Anda di halaman 1dari 12

PAPER

FISIKA DASAR
MODUL 9
KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR














Nama : Nova Nurfauziawati
NPM : 240210100003
Tanggal / jam : 2 Desember 2010 / 13.00-15.00 WIB
Asisten : Dicky Maulana





JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010
KOEFISIEN KENTALAN ZAT CAIR
(VISKOSITAS)

SIFAT DAN JENIS FLUIDA
Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir dan bentuknya selalu
berubah dengan perubahan volume. Yang termasuk dalam kategori fluida adalah
zat cair dan gas.
Fluida mempunyai kerapatan yang harganya tertentu pada temperatur dan
tekanan tertentu. Harga kerapatannya tergantung pada temperatur dan tekanan,
apabila temperatur dan tekanan suatu fluida berubah maka kerapatannya akan
berubah.
Bagi zat cair kerapatannya tidak akan terpengaruh oleh perubahan
temperatur dan tekanan, hal ini juga dinamakan fluida tidak dapat mampat
(incompresible) sedangkan gas sangat dipengaruh oleh perubahan temperatur dan
tekanan dan dikenal juga sebagai fluida dapat mampat (compresible).
Jadi berdasarkan kerapatannya maka fluida dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Fluida tidak dapat mampat (incompresible)
2. Fluida dapat mampat (compresible)
dan berdasarkan mekanika fluida, fluida dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Fluida tidak bergerak / dalam keadaan diam (statika fluida)
2. Fluida bergerak / dalam keadaan bergerak (dinamika fluida)

HUBUNGAN FLUIDA DAN VISKOSITAS
Didalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antara
bagian-bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah
timbulnya gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat
digambarkan sebagai gaya luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi. Hal ini
dapat dilihat dari perbedaan kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida tersebut.
Bila pengamatan dilakukan terhadap aliran fluida makin mengecil ditempat-
tempat yang jaraknya terhadap dinding pipa semakin kecil, dan praktis tidak
bergerak pada tempat di dinding pipa. Sedangkan kecepatan terbesar terdapat
ditengah-tengah pipa aliran.
KONSEP VISKOSITAS
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Misalnya sirup dan air. Sirup biasanya lebih
kental dari air. Atau air susu, minyak goreng, oli, darah, dan lain-lain. Tingkat
kekentalan setiap zat cair tersebut berbeda-beda. Pada umumnya, zat cair lebih
kental dari zat gas.
Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara
molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Viskositas adalah gaya gesekan
internal fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-
menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antar molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak
goreng, oli, madu dan lain-lain. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung
pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut.
Viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida riil (rill =nyata). Fluida
riil/nyata adalah fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air,
sirup, oli, asap knalpot, dan lain-lain. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal.
Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya
model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida
(fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan Fluida Dinamis).
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya
tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah,
misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil
dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar.

Gaya Kecepatan V cm/detik
F dyne

L cm

A cm
2
A cm
2
Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing
mempunyai luas A cm
2
dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak
sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan
bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja
suatu gaya sebesar F dyne. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa gaya F
berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A dan berbanding terbalik dengan
jarak L. Persamaannya :
F =
qvA
L
; =
PL
vA

dengan F=gaya (N), V =kecepatan (m/s), A =Luas penampang (m
2
), L =jarak
(m) dan =viskositas [
,r
cm.Jctik
, . Satuan Sistem Internasional (SI) untuk
koofisien viskositas adalah Ns/m
2
=Pa.s (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter
gram sekon) untuk koofisien viskositas adalah dyn.s/cm
2
=poise (P). Viskositas
juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP =1/100 P.
Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang
disebut kekentalan atau viskositas (viscosity). Oleh karena itu, viskositas
berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat
dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar
kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir.
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir
cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini,
dinyatakan dengan Koefisien Viskositas ().
Viskositas ialah besarnya gaya tiap cm
2
yang diperlukan supaya terdapat
perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang parallel
dengan jarak 1 cm. Viskositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.

LV
R
4
8
T P
=


Dengan:
R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm)
T = Waktu alir (detik)
P =Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (dyne/cm
2
)
V = Volume zat cair (liter)
L = Panjang pipa (cm)
= Koefisien Viskositas (centipoise)
Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila
makin encer makin mudah mengalir. Sesuai dengan persamaan berikut:

Q =

1
; Q =Fluiditas
Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus
diatas dapat dilihat bahwa Fluiditas berbanding terbalik dengan koefisien
kekentalan (Koefisien Viskositas).

APLIKASI VISKOSITAS
Viskositas digunakan dalam dunia industri sebagai alat untuk mengukur
kekentalan dari suatu zat yang akan diuji baik berupa cairan maupun gas.

MACAM-MACAM VISKOMETER
Alat yang dipakai untuk menentukan Viskositas dinamakan Viscometer.
Ada beberapa jenis Viscometer, diantaranya :
a) Viscometer Ostwald
b) Viscometer Lehman
c) Viscometer bola jatuh dari Stokes.

A. Viscometer Ostwald







Gambar Viscometer Ostwald
Cara penggunaannya :
J ika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan
melaui tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai
batas a kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai pengukur
waktu.
Umpamanya waktu yang diperlukan air untuk bergerak dari
permukaan a sampai b sama dengan t
1
, setelah itu percobaan diganti
dengan zat cair lain dengan cara yang sama seperti disamping.
Umpamanya diperlukan t
2
dengan menggunakan rumus Poiseville
karena V, L dan R sama maka didapat persamaan:
2 2
1 1

T
T
=
2
1

Dengan:
1
= Massa jenis air

2
= Massa jenis zat cair yang dicari
p
1
=koefisien zat cair
p
2
=koefisien zat cair x
t
1
=waktu zat cair
t
2
=waktu zat cair x

Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya
yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan
oleh cairan untuk melalui batas a dan b dapat diukur menggunakan
stopwatch.

B. Viscometer Lehman
Nilai viskositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan
yang akan diuji atau dihitung nilai viskositasnya berbanding terbalik
dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan
pembanding yang digunakan adalah air. Persamaannya adalah sebagai
berikut :
Tair
Tcairan
=

C. Viscometer Bola Jatuh Stokes
Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja
tiga macam gaya, yaitu:
1. Gaya gravitasi atau gaya berat (W) gaya inilah yang menyebabkan
benda bergerak ke bawah dengan suatu percepatan.
2. Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B) arah gaya ini
keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh
benda itu.
3. Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya
seperti yang dinyatakan oleh persamaan :
V k Fg . =

dengan: Fg =Gaya gesek
k =Konstanta
V =Kecepatan benda (m/s)

Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin
besar, tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila
kecepatan benda jatuh makin besar. Benda yang bentuknya tidak
beraturan dan rumit serta besar akan menghasilkan harga k yang besar.
Ilmuan bernama Sir Goerge Stokes pada tahun 1845 menunjukan
bahwa gaya hambatan F yang dialami oleh benda bentuk bola yang
bergerak relatif terhadap fluida diberikan oleh hubungan :
F = r v
Dengan koefisien viskositas, r jari-jari bola, dan : kecepatan
benda terhadap fluida. Persamaan inilah yang dinamakan dengan hukum
stokes. Berdasarkan kaidah stokes tersebut, jika : semakin besar maka
nilai gaya gesek : akan semakin besar pula.
Dalam percobaan hukum Stokes di perlukan syarat-syarat sebagai
berikut :
1. ruang tempat zat cair tidak terbatas
2. tidak terjadi turbelansi pada zat cair
3. kecepatan bola : tidak besar
Bila sebuah benda padat berbentuk bola dengan jari-jari r
dimasukkan ke dalam zat cair tanpa kecepatan awal bola tersebut akan
begerak ke bawah mula-mula dengan percepatan sehingga kecepatannya
bertambah. Dengan bertambahnya kecepatan maka gaya gesek fluida
akan membesar, sehingga suatu saat bola akan bergerak dengan
kecepatan tetap. Kecepatan tetap ini disebut kecepatan terminal yang
terjadi pada saat gaya berat bola sama dengan jumlahan antara gaya
angkat ke atas (Archimedes) dan gaya gesek Stokes.
Gaya berat =Gaya apung +gaya stokes
V g = o V g + 6 r v qt
Fluida yang viskositasnya besar akan menghasilkan harga k yang
besar pula. Untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari R dan
fluida dengan viskositas

besarnya k dapat dinyatakan sebagai berikut ;


R k . . . 6 =
Hubungan ini diberikan oleh Stokes dan berlaku untuk aliran fluida
yang laminer. J ika kedua rumus digabungkan, maka akan diperoleh gaya
gesek;
V R Fg . . . . 6 =
Alat ini terdiri dari sebuah tabung yang di bagian dinding luarnya
diselubungi dengan air agar suhu di dalamnya konstan. Digunakan untuk
menentukan Viskositas cairan yang kental tetapi yang tembus cahaya
agar dapat mengamati jatuhnya bola peluru sampai ke dasar tabung..
menurut hokum Stokes :
( )
V
gR
9
2
1
2


=
dengan: =Koefisien Viskositas (centipoise)
R =Jari-jari bola (cm)
= Massa jenis bola peluru

1
= Massa jenis zat cair
V = Kecepatan (m/s)
g = Kecepatan gravitasi (m/s)
Hukum Stokes merupakan dasar viskositas bola jatuh. Viskositas
ini terdiri atas gelas silinder dengan cairan yang akan diteliti dan
dimasukkan kedalam termostat.
Untuk mendapatkan viskositas cairan yang lebih teliti maka
diperlukan cairan pembanding. Sebagai bahan pembanding dipakai air.
Setelah tabung diisi air lalu bola peluru dilepaskan dari permukaan a
sampai dasar b dan waktu dicatat missal t
1
, kemudian percobaan diganti
dengan zat cair x umpamanya diperlukan waktu t
2
.
Dari kedua percobaan itu didapatkan persamaan;
( )
( )
2 2
1 1
2
1

=
t
t

dengan: p
1
=koefisien zat cair
p
2
=koefisien zat cair x
t
1
=waktu zat cair
t
2
=waktu zat cair x

1
= Massa jenis air

2
= Massa jenis zat cair x

SIFAT ALIRAN DISEKITAR BENDA JATUH
Untuk menentukan sifat aliran disekitar benda jatuh dapat dipakai ukuran
besarnya Bilangan Reynolds dari aliran tersebut. Dalam hal ini ;

V L. .
Re =
Dengan: =Koefisien Viskositas (centipoise)
Re =Bilangan Reynolds
= Massa jenis bola peluru
V = Kecepatan (m/s)
L = Panjang karakteristik benda (cm)
Aliran dikatakan aliran laminar apabila harga Re 1 s . Apabila lebih
harga Re lebih dari satu maka aliran ini akan mengalami transisi ke
turbulen. Aliran turbulen memiliki harga Re lebih besar dari 10.
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS
Viskositas merupakan besaran yang harganya tergantung terhadap
temperatur. Pada kebanyakan fluida cair, bila temperatur naik viskositas akan
turun, dan sebaliknya bila temperatur turun maka viskositas akan naik.
Dinyatakan dengan rumus
K B
T
A
+ = Log
Dengan : =Koefisien Viskositas (centipoise)
A dan B tetapan untuk cairan tertentu
T = Temperatur mutlak
Rumus ini dapat dipakai untuk cairan murni, adapun rumus untuk sistem
beberapa cairan adalah
C LogT B
T
A
+ + = Log
Dengan : =Koefisien Viskositas (centipoise)
A, B dan C merupakan tetapan untuk cairan tertentu
T = Temperatur mutlak

PENENTUAN KEKENTALAN (VISKOSITAS)
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui
tabung berbentuk silinder, cara ini dapat digunakan untuk cairan maupun gas.
Harga kekentalan mutlak sukar untuk ditentukan, dalam prakteknya yang dicari
adalah kekentalan relatifnya yaitu perbandingan antara kekentalan zat itu dengan
kekentalan zat cair lainnya (biasanya sebagai pembanding digunakan air).
Besaran-besaran yang terkandung dalam hokum Stokes merupakan
besaran-besaran yang secara teknis sudah ditentukan besarnya., kecuali harga
(koefisien viskositas) dan V (kecepatan benda). Oleh karena itu, terbuka
kemungkinan untuk memanfaatkan hubungan ini untuk menentukan viskositas
fluida, apabila dengan suatu harga V dapat ditentukan maka harga dapat
dihitung dari persamaan:
( )
V
gR
9
2
1
2


=
dengan:

=Koefisien Viskositas
R =Jari-jari bola (cm)
= Massa jenis bola peluru

1
= Massa jenis zat cair
V = Kecepatan (m/s)
g = Kecepatan gravitasi (m/s
2
)

Viskositas juga dapat dihitung dengan rumus Poiseville.
LV
R
4
8
T P
=


dengan: R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm)
T = Waktu alir (detik)
P =Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (dyne/cm
2
)
V = Volume zat cair (liter)
L = Panjang pipa (cm)
= Koefisien Viskositas (centipoise)
Pengukuran viskositas yang tepat dengan menggunakan metode
viscometer Ostwald atau hukum Poiseville sukar dicapai. Hal ini disebabkan
karena harga R (jari-jari pipa) dan L (panjang pipa) sulit untuk ditentukan secara
tepat, maka untuk menghindari hal itu digunakan cairan pembanding seperti air
dan harga V (volume cairan), L (panjang pipa) dan R (jari-jari pipa) dianggap
sama, maka didapat persamaan sebagai berikut ;
2 2
1 1

T
T
=
2
1

Dengan: T = Waktu alir (detik)

1
= Massa jenis air

2
= Massa jenis zat cair yang dicari




DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit
Erlangga
Kamajaya. 2004. Fisika untuk SMA Kelas II (Kelas XI) Semester 1.
Bandung:Grafindo.
Kanginan, Marthen.2005. Seribu Pena Fisika SMA untuk Kelas XI. Cimahi:
Erlangga
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta :
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),
Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai