BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsentrasi Belajar
1. Pengertian Konsentrasi Belajar
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan
mengesampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan (Emon, 2009).
Slameto (2003) berpendapat bahwa dalam belajar, berkonsentrasi berarti
pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan
semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan
fungsi jiwa terhadap suatu objek. Misalnya konsentrasi pikiran, perhatian dan
sebagainya. Dalam belajar diperlukan kosentrasi dalam perwujudan perhatian
terpusat pada suatu pelajaran. Maka konsentrasi merupakan salah satu aspek
pendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik. Apabila konsentrasi
berkurang maka dalam mengikuti pelajarn di kelas maupun belajar secara
pribadi pun dapat terganggu.
Menurut Deny Hendrata (2007) konsentrasi adalah sumber kekuatan
pikiran akan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa. Pikiran tidak bisa
bekerja untuk lupa dan untuk ingat dalam waktu yang bersamaan. Apabila
konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan
8
suatu hal. Apabila konsentrasi seseorang masih cukup kuat maka dapat
mengingat suatu hal dalam waktu yang lama.
Berdasarkan definisi definisi di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran, perhatian serta kesadaran
terhadap suatu pelajaran dan mengesampingkan hal hal yang tidak ada
hubungannya dengan proses belajar.
2. Aspek konsentrasi belajar
Menurut Nugroho (2007) aspek aspek konsentrasi belajar adalah
sebagai berikut:
a. Pemusatan pikiran: Suatu keadaan belajar yang membutuhkan
ketenangan,nyaman,perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran
yang dihadapi.
b. Motivasi: Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Rasa kuatir: Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak
optimal dalam melakukan pekerjaannya.
d. Perasaan tertekan: Perasaan seseorang yang bukan dari individu
melainkan dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.
e. Gangguan pemikiran: Hambatan seseorang yang berasal dari dalam
individu maupun orang sekitar sendiri. Misalnya: masalah ekonomi
keluarga, masalah pribadi individu.
f. Gangguan kepanikan: hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk rasa
was-was akan menunggu hasil yang akan dilakukan maupun yang sudah
dilakukan oleh seseorang tersebut.
g. Kesiapan belajar: Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima
pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi
Keberhasilan dalam pemusatan pikiran sebagaian besar tergantung pada
individu itu sendiri. Di tempat yang paling tepat sekalipun untuk belajar, orang
9
masih mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi karena pikirannya
melayang-layang ke hal-hal lain di luar bahan yang dihadapinya.
Beberapa gangguan yang dapat menyebabkan siswa kehilangan
konsentrasi belajar (Nugroho, 2007), antara lain:
a. Tidak memiliki motivasi diri: Motivasi kuat yang timbul dalam diri
seorang siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada
siswa yang akan dapat berprestasi bila diberikan sebuah rangsangan,
misal ia dijanjikan sebuah hadiah yang OK dari orangtuanya apabila
memperoleh nlai bagus pada tahun ini. Akan tetapi orang tua juga harus
berhati-hati dalam memberikan rangsangan berupa hadiah. Jangan
sampai ia malah selalu mengharapkan hadiah, baru ia mau belajar.
Untuk tahap awal pada siswa usia dini, penggunaan hadiah masih dapat
dibenarkan. Secara perlahan kurangi pemberian hadiah dengan lebih
mengutamakan motivasi diri dalam siswa.
b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif: suasana yang
ramai dan bisisng tentu saja sangat menggangu siswa yanng ingin
belajar dalam suasana tenang. Demikian pula bila dalam satu rumah
terdapat lebih dari satu tipe cara belajar siswa. Di satu sisi ada salah
satu siswa yang baru bisa belajar apabila sambil mendengarkan musik
dengan keras, sedangkan siswa yang lainnya menhendaki suasana yang
hening.
c. Kondisi kesehatan siswa: bila siswa terlihat ogah-ogahan pada materi
pelajaran yang sedang didalaminya, hendaknya jangan tergesa-gesa
untuk menghakimi bahwa ia malas belajar. Mungkin saja kondisi
kesehatannya saat itu sedang ada masalah. Cari tahulah akan hal ini.
d. Siswa merasa jenuh: beban pelajaran yang harus dikuasai oleh seorang
siswa sangatlah banyak. Belum lagi agar memiliki ketrampilan
tambahan, tak jarang mereka harus mengikuti kegiatan dibeberapa
lembaga pendidikan formal (kursus). Karena sedemikian padatnya
aktifitas yang harus dilakukan oleh seorang siswa, maka seringkali
mereka dihinggapi kejenuhan. Bila hal ini terjadi, bukan merupakan
suatu tindakan yang bijaksana apabila orang tua tetap memaksakan
anaknya untuk balajar. Berilah mereka waktu istitahat berang sejenak
(refresing), sekedar untuk mengendorkan urat syaraf yang sudah sangat
tegang tersebut.
10
4. Kiat untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi
belajar siswa (Nugroho, 2007), antara lain :
a. Kenali karakter siswa: gaya belajar siswa berbeda-beda, tidak setiap
individu mempunyai gaya belajar yang sama. Kembar identik pun
mempunyai perbedaan sifat atau karakter. Gaya belajar siswa
bermacam-macam, ada yang baru bisa belajar dalam keadaan yang
benar-benar sunyi sepi tetapi ada juga siswa yang belajar sambil
mendengarkan musik dan mengemil (makan makanan ringan).
b. Pergunakan konsep reward dan punisment dalam belajar: terkadang
orangtua perlu memberikan suatu penghargaan bagi anaknya yang
berprestasi. Hal ini sudah terbukti ampuh meningkatkan konsentrasi
siswa dalam belajar untuk mencapai suatu prestasi. Karena dengan
reward siswa akan berusaha seoptimal mungkin untuk belajar sungguh-
sungguh agar memperoleh prestasi yang baik dan pada akhirnya
mendapatkan hadiah yang dijanjikan oleh orangtuanya. Bila ada
penghargaan tentu saja harus ada diimbangi dengan adanya suatu
hukuman (punishment). Apabila prestasi tahun ini lebih jelek dari pada
tahun lalu, orang tua bisa memberikan hukuman. Tentu saja nemtuk
hukuman yang akan diberikan sudah disepakati terlebih dahulu dengan
siswa.
c. Mengubah kebiasaan belajar siswa: belajar tidak selamanya harus di
dalam kamar. Tidak ada salahnya apabila sekali-sekali siswa diajakin
belajar di luar rumah. Bahkan bila perlu belajar di mall atau pun tempat
yang menyenangkan lainnya. Yang penting siswa dapat melakukan
belajar dengan baik. Hal ini juga dapat mengurangi ketegangan serta
kejenuhan siswa dalam belajar.
d. Persiapan saran dan prasarana yang mendukung: kelengkapan
saran dan prasarana pendukung belajar dapat pula meningkatkan
konsentrasi belajar. Sebisa mungkin posisikan ruangan belajar siswa
jauh dari TV. Karena godaan terbesar dalam memperoleh konsentrasi
dalam belajar adalah keinginan hati siswa untuk menyaksikan acara-
acara TV. Dengan meletakkan semua kebutuhan yang diperlukan
selama proses belajar dekat dengan posisi siswa, diharapkan siswa tidak
perlu meninggalkan posisi belajarnya hanya sekedar untuk mengambil
beberapa kebutuhan perlengkapan belajar. Dengan demikian
konsentrasi siswa tidak akan terpecah.
B. Bimbingan Kelompok
11
1. Pengertian Bimbinngan Kelompok
Bimbingan merupakan suatu komponen, satu usaha, satu tugas yang tak
bisa dipisahkan atau dilepaskan dari pendidikan untuk membantu peserta didik
mencapai perkembangan optimal (Loekmono, 1993). Menurut Santoso (1986)
Bimbingan kelompok adalah suatu proses bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada sekelompok peserta
bimbingan agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin,
lebih mengenal diri, dapat menyesuaikan diri dan dapat mencapai hidup
bahagia. Sedangkan Gazda (1990) dalam Prayitno mengemukakan bahwa
bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada
sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan
yang tepat. Secara sederhana bimbingan kelompok diartikan sebagai
bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami
masalah yang sama. Pada pengertian secara mendalam bimbingan kelompok
adalah bimbingan yang diberikan kepada sejumlah individu dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.
Bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok untuk
mencapai tujuan layanan bimbingan. Agar dinamika kelompok yang
berlangsung di dalam kelompok tersebut dapat secara efektif bermanfaat bagi
para anggota kelompok, maka jumlah anggota kelompok tidak boleh terlalu
besar yaitu sekitar 10 sampai dengan 15 orang yaitu kelompok kecil (small
group aproach). Pada umumnya pendekatan kelompok kecil ini dipakai dalam
12
rangka bimbingan prevetif yaitu diberikan dalam rangka mencegah masalah
yang telah berhasil dipecahkan tidak terjadi lagi.
Layanan bimbingan kelompok merupakan strategi dari layanan
bimbingan bagi siswa untuk dapat diajak bersama-sama mengemukakan
pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting serta
mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut dan mengembangkan
langkah-langkah bersama untuk menangani persoalan yang dibahas didalam
kelompok. Dengan demikian selain dapat membuahkan saling hubungan baik
di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu,
pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat
mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang
diinginkan dalam kelompok.
2. Jenis-Jenis Bimbingan Kelompok.
Menurut Amti (1992) bahwa dalam penyelenggaraan bimbingan
kelompok ada dua jenis, yaitu bimbingan kelompok bebas dan bimbingan
kelompok tugas, di mana:
a. Bimbingan kelompok bebas
Kegiatan bimbingan kelompok bebas ini para anggota kelompok bebas
mengemukakan segala pikiran, perasaan dalam kelompok, selanjutnya apa
yang disampaikan pada anggota kelompok.
b. Bimbingan kelompok tugas
Bimbingan kelompok tugas adalah salah satu bentuk penyelenggaraan
bimbingan kelompok di mana arah dan isi kegiatan kelompok tidak ditentukan
13
oleh anggota kelompoknya melainkan oleh pemimpin kelompok untuk
dibahas bersama-sama dalam kelompok.
3. Tujuan Bimbingan Kelompok.
Menurut Amti (1992) tujuan bimbingan dan kelompok ada dua yaitu:
a. Tujuan umum.
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu para
siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga
bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok
melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan.
b. Tujuan khusus.
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk;
1.) Melatih siswa untuk berani menemukan pendapat di hadapan teman-
teman.
2.) Melatih siswa dapat bersikap terbuka didalam kelompok.
3.) Melatih siswauntuk dapat membina keakraban bersama teman-teman
dalam kelompok khususnya dan dan teman di luar kelompok pada
umumnya.
4.) Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok.
5.) Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
6.) Melatih siswa memperoleh ketrampilan sosial.
14
7.) Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya
dengan orang lain.
4. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok.
Menurut Amti (1992) kegiatan bimbingan kelompok berlangsung melalui
empat tahapan, yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan diri
anggota ke dalam kelompok, dengan tujuan agar anggota kelompok
memahami maksud dan tujuan bimbingan kelompok. Pada tahap ini pula
bertujuan untuk menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya,
menerima dan membantu rekan-rekan yang ada dalam kelompok.
b. Tahap Peralihan.
Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap
ke kegiatan. Dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
anggota kelompok, anggota kelompok dapat memilih kegiatan bimbingan
kelompok bebas atau tugas. Setelah jelas kegiatan apa yang akan
dilaksanakan, sehingga tidak akan muncul keraguan atau belum siapnya
anggota dalam melaksanakan kegiatan dan memanfaatkan yanga akan
diperoleh setiap anggota kelompok.
c. Tahap Kegiatan.
Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan kelompok,
dengan suasana yang ingin dicapai yaitu terbahasnya secara tuntas
permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya
15
suasana untuk mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang
menyangkut perkembangan kemampuan berkomunikasi, mengajukan
pendapat, menanggapi pendapat, terbuka, sabar, dan tenggang rasa, maupun
yang menyangkut dengan pemecahan masalah yangt dikemukakan dalam
kelompok. Pada tahap ini pula kegiatan bimbingan kelompok akan tampak
jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan bimbingan
kelompok bebas atau tugas, sehingga rangkaian kegiatan di sesuaikan
dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelommpok yang
bersangkutan apakah bimbingan kelompok bebas atau kelompok tugas.
d. Tahap Pengakhiran.
Tahap ini merupakan tahap penutup dalam seluruh rangkaian
pertemuan kegiatan bimbingan kelompok, dengan sasaran telah tercapainya
suatu pemecahan masalah oleh kelompook tersebut
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
1.) penyampaian pengakhiran kegiatan
2.) pengemukaan kesan-kesan
3.) penyampaian tanggapan-tanggapan
4.) pembahasan kegiatan lanjutan
5.) penutup
5. Keuntungan-keuntungan Bimbingan kelompok
Menurut Amti (1992) ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari
bimbingan kelompok yaitu :
a. Bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien.
16
b. Bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seorang
atau beberapa orang individu terhadap anggota lain.
c. Dalam kegiatan kelompok dapat terjadi pertukaran pengalaman di antara
para anggoatnya.
d. Bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari penyuluhan individual
e. Bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik penyuluhan
individual.
f. Bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi yaitu
dilaksanakan karena tidak dapat diberikan dengan teknik lain.
g. Bimbingan kelompok merupakan kesempatan untuk menyegarkan watak
para anggotanya.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Jarwi (2010) mengenai efektivitas layanan
bimbingan kelompok dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa SMK PGRI
2 Salatiga kelas XE jurusan sekretaris menghasilkan bahwa layanan bimbingan
kelompok efektif secara signifikan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa
dengan p = 0,007>0,050.
Sedangkan Firosalia (2007) meneliti tentang meningkatkan teknik
konsentrasi belajar siswa kelas X-5 SMA N 1 Salatiga melalui bimbingan
kelompok menunjukkan bahwa bimbingan kelompok tidak dapat meningkatkan
teknik konsentrasi belajar siswa kelas X-5 karena dalam 7 aspek konsentrasi yang
diajukan hanya signifikan terhadap peningkatan konsentrasi belajar dalam
mengatasi gangguan pemikiran akibat kejenuhan.
17
D. Hipotesis
Ho : layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan konsentrasi
belajar pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi tahun pelajaran
2011/2012.
H1 : layanan bimbingan kelompok tidak efektif dalam meningkatkan
konsentrasi belajar pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi tahun
pelajaran 2011/2012.