Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu praktikum titrasi oksidasi-reduksi (iodimetri) terhadap sampel nomor
101 dengan menggunakan larutan Na
2
S
2
O
3
sebagai titran, dan diharapkan dalam praktikum kali ini
dapat menetapkan kadar sampel yang belum diketahaui dengan memperoleh kesalahan yang sekecil
mungkin.
Sebelum kita melakukan titrasi, maka hal yang pertama harus kita lakukan yaitu mengecek
kebersihan dan kelayakan dari alat yang akan kita gunakan, karena jika kita tidak teliti maka hal
tersebut bisa menjadi penyebab kesalahan yang nantinya akan menjadi faktor yang berpengaruh
pada titrasi yang akan dilakukan. Alat-alat yang akan digunakan dikatakan bersih apabila terbebas
dari zat-zat asing yang menempel pada alat, terutama zat yang dapat mempengaruhi pada zat yang
akan digunakan dalam praktikum. Untuk membersihkan buret, maka kita harus membilasnya
dengan aqudes kemudian setelah bersih maka kita bilas dengan zat yang akan digunakan sebagai
titran, supaya zat yang masih menempel bekas praktikum sebelumnya dapat benar-benar bersih,
sehingga buret benar-benar dalam keadaan bersih. Sedangkan alat dapat dikatakan layak digunakan
jika alat-alat yang akan digunakan terset tidak bocor, dan tidak retak.
Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih
ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan
natrium tiosulfat. Larutan standard yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah
natrium tiosulfat (Na2S2O3). Larutan ini tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan
belerang akan masuk kedalam larutan itu dan proses metaboliknya akan mengakibatkan
pembentukan SO32-, SO42- dan belerang koloidal. Belerang ini mengakibatkan kekeruhan.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril.
pada praktikum kemarin hal yang pertama dilakukan yaitu menstandarisasi larutan Na
2
S
2
O
3
.
Yaitu dengan cara menimbang kalium bikromat sebanyak 50 mg keudian larutkan dengan aquades
secukupnya kemudian tambahkan 2 gr KI dan 8 ml H
2
SO
4
. Penambahan H
2
SO
4
ini bertujuan karena
Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah, maka
akan lebih cepat. Dan jika dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat
menjadi ion sulfat sehingga titik kesetaraannya tidak tepat lagi maka dari itu dilakukan dalam
keadaan asam. Kemudian larutan dalam erlenmeyer ini di titrasi dengan menggunakan larutan
Na
2
S
2
O
3
sampai terbentuk warna kuning jerami yang menandakan bahwa titrasi harus dihentikan.
Setelah terjadi perubahan tersebut kemudian larutan tersebut tambahkan amilum sebagai indikator
sebanyak 3 tetes lalu titrasi lagi sampai terbentuk warna hijau muda yang menandakan bahwa titik
akhir dari titrasi sudah tercapai dan titrasi harus segera dihentikan. Kemudian catat volume titran
yang digunakan untuk titrasi tersebut dan ulangi percoban sebanyak tiga kali.
Setelah dilakukan sebanyak tiga kali, maka didapatkan data hasil titrasi yaitu 9,3 ml; 9,6 ml;
dan 9,4 ml. Selanjutnya kita lakukan uji Q terhadap data yang sudah didapatkan, uji Q ini bertujuan
untuk mengetahui data mana yang akan digunakan dan data mana yang tidak akan
digunakan/dibuang. Rumus yang digunakan untuk menghitung uji Q yaitu:
Data terkecil: Q =


Data terbesar : Q =


Hasilnya semua data yang diperoleh digunakan, karena Q hitung < Q tabel. Setelah mengetahui
datanya semua digunakan, maka kita tinggal menghitung berapa Normlitas dari Na
2
S
2
O
3
dengan
menggunakan rumus:


V. Na
2
S
2
O
3
x N.
Dan hasilnya Normalits Na
2
S
2
O
3
yang diperoleh dari perhitungan sebesar 0,1N.
Setelah mengetahui berapa Normalitas dari titran maka nantinya kita bisa menghitung
Normalitas sampel. Maka dari itu prosedur selanjutnya yaitu menentukan kadar sampel dari nomor
101 dengan cara memipet secara kuantitatif 10 ml sampel kemudain larutkan dengan aquades
secukupnya, lalu tambahkan larutan H
2
SO
4
sebanyak 3 ml agar sausana dalam erlenmeyer menjadi
asam, lalu tambahkan larutan KI 10% sebanyak 10 ml lalua kocok sampai semuanya bercampur dan
warnanya berubah, setelah itu kemudian larutan tersebut titrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
yang sudah
dibakukan tadi sampai terbentuk warna kuning muda, warna kuning muda ini menunjukan bahwa
titrasi harus segera dihentikan, setelah warna kuning jerami muncul kemudian larutn tersebut
ditambahkan lagi larutan amilum sebanyak 2 ml, setelah penambahan larutan amilum ini maka
warna larutan akan kembali berubah menjadi warna biru, kemudian larutan tersebut titrasi lagi
dengan larutan Na
2
S
2
O
3
sampai warna birunya hampir hilang, ketika melakukan titrasi ini harus
sangat hati-hati karena jika tidak hati-hati maka bisa saja ketika kita akan mencapai titik khir titrasi
jika tidak hati-hati maka larutan yang dititrasi akan melebihi titik akhir titrasi sehingga praktikum
harus di ulangi. Setelah kita menemukan warna biru yang hanpir hilang maka titrasi dihentikan
kemudian dilanjutkan dengan penambahan larutan KCNS 10% sebanyak 2 ml maka warna biru
yang tadi hampir hilang akan kembali muncul dan titrai dilanjutkan sampai warna biru itu benar-
benar hilang yang menandakan bahwa titik akhir dari titrasi yang kita lakukan telah tercapai
sehingga titrasi harus segera dihentikan. Setelah itu catat volume Na
2
S
2
O
3
yang digunakan untuk
titrai dan ulangi percobaan sebanyak tiga kali.
Setelah dilakukan praktikum maka di dapatkan data-data sebagai berikut: volume buret yang
digunakan yaitu sebanyak: 9,3 ml; 9,6 ml; dan 9 ml. Setelah itu kemudian lakukan uji Q dengan
menggunakan rumus seperti di atas untuk menentukan data yang akan digunakan dan data yang
akan dibuang. Dan hasilnya semua data yang diperoleh digunakan karena Q hitung < Q tabel.
Setelah mengetahui bahwa semua data digunakan maka kita tinggal menghitung berapa kadar
Normalitas sampel kita dengan menggunakan rumus
N. Sampel =


Dan setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan normalitas sampel no 101 dengan kadar
sebesar 0,09 N dengan kesalahan yang diperoleh sebesar 12,5%. Kesalahan ini dapat diakibatkan
karena buret yang digunakan dalam titrasi bocor, sehingga dalm pembacan buret kurang tepat
sehingga dapat menjadi faktor yang dapat memperbesar kesalahan.
SIMPULAN
Dari praktikum titrasi iodometri yang telah dilakukanpada sampel nomor 101 maka dapat
disimpulakan bahwa Normalitas Na
2
S
2
O
3
hasil stndarisasi yaitu sebesar 0,01N, dan Normalitas
sampel nomor 101 yaitu sebesar 0,09N dengan kesalahan sebesar 10%.
DAFTAR PUSTAKA
Chem-Is-Try. [Online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-
kimia-dan-analisis/titrasi-asam-basa/ [17 September 2013]
Day, R. A dan Underwood, A. L. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif. (Edisi VI). Jakarta: Erlangga
Keenan, Charles W. dkk. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universita. Jakarta: Erlangga.
Sukmariah. (1990). Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa Aksara: Jakarta.
















LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II
PERCOBAAN VIII
TITRASI OKSIDASI-REDUKSI
(IODOMETRI)



Tanggal Praktikum : 14 November 2013
Nama : Ujang Samsudin
NIM : 31112052
Kelas : Farmasi 2A
Kelompok : Absen Besar


PROGRAM STUDI FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2013

Anda mungkin juga menyukai