PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang dan Tujuan Praktikum
1.1.1 Latar Belakang
Perkembangan pembangunan pada era globalisasi ini sangatlah pesat.
Maka dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk
mempermudah para ahli untuk menyelesaikan segala masalah dalam
pengembangan pemanfaatan alam. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali
kita mengalami kesulitan dalam bidang pembangunan, bisa dilihat dalam
tekstur tanah yang sering kali tidak rata atau mempunyai kemiringan yang
berdeda diantaranya pada pembuatan jalan maupun pembangunan, pada hal
tersebut diperlukan sebuah pengukuran beda tinggi agar dapat diketahui
perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah. Pengukuran beda tinggi
dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar (waterpass). Sipat datar
(leveling) adalah suatu oprasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik
dipermukaaan tanah. Pada sifat datar memanjang adalah suatu pengukuran
yang bertujuan untuk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang jalur
pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi
suatu daerah pemetaan. Sehingga bisa ditentukan beda tinggi dengan sipat
ukur memanjang pada sebuah lahan yang akan digunakan untuk
pembangunan atau pembangunan jalan
1.1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah:
1. Mampu menentukan beda tinggi antara 2 titik yang letaknya berjauhan
dengan teliti.
2. Mampu menilai tingkat ketelitian dari hasil pengukuran sifat ukur datar
memanjang sesuai dengan penilaian baku.
3. Mampu menggambarkan titik-titik tempat alat dan bidikan disertai dengan
nama-nama titik tersebut.
4. Mampu menggambarkan denah lokasi pengukuran dan arah utara kompas.
2.2. Peralatan yang Digunakan
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah:
1. Waterpass sebagai alat ukur jarak dan sudut.
2. Rambu ukur sebagai patokan pengukuran jarak.
3. Nivo pada rambu ukur untuk memastikan rambu ukur dalam keadaan
horizontal.
4. Tripod sebagai tempat meletakkan waterpass.
5. Unting-unting untuk memastikan posisi vertical alat terhadap titik
pengukuran.
6. Patok sebanyak empat buah sebagai penanda titik di lahan.
7. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
8. Formulir prngukuran jarak dan sudut.
9. Kalkulator sebagai alat bantu hitung.
2.3. Pelaksanaan Praktikum
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus terlebih dahulu memahami
prosedur praktikum di bawah ini:
1. Jarak antara titik-titik yang ditentukan beda tingginya dibagi kedalam
beberapa bagian yang disebut langkah ( usahakan jumlahnya genap )
sehingga di antara kedua titik tadi aka nada titik bantu / sementara (TS)
yang juga perlu ditentukan ketinggiannya.
2. Cara melakukan pengukuran setiap langkah :
a) Dirikan ( set up ) alat kira-kira ditengah antara rambu belakang (
bidikan awal ) dan rambu muka ( bidikan berikutnya ).
b) Bidikan alat kerambu belakang, baca dan catat BA,BT,BB.
c) Putarkan alat dan bidikan ke rambu muka, baca dan catat
BA,BT,BB.
d) Setelah itu ukurlah tinggi alat di setiap titik dan perhatikan sudut
elevasinya di setiap titik, catat pada kertas laporan.
e) Selesai pengukuran pada langkah 1, kemudian lakukan hal yang
sama pada langkah berikutnya ( alat dipindah ke tengah langkah
berikutnya, rambu muka pada pengukuran sebelumnya berubah
menjadi rambu belakang dan rambu belakang dipindah ke titik
berikutnya menjadi rambu muka. Lakukan terus sampai bidikan ke
muka berada di titik terakhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Garis Kontur
Kontur/pemetaan adalah gambaran secara grafis dengan menggunakan skala
tertentu dari bentuk-bentuk pada jarak dekat atau dibawah permukaan bumi, yang
diproyeksi pada bidang mendatar yaitu pada bidang kertas dimana sebuah peta
digambarkan.
Gambaran atau bentuk permukaan bumi beserta seluruh unsur-unsur yang
ada diatasnya, baik unsur alam maupun buatan manusia disebut Fotografik. Tapi
untuk perencanaan pelaksanaan pekerjaan teknik, seperti pembuatan gedung-
gedung, jalan raya, jalan kereta api, saluran air, jembatan, hal ini disebut peta
teknik. Jadi pembuatan suatu gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi
diatas bidang datar dengan sistem proyrksi dan skala tertentu dari hasil
pengukuran langsung dilapangan disebut Pemetaan Fotografis Resertris.
Tujuan kontur/pemetaan fotografis adalah untuk menuangkan data-data
ukuran yang diperoleh dilapangan kedalam bidang datar dengan skala tertentu.
Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan relief atau fariasi tinggi rendahnya
suatu daerah atau lokasi yang diukur yaitu dengan cara penyajian garis-garis
ketinggian (garis kontur). Untuk membuat garis-garis ketinggian dengan benar
dan teliti, maka harus diketahui data-data ketinggian titik-titik yang cukup banyak
dari lokasi atau daerah yang dipetakan.
Beberapa sifat garis ketinggian/kontur yang perlu diketahui antara lain :
- Selalu merupakan garis/lengkung yang tertutup
- Tidak akan pernah berpotongan dan tidak bercabang
- Untuk gambaran daerah yang terjal, jarak antar kontur cendrung
semakin rapat
- Untuk gambaran daerah yang landai, hjarak antar kontur cenderung
semakin renggang
- Perpotongan garis kontur dengan jalan raya akan cenderung cembung ke
arah bagian yang lebih rendah/jalan yang menurun
- Perpotongan garis kontur dengan sungai, saluran, parit dan cembung
kearah hulu sungai
- Garis kontur yang menggunakan tanjung/semenanjung akan berbentuk
kearah laut.
- Garis kontur yang menggambarkan bukit akan berbentuk cembung ke
arah rendahnya bukit/lereng yang menurun
Gambar 1. Contoh gambar kontur wilayah
(http://zahrosofie.wordpress.com/2010/03/page/3/)
a. Penentuan Interval Kontur
Interval kontur adalah harga mutlak dari selisih nilai-nilai kontur yang
digambarkan berurutan dari peta kontur. Penentuan interval kontur tergantung
pada beberapa hal, antara lain :
- Skala peta yang direncanakan
- Keperluan teknis atau kegunaan dari pengukuran terssebut
- Luas daerah dan bentuk reliefnya
Secara umum, apabila akan menentukan interval kontur ditinjau dari skala
peta yang akan dibuat yaitu sebesar 1/2000 kali angka skala peta. Jadi bila peta
akan digambarakan dengan skala peta 1:1000, maka interval konturnya 0.5 meter.
b. Penentuan titik Tinggi Pembuatan Kontur
Pemilik titik-titik tinggi pada lokasi yang akan diukur diperkirakan
kerapatannya sesuai dengan kebutuhannya dan keadaan daerahnya. Secara umum,
semakin rapat atau semakin banyak gambaran permukaan tanah yang lebih baik
dan jelas, artinya penyajian gambar peta dapat mendekati atau sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Bentuk permukaan tanah itu akan dapat dilukiskan oleh
garis-garis yang menghungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama,
sehingga diperoleh suatu peta kontur dengan skala tertentu.
2.2 Profil
Pengukuran profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara mendetil
untuk mengetahui beda tinggi tanah, pada pengukuran ini akan kita dapatkan
ketinggian tanah secara jelas yang kemudian bisa digambarkan beda tinggi tanah
yang diukur dari ketinggian laut, pada pengukuran ini kita bisa melihat letak
perbukitan dan turunnnya secara jelas sesuai dengan bentuk aslinya.
Pengukuran profil juga bertujuan untuk mengetahui dimana tanah yang
harus dipotong dan dimana bagian tanah yang harus ditimbun yang berguna untuk
mendapatkan permukaan tanah yang datar yang mkemudian akan dibangun suatu
konstruksi.
Bentuk profil dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Profil Memanjang
Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan
raya, saluran air, pipa air minum, roil. Dengan jarak dan beda tinggi titik-titik di
atas permukaan bumi didapatlah irisan tegak lapangan yang dinamakan profil
memanjang. Profil memanjang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi
permukaan tanah dalam arah memanjang pada poligon.
Di lapangan dipasang pancang-pancang dari kayu yang menyatakan
sumbu proyek, dan pancang-pancang itu digunakan pada pengukuran menyipat
datar yang memanjang untuk profil memanjang.
Gambar 2. Contoh profil memanjang suatu wilayah
(http://rikkyputra.wordpress.com/2010/04/05/profil-melintang-dan-perhitungan-
volume/)
- Profil Melintang
Profil melintang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah
dalam arah melintang pada poligon.
Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang bersamaan, yaitu untuk
mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu poligon yang diukur
dari permukaan laut. Pembuatan profil-profil sangat diperlukan dalam pekerjaan
teknik sipil. Semua proyek sipil yang fital dieprlukan data akurat mengenai
keadaan tanah dari lokasi tersebut, oleh karena itu perlu diadakan pengukuran
keadaan tanah untuk mengetahui dan mendapatkjan data-data tersebut sebelum
instrumen digunkan untuk keadaan lapangan. Instrumenterlebih dahulu harus
diperiksa kelengkapannya, sehingga data yang diperoleh tidak menyimpang.
Dengan mempelajari dan melakukan praktek pengukuran tanah
(surveying), kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang tersebut.
Pengukuran tanah merupakan hal terpenting dalam menentukan posisi tanah, pada
pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus dipelajari dan juga
diperhatikan, terutama kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak adalah cara
dasar yang paling banyak dilakukan dalam pengukuran yang pada dasarnya
menitik beratkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang digunkan menurut
ketelitian dan penggunaannya sehingga memberi hasil yang pasti dan jelas, karena
pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai kesalahannya kecil.
Gambar 3. Contoh profil melintang suatu wilayah
(http://geospasial.bnpb.go.id/2010/10/05/peta-penampang-melintang-wilayah-
banjir-di-kab-teluk-wondama/)
2.3 Elevasi
Secara definisi Elevasi dapat diartikan sebagai ketinggian suatu tempat
terhadap daerah sekitarnya (di atas permukaan laut). Selain itu elevasi juga dapat
diartikan sebagai ketinggian atau sudut tinggi suatu benda langit di atas horizon.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tempat
Alat
Tinggi
Alat
Titik
Bidikan
Bacaan Belakang Bacaan Muka Sudut
Horizontal
Jarak
Beda
Tinggi
Elevasi
BA BT BB BA BT BB
L1 138.000 A 22.900 22.300 21.700
0 1.2
806.000
TM1
160.500 154.500 148.500 105 12 -1.322 805.987
L2 142.500 TM1 133.500 126.500 119.500
0 14 - 805.987
TM2
156.500 149.500 142.500 195 14 -0.230 805.964
L3 140.000 TM2 117.500 109.125 100.500
0 17 - 805.964
TM3
224.500 216.125 207.750 191 16.75 -1.070 805.857
L4 148.000 TM3 78.700 73.150 67.600
0 11.1 - 805.857
TM4
213.300 207.750 202.500 78 10.8 -1.346 805.722
L5 154.000 TM4 105.200 101.600 98.000
0 7.2 - 805.722
TM5
207.900 204.300 200.700 70 7.2 -1.027 805.619
L6 148.000 TM5 101.900 94.750 87.600
0 14.3 - 805.619
TM6
132.900 125.500 118.200 241 14.7 -0.308 805.589
L7 141.000 TM6 119.500 117.000 114.500
0 5 - 805.589
TM7
264.800 262.250 259.750 249 5.1 -1.453 805.443
L8 148.000 TM7 124.200 122.975 121.750
0 2.45 - 805.443
B
160.000 158.500 157.000 174 3 -0.355 805.408
L9 150.500 B 181.750 175.500 169.250
0 12.5 - 805.408
TM9
84.000 77.750 71.500 178 12.5 0.978 805.506
L10 128.000 TM9 176.750 173.500 170.250
0 6.5 - 805.506
TM10
101.750 98.500 94.250 141 7.5 0.750 805.581
L11 149.500 TM10 214.250 205.000 195.750
0 18.5 - 805.581
TM11
41.750 32.375 23.000 214 18.75 1.726 805.753
L12 125.000 TM11 231.000 221.000 211.000
0 20 - 805.753
TM12
121.750 111.500 101.250 168 20.5 1.095 805.863
L13 137.000 TM12 183.750 174.500 165.250
0 18.5 - 805.863
TM13
72.500 63.500 54.500 202 18 1.110 805.974
L14 141.000 TM13 203.250 198.500 193.750
0 9.5 - 805.974
TM14
148.250 143.500 138.750 208 9.5 0.550 806.029
L15 142.000 TM14 128.250 124.500 120.750
0 7.5 - 806.029
TM15
185.250 181.500 177.750 187 7.5 -0.570 805.972
L16 136.500 TM15 85.500 81.000 76.500
0 9 - 805.972
TM16
228.400 223.900 219.400 172 9 -1.429 805.829
Perhitungan jarak
Jarak I-A = c (BA-BB)
= 100 (22,9 - 21,7)
= 120 cm = 1,2 m
Jarak I-TM1 = c (BA-BB)
= 100 (160,5 148,5)
= 1200cm = 12 m
Jarak II-TM1 = c (BA-BB)
= 100 (133,5 199,5)
= 1400cm = 14 m
Jarak II-TM2 = c (BA-BB)
= 100 (156,5 142,5)
= 1400cm = 14 m
Jarak III-TM2 = c (BA-BB)
= 100 (117,5 100,5)
= 1700 cm = 17 m
Jarak III-TM3 = c (BA-BB)
= 100 (224,5 207,75)
= 1675 cm = 16,75 m
Jarak IV-TM3 = c (BA-BB)
= 100 ( 78,7- 67,6)
= 1110 cm = 11,1 m
Jarak IV-TM4 = c (BA-BB)
= 100 ( 213,3 202,5)
= 1080 cm = 10,8 m
Jarak V-TM4 = c (BA-BB)
= 100 ( 105,2 - 98 )
= 720 cm = 7,2 m
Jarak V-TM5 = c (BA-BB)
= 100 ( 207,9 200,7 )
= 720 cm = 7,2 m
Jarak VI-TM5 = c (BA-BB)
= 100 ( 101,9 87,6)
= 1430 cm = 14,3 m
Jarak VI-TM6 = c (BA-BB)
= 100 ( 132,9 118,2 )
= 1470 cm = 14,7 m
Jarak VII-TM6= c (BA-BB)
= 100 ( 119,5 114,5)
= 500 cm = 5 m
Jarak VII-TM7= c (BA-BB)
= 100 ( 264,8 259,75)
= 510 cm = 5,1 m
Jarak VIII-TM7= c (BA-BB)
= 100 ( 124,2 121,75)
= 245 cm = 2,45 m
Jarak VIII-B = c (BA-BB)
= 100 ( 160 157 )
= 300 cm = 3 m
Jarak IX-B = c (BA-BB)
= 100( 181,75 169,25)
= 1250 cm = 12,5 m
Jarak IX-TM9 = c (BA-BB)
= 100 ( 84 71,5)
= 1250 cm = 12,5 m
Jarak X-TM9 = c (BA-BB)
= 100( 176,75 170,25)
= 650 cm = 6,5 m
Jarak X-TM10 = c (BA-BB)
= 100 ( 101,75 94,25)
= 750 cm = 750 m
Jarak XI-TM10= c (BA-BB)
= 100( 214,25 195,75)
= 1850 cm = 18,5 m
Jarak XI-TM11= c (BA-BB)
= 100 ( 41,75 - 23)
= 1875 cm = 18,75 m
Jarak XII-TM11= c (BA-BB)
= 100 (231 - 211)
= 2000 cm = 20 m
Jarak XII-TM12= c (BA-BB)
= 100( 121,75 101,25)
= 2050 cm = 20,5 m
Jarak XIII-TM12= c (BA-BB)
= 100 (183,75 165,25)
= 1850 cm = 18,5 m
Jarak XIII-TM13= c (BA-BB)
= 100 ( 72,5 54,5)
= 1800 cm = 18 m
Jarak XIV-TM13= c (BA-BB)
= 100 (203,25 193,75)
= 950 cm = 9,5 m
Jarak XIV-TM14= c (BA-BB)
= 100( 148,25 138,75)
= 950 cm = 9,5 m
Jarak XV-TM14= c (BA-BB)
= 100( 128,25 120,75)
= 750 cm = 7,5 m
Jarak XV-TM15= c (BA-BB)
= 100 ( 185,25 77,75)
= 750 cm = 7,5 m
Jarak XVI-TM15= c (BA-BB)
= 100 ( 85,5 76,5)
= 900 cm = 9 m
Jarak XVI-A= c (BA-BB)
= 100 ( 228,4 219,4)
= 900 cm = 9 m
Perhitungan beda tinggi
Beda tinggi I-TM1 = 22,3 154,5
=-132,2 cm = -1,322m
Beda tinggi II-TM2 = 126,5 149,5
= -23 cm = -2,3
Beda tinggi III-TM3 = 109.125 216,125
= -107 cm = -1,07 m
Beda tinggi IV-TM4 = 73,15 207,75
= -134,6 cm = -1,346 m
Beda tinggi V-TM5 = 101,6 204,3
= -102,7 cm = -1,027 m
Beda tinggi VI-TM6 = 94,75 125,5
= -30,8 cm = -0,308 m
Beda tinggi VII-TM7= 117 262,25
= -145,3 cm = -1,453 m
Beda tinggi VIII-B = 122.975 158,5
= -35,5 cm = -0.355 m
Beda tinggi IX-TM9 = 175,5 77,75
= 97,8 cm = 0,978 m
Beda tinggi X-TM10 = 173,5 98,5
= 75 cm = 0,75 m
Beda tinggi XI-TM11 = 205 32,375
= 172,6 cm = 1,726 m
Beda tinggi XII-TM12 = 221 111,5
= 109,5 cm = 1,095 m
Beda tinggi XII-TM13= 174,5 63,5
= 111 cm = 1,11 m
Beda tinggi XIV-TM14= `198,5 143,5
= 55 cm = 0,55 m
Beda tinggi IV-TM15= 124,5 181,5
= -57 cm = -0,57 m
Beda tinggi XVI-B = 81 223,9
=142,9 cm = 1,429 m
Perhitungan elevasi
Elevasi awal = 806
Elevasi akhir = 805,829
Faktor Koreksi =
Elevasi akhir Elevasi awal = Faktor koreksi
805,829 806 = -2,901 Faktor koreksi
Faktor koreksi = (805,829 806)+(-2,901)
Faktor koreksi = -3,072
=
= -0,192
3.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan diperkenalkan cara mengukur beda tinggi
dengan pengukuran sifat datar memanjang menggunakan waterpass. Pengukuran
di mulai dengan membidik bench mark yang telah ditentukan pada lahan yang
akan diukur, lalu praktikan menentukan patok pertama sebagai bacaan muka yang
jaraknya sama seperti jarak alat ke bench mark. Jarak antara rambu belakang,
tempat alat dan rambu muka harus memiliki jarak yang sama, hal itu dilakukan
agar praktikan tidak perlu menambah titik bantu untuk membaca rambu ukur
selanjutnya. Setelah dilakukan pemasangan patok praktikan mulai membaca BA,
BT, BB bacaan belakang dan membaca BA, BT, BB bacaan muka, begitu
selanjutnya sehingga praktikan mendapatkan jarak pergi dan jarak pulang dari
titik B A dan A B (BA - AB).
Praktikum kali ini praktikan bersama tim tidak menyelesaikan praktikum
dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan kurang baiknya
kerjasama antara praktikan dan tim, lalu rambu ukur yang dipakai praktikan
kondisi nya sudah tidak bagus sehingga menyulitkan praktikan dalam membaca
rambu ukur selain itu juga peraturan pengukuran antar jarak yang diberikan oleh
asisten dosen yang berbeda menyebabkan praktikan bingung dan lama melakukan
praktikum. Kemudian ketinggian dan kemiringan lahan membuat praktikan sulit
untuk mendirikan alat dan harus mengatur kembali tinggi alat agar rambu ukur
terlihat.
Nama: Rizal Arafat
NPM: 240110120041
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur
dasar memanjang. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui beda tinggi antara
dua titik yang telah ditentukan. pengukuran dilakukan pulang pergi dan jumlah
pemindahan alat harus berjumlah genap agar hasil yang didapatkan akurat.
Kesalahan utama dalam sipat datar memanjang adalah kesalahan tidak dengan
jumlah pengukuran yang diadakan sedang jumlah pengukuran yang diambil
tergantung pada besarnya jarak yang diukur. Menyipat datar memanjang disengaja
dan besarnya dianggap sebanding keliling, biasanya untuk satu penyipatan datar
yang memerlukan perbedaan tinggi dua titik dengan jarak yang tidak jauh kita
pilih. Jalan yang sama untuk penyipatan pergi dan penyipatan pulang sehingga
kita mendapat tinggi beberapa titik lagi yang penyipatan datar ini berbentuk segi
banyak.Kesalahan lain yang dapat terjadi oleh karena jarak antara alat dan patok
yang tidak simetris atau tidak sama. Oleh karena itu, sebelum memulai
pengukuran, sebaiknya dilakukan perencanaan titik pengukuran terlebih dahulu,
sehingga diperoleh jarak yang sama antara alat dan kedua patok. Kesalahan dapat
juga terjadi oleh karena ketelitian mata praktikan dalam membidik rambu ukur,
dapat juga terjadi oleh karena praktikan tidak memperhatikan sudut elevasi
pengukuran.
Nama: Joshua Sitio
NPM: 240110120039
Praktikum kali ini berjudul Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur
Datar Memanjang. Dengan menggunakan waterpass, hasil yang diharapkan
berupa profil mendatar dari wilayah yang diukur.
Cara penempatan alat yang dipakai pada praktikum ini yaitu alat diletakkan
diantara titik-titik yang akan diukur, dan titik-titik tersebut berjumlah genap untuk
memudahkan dan mengakuratkan hasil pengamatan.
Hasil yang akan didapat akan berupa bacaan muka dan bacaan belakang dari
setiap titik, jarak dari tiap titik, dan akhirnya beda tinggi dan elevasi dari daerah
yang diukur.
Mencari Beda Tinggi dapat menggunakan rumus :
Keterangan:
Mencari elevasi titik yaitu dengan menggunakan rumus:
Hasil yang ideal akan berupa nilai elevasi dari perhitungan pada kedua BM
akan bernilai sama dengan elevasi aslinya. Namun ternyata dari hasil
penghitungan elevasi kami, terdapat perbedaan 6,408 m pada BM bawah, dan
0,171 pada BM atas. Dengan nilai koreksi 0.192.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Penempatan alat yang tidak tepat/tidak benar yang menghasilkan hasil
pembacaan yang salah
2. Kesalahan pembacaan rambu ukur
3. Nivo tidak tepat berada di tengah
4. Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara, jika selalu
kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada gelembung
nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran.
5. Refraksi cahaya, sehingga sinar yang datang bukan lurus, melainkan
melengkung
6. Jarak antar titik yang terlalu jauh, sehingga pembacaan kurang akurat.
Nama: Prisilia Ratna
NPM: 240110120059
Pada kali ini kami melakukan kegiatan praktikum tentang pengukuran beda
tinggi dengan sipat ukur datar memanjang. Tujuan melakukan praktikum ini
praktikanmampu melakukan pengukuran sifat datar memanjang dengan benar dan
teliti. Praktikum kali ini masih menggunakan alat ukur optik waterpass untuk
memperoleh pandangan mendatar, sehingga dapat mengetahui titik yang sama
tingginya atau membedakan ketinggian antara kedua titik atau lebih. Pada
praktikum ini diberikan kebebasan untuk menetukan jumlah titik pengukuran
dengan ketentuan jumlah titik diharuskan berjumlah genap. Kami menentukan
untuk melakukan pengukuran dengan jumlah 16 titik. Dalam pengukuran ini ada
tiga cara penempatan alat yang pertama alat ditempatkan di salah satu titik, yang
kedua alat ditempatkan diantara dua titik, yang ketiga alat ditempatkan di luar dua
titik. kami memakai cara kedua yaitu dengan menempatkan alat diantara dua titik,
dimana rumus yang digunakan dalam menghitung beda tinggi dengan cara yang
kedua adalah ( keterangan : beda tinggi, BB : Bidikan
Belakang, BM : Bidikan Muka ). Pertama praktikan menetukan dua titik patokan,
dimana titikan pertama berada diarah utara dan arah sudut harus dalam keadaan 0
o
setelah itu praktikan meletakan alat tersebut diantara pertengahan titik
pertama/Bans mark dan titik kedua dengan jarak alat ke titik ke kedua titik
tersebut sama dan setelah itu praktikan mengukur tinggi alat dari permukaan tanah
dan memperhatikan sudut pada alat. Selanjutnya setelah itu praktikan menetukan
titik ketiga dan meletakan alat diantara titik ketiga dan titik kedua dengan jarak
alat ke kedua titik sama dan mengukur tinggi alat dari permukaan tanah dan
memperhatikan sudut pada alat dimana sudut kedua harus dalam keadaan 0
o
,
setelah itu praktikan melakukan hal yang sama sampai dengan titik ke 16 (kembali
ketitik pertama/Bans Mark). Dalam melakukan pengukuran ini harus dialakukan
dengan teliti dan benar dikarenakan pengukuran ini untuk meratakan lahan yang
berbeda tinggi supaya lahan bisa dalam keadaan mendatar. Dalam pengukuran
praktikum ini kami mengalami kesulitan dalam pengukuran dikarenakan rambu
ukur yang kami gunakan mengalami gangguan sehingga pengukuran kami
memakan banyak waktu sekali.
Nama: Jhonson Andryanto
NPM: 240110120053
Praktikum kali ini membahas mengenai beda tinggi yang dihitung dengan
pengukuran menggunakan sipat ukur datar memanjang. Pada praktikum ini,
ketelitian dan kecakapan dari praktikan sangat dibutuhkan. Kemahiran dalam
menggunakan alat, manajemen waktu dan kesabaran sangatlah penting.
Pada praktikum ini, metode pengukuran yang kelompok kami gunakan
adalah metode ketiga yang tertera di dalam modul praktikum. Metode ini dicirikan
dengan besarnya sudut antara titik bacaan belakang dan titik bacaan muka tidak
180
o
.
Karena jarak yang terlalu panjang, maka praktikan membagi pengukuran
menjadi 8 slag untuk pergi, dan 8 slag untuk pulang. Pengukuran dilakukan dua
kali yaitu pergi dan pulang. Hal ini bertujuan agar hasil yang diperoleh lebih teliti.
Pada setiap pengukuran dan pembacaan alat, praktikan melakukan
pengecekan apakah jarak dari bacaan muka ke alat, dan bacaan belakang ke alat
sama besar atau tidak. Setelah jaraknya sama, kemudian dilakukan kembali
pengecekan apakah BA+BB sama dengan setengah dari BT atau tidak. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi. Namun pada
kenyataannya jarak dari bacaan muka ke alat dan jarak dari bacaan belakang ke
alat tidak selalu sama. Hal ini terkait dengan keterbatasan waktu yang diberikan.
Hasil yang diperoleh dari paktikum ini menunjukkan adanya sedikit
kesalahan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan elevasi yang diperoleh dari
pengukuran dengan elevasi yang seharusnya sebesar 0,171 pada titik A (atas) dan
6,408 pada titik B (bawah). Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa faktor
koreksi pada praktikum ini sebesar 0.192 yang sudah mendekati nilai nol.
Nama: Bunga Pratiwi
NPM: 240110120035
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik bebrapa kesimpulan
yaitu:
Jhonson Andryanto (240110120053)
1. Menetukan arah utara sangat berpengaruh untuk menentukan Bans Mark.
2. Memperhatikan arah sudut dan tinggi alat sangat berpengaruh dalam
melakukan pengukuran.
3. Dalam mengukur beda tinggi menggunakan rumus
dengan keterangan adalah beda tinggi, BB adalah bacaan bawah, dan
BM adalah bacaan muka.
Bunga Pratiwi (240110120035)
1. Elevasi pada titik A(atas) harus sama dengan elevasi awal yang telah
diketahui yaitu 806.
2. Elevasi pada titik B (bawah) harus sama dengan nilai elevasi yang
sebenarnya yaitu 799.
2. Untuk menentukan faktor koreksi digunakan persamaan berikut: Elevasi
akhir Elevasi awal = Faktor koreksi.
3. Ketelitian pada praktikum ini sangat menentukan dari hasil yang akan
diperoleh.
Rizal Arafat (240110120041)
1. Pengukuran di mulai dengan membidik bench mark yang telah ditentukan
pada lahan.
2. Jarak antara bacaan belakang,tempat mendirikan alat dan bacaan muka
harus sama
3. Kurang bagusnya rambu ukur menyulitkan praktikan dalam praktikum
4. Kerja sama tim yang kurang baik menyebabkan praktikum tidak selesai
dalam batas waktu yang telah ditentukan
5. Ketinggian dan kemiringan lahan membuat praktikan harus mengatur
ketinggian alat kembali
Joshua Sitio (240110120039)
1. Untuk pengukuran beda tinggi pada waterpass harus dilakukan beberapa
kali pengukuran
2. Jarak antara patok dan alat sangat menentukan ketelitian perhitungan
3. Pengukuran harus dilakukan pulang dan pergi
4. Harus dilakukan pembagian jarak antar dua titik jedakam beberapa slag
dengan jumlah genap
Prisilia Ratna (240110120059)
1. Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan
elevasi sederetan titik dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap
perubahan bentuk lahan.
2. Hasil yang ideal berupa nilai elevasi yang sama antara hasil pengukuran
yang dilakukan dengan posisi BM yang sebelumnya telah diketahui
3. Nilai koreksi dipakai ketika hasil pengukuran belakang(kembali) tidak
sama dengan hasil pengukuran awal.
4. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
- Penempatan alat yang tidak tepat/tidak benar yang menghasilkan hasil
pembacaan yang salah
- Kesalahan pembacaan rambu ukur
- Nivo tidak tepat berada di tengah
- Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara, jika
selalu kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada
gelembung nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil
pengukuran.
- Refraksi cahaya, sehingga sinar yang datang bukan lurus, melainkan
melengkung
- Jarak antar titik yang terlalu jauh, sehingga pembacaan kurang akurat.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan pada praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
Jhonson Andryanto (240110120053)
1. Dalam melakukan kegiatan praktikum ini penggunaan nivo sangat
dibutuhkan supaya pengukuran dapat akurat.
2. Dalam melakukan praktikum ini keadaan alat harus bagus sehingga dalam
melakukan pengukuran tidak memakan waktu yang lama.
Bunga Pratiwi (240110120035)
1. Sebelum melakukan praktikum praktikan hendaknya memahami
prosedur praktikum terlebih dahulu.
2. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memastikan alat yang
digunakan dalam kondisi baik agar tidak menghambat jalannya
praktikum.
3. Dalam melakukan praktikum praktikan hendaknya melakukan dengan
teliti, sabar, namun tidak terlalu lama.
4. Dalam melaksanakan prosedur praktikum hendaknya praktikan
memastikan prosedur praktikum kepada asisten dosen, agar dalam
pelaksanaan praktikum praktikan tidak membuang waktu untuk hal yang
tidak wajib dilakukan.
Rizal Arafat (240110120041)
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca rambu ukur
2. Dibutuhkan kerja sama tim yang sangat baik
3. Koordinasi dengan asisten dosen lebih ditingkatkan agar tidak terjadi
kekeliruan
Joshua Sitio (240110120039)
1. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar hasil yang
diperoleh akurat dan tepat
2. Sebelum memulai praktikum, periksalah dahulu alat-alat yang akan
digunakan, apakah masih layak dipakai atau tidak
Prisilia Ratna (240110120059)
1. Alat dalam kondisi yang baik
2. Praktikan paham dan berhati-hati dalam penggunaan alat saat
pengukuran
3. Praktikan dalam kondisi yang prima, sehingga teliti dan tidak tergesa-
gesa dalam melakukan pengukuran
4. Manajemen waktu yang maksimal karena banyak itik yang ditinjau