N-ASETIL GLUKOSAMIN
Disusun Oleh :
Veni Alviany / 260110100005
Khairina Fadhilawati / 260110100015
Resty Dwi / 2601101000
Evan Meigino /
Haarbowo Dwi Prakoso /
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
N-ASETIL GLUKOSAMIN
I. Definisi N - asetil - glukosamin ( NAG )
N - asetil - glukosamin ( NAG ) adalah bentuk glukosamin , adalah sebuah blok bangunan
dari jaringan ikat untuk mempertahankan sel bersama-sama . N - Asetil Glukosamin adalah gula
amino yang terdiri dari asam amino dan glukosa . Gula amino merupakan komponen penting dari
seluruh jaringan tubuh , menjadi bagian integral dari membran sel dan struktur permukaannya
serta jaringan interstitial yang mempertahankan sel bersama-sama . NAG terjadi secara alami
dalam tubuh manusia dan merupakan titik awal untuk sintesis dari banyak komponen jaringan
yang penting . Menempel pada protein , N.A.G. dapat membentuk tulang rawan , ligamen dan
tendon . Ini membentuk substrat penting dalam jaringan ikat yang melapisi saluran usus dan
sistem muskuloskeletal . Komponen jaringan yang terbuat dari N.A.G. tahan lama dan tersebar di
seluruh tubuh . NAG berbeda dari glukosamin sulfat dan glukosamin hidroklorida yang
mengandung molekul belerang atau molekul klorida , NAG memiliki molekul yang lebih besar ,
molekul yang lebih kompleks yang melekat padanya . Akibatnya , NAG adalah molekul yang
sama sekali berbeda baik darisulfat atau glukosamin hidroklorida , dan juga tampaknya ditangani
oleh tubuh berbeda .
N-Asetil glukosamin memuliki gugus utamanya adalah monosakarida glukosa. Gugus
glukosanya berikatan dengan gugus amina yaitu NH dan gugus astetil yaitu -
pada atom
karbon nomor 2.
II. Fungsi N - asetil - glukosamin ( NAG )
N-Asetil Glukosamin (NAG) merupakan salah satu komponen penyusun musin. Komponen
penyusun musin antara lain glukosa, fruktosa, N-AsetilGlukosamin, N-Asetil Galaktosamin, dan
asam sialit. Musin adalah komponen utama dari lendir pernapasan dan
bertanggung jawab sebagian besar untuk reologi karakteristik sifat lendir pernapasan, yang
diperlukan untuk efisiensi dari sistem mukosiliar. Mucus ini mempunyai fungsi utama yaitu
untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme pada system pernafasan. Mucins
pernapasan manusia terdiri dari keluarga luas polydisperse dan glikoprotein massa molekul
tinggi disintesis oleh mukosa pernapasan. Keragaman peptida berasal dari ekspresi beberapa gen
, namun keragaman musin meningkat secara luas oleh fenomena pasca-translasi, terutama O-
glikosilasi, dan juga pada sulfasi, yang bertanggung jawab untuk 70-80% dari massa molekul
musin. Fenomena ini menyebabkan keragaman yang luar biasa rantai karbohidrat yang
memungkinkan pendeteksian adanya mikroorganisme saat inhalasi yang kemudian dieliminasi
oleh aktivitas sistem mukosiliar. Jadi mucins memainkan peran penting dalam pertahanan
mukosa pernapasan. Setiap perubahan dalam glikosilasi atau sulfasi dari mucins dapat
mempengaruhi sifat reologi lendir pernapasan dan efisiensi sistem mukosiliar, yang
menyebabkan obstruksi bronkus seperti yang diamati dalam cystic fibrosis (CF).
Pengembangan pemurnian pada kromatografi pertukaran anion kinerja tinggi ( HPAEC )
telah memungkinkan penentuan struktur rantai karbohidrat sulfat dari CF dan mucin non CF di
mana sulfasi terjadi baik pada C - 3 dari galaktosa terminal ( Gal ) residu atau pada C - 6 dari N -
asetilglukosamin ( GlcNAc ) residu. Oleh karenanya N-asetilglukosamin terbukti
keberadaaannya di dalam mucins.
III. Pembentukan Mucin
Gambar diatas adalah model biosintesis dan sekresi dari mucin pada goblet atau sel
mucus. Gen mucus teraktivasi di nucleus dengan terjadinya proses transkripsi. Hasil transkripsi
MUC ditranslasi menjadi protein MUC di ribosom dan kemudian masuk ke reticulum
endoplasma. O-glikosilasi darei protein MUC terinisiasi pada cis-Golgi bersamaan dengan
perpindahan GalNAc ke serin atau threonin oleh N-acetylgalactosaminyl peptidyltransferase.
Adisi dari GalNAc mendorong perubahan apomucins menjadi senyawa yang lebih polar, yang
memfasilitasi perpindahan substituent hexoses dan/atau hexosamines ke setiap nascent O-glycan
oleh glycosyltransferase (GT).nmucins yang telah terbentuk telah terglikosilasi kemudian
disimpan dalam bentuk granul sekret sampai mucin scretagog memicu pengeluaran mucin pada
permukaan apical.
IV. Pengaruh N - asetil - glukosamin ( NAG )
Jika N-asetilglukosamin berlebih, berarti mucus yang terbentuk juga berlebih. Hal itu dapat
tmenyebabkan:
1. Memperparah asma
2. Bronkitis akut
3. Mukus yang abnormal (disebabkan ada mukus yang bermutasi)
Sedangkan, jika N-asetilgluksamin berkurang, berarti mucus yang terbentuk juga
berkurang. Kekurangan mucus akan menyebabkan system imun pada mucus akan berkurang
sehingga mikroorganisme lebih mudah menginfeksi lewat pernafasan. Contohnya: influenza.