Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. P
No. Register RS : 368808
Tanggal Lahir : 26-5-2011
Umur : 3 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pelita Lambeugi
Tanggal MRS : 9-7-2014
Ruangan : Perawatan II kelas III C
B. ANAMNESIS
Tipe Anamnesis : alloanamnesis
Keluhan utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang :
Demam dirasakan sejak 2 hari yang lalu terus menerus, kejang (-),
menggigil (-). Pasien juga mengeluh batuk (+), lendir (+), sesak (-), flu
(+), muntah (-). BAB encer (+) ampas (+) frek. 2kali. BAK dalam batas
normal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang/Composmentis/Gizi Kurang
Status Gizi :
Berat Badan : 10 kg
Umur : 3 tahun 1 bulan
Tinggi Badan : 85 cm

2

BB = 10 x 100 % = 83,33 % (Gizi Kurang)
TB 12
Tanda Vital
Nadi : 104 x/mnt
Pernafasan : 28 x/mnt
Suhu : 39,9
o
C

Kepala Leher
Rambut : hitam, lurus, tidak
mudah di cabut
Sklera ikterus (-)
Konjunctivitis (+)
Bengkak pada wajah (-)
Udem palpebra (-)
Sianosis (-)
Lidah kotor (-)

Deviasi trachea (-)
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran kelenjar
thyroid (-)

Thorax Jantung
Inspeksi :
Simetris kiri kanan
Deformitas thoraks (-)
Palpasi :
Massa (-)
Sela iga kiri = kanan
Perkusi :
Sonor kiri - kanan
Auskultasi :
Bunyi pernapasan: vesikuler
Bunyi tambahan : Ronkhi
nyaring, Wh -/-










Inspeksi :
Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :
Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas jantung kiri, line
midclavicularis kiri
Batas jantung kanan,
linea parasternalis kanan

Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II
murni reguler
Bising (-)

3

Abdomen Ekstremitas
Inspeksi :
Datar, mengikuti gerakan
napas
Acites (-)
Palpasi :
Hepar dan lien tidak teraba
Massa Tumor (-)
Nyeri tekan (-)
Perkusi :
Timpani
Auskultasi :
Peristaltik (+), kesan normal
Tidak ada kelainan
Diagnosis sementara Diagnosis banding
ISPA
Tonsilofaringitis
DBD


Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang
IVFD RL
Paracetamol syr 3x1
Ambroxol syr 3x1 cth
Vit. A
Vit. B comp 2x1
Vit C 2x1
Zinc 1x1

Pemeriksaan lab.:
-

D. HASIL FOLLOW UP :
Tanggal / jam Perjalanan penyakit Instruksi Dokter
10/07/2014
KU : sakit
sedang
N : 100x/mnt
P : 30x/mnt
S : 37 C

Demam (+)
Batuk (+) lendir (+)
Flu (+)
Sesak (-)
Muntah (-)
Nafsu makan: anak
malas makan dan
minum.
IVFD RL
Ambroxol,
alerfed 1/2,
CTM 1/3 tab
(mf pulv 3x1)
Vit. B comp
2x1
4

BAB encer (+), lendir
(+), ampas (+) frek. 3
kali
BAK : lancar
Timbul bercak merah
pada bagian muka,
belakang telinga, dan
sekitar leher belakang
Konjunctivitis (+)
Vit. C 2x1
Vit. A
Zinc 1x1
Paramol
Oralit.

11/07/2014
Ku : sakit
sedang
N : 98x/mnt
P : 30x/mnt
S : 37,2 C

Demam (-)
Batuk(+) lendir (+)
Flu (+)
Muntah (-)
Nafsu makan : anak
malas makan
BAB : Belum pagi ini,
tadi mala 1x lendir (+)
BAK : Lancar
Bercak merah mulai
menyebar ke bagian
badan
Bercak koplik (-)

IVFD RL
Ambroxol,
alerfed 1/2,
CTM 1/3 tab
(mf pulv 3x1)
Vit. B comp
2x1
Vit. C 2x1
Zinc 1x1
Paramol
Oralit.

12/07/2014
Ku : sakit
sedang
N : 100x/mnt
P : 32x/mnt
S : 37,1 C

Demam (-)
Batuk (+) lendir (+)
Flu (+)
Muntah (-)
Nafsu makan : anak
malas makan
BAB :Pagi ini belum
BAB . Tadi malam
encer (+) lendir (+)
BAK : Lancar
Bercak merah (+)
Ronkhi (+/+)
IVFD RL
Ampicilin syr
1x1 cth
Ambroxol,
alerfed 1/2,
CTM 1/3 tab
(mf pulv 3x1)
Vit. B comp
2x1
Vit. C 2x1
Zinc 1x1
Paramol
Oralit.

13/07/2014
KU : sakit
sedang
N : 98x/mnt
Demam (-)
Batuk (+) Lendir (+)
Flu (-)
Ampicilin syr
1x1 cth
Vit. B comp
2x1
5

P : 30x/mnt
S : 36,5 C
Muntah (-)
Nafsu makan : anak
malas makan
BAB : Pagi ini belum.
Tadi malam encer+
dan ampas +
BAK : lancar
Bercak merah mulai
menghilang
Ronkhi (+/+)
Vit. C 2x1
Zinc 1x1
Ambroxol,
alerfed tab,
CTM 1/3 tab
(m.f pulv 3x1)
14/07/2014
KU : Baik
N : 104x/mnt
P : 32x/mnt
S : 36,4 C
Demam (-)
Batuk (+) lendir (-)
Flu (-)
Muntah (-)
Nafsu makan : anak
mau makan dan
minum
BAB : konsistensi
tidak terlalu encer
BAK : lancar
Bercak merah mulai
menghilang
Ronkhi (-)
Cefadroxil syr
2x1 cth
Obat lain
lanjut
Bisa pulang
dan kontrol
poli

E. RESUME
Seorang anak perempuan masuk RSUD Syekh Yusuf pada tanggal
9 Juli 2014 dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam
dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluh batuk berlendir yang
diserta flu. Tidak ada keluhan muntah dan sesak. BAB pasien encer dan
berlendir. BAK dalam batas normal. Riwayat belum pernah imunisasi
campak.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran composmentis, nadi:
104x/menit, pernapasan: 28x/menit, suhu: 39,9
o
C. Bunyi jantung: BJ I/II
murni regular, ditemukan ronki nyaring dan tidak ada wheezing. Pada
6

abdomen, tidak ditemukan asites, hati dan limpa tidak teraba. Pada
ekstremitas tidak ditemukan kelainan.
Berdasarkan data klinik di atas, diagnosa kerja pada pasien ini
yaitu morbili dan bronkhopnemonia.

F. PEMBAHASAN

1. Definisi
Campak (Rubeola) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang
ditandai dengan demam, batuk, konjunctvitis (Peradangan selaput ikat
mata/konjunctiva) dan ruam kulit. Campak merupakan penyebab kematian
bayi umur kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkiran 30.000/tahun
anak indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Campak berpotensi
menyebabkan kejadian luar biasa atau pandemik.
1
2. Penyebaran dan Cara Penularan
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramiksovirus, genus
morbili. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir
tenggorok, hidung, dan saluran pernapasan. Penularan penyakit campak
berlangsung sangat cepat melalui udara atau semburan ludah (droplet) yang
terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua
hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.
1,2
Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada
suhu 37C. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai
jangka waktu hidup yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari dua
jam.
3
7

3. Gejala Dan Tanda
Penampilan klinis campak dapat dibagi menjadi 3 tahap, sebagai
berikut :
1,2
I. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,
pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan tanda
sakit.
II. Pada fase kedua (fase prodromal) barulah timbul gejala yang mirip
penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai 38-
40C, mata merah berair, mulut muncul bintik putih (bercak koplik) dan
kadang diesrtai mencret.

Bercak koplik terdapat di mukosa pipi (bukal).
Bercak koplik adalah titik putih yang dikelilingi oleh cincin kemerahan.
III. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan
demam tinggi yang terjadi.

Bercak merah berbentuk makulopapular
disertai eritema pada sekitar hari ke 3 atau 4.

Namun, bercak tak langsung
muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari
belakang telinga, leher, dada, muka, tangan, dan kaki. Warnanya pun khas;
merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Biasanya, bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu
minggu dan jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan
sendirinya.
4. Patogenesis
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara
8

droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4
hari setelah timbul ruam . Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat
minimal dan jarang ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal,
bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai
kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak dengan sangat
perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti
limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak (sel warthin), sedangkan limfosit T (termasuk T-
supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.
4
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu
ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan
epitel orofaring, konjunctiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, usus.
4

Pada hari ke 9-10, fokus infeksi berada di epitel saluran nafas dan
konjunctiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua
lapis sel. Pada saat itu, virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas
diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjunctiva yang tampak
merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem
saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi,
anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulserasi kecil pada mukosa pipi
yang disebut bercak koplil, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan
diagnosis.
4
9

Selanjutnya data tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari
ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi
pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel
T.
4
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak
secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit.
Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan adanya
antigen campak dan diduga terjadi suatu reaksi arthus. Daerah epitel yang
nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan infeksi
bakteri sekunder berupa bronkhopnemonia, otitis media dan lain-lain. Dalam
keadaan tertentu pnemonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat
menyebabkan gizi kurang.
4

5. Komplikasi
Biasanya, komplikasi sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun
dan anak-anak dengan gizi buruk.
Komplikasi dapat terjadi berupa :
1. Radang telinga tengah (otitis media), seringkali disebabkan oleh
karena infeksi sekunder sehingga perlu diberikan antibiotik
kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis
2. Bronkhopnemonia, diberikan antibiotik ampicilin 100 mg/kgBB/hari
dalam dosis intravena dikombnasikan dengan kloramfenikol 75
10

mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang
dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga
hari demam redah. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji
tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu
kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif pada anak yang
menderita campak.
3. Radang otak (ensefalitis).
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
4
6. Diagnosis
Bagi dokter yang sudah berpengalaman, penyakit campak dapat diketahui
melalui tanya jawab dan pemeriksaan terhadap tanda-tanda yang muncul pada
pasien. Namun bila diperlukan kepastian terhadap penyakit campak, maka
perlu dilakukan pemeriksaan khusus yaitu pembiakan virus atau serologi
campak.
2
7. Pengobatan
Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang
diberikan hanya untuk mengurangi keluhan pasien (demam, batuk, diare,
kejang). Pada hakikatnya penyakit campak akan sembuh dengan sendirinya.
Vitamin A dengan dosis tertentu sesuai dengan usia anak dapat diberikan
untuk meringankan perjalanan penyakit campak (agar tidak terlalu parah). Jika
11

anak menderita radang paru dan otak sebagai komplikasi dari campak, maka
anak harus segera dirawat di rumah sakit.
2
8. Pencegahan
Upaya pencegahan penyakit campak dilakukan dengan cara menghindari
kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dan vaksinasi
campak.
2
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan
campak jerman (vaksin MMR/Mumps, measles, rubella), disuntikkan pada
otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan
pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada umur
9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan,
dosis kedua diberikan pada usia 4-6 bulan.
2

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif, dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak
adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan
imunisasi dan remaja serta dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi
kedua sehingga merekalah yang menjadi target utama pemberian imunisasi
campak.
2
Kontraindikasi pemberian imunisasi campak yaitu pada anak dengan
imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau
transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka
12

panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang
terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap
campak, bisa mendapat imunisasi campak seperti biasa .
3
Vaksinasi campak di indonesia termasuk dalam imunisasi rutin, diberikan
pada bayi umur 9 bulan. Kadar antibodi campak tidak dapat diperthankan
sampai anak menjadi dewasa. Pada usia 5-7 tahun, sebanyak 29,3% anak
pernah menderita campak walaupun pernah diimunisasi. Sedangkan kelompok
10-12 tahun hanya 50% diantaranya yang mempunyai titer antibosi di atas
ambang pencegahan. Berarti, anak usia sekolah separuhnya rentan terhadap
campak dan imunisasi campak satu kali saat bayi berumur 9 bulan tidak dapat
memberi perlindungan jangka panjang, efek samping/KIPI(kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi) MMR berupa :
1. Demam lebih dari 39,5 C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam
dijumpai pada hari ke 5 sampai ke 6 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2 hari
2. Kejang demam
3. Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2-4 hari
4. Memar karena berkurangnya trombosit
5. Infeksi virus campak pada imunodefisiensi (penyakit dengan daya tahan
tubuh yang sangat rendah, seperti penderita HIV)
6. Reaksi KIPI berat dapat menyerang sistem saraf, yang reaksinya
diperkirakan muncul pada hari ke-30 sesudah imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai