= 1,1207 g/mL
Formula II
BJ =
( ) ( )
( ) ( )
=
= 1,0768 g/mL
Formula III
BJ =
( ) ( )
( ) ( )
=
= 1,0944 g/mL
2. pH
Cek pH dari sebagain larutan sediaan sirup menggunakan alat pH meter.
Formula pH
I 5,55
II 6,31
III 6,24
13
3. Organoleptik (Warna, Rasa, Bau, Bentuk)
Organoleptik Formula I Formula II Formula III
Warna Merah Muda Merah Muda Merah Muda
Rasa Manis Pahit Pahit
Bau Strawberry Strawberry Strawberry
Bentuk Cairan Cairan Cairan
4. Stabilitas
Sediaan disimpan pada suhu kamar selama 1 minggu dan diamati tingkat
kerjernihan.
Tabel Pengamatan Kejernihan Sirup
Hari Formula I Formula II Formula III
0 + + +
1 + + +
2 + + +
3 + + +
4 + + +
5 + + +
6 + + +
Keterangan : + (Positif) = Jernih
(Negatif) = Keruh
Tabel Pengamatan Anticaplocking Sirup
Hari Formula I Formula II Formula III
0 + + +
1 + + +
2 + + +
3 + + +
4 + + +
5 + + +
6 + + +
Keterangan : + (Positif) = Baik, mudah dibuka, tidak membentuk kristal
(Negatif) = Jelek, susah dibuka, membentuk kristal
14
5. Viskositas dan Sifat Alir
a. Gliserin (Viskositas Newton)
i. Viskometer Brookfield
Kv= 673,7 dyne/cm
Spindel RPM Faktor Skala Viskositas () =
Skala x Faktor
(cPs)
Gaya (F) =
Skala x KV
(dyne /cm)
1 12 5 11,50 57,50 7747,55
1 30 2 26,60 53,20 17920,42
1 60 1 55,50 55,50 37390,35
1 30 2 27 54 18189,9
1 12 5 11,50 57,50 7747,55
Rata-Rata 55,54 17799,154
ii. Viskometer Stormer
Beban
(W)
Putaran Waktu (t) RPM =
x Putaran
Kv (cPs/g.menit) =
x (
)
50 g 50 0,2525 menit 198,0198 219,9604
60 g 50 0,2095 menit 238,6635 220,9228
80 g 50 0,1587 menit 315,0599 218,7303
100 g 50 0,1315 menit 380,2281 211,1787
120 g 50 0,1058 menit 472,5898 218,7303
Kv Rata-Rata 217,9045
b. Sirup (Viskositas Non-Newton)
Viskometer Stormer
i. Formula I
Beban (W) Putaran Waktu (t) RPM =
x Putaran
(cPs) =
Kv x (
)
40 g 50 48,54 detik 61,8047 141,0278
50 g 50 31,64 detik 94,8167 114,9083
60 g 50 24,08 detik 124,5847 104,9428
15
50 g 50 31,54 detik 95,1173 114,5451
40 g 50 48,42 detik 61,9579 140,6791
ii. Formula II
Beban (W) Putaran Waktu (t) RPM =
x Putaran
(cPs) =
Kv x (
)
40 g 50 33,67 detik 89,1001 97,8246
50 g 50 22,52 detik 133,2149 81,7868
60 g 50 18,15 detik 165,2893 79,0993
50 g 50 21,34 detik 140,5811 77,5013
40 g 50 32,15 detik 93,3126 93,4084
0
20
40
60
80
100
120
140
0 10 20 30 40 50 60 70
R
P
M
Beban (W) (gram)
Formula I
16
iii. Formula III
Beban (W) Putaran Waktu (t) RPM =
x Putaran
(cPs) =
Kv x (
)
40 g 50 25,48 detik 117,7394 74,0294
50 g 50 17,87 detik 167,8791 64,8992
60 g 50 13,81 detik 217,2339 60,1852
50 g 50 17,70 detik 169,4915 64,2818
40 g 50 25,12 detik 119,4268 72,9835
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 10 20 30 40 50 60 70
R
P
M
Beban (W) (gram)
Formula II
0
50
100
150
200
250
0 10 20 30 40 50 60 70
R
P
M
Beban (W) (gram)
Formula III
17
B. Pembahasan
1. Perbedaan pada formula I, II, dan III adalah pada jenis dan kadar sweetener
yang digunakan. Pada formula I menggunakan sukrosa sebanyak 25%, formula
II menggunakan sirup simplex sebanyak 20% dan pada formula III
menggunakan glukosa sebanyak 20%.
2. Uji bobot jenis dilakukan untuk mengetahui bobot jenis dari sediaan. Bobot
jenis yang baik ialah bobot jenis yang mendekati bobot jenis air.
Formula I = 1,1207 g/mL
Formula II = 1,0768 g/mL
Formula III = 1,0944 g/mL
Sediaan sirup pada formula II adalah yang paling stabil, karena memiliki berat
jenis yang paling mendekati dengan bobot jenis air, yaitu 1,0768 g/mL.
Formula II memiliki kandungan sweetener sirup simplex 20%.
Sedangkan untuk formula I dan III memiliki perbedaan yang lebih besar
dengan bobot jenis air sehingga dapat menyebabkan sediaan tidak bercampur
atau akan terpisah menjadi dua lapisan. Hal ini juga berpengaruh pada dosis
yang terkandung pada setiap pemakaian obat, karena dalam takaran obat yang
memiliki BJ lebih besar dari 1, besaran mL dan gramnya berbeda. Sehingga
dosis yang diinginkan tidak tercapai, dengan begitu efek farmakologis zat
aktifnya tidak maksimal.
3. Uji pH dilakukan untuk melihat pH dari sediaan apakah berpengaruh pada pH
zat aktif. Nilai pH yang baik ialah nilai pH yang tidak jauh berbeda dengan pH
zat aktif atau masih berada dalam suasana yang netral sehingga dapat
meningkatkan stabilitas dari sediaan dan zat aktif yang ada dapat bekerja lebih
efektif dan berkhasiat maksimal.
Formula I = pH 5,55
Formula II = pH 6,31
Formula III = pH 6,24
pH zat aktif Ephedrin HCl adalah 4,5-6,0. pH pada ketiga formula tersebut
yang masuk dalam rentang pH zat aktif adalah formula I. Sediaan sirup pada
formula I memiliki kandungan sukrosa 25%.
4. Dari uji organoleptik pada formula I, II, dan III memiliki warna, bau, dan
bentuk yang sama. Warna merah muda, bau strawberry, dan bentuknya berupa
cairan, karena menggunakan pewarna dan essence dengan komposisi yang
18
sama. Sedangkan untuk organoleptik rasa pada ketiga sediaan sirup
memberikan rasa yang berbeda-beda. Pada formula I memberikan rasa manis,
formula II dan III rasa pahit. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa formula
yang paling baik adalah formula I, karena pada umumnya sediaan sirup
diberikan untuk anak-anak sehingga dibuat dengan rmemberikan rasa manis.
5. Stabilitas dari hari ke-0 sampai dengan ke-6 pada formula I, II, dan III
menunjukkan hasil yang positif (baik) dalam kejernihan dan anticaplocking.
Tidak terlihat adanya kekeruhan, pemisahan zat, pembentukan kristal, maupun
tutup botol yang sukar dibuka. Oleh karena itu pada pembuatan sirup
dibutuhkan zat yang berfungsi sebagai anticaplocking untuk mencegah
terbentuknya kristal yang dapat mengakibatkan berkurangnya dosis zat aktif.
6. Uji Viskositas
a. Pada uji viskositas formula I dan III memberikan hasil rheogram dengan
sifat alir pseudoplastis. Sedangkan formula II dari grafik didapat hasil
rheogeam dengan sifat alir tiksotropik.
b. Menurut literatur sediaan sirup termasuk dalam sediaan yang memiliki
sifat alir pseudoplastis, karena CMC Na termasuk dalam bahan sintesis
yang memiliki sifat alir pseudoplastis.
c. Sirup yang baik seharusnya memiliki sifat alir pseudoplastis karena ketika
dituang dari wadah, sediaan tidak memerlukan tekanan yang kuat maupun
pengocokan saat hendak digunakan.
7. Bahan-bahan yang berbentuk serbuk dilarutkan dahulu dalam pelarut yang
cocok dan sesuai dengan kelarutannya masing-masing.
8. Penggunaan Natrium Benzoat sebagai pengawet dan antimikroba diperlukan
dalam sediaan ini, karena adanya air yang merupakan media pertumbuhan
mikroba yang akan mempengaruhi stabilitas sediaan.
9. Pemberi rasa digunakan untuk membuat rasa sirup yang enak, dengan syarat
pemberi rasa ini harus memiliki kelarutan yang baik dalam air.
10. Pewarna yang digunakan untuk menambah daya tarik sirup. Pada umumnya,
pewarna larut dalam air dan memiliki sifat inert tanpa mempengaruhi zat aktif
dalam sediaan.
11. Penambahan pemberi rasa dan pewarna sebaiknya tidak terlalu berlebihan
karena dapat mempengaruhi stabilitas dari sediaan. Contohnya, apabila
19
pemberian pewarna yang berlebihan akan terlihat mencolok dan sulit dalam
melihat kestabilan sediaan sirup tersebut.
X. Rancangan Kemasan
Rancangan kemasan terlampir pada halaman 21-22.
XI. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Bobot jenis sediaan yang paling mendekati BJ air adalah formula II.
2. pH pada ketiga formula yang masuk dalam rentang pH zat aktif Ephedrin
HCl (4,5-6,0) adalah formula I (5,55).
3. Organoleptik rasa, bau, warna, dan bentuk yang paling cocok dan sesuai
untuk sediaan sirup adalah formula I.
4. Ketiga formula sirup yang dibuat yang memiliki stabilitas yang baik dalam
hal kejernihan dan anticaplocking.
5. Viskositas yang paling besar terdapat pada formula I karena mengandung
lebih banyak kadar sweetenernya.
6. Sifat alir dari formula I dan III adalah pseudoplastis, sedangkan sifat alir dari
formula II adalah tiksotropik.
7. Sediaan yang paling baik dalam uji pH, organoleptik, stabilitas, serta
viskositas dan sifat alir adalah sediaan sirup formula I. Walaupun bobot
jenisnya tidak mendekati BJ air dibandingkan formula II dan III.
B. Saran
1. Sebaiknya menggunakan pengental dengan kadar lebih banyak, sehingga
sediaan sirup lebih kental. Misalnya dengan menaikkan kadar dari CMC Na
pada formula.
2. Sweetener yang digunakan juga seharusnya memberikan rasa manis pada
sediaan sirup, karena sediaan ini pada umumnya digunakan untuk anak-anak.
3. Zat yang digunakan sebagai anticaplocking harus efektif untuk sediaan
sehingga tidak membentuk kristal pada tutup botol.
4. Zat pengawet yang digunakan sebaiknya menggunakan kadar yang sesuai
sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dan tidak cepat rusak.
20
XII. Daftar Pustaka
Howard, Ansel. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. edisi IV. Jakarta : UI-
Press
C. Sweetman, Sean. 2009. Martindale 36th The Complete Drug Reference. London :
Pharmaceutical Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. edisi III.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. edisi IV.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Evory, Gerald K, American Hospital Formulary Service. 2010. Drug Information.
USA: America Society of Hospital Pharmacist
Lachman, L, Liberman, H.A. dan Kang, J.L 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
edisi ketiga, Alih Bahasa: Suyatmi. Jakarta: UI-Press
Reynolds, J. E. F. 1982. Martindale: The Extra Pharmacopia. 28th ed. London : The
Pharmaceutical Press
Wade, Ainley dan Paul J. Weller. 1982. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th
Edition. London : The Pharmaceutical Press