%)
1. 25 249 250 0.4
2. 30 298 300 0.67
3. 35 352 350 -0.57
4. 40 401 400 -0.25
5. 45 449 450 0.22
6. 50 498 500 0.4
= 0.87
Batasan yang dapat di ukur oleh sensor suhu LM35 yaitu antara 3
o
C-150
o
C dan secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan
suhu setiap suhu 1 C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV, maka didapat
rumus sebagai berikut:
V
LM35
= suhu * 10mV
Tabel hasil pengujian di atas menunjukkan adanya simpangan dengan
keluaran (volt) sensor LM35 yang diperoleh melalui pengukuran dan perhitungan.
Prosentase nilai simpangan (volt) LM35 dapat dihitung dengan rumus:
Penyimpangan %= % 100
n Perhitunga
Pengukuran n Perhitunga
Total persentase simpangan sebesar = 0.87%
Penyimpangan rata-rata =
n
Simpangan
Jadi penyimpangan rata-rata = 0,17%
4.1.2 Hasil Pengujian Rangkaian penguat sinyal
Data hasil pengujian rangkaian penguat sinyal dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Rangkaian Penguat Sinyal
V
output
(mV)
No V
input
(mV)
Pengukuran Perhitungan
Simpangan
(%)
1. 200 2010 2000
-0.5
2. 240 2393 2400
0.29
3. 280 2790 2800
0.36
4. 300 2992 3000
0.27
5. 320 3204 3200
-0.13
6. 340 3395 3400
0.15
0.26
Karena keluaran dari sensor suhu LM35 berkisar antara 250mV-500mV
dan keluaran tersebut belum bisater baca oleh ADC yang memerlukan masukan
antara 0-5V, maka keluaran dari sensor tersebut dikuatkan sampai 10 kali agar
bisa terbaca oleh ADC.
Tabel hasil pengujian di atas menunjukkan adanya simpangan dengan
keluaran (volt) sensor LM35 yang diperoleh melalui pengukuran dan perhitungan.
Prosentase nilai simpangan (volt) LM35 dapat dihitung dengan rumus:
Penyimpangan %= % 100
n Perhitunga
Pengukuran n Perhitunga
Total persentase simpangan sebesar = 0.26%
Penyimpangan rata-rata =
n
Simpangan
Jadi penyimpangan rata-rata = 0.04%
4.1.3 Hasil Pengujian Rangkaian ADC
Data hasil pembacaan ADC untuk suhu terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil pengujian rangkaian ADC
No
Suhu ( C
)
Pembacaan ADC
1. 29 44
2. 30
56
3. 31
68
4. 32
77
5. 33
85
6. 34
99
7. 35
106
8. 36
113
9. 37
128
10. 38
137
11. 39
143
Tabel hasil koversi di atas dapat dibuat regresi antara suhu dengan nilai
pembacaan ADC sebagai beriku:
Grafi Hubungan pembacaan ADC Dengan Suhu
y = 0.1003x + 24.366
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Pembacaan ADC (Desimal)
S
u
h
u
(
C
)
Gambar 4.1. Grafik hubungan Pembacaan ADC dan Suhu
Berdasarkan grafik di atasa di peroleh nilai regresi antara suhu dengan pembacaan
ADC sebesar:
366 . 24 1003 . 0 + = x Y
Keterangan : Y = Nilai Suhu
X = Pembacaan ADC
Nilai regresi antara suhu dengan pembacaan ADC yang diperoleh,
merupakan nilai suhu sebenarnya yang di masukkan sebagai nilai suhu real pada
program.
4.1.4 Hasil Pengujian Rangkaian Liquid Cristal Display (LCD)
Progam yang dibuat untuk pengujian adalah progam sederhana yaitu
menampilkan karakter. Hasil pengujian dapat ditunjukkan pada tabel:
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Rangkaian liquid cristal display (LCD)
Data RS EN Ket Type
80h 0 010 Line 1 Instruksi
C0h 0 010 Line 2 Instruksi
01h 0 010 Clear screen Instruksi
41h 1 010 Char A Character
32h 1 010 Char 2 Character
43h 1 010 Char C Charakter
Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh layar LCD dapat menampilkan
karakter sesuai dengan yang diharapkan, dengan demikian rangkaian antar muka
modul LCD dapat berfungsi sesuai dengan harapan.
4.1.5 Hasil Pengujian Rangkaian Driver Relay
Data hasil pengujian rangkaian relay pemanas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.6 Hasil pengujian rangkaian relay pemanas
Logic V Logic
(mV)
V Driver
(mV)
Relay Ket
0 0,02 V 0,45 Off Pemanas mati
1 4,98 V 11,79 On Pemanas hidup
Hasil pengujian rangkaian driver relay motor DC dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.7 Hasil pengujian rangkaian driver relay motor DC
Logic
V Logic
(mV)
V Driver
(mV)
Relay
A B A B A B A B
Ket
0 0 0,02 V 0,02 V 0,46 0,46 Off Off Motor off
0 1 0,02 V 4,98 V 0,46 11,76 Off On Motor kiri
1 0 4,98 V 0,02 V 11,76 0,46 On Off Motor kanan
1 1 4,98 V 4,98 V 11,76 11,76 On On Motor off
Tebel hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa rangkaian relay
pemanas dan relay motor DC dapat bekerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
masukan logicterhadap fungsi relay.
4.2.1 Hasil Pengujian Alat Penetasan Telur Itik Dengan Kontrol Suhu
Menggunakan Mikrokontroler AT89S51 Dan Pembalikan Telur Secara
Otomatis
Pada pengujian alat ini, nilai temperatur yang dihasilkan oleh heater di ukur
dengan thermometer dan dibandingkan dengan nilai temperatur yang di dapat oleh
mikrokontroler AT89S51
Tabel 4.8 Tabel Pengujian Alat Penetasan Telur Itik dengan Sensor Suhu
Menggunakan MK AT89S51 dan Pembalik Telur Secara Otomatis
No.
Tm
(
o
C)
Tp
(
o
C)
Tp Tm 100 X
Tm
Tp Tm
Kr
= (%)
1 35 34.4
0.6 1.714
2 40 40.1
-0.1 -0.25
3 45 44.6
0.4 0.889
4 50 51.1
-1.1 -2.2
5 55 53.6
1.4 2.545
Jumlah Kr
2.698
Dimana :
Tm = Nilai Temperatur yang di ukur menggunakan thermometer
Tp = Nilai able ve re hasil penelitian
Kr = Kesalahan able ve
Dan rerata kesalahan relative dari pengujian secara keseluruhan adalah :
n
Kr
Kr
n
i
i ltemp
=
=
1
) (
= =
5
2,698
0.54%
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Alat
Hasil pengujian pada sensor yang telah dilakukan didapatkan data seperti
pada tabel 4.1. dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin besar nilai suhu yang
diterima oleh alat maka semakin besar nilai tegangan yang dibaca. Dari rata-rata
simpangan yang hanya 0,17% dari perhitungan dan pengukuran dapat
disimpulkan bahwa antara perhitungan dan pengukuran didapat perbedaan yang
minimum.
Sensor suhu dirancang untuk mendeteksi panas yang dikeluarkan oleh
heater diterima dalam bentuk tegangan, dimana tegangan yang diterima masih
sangat kecil sehingga perlu adanya penguat. Penguatan yang dipakai dalam sistem
ini adalah 10 kali sehingga nilai tegangan dari sensor suhu berkisar 0-5 Volt, Hal
ini diperlukan untuk pembacaan tegangan pada ADC yaitu berkisar 3,86 3,94
Volt. Dari penguatan 10 kali dapat dilihat hasil dari penelitian pada tabel 4.2 disitu
didapat rata-rata simpangan juga sangat minimum yaitu 0,04%.
Berdasarkan pengujian secara keseluruhan yang telah dilakukan deketahui
bahwa: sensor suhu, rangkaian penguat, ADC, Mikrokontroler, LCD, RTC, Motor
DC, driver relay dan pemanas (heaer) dapat berjalan sesuai dengan perencanaan.
Setiap bagian dalam sistem pada perancangan ini bekerja sesuai control masing-
masing.
Ketika alat dinyalakan secara otomatis pemanas (heater) menyala.
Pemanas (Heater) membuat suhu pada incubator menjadi panas yang semula suhu
awalnya (suhu ruangan 27
o
C) perlahan naik hingga mencapai suhu yang ideal
yang diperlukan untuk penetasan telur itik yaitu 38,6
o
C pada minggu pertama,
minggu kedua 38,9
o
C , minggu ketiga 39,2
o
C, dan minggu keempat 39,4
o
C.
Untuk mencapai suhu 38,6 C