x 100 %
= 1372,7272%
VI. Pembahasan
Imobilisasi enzim secara pengikatan ion termasuk salah satu teknik
imobilisasi enzim kelompok pengikatan enzim pada pembawa tidak larut
air. Teknik ini juga termasuk teknik yang sederhana seperti halnya
imobilisasi enzim secara penyerapan fisik. Perbedaanya hanya terdapat pada
bahan pengamobil. Imobilisasi cara penyerapan fisik bahan pengamobilnya
harus bermuatan baik bermuatan positif maupun bermuatan negativ.
Beberapa jenis bahan pengamobil yang dapat digunakan antara lain resin
penukar kation dan anion, karboksimetil dan sefadeks.
Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara imobilisasi
protease dan amilase secara pengikatan ion menggunakan bahan pengamobil
resin penukar ion. Resin penukar ion dapat digunakan dalam metode
pemisahan atau pemekatan dengan menggunakan penukaran kesetaraan.
Resin penukar ion merupakan polimer tinggi organik yang mengandung
gugus fungsional ionik, resin ada umumnya adalah polimer berupa butiran
dengan berbagai ukuran. Pembuatan resin adalah dengan cara memasukkan
gugus yang diionisasi kedalam matriks polimer organik, yang paling umum
adalah polistirena yang bertindak sebagai adsorben. Dan menggunakan
enzim amilase untuk diimobilisasi secara pengikatan ion dengan bahan
pengamobil resin penukar anion.
Prinsip amobillisasi dengan teknik ini adalah enzim akan terikat
secara ionik pada pembawa yang mengandung residu penukar ion.
Polisakarida sintesis memiliki pusat penukar ion yang dapat digunakan
sebagai pembawa. Pengikatan ionik antara enzim dengan pembawa mudah
dilakukan jika dibandingkan dengan pengikatan enzim sacara kovalen.
Amobilisasi enzim dengan pengikatan ionik dapat mengakibatkan terjadinya
sedikit perubahan konformasi dan sisi aktif enzim.
Enzim amilase merupakan biokatalisator yang mampu mengkatalisis
berbagai macam reaksi. Alfa-amilase adalah salah satu enzim yang berperan
dalam proses degradasi pati, sejenis makromolekul karbohidrat. Struktur
molekuler dari enzim ini adalah -1,4-glukanohidrolase. Bersama dengan
enzim pendegradasi pati lain, pululanase, -amilase termasuk ke dalam
golongan enzim kelas 13 glikosil hidrolase (E.C.3.2.1.1).Alpha-amilase ini
memiliki beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4 hingga 10 molekul
substrat sekaligus (Krystal W, 2010).
Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan resin penukar
anion ke dalam erlenmeyer yang berisi campuran antara enzim amilse
dengan aquadest, dimana tujuan dari penambahan aquadest untuk
megencerkan larutan dan kemudian mengaduk campuran selama 10 menit.
Pengocokan ini dilakukan untuk mengikat enzim pada karier atau pembawa,
dalam hal ini resin penukar anion (membentuk ikatan ion). Selanjutnya
dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring untuk
memperoleh enzim alfa amilase amobil. Resin penukar anion yang
digunakan pada percobaan ini akan mengikat anion-anion pada enzim
amilase sehingga akan terjadi pertukaran ion ketika enzim amilase
dicampurkan dengan resin penukar anion. Cairan yang keluar dari
penyaringan ditampung dan kemudian dimasukkan kembali hingga dua kali
dilakukan untuk menyeimbangkan kolom penukar ion terlebih dahulu .
Setelah penyaringan selesai dilanjutkan dengan penimbangan enzim
alfa amilase imobil, sehingga dapat diperoleh rendemen 116,9590 %.
Pada perlakuan selanjutnya penentuan aktivitas amilase amobil hasil
imobilisasi, menyiapkan 3 tabung reaksi yang berkode A, B, dan C
memasukkan larutan pati 1 % sebanyak 15 ml pada masing masing tabung
reaksi. Kemudian menambahkan 3 tetes larutan iodium 10%. Penambahan
larutan iodium ini bertujuan agar dapat mengidentifikasi perubahan warna
yang terjadi pada amilum. Dimana molekul amilosa membentuk spiral
disekitar molekul iodium, sehingga menimbulkan warna biru tua dari
antaraksi keduanya, yang berarti ada pemecahan pati. Larutan iodium
digunakan disini sebagai indikator adanya amilum/pati, uji positifnya
menunjukkan terjadinya perubahan warna menjadi biru tua. Pati jika
direaksikan dengan Iodium akan menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna biru/ungu. Iodine akan berada di bagian tengah polimer amilosa
yang berbentuk heliks. Akan tetapi struktur atatu ikatan antara iodium
dengan pati belum diketahui dengan pasti. Intensitas warna biru yang terjadi
tergantung para panjang unit polimer amilosa. Kondensasi iodine dengan
karbohidrat dapat menghasilkan warna yang khas. Hal ini disebabkan karena
dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk
ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium
yang dapat masuk ke dalam spiralnya (Fesenden, 1986)
Pada tabung reaksi A menambahkan 3 ml enzim amilase, tabung
reaksi B menambahkan 3 g amilase amobil, dan tabung reaksi C
menambahkan 3 ml air destilata. Selanjutnya mengocok tersebut dapat
tercampur dengan sempurna. Selanjutnya memasukkan ke dalam air
mendidih selama 10 menit, di atas suhu 50C enzim secara bertahap
menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Dengan bertambahnya suhu
dapat mengakibatkan kecepatan reaksi bertambah. Saat suhu meningkat,
proses denaturasi semakin lama merusak reaksi aktif dari molekul enzim. Ini
terjadi karena tidak melipatnya rantai protein setelah pemutusan dari rantai
lemah jadi kecepatan reaksi jadi lambat.
Menurut Colby (1985), mengatakan bahwa Alpha amilase pada
umumnya aktif bekerja pada kisaran suhu 25
0
C 95
0
C. Penambahan ion
kalsium dan klorida dapat meningkatkan aktivitas kerja dan menjaga
kestabilan enzim ini.
Metode pengikatan ion dalam pembuatan enzim amobil memiliki
banyak kelebihan diantaranya bahan pengamobil dapat direkaperi atau
digunakan berulang dan ikatan antara bahan pengamobil dengan molekul
protein enzim cukup kuat karena melibatkan adanya ikatan kimia ( ikatan
ion ) selain itu dilihat dari molekul resin yang berupa bahan padat
memungkinkan adanya molekul enzim yang teradsorpsi dipermukaan
molekul resin sehingga metode ini lebih maksimal untuk membentuk enzim
amobil jika dibandingkan dengan metode penyerapan fisik. Sedangkan
kekurangan dari imobilisasi enzim secara pengikatan ion yaitu mudah bocor.
Pada perlakuan Selanjutnya filtrat disaring dan mengukur serapan
pada spektrometer, pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang
500 nm. Dari hasil pengamatan yang diperoleh panjang gelombang
maksimumnya tabung A, B, dan C masing masing yaitu 0,604, 0,044 dan
1,783 Sedangkan penentuan aktivitas amilase pada resin penukar anion
retensi yang diperoleh yaitu 1372,7272%.
VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan enzim amobil dengan metode pengikatan ion dapat
menggunakan resin penukar ion, karena molekul enzim memiliki
muatan positif dan negatif yang dapat dipertukarkan dengan molekul
bermuatan dalam resin.
2. Aktivitas enzim alami lebih tinggi dibandingkan aktivitas enzim
amobil. Hal ini disebabkan pada enzim alami, pusat aktif enzimnya
tidak terhalang oleh bahan pengamobil dan enzim alami tidak terikat
oleh suatu pengikat enzim seperti pada enzim amobil.
3. Rendemen enzim alfa amilase amobil yang di peroleh adalah
116,9590 %
4. Penentuan aktivitas amilase pada resin penukar anion retensi yang
diperoleh yaitu 1372,7272%
DAFTAR PUSTAKA
Colby, S.D (1985). Biochemistry, A Synopsis. Lange Medical Publikations.
California
Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 1989. Kimia Organik Jilid 2.
Terjemahan. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mappiratu. 2014. Penuntuk Praktikum Imobilisasi Enzim Dan Sel. Jurusan Kimia
FMIPA UNTAD. Palu
Poliana J, MacCabe AP. 2007. Industrial Enzymes; Structure, Function, and
Applications. Springer. Dordrecht
Krystal W. 2010. Amylase, Alpha. http://id.wikipedia.org/wiki/Alfa-amilase Diakses
pada 24 Maret 2014.
Laporan Praktikum
IMOBILISASI ENZIM DAN SEL
PERCOBAAN III
IMOBILISASI ENZIM SECARA PENGIKATAN ION
Oleh
Nama : Dina Apriana Putri Husni
Stambuk : G 301 11 001
Kelompok : I (Satu)
Asisten : Moh. Sidiq
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DAN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSTAS TADULAKO
PALU
2014
LEMBAR ASISTENSI
Nama : Dina Apriana Putri Husni
Stambuk : G 301 11 001
Asisten : Moh. Sidiq
Hari/tanggal Perbaikan Paraf