Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

POLIP CAVUM NASI DEXTRA ET SINISTRA


NUGRAHA AREF PRATAMA
H1A 009 023
Pembimbin! "#$ H%m&' K( S)$ THT*KL
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MAD+A
,AGIAN ILMU PEN+AKIT TELINGA( HIDUNG( DAN
TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NT,
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM
201-
,A, I
PENDAHULUAN
Polip nasi merupakan masalah medis dan masalah sosial karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderita baik pendidikan, pekerjaan, aktivitas
harian dan kenyamanan. Polip nasi merupakan mukosa hidung yang mengalami
inflamasi dan menimbulkan prolaps mukosa di dalam rongga hidung. Polip nasi
1
ini dapat dilihat melalui pemeriksaan rinoskopi dengan atau tanpa bantuan
endoskopi.
1,2
Prevalensi penderita polip nasi belum diketahui pasti karena hanya sedikit
laporan dari hasil studi epidemiologi serta tergantung pada pemilihan populasi
penelitian dan metode diagnostik yang digunakan. Prevalensi polip nasi
dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa dan ,!% di "inlandia. #engan
perbandingan pria dan wanita 2- $1. #i %merika &erikat prevalensi polip nasi
diperkirakan antara 1- %. Pada anak-anak sangat jarang ditemukan dan
dilaporkan hanya sekitar ',1%. Penelitian (arsen dan )os di #enmark
memperkirakan insidensi polip nasi sebesar ',*2+ per 1''' orang per tahun.
!,

Etiologi dan patogenesis dari polip nasi belum diketahui se,ara pasti.
&ampai saat ini, polip nasi masih banyak menimbulkan perbedaan pendapat.
#engan patogenesis dan etiologi yang masih belum ada kesesuaian, maka
sangatlah penting untuk dapat mengenali gejala dan tanda polip nasi untuk
mendapatkan diagnosis dan pengelolaan yang tepat.
2
2
,A, II
TIN.AUAN PUSTAKA
I$ ANATOMI HIDUNG
-idung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah$ 1. pangkal hidung /bridge., 2. dorsum nasi, !. pun,ak hidung, . ala
nasi, 0. kolumela dan *. lubang hidung /nares anterior.. -idung luar dibentuk
oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat
dan beberapa otot ke,il yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. 1erangka tulang terdiri dari 1. tulang hidung /os nasalis., 2.
prosesus frontalis os maksila dan !. prosesus nasalis os frontal, sedangkan
kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak
di bagian bawah hidung, yaitu 1. sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
2. sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor, !. beberapa pasang kartilago ala minor dan . tepi anterior
kartilago septum.
2
3
2ambar 2.1 1erangka tulang dan tulang rawan.
1
3ongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum
nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut
nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior /koana. yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring
2
.
4agian kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior, disebut vestibulum. 5estibulum ini dilapisis oleh kulit
yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebut vibrise.
2

)iap kavum nasi mempunyai buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior dan superior.
2

#inding medial hidung adalah septum nasi. &eptum dibentuk oleh
tulang dan tulang rawan. 4agian tulang adalah /1. lamina prependikularis os
etmoid, /2. vomer, /!. 1rista nasalis os maksila dan /. krista nasalis os
palatine. 4agian tulang rawan adalah /1. kartilago septum /lamina
kuadrangularis. dan /2. kolumela. 4agian superior dan posterior disusun oleh
lamona prependikularis os etmoid dan bagian anterior oleh kartilago septum
/6uadrilateral., premaksila, dan kolumna membranousa. 4agian inferior,
disusun oleh vomer, maksila, dan tulang palatine dan bagian posterior oleh
4
2ambar 2.2 #inding lateral kavum nasi.
1
lamina sphenoidalis. &eptum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang
rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula
oleh mukosa hidung.
4agian depan dinding lateral hidung li,in, yang disebut ager nasi dan
di belakangnya terdapat konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding
lateral hidung. Pada dinding lateral terdapat buah konka, yang terbesar dan
letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih ke,il ialah
konka media, lebih ke,il lagi adalah konka superior, sedangkan yang terke,il
disebut konka suprema. 1onka suprema ini biasanya rudimenter.

1onka
inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin
etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari
labirin etmoid.
2
#i antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga
sempit yang disebut meatus. )ergantung dari letak meatus, ada tiga meatus
yaitu meatus inferior, medius, dan superior. 7eatus inferior terletak diantara
konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada
meatus inferior terdapat muara /ostium. duktus nasolakrimalis.

7eatus medius
5
2ambar2.! &eptum nasi
terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus
medius terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilnaris dan
infundibulum etmoid. -iatus semilunaris merupakan suatu ,elah sempit
melengkung dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus
etmoid anterior.

Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka
superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus
sphenoid.
#inding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os
maksila dan os palatum.
2
#inding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari
rongga hidung. 4agian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid
anterior dan posterior yang merupakan ,abang dari arteri oftalmika, sedangkan
a. oftalmika berasal dari a. karotis interna.
2
6
II$ FISIOLOGI HIDUNG
8ntuk fisiologi hidung terkait dengan polip, pertama kita harus
memahami 1ompleks 9steomeatal /197., dimana struktur ini tersusun
dari prosessus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula
etmoid, agger nasi, dan ressesuss frontalis. 197 ini merupakan unit
fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drainase dasri sinus-sinus
anterior /maksila, etmoid anterior dan frontal.. 1arena fungsinya tersebut
maka seandainya terjadi obstruksi pada ,elah yang sempit ini, maka akan
terjadi perubahan yang signifikan pada sinus-sinus terkait serta perubahan
pada mukosa yang menjadi salah satu predisposisi terjadinya polip
hidung.
1
4eberapa fungsi hidung juga antara lain $
1,2
1. &ebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga
aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara
masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara
inspirasi. %kan tetapi di bagian depan aliran udara meme,ah, sebagian lain
kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari
nasofaring.
2. Pengatur kondisi udara /air conditioning.
"ungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan
udara yang akan masuk ke dalam alveolus. "ungsi ini dilakukan dengan ,ara$
a. 7engatur kelembaban udara. "ungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
b. 7engatur suhu. "ungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh
darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang
7
luas, sehingga radiasi dapat berlangsung se,ara optimal. #engan
demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih !+
o
:.
!. &ebagai penyaring dan pelindung
"ungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri
dan dilakukan oleh$
a. 3ambut /vibrissae. pada vestibulum nasi
b. &ilia
)ranspor benda asing yang tertimbun dari udara inspirasi ke faring di
sebelah posterior, di mana kemudian akan ditelan atau diekspektorans,
merupakan kerja silia yang menggerakan lapisan mukus dengan partikel
yang terperangkap. %liran turbulen dalam hidung memungkinkan
paparan yang sangat luas antara udara inspirasi dengan epitel hidung dan
lapisan mukusnya,lapisan mukus berupa selubung sekret kontinyu yang
sangat kental, meluas ke seluruh ruang dan sudut hidung, sinus, tuba
eustakius, faring, dan seluruh ,abang bronkus.
7ukus hidung disamping berfungsi sebagai alat transportasi partikel
yang tertimbun dari udara inspirasi, juga memindahkan panas, normalnya
mukus menghangatkan udara inspirasi dan mendinginkan ekpirasi, serta
melembabkan udara isnpirasi dengan lebih dari satu liter uap setiap
harinya. ;amun, bahkan dengan jumlah uap demikian sering kali tidak
memadai untuk melembabkan udara yang sangat kering, sering kali
terdapat di rumah-rumah dengan pemanasan selama musim dingin. -al
ini dapat berakibat mengeringnya mukosa yang disertai berbagai ganguan
hidung. #erajat kelembaban selimut mukus ditentukan oleh stimulasi
saraf pada kelenjar seromukosa pada submukosa hidung.
%rah gerakan mukus dalam hidung umumnya ke belakang. 1arena silia
lebih aktif pada meatus media dan inferior yang terkandung, maka
,enderung menarik lapisan mukus dari lapisan meatus komunis ke dalam
,elah-,elah ini. %rah gerakan septum adalah kebelakang dan agak ke
bawah menuju dasar. Pada dasar hidung, arahnya kebelakang dengan
8
ke,enderungan bergerak di bawah konka inferior ke dalam meatus
inferior. Pada sisi medial konka, arah gerakan kebelakang dan kebawah,
lewat dibawah tepi inferior dari meatus yang bersesuaian. #rainase dari
daerah tak bersilia pada sepertiga anterior hidung sebelumnya praktis
lewat meatus. <ni merupakan daerah yang paling banyak mengumpulkan
kontaminan udara.
(apisan mukus, disamping menangkap dan mengeluarkan partikel lemah,
juga merupakan sawar terhadap alergen, virus dan bakteri. %kan tetapi
walaupun organisme hidup mudah dibiak dari segmen hidung anterior,
sulit untuk mendapat suatu biakan postnasal yang positif. (iso=im, yang
terdapat pada lapisan mukus, bersifat destruktif terhadap dindiong
sebagian bakteri. "agositosis aktif dalam membran hidung merupakan
bentuk proteksi di bawah permukaan. 7embran sel pernapasan juga
memberikan imunitas induksi seluler.
&ejumlah imunoglobulin dibentuk dalam mukosa hidung, sesuai
kebutuhan fisiologik, telah diamati adanya <g2, <g% dan <gE. 3initis
alergika terjadi bila alergen yang terhirup berkontak dengan antibodi <gE
sehingga antigen tersebut terfiksasi pada mukosa hidung dan sel mast
submukosa. &elanjutnya dihasilkan dan dilepaskan mediator radang yang
menimbulkan perubahan mukosa hidung yang khas.
. <ndra Penghidu
-idung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum. Partikel bau dapat men,apai daerah ini dengan ,ara difusi dengan
palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
0. 3esonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbi,ara dan menyanyi. &umbatan
hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga
terdengar suara sengau.
9
*. Proses bi,ara
7embantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal /m,n,ng. dimana
rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk
aliran udara.
+. 3efleks nasal
7ukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
saluran ,erna, kardiovaskuler dan pernafasan. :ontoh$ iritasi mukosa hidung
menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. 3angsang bau tertentu
menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
10
III$ POLIP NASI
%$ De/ini&i
Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang
bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan
permukaan li,in dan agak bening karena mengandung banyak ,airan.
8mumnya sebagian besar polip ini berasal dari ,elah kompleks
osteomearal /197. yang kemudian tumbuh ke arah rongga hidung.
2,0

b$ E)i"emi010i
Prevalensi penderita polip nasi belum diketahui pasti karena hanya sedikit
laporan dari hasil studi epidemiologi serta tergantung pada pemilihan populasi
penelitian dan metode diagnostik yang digunakan. Prevalensi polip nasi
dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa dan ,!% di "inlandia. #engan
perbandingan pria dan wanita 2- $1. #i %merika &erikat prevalensi polip nasi
diperkirakan antara 1- %. Pada anak-anak sangat jarang ditemukan dan
dilaporkan hanya sekitar ',1%. Penelitian (arsen dan )os di #enmark
memperkirakan insidensi polip nasi sebesar ',*2+ per 1''' orang per tahun
/4ateman 2''!, "erguson et al.2''*.. #i <ndonesia studi epidemiologi
menunjukkan bahwa perbandingan pria dan wanita 2-! $ 1 dengan prevalensi
',2%-,!%.
2,!,
2$ E3i0)%30ene&i&
&ampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai etiologi polip nasi, terdapat
sejumlah hipotesis mengenai asal dari polip nasi eosinofilik dan neutrofilik
yang berkisar dari predisposisi genetik, variasi anatomi, infeksi kronis, alergi
inhalan, alergi makanan, sampai ketidakseimbangan vasomotor.
2

Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada ! faktor penting pada terjadinya
polip, yaitu $
0
1. %danya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus.
2. %danya gangguan keseimbangan vasomotor.
!. %danya peningkatan tekanan ,airan interstitial dan edema mukosa hidung
11
4eberapa hipotesis dari keadaan tersebut antara lain :
2,3,5
%lergi
%lergi merupakan faktor yang banyak menjadi sorotan karena
tiga hal, yaitu karena sebagian besar polip hidung terdiri dari
eosinofil, berhubungan dengan asma, serta temuan klinis pada nasal
yang menyerupai gejala dan tanda alergi. Paparan alergen udara
menahun, diduga berperan dalam terjadinya polip hidung melalui
inflamasi yang terus-menerus pada mukosa hidung.
1
#itemukan sekitar + % pasien dengan asma memiliki polip
hidung.
+
%kan tetapi ditemukan bahwa pada pasien non atopik angka
kejadian polip hidung juga lebih tinggi yaitu 1!%. %kan tetapi studi
lain menunjukkan bahwa asma dengan onset yang telat /late onset
asthma. akan berkembang menjadi nasal polip sekitear 1'-10%
1etidak &eimbangan 5asomotor
)eori ini dikemukakan karena pada banyak kondisi tidak
ditemukan adanya tanda-tanda atopi dan tidak ada riwayat pajanan
alergen yang ditemukan. %kan tetapi pasien ,enderung mengalami
rinitis prodromal sebelum pada akhirnya berkembang menjadi polip
hidung. Polip hidung bisanya memiliki vaskularisasi yang kurang dan
berkurangnya inervasi vasokonstriktor. &elanjutnya gangguan dalam
regulasi vaskular dan peningkatan permeabilitas dapat menyebabkan
edema dan pembentukan polip.
4ernouli "enomena
"enomena 4ernoulli terjadi karena adanya penurunan tekanan
yang selanjutnya menyebabkan konstriksi. -al ini akan menimbulkan
tekanan negatif dalam 197, yang mempengaruhi mukosa
disekitarnya. 1arena tekanan negatif ini kemudia akan terjadi
infalamasi mukosa yang selanjutnya menjadi awal terbentuknya
polip.
)erori 3upture Epithel
12
3upturnya epitel dari mukosa nasal karena alergi atau karena
infeksi daspat menyebabkan prolaps dari lamina propria, yang
selanjutnya akan membentuk polip. #efek dari faktor ini mungkin
semakin membesar karena pengaruh gravitasi atau drainase vena
mengalami obstruksi. %kan tetapi dari scanning dengan pengamatan
mikroskopik tidak ditemukan adanya defek epitel yang bermakna
pada pasien dengan polip hidung.
<ntoleransi %spirin
4anyak konsep yang menjelaskan bagaimana patogenesis dari
intoleransi aspirin serta hubungannya dengan polip hidung. )erdapat
sindrom klinis yang jelas, bagaimana obat-obatan ;&%<# khusunya
aspirin dapat memi,u terjadinya rinitis dan serangan asma. 3espon
:y,loo>ygenase /:9?. umumnya sangat berbeda pada pasien
dengan intoleransi aspirin dibandingkan normal. #apat dibuktikan
bahwa terjadi perubahan pada :9?1 dan :9?2 yang menghasilkan
metabolit tertentu yang akan menstimulasi cysteinyl leukotriene
/:ys-().. Perubahan ini selanjutnya menyebabkan metabolisme asam
ara,hidonat menjadi jalur leukotriene inflamasi tinggi, yang
selanjutnya akan mengurangi kadar P2E2 /yang merupakan P2
antiinflamasi.. Eksperi berlebihan dari (): synthase selanjutnya
akan meningkatkan jumlah cysteinyl LTs, menyebabkan respon
inflamasi tak terkontrol dan inflamasi kronis.
:ysti, "ibrosis
:ysti, "ibrosis merupakan salah satu penyakit autosomal resesif
pada kelompok orang kulit putih. :ysti, fibrosis disebabkan karena
mutasi gen tunggal pada kormosom + yang disebut ,ysti, fibrosis
transmembrane regulator /:")3.. -al ini menyebabkan tidak adanya
cyclic AMP-regulated chloride chanel yang menyebabkan
impermeabilitas klorida dan peningkatan absorpsi natrium.
Peningkatan absorpsi natrium dan penurunan sekresi klorida
menyebabkan pergerakan air ke sel dan ruang interstitial, selanjutnya
13
menimbulkan retensi ari, pembentukan polip. #efek migrasi protein
:")3 juga menyebabkan terjadinya inflamasi kronis skunder.
;itri, 9>ide
;itri, 9>ida merupakan gas radikal bebas, yang memainkan
peran besar dalam terjadinya reaksi imunologis nonspesifik, regulasi
dari tone vaskular, pertahanan host, dan inflamasi pada berbagai
jaringan. 3adikal bebas biasanya dipertahankan dalam keadaan
seimbang oleh antioxidan defense system superoxide dismutase ,
,atalase dan glutahione pero>idase. 1etika radikal bebas ini dapat
melebihi kemampuan pertahanan d ari antio>idant, maka akan terjadi
defek seluler, defek jaringan, dan penyakit kronis. #itemukan laporan
akan meningkatnya kadar nitri, o>ide dan penurunan scavangeing
en=im pada pasien polip hidung dibandingkan dengan kontrol, yang
menunjukkan adanya penumpukan radikal bebeas pada polip hidung.
<nfeksi
4agaimana infeksi dapat menjadi faktor yang juga penting
terhadap pembentukan polip, diduga terkait dengan adanya gangguan
pada epitel dengan proliferasi jaringan granulasi. -al ini biasanya
terjadi pada infeksi Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
aureus, atau acteroides fragilis /semua jenis patogen yang sering
ditemukan pada rinosinusitis.. 4agaimana granuloma menginduksi
terjadinya polip hidung masih belum benar-benar dipahami.
&uperantigen -ypotensis
Staphylococcus aureus ditemukan sekitar *'-+'% pada daerah
mukus didekat polif masif. 9rganisme ini selalu memproduksi to>in,
staphylo,o,,us enteroto>in % /&E%., staphylo,o,,us enteroto>in 4
/&E4. dan to>i, sho,k syndrome to>in-1 /)&&)-1. yang akan
berperan sebagai supetantigen, menyebabkan aktifasi dan ekspansi
klonal dari limfosit pada lateral hidung. %ktifasi dari limfosit ini,
akan menghasilkan sitokin )h1 dan )h2 /<";-gama. <(-2, <(-, <(-.,
hal ini akan menyebabkan chronic lymphocytic-eosinophil muchosal
disease! -al ini dibuktikan dengan ditemukannya antibodi spesifik
14
<gE terhadap &E% dan &E4 sebanyak 0'% pada penderita polip
hidung.
"$ M%ni/e&3%&i K1ini&
Polip hidung dapat menyebabkan hidung tersumbat, yang selanjutnya
dapat menginduksi rasa penuh atau tekanan pada hidung dan rongga
sinus. 1emudian dirasakan hidung yang berair /rinorea. mulai dari
yang jernih sampai purulen, hiposmia atau anosmia serta dapat juga
dirasakan nyeri kepala daerah frontal. 2ejala lain yang dapat timbul
tergantung dari penyertanya, pada infeksi bakteri dapat disertai pula
dengan post nasal drip serta rinorea purulen. 2ejala sekunder yang
dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis,
gangguan tidur, dan gannguan kualitas hidup.
2
#apat juga menyebababkan gejala pada saluran nafas bawah, berupa
batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip hidung dengan
asma.
0
&elain itu harus di,ari riwayat penyakit lain seperti alergi, asma,
intoleransi aspirin.
0
e$ Di%n0&i&
%namnesis
#ari anamnesis didapatkan keluhan-keluhan berupa hidung
tersumbat, rinorea, hiposmia atau anosmia. #apat pula didapatkan
gejala skunder seperti bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis,
gangguan tidur dan gangguan aktifitas.
2
Pemeriksaan "isik
Polip nasi masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar
sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan masa pu,at yang berasal
dari meatus media dan mudah digerakkan.
2
Pembagian stadium polip menurut 7a,1ay dan (und $ S3%"i'm
1 ! polip masih terbatas pada meatus media, S3%"i'm 2 ! polip sudah
keluar dari meatus media, tampak pada rongga hidung tertapi belum
memenuhi rongga hidung, S3%"i'm 3$ polip masif.
2
15
Pemeriksaan Penunjang
;aso-endoskopi
Polip pada stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat dari
rinoskopi anterior, akan tetapi dengan naso endoskopi dapat
terlihat dengan jelas. Pada kasus polip koanal juga sering dapat
dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus
maksila.
2,*
Pemeriksaan 3adiologi
"oto polos sinus paranasal /Posisi waters, %P, :aldwell dan latera.
dapat memperlihatkan adanya penebalan mukosa dan adanya batas
udara ,airan di dalam sinus, tetapi kurang bermanfaat untuk polip
hidung. Pemeriksaan :) s,an sangat bermanfaat untuk melihat
se,ara jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada
proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada
kompleks osteomeatal /197.. :) s,an harus diindikasikan pada
kasus polip yang gagal diobati dengan terapi medikamnetosa, jika
ada komplikasi dari sinusitis dan pada peren,anaan tindakan bedah
endoskopi.
*
/$ T%3%1%4&%n%
)ujuan dari tatalaksana polip hidung yaitu$
,*
- 7emperbaikai keluhan pernafasan pada hidung
- 7eminimalisir gelaja
- 7eningkatkan kemampuan penghidu
- 7enatalaksanai penyakit penyerta
- 7eningkatkan kulitas hidup
- 7en,egah komplikasi.
&e,ara umum penatalaksanaan dari polip hidung yaitu melalui
penatalksanaan medis dan operatif.
)atalaksana 7edis
Polip -idung merupakan kelainan yang dapat ditatalaksanai se,ara
medis. @alaupun pada beberapa kasus memerlukan penanganan operatif,
serta tatalaksana agresif sebelum dan sesudah operatif juga diperlukan.
2,*
1. %ntibiotik
Polip hidung dapat menyebabkan terjadinya obstruksi sinus, yang
selanjutnya menimbulkan infeksi. )atalaksana dengan antibiotik dapat
16
men,egah pertumbuhan dari polip dan mengurangi perdarahan selama
operasi. %ntibiotik yang diberkan harus langsung dapat memberikan
efek langsung terhadap spesies &taphylo,o,,us, &trepto,o,,us, dan
bakteri anaerob, yang merupakan mikroorganisme pada sinusitis
kronis.
*
2. :orti,osteroid
)opikal 1orti,osteroid
<ntranasalAtopikal kortikosteroid merupakan pilihan pertama untuk polip
hidung. &elain itu penggunaan topikal kortikosteroid ini juga berguna
pada pasien post-operatif polip hidung, dimana pemberiannya dapat
mengurangi angka kekambuhan. Pemberian dari kortikosteroid topikal
ini dapat di,oba selama -* minggu dengan fluti,asone propionate
nasal drop '' ug 2>Ahari memiliki kemampuan besar dalam
mengatasi polip hidung ringan-sedang /derajat 1-2., diamana dapat
mengurangi ukuran dari polip hidung dan keluhan hidung tersumbat.

&itemik 1ortikosteroid
Penggunaan dari kortikosteroid sistemikAoral tunggal masih belum
banyak diteliti. Penggunaanya umumnya berupa kombinasi dengan
terapi kortikosteroid intranasal. Penggunaan fluo,ortolone dengan total
dosis 0*' mg selama 12 hari atau +10 mg selama 2' hari dengan
pengurangan dosis perhari disertai pemberian budesonide spray ',2 mg
dapat mengurangi gejala yang timbul serta memperbaiki keluhan sinus
dan mengurangi ukuran polip.

%kan tetapi dari penelitian lain, penggunaan kortikosteroid sistemik


tunggal yaitu methylprednisolone !2 mg selama 0 hari, 1* mg selama
0 hari, dan B mg selama 1' hari ternyata dapat memberikan efek yang
signifikan dalam mengurangi ukuran polip hidung serta gejala nasal
selain itu juga meningkatkan kemampuan penghidu.
*
!. )erapi lainnya
Penggunaan antihistamin dan dekongestan dapat memberikan efek
simtomatik akan tetapi tidak merubah perjalanan penyakitnya.
<munoterapi menunjukkan adanya keuntungan pada pasien dengan
sinusitis fungal dan dapat berguna pada pasien dengan polip berulang.
17
%ntagonis leukotrient dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi
aspirin
.
)erapi Pembedahan
<ndikasi untuk terapi pembedahan antara lain dapat dilakukan pada
pasien yang tidak memberikan respon adekuat dengan terapi medikal,
pasien dengan infeksi berulang, serta pasien dengan komplikasi sinusitis,
selain itu pasien polip hidung disertai riwayat asma juga perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan guna patensi jalan nafas.
)indakan yang dilakukan yaitu berupa ekstraksi polip /polipektomi.,
etmoidektomi untuk polip etmoid, operasi :aldwell-lu, untuk sinus
ma>ila. 8ntuk pengembangan terbaru yaitu menggunakan operasi
endoskopik dengan navigasi komputer dan instrumentasi power.
!,*
18
a. Prognosis
$ P#0n0&i&
19
Bagan 1: Penatalaksanaan Polip Nasal
7
Sume! : Pe!"ati#$%, &ui'eline Pen(akit )*)#$% 'i +n'onesia
$elu"an
Sumatan "i'ung 'engan 1,-
ge.ala
/u!iga keganasan
Pe!mukaan e!en.ol,
mu'a" e!'a!a"
0assa polip "i'ung
)entukan sta'ium
Biops( tatalaksana
sesuai
Sta'
213
)e!api
e'a"
Sta' + 1
2
)e!api
me'ik
2ika mungkin : iops(
untuk tentukan tipe polip
'an lakukan polipektomi
!e'uksi
$ete!angan
menentukan
sta'ium
Polip 'alam 00
3N45
Polip kelua! 'a!i
00
Polip memenu"i
!ongga "i'ung
Pe!siapa
n p!a
e'a"
)e!api me'ik :
ste!oi' topi6al 'an atau
polipektomi me'ikamentosa 'engan 6a!a :
'eksametason 12 mg 33 *!5 8 mg 33 *!54 mgt 33 *!5
0et"(lp!e'nisolon 64 mg 10 mg 310 *!5
P!e'nisone 1 mg, kg 310 *!5
)e!api e'a"
)i'ak a'a
pe!aikan
Pe!aikan
menge6il
Pe!aikan
"ilang
)in'ak lan.ut 'engan ste!oi' topi6al
Peme!iksaan e!kala seaikn(a 'engan
N4
semu"
Polip !eku!en :
/a!i 7akto! ale!gi
Ste!oi' topi6al
Ste!oi' o!al ti'ak lei" 3#48, ta"un
$austik
9pe!asi ulang
8mumnya setelah penatalaksanaan yang dipilih prognosis polip hidung
ini baik /dubia et bonam. dan gejala-gejala nasal dapat teratasi. %kan
tetapi kekambuhan pas,a operasi atau pas,a pemberian kortikosteroid
masih sering terjadi. 8ntuk itu follow-up pas,a operatif merupakan
pen,egahan dini yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya sinekia dan obstruksi ostia pas,a operasi, bagaimana patensi
jalan nafas setelah tindakan serta keadaan sinus, pen,egahan inflamasi
persisten, infeksi, dan pertumbuhan polip kembali, serta stimulasi
pertumbuhan mukosa normal. 8ntuk itu sangat penting dilakukan
pemeriksaan endoskopi post operatif. Penatalaksanaan lanjutan dengan
intra nasal kortikosteroid diduga dapat mengurangi angka kekambuhan
polip hidung.
2,!,*
20
,A, III
LAPORAN KASUS
A$ IDENTITAS PASIEN
;ama pasien $ )n. %(
8mur $ *' )ahun
Cenis kelamin $ (aki-laki
%lamat $ :akranegara barat
)anggal Pemeriksaan $ * Cuni 2'1
,$ ANAMNESIS
1eluhan utama$
-idung tersumbat
3iwayat penyakit sekarang$
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat yang dirasakan sejak D 1
tahun yang lalu. 1eluhan hidung tersumbat ini dirasakan awalnya pada satu
hidung, kemudian kedua hidung. Pasien mengaku keluhan hidung tersumbat
ini sering disertai keluhan pusing serta pen,iumannya berkurang. Pasien juga
mengaku sering batuk dan pilek, dan jika pilek mengeluarkan ingus yang
kental berwarna putih, ingus kental ini tidak dirasakan mengalir ke arah
tenggorokan.
1eluhan sering pilek ini terutama dirasakan sejak lama. &elain itu, pasien juga
mengeluhkan seperti merasakan danya benjolan pada kedua rongga hidung.
Pasien tidak tahu pasti kapan benjolan tersebut mulai mun,ul. 4enjolan tidak
nyeri. 3iwayat epistaksis disangkal, keluhan nyeri saat pasien menunduk juga
disangkal. 3iwayat demam /-.. )idak ada keluhan mual ataupun muntah.
3iwayat penyakit dahulu$
3iwayat #7, hipertensi, serta asma disangkal oleh pasien.
3iwayat penyakit keluargaAsosial$ -
3iwayat pengobatan$ -
3iwayat alergi$
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan.
21
C$ PEMERIKSAAN FISIK
&tatus 2eneralis
1eadaan umum $ 4aik
1esadaran $ :ompos mentis
)anda vital
)ensi $ 1!'AB' mm-g
;adi $ B2 >Amenit
3espirasi $ 1B >Amenit
&uhu $ !*,E
9
:
22
D$ S3%3'& L04%1i&
Pemeriksaan telinga
N0$ Peme#i4&%%n
Te1in%
Te1in% 4%n%n Te1in% 4i#i
1. )ragus ;yeri tekan /-., edema /-. ;yeri tekan /-., edema /-.
2. #aun telinga 4entuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma
/-., nyeri tarik aurikula /-.
4entuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma
/-., nyeri tarik aurikula /-.
!. (iang telinga &erumen /-., hiperemis /-.,
furunkel /-., edema /-.,
otorhea /-.
&erumen /-., hiperemis /-.,
furunkel /-., edema /-.,
otorhea /-.
. 7embran
timpani
3etraksi /-., bulging /-.,
hiperemi /-., edema /-.,
perforasi /-.,,one of light
/D.
3etraksi /-., bulging /-.,
hiperemi /-., edema /-.,
perforasi /-.,,one of light
/D.

Pemeriksaan hidung
23
Peme#i4&%%n
Hi"'n
Hi"'n 4%n%n Hi"'n 4i#i
-idung luar 4entuk /normal., hiperemi /-.,
nyeri tekan /-., deformitas /-.
4entuk /normal., hiperemi
/-., nyeri tekan /-., deformitas
/-.
Rin0&40)i %n3e#i0#
5estibulum nasi -iperemis /D., sekret mukoid
/D.
-iperemis /D., sekret mukoid
/D.
:avum nasi 4entuk /normal., hiperemia /D. 4entuk /normal., hiperemia
/D.
7eatus nasi
media
7ukosa hiperemis, sekret /D.,
M%&&% 567
7ukosa hiperemis, krusta /D.,
M%&&% 567
1onka nasi
inferior
Edema /D., mukosa hiperemi
/D.
Edema /D., mukosa hiperemi
/D.
&eptum nasi #eviasi /-., perdarahan /-.,
ulkus /-.
#eviasi /-., perdarahan /-.,
ulkus /-.
24
0assa e!:a!na
puti" kekuningan,
pe!mukaan !ata
0assa e!:a!na
puti" kekuningan,
pe!mukaan !ata
Pemeriksaan Tenggorokan
4ibir 7ukosa bibir basah, berwarna merah muda /;.
7ulut 7ukosa mulut basah berwarna merah muda
2eligi ;ormal
(idah )idak ada ulkus, pseudomembrane /-.
8vula 4entuk normal, hiperemi /-., edema /-., pseudomembran
/-.
Palatum mole 8lkus /-., hiperemi /-.
"aring 7ukosa hiperemi /-., refle> muntah /D., membrane /-.,
lender /-.
)onsila palatine kanan kiri
)' )'
"ossa )onsillaris
dan %rkus
"aringeus
hiperemi /-. hiperemi /-.
25
E$ PEMERIKSAAN PENUN.ANG
- Peme#i4&%%n D%#%8
P%#%me3e# Ni1%i Ni1%i N0#m%1
-24 1,* ( $ 11,0-1*,0 gAd(
7:5 B', B2-E2 f(
7:- 2+,2 2+-!1 pg
7:-: !!,E !2-!+ gAd(
34: 0,!* ( $ ,' F 0,' G1'H*AI(J
@4: E,B! ,' F 11,' G1'H!A I(J
Eosinofil *, '-1
4asofil ',2 '-1
;eutrofil 0',B 0'-+*
(imfosit !0,B 20-!!
7onosit *,B !-B
-:) !,1 ( $ !+-0 G%J
P() 2E0 10'-'' G1'H!A I(J
2#& 1!E K1*'
:reatinin 1,' ',*-1,1 mgAd(
8reum 20 *-2* mgAd(
4) 2L''M 1-* menit
:) L0M K10 7enit
- RADIOLOGI
"oto rontgen posisi waters $ &inus 7aksilaris de>tra et sinistra tampak normal.
F$ DIAGNOSIS
Polip ;asi #e>tra et sinistra stadium <<.
G$ DIAGNOSIS ,ANDING 5*7
H$ RENCANA TERAPI
26
a. 1ortikosteriod$ #eksametason )ab !> mg selama ! hari, kemudian 2>mg !
hari selanjutnya, kemudian dilanjutkan 1>mg pada ! hari terakhir.
b. #ekongestan $ Psuudoefedrin -:( tab ! > B mg
,. %ntihistamin$ #iberikan :etiri=ine tablet$ 1 > 1' mg
d. 7ukolitik$ #iberikan %mbro>ol tablet ! > 1 tab
e. %ntibiotik$ #iberikan$ %moksisilin tablet ! > 0'' mg
f. 9perasi untuk mengangkat massa pada ,avum nasi de>tra dan sinistra /polip.
Polipektomi
I$ KIE
a. 1urangi makanan berminyak, serta makanan atau minuman dingin.
b. #iet seimbang dan tingkatkan konsumsi makanan tinggi vitamin %, : dan E,
seperti buah-buahan dan sayuran.
,. Edukasi mengenai prosedur dan manfaat dari polipektomi.
d. 1ontrol rutin kemudian untuk evaluasi kemajuan terapi.
.$ PROGNOSIS
#ubia ad bonam
27
,A, IV
PEM,AHASAN
Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan polip nasi sinistra stadium dua
yang ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta didukung dengan
pemeriksaan penunjang. #ari anamnesis didapatkan keluhan hidung tersumbat
serta riwayat pilek berulang yang dirasakan sejak lama. Pilek disertai pengeluaran
sekret kental berwarna putih. 1eluhan hidung tersumbat ini juga disertai keluhan
pusing yang sering dirasakan oleh pasien. &elain itu, pasien juga mngeluhkan ada
benjolan di kedua rongga hidung, namun keluhan mimisan disangkal pasien.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya massa berwarna putih keabuan
di ,avum nasi de>tra dan sinistra, terlihat bertangkai dan terdapat sedikit krusta.
-al ini menunjang ke arah diagnosis polip nasi.
8ntuk ren,ana penatalaksanaan pada pasien ini karena merupakan polip nasi
stadium 2 adalah dengan pemberian steroid, disini diberikan steroid sistemik
karena lebih mudah dalam pengaturan dosisnya. &teroid diberikan selama E hari
dengan dosis yang di turunkan perlahan.. 8ntuk mengurangi keluhan bersin-
bersin dan ingus berair, dapat diberikan %ntihistamin yaitu :etiri=ine tablet 1 > 1'
mg. 7ukolitik juga diberikan agar dapat mengen,erkan sekret yang kental pada
saluran napas atas dan rongga sinus, diberikan %mbro>ol tablet ! > 1 tablet.. ;asal
#ekongestan dapat diberikan dengan tujuan untuk mengurangi keluhan hidung
tersumbat dan membuka sumbatan ostium sinus, dapat diberikan Pseudoefedrine
-:l ! > *' mg.
;amun pada pasien ini juga perlu dipertimbangkan untuk tatalaksana
operatif jika dengan penatalaksanaan medikamentosa tidak memberikan hasil
yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Probst, 3., 2revers, 2., dan <ro, -. %natomy, Physiology, and <mmunology of
the ;ose, Paranasal &inuses, and "a,e. #alam$ 4asi, 9torhinolaryngology.
;ew Nork$ )hieme, 2''*, h. 2 F 1!.
2. &oetjipto, #. dan 7angunkusumo, E. -idung. #alam$ &oepardi E%, <skandar
;, Ed. 4uku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Cakarta$ "18<, 2''1, h. BB F E0.
!. %hmad 7aymane Cahroni. )he Epidemologi,al O :lini,al aspe,t of ;asal
Polyps that 3e6uire &urgery. <ranian Cournal 9f 9torhynolaryngology.2'12
$ 2 /. $ +2-+0.
. 4a,hort :.7anagement of ;asal Polyps. 3hinology. 2''0 $ 1B$ 1-B+.
0. 1irtsreesatul 5irat. 8pdate on ;asal Polyps $ Etiopatogenesis. C 7ed %sso,
)hai. 2''0 $ BB /12. $1E**-+2.
*. %ssanasen paraya 7#. 7edi,al O &urgi,al 7anagement of ;asal Polyps.
:urrent 9ption in 9tolaryngology O -ead and ;e,k &urgery. 2''1. E $
2+-!*.
+. Perhimpunan #okter &pesialis )-)-1( <ndonesia. 2uideline Penyakit )-)-
1( di <ndonesia. 2''+. -al 20.
29

Anda mungkin juga menyukai