Anda di halaman 1dari 30

TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN

I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi
permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Worl Health Organization
(WHO) melaporkan dalam Global Tuberculosis Report 2013, pada tahun 2012
diperkirakan ada 8,6 juta kasus insiden TB di dunia, setara dengan 122 kasus per
100.000 penduduk. ebagian besar terjadi di !sia ("8#) dan !$rika (2%#),
proporsi lebih ke&il terjadi di daerah 'editerania Timur (8#), (ropa ()#) dan
!merika (*#). +ndonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke,) di
dunia setelah +ndia, -ina dan !$rika elatan.
1,2
Tuberkulosis tidak hanya menyumbang proporsi yang signi$ikan dalam
beban penyakit global, juga merupakan kontributor yang signi$ikan untuk
kematian ibu, merupakan salah satu penyakit dari tiga penyebab utama kematian
di kalangan .anita usia 1" , )" tahun. !ngka insiden TB pada kehamilan tidak
tersedia di banyak negara karena banyak $aktor peran&u. /amun demikian,
diperkirakan bah.a kejadian TB pada .anita hamil akan sama tingginya pada
populasi umum, dengan kejadian mungkin lebih tinggi di negara berkembang.
*
0ada tahun 2011 +ndonesia (dengan 0,*8,0,") juta kasus) menempati
urutan keempat setelah +ndia, -ina, !$rika elatan. +ndonesia belum mempunyai
data pre1alensi TB pada perempuan hamil. 2i poliklinik tuberkulosis 0ersatuan
0emberantasan Tuberkulosis +ndonesia (00T+) tahun 2006 dan 200% terdapat 0,2#
perempuan hamil yang mengidap TB. !ngka tersebut sebanding dengan
pre1alensi TB pada masyarakat umum. 3ntuk itu diasumsikan bah.a penyebaran
TB pada perempuan hamil minimal tidak berbeda dengan sebaran di kalangan
masyarakat. 4leh karena itu usaha penapisan seharusnya dapat dilakukan pada
populasi perempuan hamil mengingat risiko yang lebih tinggi yang akan didapat
oleh ibu dan janin.
1,)
0ada perempuan hamil TB memberi pengaruh pada kehamilan dan janin
terkait dengan keterlambatan pengobatan. 5ebih dari 60# perempuan hamil
dengan TB akti$ mun&ul dari populasi perempuan hamil dengan in$eksi
tuberkulosis yang tidak diobati.

'ortalitas perinatal pada perempuan hamil yang
1
menderita TB enam kali lebih tinggi jika dibandingkan kontrol dengan insidens
prematuritas dan berat badan lahir rendah meningkat dua kali lipat. 2iagnosis dan
pengobatan yang terlambat berhubungan dengan meningkatnya morbiditas ibu
empat kali lebih tinggi.
)
II. DEFINISI
Tuberkulosis merupakan penyakit in$eksi yang menular dan dapat
menyerang berbagai organ dalam tubuh, dan terutama menyerang paru. +n$eksi
ini disebabkan oleh Mcobacteriu! tuberculosis. Tuberkulosis dalam kehamilan
merupakan tuberkulosis yang dijumpai dalam masa kehamilan.
)
III. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia demikian juga
tuberkulosis pada kehamilan. 'enurut Worl" Health Organization (WHO),
insidens TB pada tahun 2008 adalah 6,) juta dan *,6 juta di antaranya mengin$eksi
.anita. TB merupakan salah satu penyebab terbesar kematian pada .anita, yaitu
sekitar %00.000 kematian setiap tahun, dan sepertiga dari kematian tersebut terjadi
pada .anita usia subur. uatu penelitian lain yang dilakukan di 37 pada tahun
2008, insidens TB pada kehamilan adalah ),2 per 100.000 kehamilan.
",6
0re1alensi TB ber1ariasi di berbagai negara. 0re1alensi TB dalam
kehamilan di +ndonesia menurut sur1ei nasional tahun 200) adalah 1168100.000
penduduk dan dalam kehamilan pre1alensi tuberkulosis ber1ariasi antara 0,*%,
1,6#.
%
IV. ETIOLOGI
0enyebab dari penyakit tuberkulosis adalah Mcobacteriu! tuberculosis,
yang mempunyai karakteristik mikrobiologi yaitu kuman berbentuk batang
dengan dengan ukuran panjang 1,)89m dan tebal 0,*,0,689m yang bersi$at aerob,
tidak membentuk spora, non motil, parasit intraseluler yang merupakan salah satu
dari lima anggota M# tuberculosis &omple:, di mana yang lain adalah; M#$o%is,
2
M#&lcerans, M#'(ricanu!, dan M#Microti, akan tetapi M#tuberculosis adalah yang
bersi$at patogen pada manusia.
*,8,6
ebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. 5ipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BT!) dan ia
juga lebih tahan terhadap gangguan kima dan $isis. 7uman dapat bertahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun,tahun
dalam lemari es) hal ini terjadi karena kuman berada dalam si$at "or!ant. 2ari
si$at "or!ant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit
tuberkulosis menjadi akti$ lagi.
8
2i dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam
sitoplasma makro$ag. 'akro$ag yang semula mem$agositasi malah kmudian
disenanginya karena banyak mengandung lipid.
8
i$at lain kuman ini adalah aerob. i$at ini menunjukkan bah.a kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. 2alam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
8
V. PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis dapat menyerang hampir semua organ tubuh, tetapi yang
biasa diserang adalah paru (kurang lebih 80#). 0ada pasien pengidap <+=, pola
dari in$eksi TB ini agak berbeda, &enderung terjadi TB e:trapulmonal.
*,)
2isebut Tuberculosis karena penyakit ini membentuk benjolan,benjolan
(tubercles) disertai perkejuan dan perkapuran, khususnya di dalam jaringan paru,
paru. <ampir semua in$eksi TB disebabkan oleh penularan melalui inhalasi dari
partikel,partikel yang in$eksius yang dikeluarkan oleh pasien pengidap TB le.at
batuk, bersin, berbi&ara, atau menggunakan tissue yang mengandung kuman TB.
0artikel,partikel aerosoli>ed tuber&ulosis dengan besar partikel antara 1," 9m
dapat diba.a ke udara bebas dan dapat menyebar ke tempat yang jauh dan dapat
mengin$eksi orang,orang di sekitarnya.
*,),10
*
etelah inhalasi dan sampai di paru, nukleus droplet akan memasuki
&abang,&abang bronkus dan berimplantasi pada bronkiolus respiratorik dan
al1eolus, maka terjadi reaksi dari tubuh, terjadi proses $agositosis oleh makro$ag
paru, terjadi reaksi granulomatous. uatu basil tuberkel yang telah terinhalasi
akan dapat menentukan in$eksi paru atau tidak, tergantung baik pada 1irulensi
bakteri maupun dari kemampuan mikrobisidal makro$ag al1eolar yang
memakannya. ?ika basil mampu bertahan hidup dari pertahanan tubuh a.al, maka
bakteri ini akan bermultiplikasi dalam makro$ag al1eolus. Basil tuberkel akan
bertumbuh se&ara lambat, membagi diri dalam 2",*2 jam dalam makro$ag.
Mcobacteriu! tuberculosis tidak memiliki endotoksin maupun eksotoksin@
sehingga tidak terjadi respon imun immediate (a.al) terhadap in$eksi. 4rganisme
ini akan bertumbuh dan .aktu 2,12 minggu, sampai men&apai jumlah tertentu
yang mampu untuk memi&u respon imun yang dapat dideteksi dengan adanya
reaksi s)in test tuberkulin. Basil TB ini tetap berada dalam kondisi dorman dalam
AhonBs $o&us ini untuk .aktu yang lama, dan suatu saat dapat berubah menjadi
reakti$.
*,),8
0ada pasien dengan imunitas selular yang utuh, kumpulan sel T yang telah
terakti$asi dan makro$ag akan membentuk granuloma yang kemudian
menimbulkan pembentukan AhonBs $o&us yang membatasi multiplikasi dan
penyebaran kuman tubersulosis dalam organisme. !ntibodi yang mela.an M#
Tuberculosis akan terbentuk tapi tidak tampak protekti$. 4rganisme &enderung
untuk terlokalisasi di tengah granuloma, yang seringkali akan nekrotik. 3ntuk
sebagian besar indi1idu dengan $ungsi imun yang normal, proli$erasi M#
Tuberculosis berhenti begitu imunitas selular berkembang, meskipun demikian,
sejumlah ke&il basilus hidup mungkin saja masih akan ada di dalam granuloma.
*,)
'eskipun kompleks primer kadang,kadang dapat terlihat pada
pemeriksaan radiologi toraks, mayoritas in$eksi tuberkulosis pulmo se&ara klinik
dan radiologi tidak tampak. ebagian besar, hasil s)in test tuberkulin positi$
merupakan satu,satunya indikasi bah.a M# Tuberculosis telah berkembang.
+ndi1idu dengan in$eksi tuberkulosis laten tapi bukan penyakit akti$ tidak
)
in$eksius, sehingga tidak dapat menularkan kuman. 2iperkirakan kurang lebih
10# indi1idu dengan in$eksi tuberkulosis dan tidak mendapat terapi pen&egahan
akan berkembang menjadi tuberkulosis akti$.

7emampuan host untuk merespon
organisme akan berkurang dengan adanya penyakit seperti silikosis, 2', dan
penyakit yang berhubungan dengan immunosupresi, misalnya in$eksi <+=,
pemberian kortikosteroid dan obat,obat immunosupresan lain. 0ada keadaan ini,
ke&enderungan untuk berkembangnya penyakit tuberkulosis meningkat.
*,),8
VI. CARA PENULARAN
Tuberkulosis menyebar melaui udara dengan droplet nukleus, sebuah
partikel berdiameter 1," 9m yang mengandung kompleks '. Tuberkulosis.
2roplet nuklei juga dihasilkan ketika pasien dengan tuberkulosis pulmonal atau
laringeal batuk, bersin, berbi&ara atrau bernyanyi. -ara penularan lain yang
mungkin terjadi yaitu le.at mulut dengan mengkonsumsi susu yang tidak
dipasteurisasi dan bisa juga melalui implantasi langsung melalui kulit yang tidak
inta&t atau melalui &onjun&ti1a.
*
Tuberkulosis kongenital merupakan komplikasi di dalam uterus yang
jarang terjadi sementara itu risiko transmisi setelah kelahiran tinggi. Tuberkulosis
kongenital merupakan hasil penyebaran hematogen melalui 1ena umbilkal ke hati
janin atau melalui penelanan atau aspirasi &airan amnion yang terin$eksi. Cokus
primer terbentuk di hati dengan adanya keterlibatan nodus lim$e periportal. Basil
tuberkel mengin$eksi paru se&ara sekunder, berbeda pada de.asa yang 80#
in$eksi primer terjadi di paru.
1,)
'ikroorganisme juga dikeluarkan pada terapi aerosol, induksi sputum,
aerosolosasi selama proses bronkoskopi, dan melalui manipulasi lesi atau proses
pengolahan jaringan atau sekret di laboratorium.
*,)
) $aktor yang menentukan ke&enderungan transmisi '. Tuberkulosis;
*,),10
1) ?umlah mikroorganisme yang dikeluarkan ke udara
2) 7onsentrasi mikroorganisme diudara yang ditentukan oleh 1olume ruangan
dan 1entilasi.
*) 5amanya .aktu seseorang terekspos dengan udara yang terkontaminasi
)) tatus imun dari indi1idu yang terekspos.
"
umber penularan penyakit tuber&ulosis adalah penderita TB BT! positi$.
0ada .aktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk "roplet nuclei (per&ikan dahak). ekali batuk dapat menghasilkan sekitar
*000 per&ikan darah. 3mumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana per&ikan
dahak berada dalam .aktu yang lama. =entilasi dapat mengurangi jumlah
per&ikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. 0er&ikan
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. 2aya
penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. 'akin tinggi derajat kepositi$an hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
10
Caktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi per&ikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. 4rang
dapat terin$eksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. elama
kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut
dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran lin$e,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian,bagian
tubuh lainnya. Desiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan per&ikan
dahak. 0asien TB paru dengan BT! positi$ memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BT! negati$. Caktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah@ diantaranya karena gi>i buruk atau <+=8!+2.
*,10
6
Gambar 1. Faktor Riiko K!"a#ia$ TB
1%
VII. EFEK KEHAMILAN TERHADAP TB
0eneliti dari >aman <ippo&rates telah menyatakan kekha.atiran mereka
tentang e$ek tak diinginkan yang mungkin ada pada kehamilan dengan TB paru.
Terjadinya TB diyakini sebagai akibat dari peningkatan tekanan intraabdomen
yang terkait dengan kehamilan. 7eyakinan ini dipegang se&ara luas sampai a.al
abad keempat belas. 0eneliti seperti <ed1all dan &hae$er menunjukkan tidak
adanya e$ek samping dari kehamilan terhadap progresitas TB. /amun, kehamilan
yang berurutan dapat memberikan e$ek negati$ yaitu menimbulkan reakti1asi
tuberkulosis laten, namun kehamilan tidak mempengaruhi terapi TB. Caktor lain
yang turut berperan adalah status gi>i ibu, adanya penyakit penyerta dan ko,
in$eksi <+=. 0enting untuk diketahui bah.a diagnosis tuberkulosis pada
kehamilan mungkin lebih sulit dilakukan, karena gejala a.alnya mungkin
dianggap berasal dari kehamilan. 0enurunan berat badan yang berhubungan
%
dengan penyakit juga mungkin tertutupi oleh kenaikan berat badan normal pada
kehamilan.
*,)
VIII. EFEK TB TERHADAP KEHAMILAN
($ek TB terhadap kehamilan dipengaruhi oleh berbagai $aktor, umur
kehamilan saat didiagnosis TB, adanya penyebaran ekstrapulmoner, koin$eksi
<+= dan pengobatan yang diberikan. 0rognosis paling buruk terjadi pada .anita
dengan diagnosis penyakit TB yang sudah lanjut pada masa ni$as, begitu juga
pada .anita dengan koin$eksi <+=. 7egagalan pengobatan juga memperburuk
prognosis.
*,)
/amun data mengenai e$ek TB terhadap maternal dan luaran neonatal
masih belum jelas. Beberapa penelitian mengatakan bah.a dengan pengobatan
yang tepat dalam jangka .aktu yang benar, in$eksi TB tidak memberikan e$ek
negati$ terhadap kehamilan. 2ari suatu penelitian prospekti$ di +ndia, tidak ada
perbedaan pada komplikasi kehamilan pada .anita yang didiagnosis TB dan
diterapi dengan .anita hamil yang tidak terkena TB. /amun, terdapat suatu
penge&ualian pada .anita hamil yang terlambat memulai terapi TB, terjadi
peningkatan mortalitas neonatus dan tingginya angka prematur. 2alam penelitian,
diagnosis dan terapi TB dimulai pada umur gestasi antara 1* dan 2) minggu
(6%#). <asil dari terapi seperti kon1ersi sputum, stabilisasi penyakit dan angkat
terjadinya relaps hampir sama dengan penderita TB yang tidak hamil, /amun
dalam penelitian ini, ibu hamil yang terin$eksi TB, tidak terin$eksi <+=. 0ada
.anita hamil dengan <+=, e$ek dari TB lebih berkaitan dengan in$eksi <+=
daripada keadaan kehamilannya.
)
Berla.anan dengan penelitian di atas, sebuah re1ie. retrospekti$ di
Tai.an, ibu hamil yang didiagnosis TB mengalami peningkatan risiko terjadinya
kelainan pada kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tidak terin$eksi TB. 0ada
ibu hamil dengan TB mempunyai angka persentase berat lahir rendah dan
pertumuhan janin terganggu, namun tidak ada perbedaan mengenai kelahiran
prematur pada dua kelompok tersebut. 'eskipun demikian, diagnosis dan terapi
8
TB yang &epat merupakan suatu hal yang penting.TB masih menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas maternal yang signi$ikan, terutama dalam konteks ko,
in$eksi <+=.
*,)
7omplikasi obstetrik lainnya yang dilaporkan adalah abortus spontan,
uterus yang ke&il, peningkatan berat badan hamil yang tidak optimal. 5ainnya
adalah lahir prematur, berat badan lahir rendah, dan meningkatnya mortalitas
neonatus, seperti yang sudah disebutkan diatas. 2iagnosis dan terapi yang &epat
merupakan suatu hal yang penting. TB masih menhadi penyebab morbiditas dan
mortalitas maternal yang signi$ikan, terutama dalam konteks ko,in$eksi <+=.
2iagnosis yang telat meryupakan $aktor independen dimana akan meningkatkan
morbiditas sebanyak empat kali lipat, dan kelahiran prematur meningkat sebanyak
sembilan kali lipat.
*,),11
I&. EFEK TB PADA NEONATUS
Transmisi TB ibu ke anak dapat terjadi di dalam uterus dengan penyebaran
hematogen melalui 1ena umbilikus dan aspirasi atau menelan &airan amnion yang
terin$eksi dan juga selama proses kelahiran melalui kontak dengan &airan amnion
yang terin$eksi atau sekresi genital. +n$eksi post,partum dapat terjadi melalui
penyebaran di udara atau melalui &airan susu yang terin$eksi dari lesi tuberkulosis
akti$ di payudara. Ealaupun transmisi melalui !+ dapat diabaikan, bayi dari ibu
dengan TB akti$ masih dapat terin$eksi melalui penyebaran le.at udara.?ika ibu
baru saja didiagnosa, belum di terapi, dan TB akti$, maka ibu harus dipisahkan
dari anaknya untuk men&egah penularan. 2iagnosis TB pada neonatus bukan hal
yang mudah, ke&urigaan klinis terhadap gejala non spesi$ik dan sulit dibedakan
dengan gejalan kongenital lainnya merupakan hal penting. 0ada TB kongenital,
gejala terlihat pada umur 2 dan * minggu. 2iagnosis de$initi$ yaitu dengan kultur
'.tuberkulosis dari jaringan atau &airan. Aambaran radiologi dada yang abnormal
sering ditemukan, setengahnya memberikan gambaran pola miliar.?ika terdiagnosa
TB akti$, harus diberikan terapi penuh. ?ika tidak terdiagnosis TB akti$, maka
diberikan pro$ilkasis isonia>id.
*,)
6
Tuberkulosis kongenital mungkin sulit dibedakan dengan in$eksi neonatus
atau in$eksi kongenital dengan gejala yang mirip pada umur dua sampai tiga
minggu. Aejala,gejalanya adalah hepatospleno!egal, repirator "istress,
demam, dan lim$adenopati. !bnormalitas radiologi dapat terlihat namun se&ara
umum terlihat pada penyakit TB latent. 2iagnosis tuberkulosis neonatus
ditegakkan dengan kriteria diagnosis -ant.ell et al, yaitu adanya kompleks
granuloma kaseseosa pada biopsi hepar perkutaneus saat kelahiran, plasenta yang
terin$eksi, atau tuberkulosis traktus genital maternal, dan lesi saat minggu pertama
kehidupan. 7emungkinan transmisi setelah kelahiran harus disingkirkan dengan
menelaah semua ria.ayat kontak termasuk kontak dengan tenaga medis dan
penjenguk. ebanyak setengah dari neonatus dengan tuberkulosis kongenital
meninggal dunia.
*,)
&. KLASIFIKASI
,
7lasi$ikasi berdasarkan organ tubuh (anatomi&al site) yang terkena;
10
1. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (peri&ardium),
kelenjar lym$e, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran ken&ing, alat
kelamin, dan lain,lain. 0asien dengan TB paru dan TB ekstraparu
diklasi$ikasikan sebagai TB paru
,
7lasi$ikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, keadan ini
terutama ditujukan pada TB 0aru;
1. Tuberkulosis paru BT! positi$.
ekurang,kurangnya 2 dari * spesimen dahak 0 hasilnya BT!
positi$.
1 spesimen dahak 0 hasilnya BT! positi$ dan $oto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
10
1 spesimen dahak 0 hasilnya BT! positi$ dan biakan kuman TB
positi$.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positi$ setelah * spesimen dahak
0 pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BT! negati$ dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non 4!T.
2. Tuberkulosis paru BT! negati$
7asus yang tidak memenuhi de$inisi pada TB paru BT! positi$. 7riteria
diagnostik TB paru BT! negati$ harus meliputi;
0aling tidak * spesimen dahak 0 hasilnya BT! negati1e
Coto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non 4!T, bagi
pasien dengan <+= negati$.
2itentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
,
7lasi$ikasi berdasarkan ri.ayat pengobatan sebelumnya disebut sebagai tipe
pasien, yaitu;
1. 7asus baru
!dalah pasien yang belum pernah diobati dengan 4!T atau sudah pernah
menelan 4!T kurang dari satu bulan () minggu). 0emeriksaan BT! bisa
positi$ atau negati$
2. 7asus yang sebelumnya diobati
7asus kambuh (Delaps)
!dalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BT! positi$ (apusan atau kultur).
7asus setelah putus berobat (2e$ault )
!dalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BT! positi$.
7asus setelah gagal (Cailure)
11
!dalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positi$ atau
kembali menjadi positi$ pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
*. 7asus 0indahan (Trans$er +n)
!dalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan
pengobatannya.
). 7asus lain;
!dalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang
tidak diketahui ri.ayat pengobatan sebelumnya,
pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya,
kembali diobati dengan BT! negati1e.
&I. MANIFESTASI KLINIS
Aejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal
ialah gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
%,8,12
1. Aejala respiratorik
, batuk kurang lebih 2 minggu
, batuk darah
, sesak napas
, nyeri dada
Aejala respiratorik ini sangat ber1ariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang &ukup berat tergantung dari luas lesi. 7adang pasien terdiagnosis pada
saat !e"ical chec) up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Aejala
utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2,* minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan seperti dahak ber&ampur darah, sesak napas
atau rasa nyeri dada, badan lemas, penurunan na$su makan, penurunan berat
badan, badan kurang enak FmalaiseG, berkeringat malam hari tanpa kegiatan $isik
dan demam meriang lebih dari satu bulan. Aejala diatas dapat juga dijumpai pada
12
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma dan kanker
paru.
%8,12
2. Aejala sistemik
, 2emam
, Aejala sistemik lain; malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
*. Aejala tuberkulosis ekstra paru
Aejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada lim$adenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan
tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat
gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas
H kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat &airan.
%,8,12
0ada pemeriksaan $isik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari
organ yang terlibat. 0ada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. 0ada permulaan (a.al) perkembangan penyakit umumnya
tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. 7elainan paru pada umumnya
terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (1
H 2) , serta daerah apeks lobus in$erior (6). 0ada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, am$orik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda,tanda penarikan paru, dia$ragma H mediastinum.
%,8,12
3ntuk mendiagnosis kondisi tersebut, ri.ayat paparan terhadap indi1idu
dengan batuk kronis atau berkunjung ke daerah endemik tuberkulosis harus
diperoleh. Di.ayat gejala, mirip dengan gejala yang dialami oleh .anita tidak
hamil. 0erhatian harus ditingkatkan mengingat gejala pada ibu hamil tidak
spesi$ik, yaitu keringat di malam hari, demam di malam hari, batuk darah,
penurunan berat badan yang progresi$, dan batuk kronis selama lebih dari tiga
minggu. Tahap penting dalam membuat diagnosis pada kehamilan yaitu untuk
mengidenti$ikasi $aktor risiko untuk in$eksi TB dan gejala,gejala in$eksi.
%,8,12
&II. PEMERIKSAAN PENUN'ANG
1*
1. Tes Tine
Tes ini menggunakan beberapa jarum yang sudah di&elupkan pada
bakteri TB yang sudah dimurnikan, disebut dengan old tuber&ulin (4T).
7ulit ditusuk dengan jarum tersebut dan reaksi dianalisa )8,%2 jam
kemudian. /amun tes ini tidak lagi popular ke&uali untuk uji penyaring
pada populasi yang besar.
)
2. Tes 'antou:
+njeksi intradermal deri1at protein yang sudah dimurnikan
sebanyak 0.1 m5 (" tuber&ulin units), dan reaksi kulit dianalisis )8,%2 jam
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari in$iltrat
lim$osit yakni reaksi persenya.aan antara antibodi seluler dan antigen
tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenya.aan antibodi seluler dan
antigen tuberkulin dipengaruhi oleh antibodi humoral, pada ibu hamil
makin besar pengaruh antibodi humoral, makin ke&il indurasi yang
ditimbulkan.
)
*. 0emeriksaan dahak mikroskopis (BT!)
0emeriksaan dahak ber$ungsi untuk menegakkan diagnosis,
menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
0emeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan * spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa e.aktu,0agi,e.aktu (0);
10
(se.aktu); dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. 0ada saat pulang, suspek memba.a
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari
kedua.
0 (0agi); dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur. 0ot dahak diba.a dan diserahkan
sendiri kepada petugas di Casyankes.
(se.aktu); dahak dikumpulkan di Casyankes pada hari kedua,
saat menyerahkan dahak pagi.
). Coto thoraks
1)
0ada pemeriksaan $oto thoraks ditemukan gambaran in$iltrasi,
ka1itas, dan lim$adenopati mediastinum. 0emeriksaan radiologik harus
memakasi pelindung timah pada abdomen, sehingga bahaya radiasi dapat
diminimalisasi. 0ada trimester + hindari pemeriksaan $oto thoraks karena
e$ek radiasi yang sedikit pun masih berdampak negati$ pada sel,sel muda
janin.
%
&III. DIAGNOSIS TB PADA KEHAMILAN
2iagnosis TB- pada kehamilan sama dengan TB- tanpa kehamilan.
2iagnosis mungkin terlambat ditegakkan karena mani$estasi klinis yang tidak
khas, tertutup oleh gejala,gejala pada kehamilan. Aood et al melaporkan bah.a
dari 2% .anita hamil dengan pemeriksaan biakan sputum yang positi$, didapatkan
%)# gejala batuk, )1# penurunan berat badan, *0# demam, malaise dan lelah,
16# batuk darah dan 20# tanpa gejala. 4leh karena itu perlu dilakukan penapisan
pada perempuan hamil dengan risiko tinggi terkena TB- melalui pemeriksaan
antenatal. 0emeriksaan yang dianjurkan adalah uji tuberkulin, sputum BT! dan
pemeriksaan biakan.
",%,8
1"
Gambar (. A)*r #ia+$oi TB
1%
&IV. PENATALAKSANAAN
ebelum kehamilan perlu diberi konseling mengenai pengaruh kehamilan
dan TB-, serta pengobatan. !danya TB tidak merupakan indikasi untuk
melakukan abortus. 0engobatan TB dengan isonia>id, ri$ampi&in, etambutol dan
pira>inamid tidak merupakan kontraindikasi pada kehamilan. 0engobatan TB
dengan aminoglikosida (streptomisin) merupakan kontraindikasi pada kehamilan
karena dapat menyebabkan ototoksik pada janin.
%
0engobatan TB dalam kehamilan menurut rekomendasi E<4 adalah
dengan pemberian ) regimen kombinasi isonia>id, ri$ampi&in, etambutol, dan
pira>inamid selama 6 bulan. -ara pengobatan sama dengan tidak hamil. 2apat
16
juga diberikan * regimen kombinasi, isonia>id, ri$ampi&in, etambutol selama 6
bulan. !ngka kesembuhan 60# pada pengobatan selama 6 bulan "irectl
obser%e" therap (24T) pada in$eksi baru.
%
aat persalinan mungkin diperlukan oksigen yang adekuat dan &ara
persalinan sesuai indikasi obstetrik. 0emakaian masker dan ruangan isolasi
diperlukan untuk men&egah penularan.
%
Tab!) 1. La$+ka, -!$a$+a$a$ TB -a#a k!,ami)a$
.
ebelum kehamilan
7onseling mengenai pengaruh kehamilan dan TB
serta pengobatan
0emeriksaan penyaring tuberkulosis pada populasi
risiko tinggi
0erbaikan keadaan umum (gi>i, anemia)
elama kehamilan Tuberkulosis bukan merupakan indikasi untuk
melakukan pengguguran kandungan
0engobatan dengan regimen kombinasi dapat
segera dimulai begitu diagnosis ditegakkan
'ntenatal care dilakukan seperti biasa, dianjurkan
pasien datang paling a.al atau paling akhir untuk
men&egah penularan pada orang di sekitarnya
aat persalinan
0ersalinan dapat berlangsung seperti biasa.
0enderita diberi masker untuk menutupi hidung dan
mulutnya agar tidak terjadi penyebaran kuman
disekitarnya
0emberian oksigen adekuat
Tindakan pen&egahan in$eksi (ke.aspadaan
uni1ersal)
(kstraksi 1akum8$orseps bila ada indikasi obstetrik
ebaiknya persalinan dilakukan di ruang isolasi,
&egah perdarahan pas&apersalinan dengan
1%
uterotonika
0as&a persalinan
4bser1asi 6,8 jam kemudian penderita dapat
langsung dipulangkan. Bila tidak mungkin untuk
dipulangkan, penderita harus dira.at di ruang
isolasi.
0era.atan bayi harus dipisahkan dari ibunya
sampai tidak terlihat tanda proses akti$ lagi
(dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak
* kali dengan hasil selalu negati$)
0emberian !+ tidak merupakan kontraindikasi
meskipun ibu mendapatkan 4!T
0ro$ilaksis neonatus dengan isonia>id 10mg8kg8hari
dan 1aksinasi B-A
Tatalaksana 4!T yang diberikan dibagi atas 2 golongan;
12
4bat lini pertama ((irst line).
Iang merupakan 4!T lini pertama adalah Di$ampisin (D), +sonia>id
(+/<), (tambutol (('B), dan 0ira>inamid (0J!).
4bat lini kedua (secon" line) adalah treptomisin (), 7anamisin,
(tionamid, 7apreomisin, CluoroKuinolones, !mo:y&illin8-la1ulani&
!&id, 0ara,!minosali&yli& !&id (0!), !mika&in, (thionamide and
0rothionamide, serta -y&loserine.
Tab!) (. '!$i #a$ Doi OAT
4bat
2osis
(mg8kg
BB8<a
ri)
2osis yang dianjurkan
2osis
'a:
2osis (mg) 8 BB (kg)
7ategori
<arian
(mg8kgBB8
<ari)
+ntermitten
(mg8kgBB8
<ari)
L )0 )0,60 M 60
18
D 8,12 10 10 600 *00 )"0 600 -
+/< ),6 " 10 *00 1"0 *00 )"0 !
0J! 20,*0 2" *" %"0 1000 1"00 n8a
('B 1",20 1" *0 %"0 1000 1"00 !
1",18 1" 1" 1000 esu
ai
BB
%"0 1000 N
R!+im!$ -!$+obata$ /m!to#! DOTS0
0engobatan TB memerlukan .aktu sekurang,kurangnya 6 bulan agar
dapat men&egah perkembangan resistensi obat, oleh karena itu E<4 telah
menerapkan strategi 24T dimana petugas kesehatan tambahan yang ber$ungsi
se&ara ketat menga.asi pasien minum obat untuk memastikan kepatuhannya.
4leh karena itu E<4 juga telah menetapkan regimen pengobatan standar yang
membagi pasien menjadi ) kategori berbeda menurut de$inisi kasus tersebut,
seperti bisa dilihat pada tabel di ba.ah ini.
12
Tab!) 1. B!rba+ai Pa#*a$ A)t!r$ati2 U$t*k S!tia- Kat!+ori P!$+obata$
7ategori
pengobatan
TB
0asien TB
0aduan pengobatan TB alternati$
Case a.al
(setiap hari 8 * :
seminggu)
Case lanjutan
+ 7asus baru TB paru dahak positi$@
kasus baru TB paru dahak negati$
dengan kelainan luas di paru@ kasus
baru TB ekstra,pulmonal berat
2 (<DJ (<DJ)
2 (<DJ (<DJ)
2 (<DJ (<DJ)
6 <(
) <D
) <
*
D
*
16
++
7ambuh, dahak positi$@ pengobatan
gagal@ pengobatan setelah terputus
2 <DJ( 8 1 <DJ(
2 <DJ( 8 1 <DJ(
" <
*
D
*
(
*
" <D(
+++
7asus baru TB paru dahak negati$
(selain dari kategori +)@ kasus baru TB
ekstra,pulmonal yang tidak berat
2 <DJ atau 2<
*
D
*
J
*
2 <DJ atau 2<
*
D
*
J
*
2 <DJ atau 2<
*
D
*
J
*
6 <(
2 <D8)<
2 <
*
D
*
8)<
+=
7asus kronis (dahak masih positi$
setelah menjalankan pengobatan
ulang)
T+2!7 2+0(DA3/!7!/
(merujuk ke penuntun E<4 guna
pemakaian obat lini kedua yang dia.asi
pada pusat,pusat spesialis)
esuai tabel di atas, maka paduan 4!T yang digunakan untuk program
penanggulangan tuberkulosis di +ndonesia adalah
12
, 7ategori + ; 2<DJ( () 8 6<(.
0engobatan $ase inisial regimennya terdiri dari 2<DJ( () setiap hari selama
2 bulan obat <, D, J, ( atau . putum BT! a.al yang positi$ setelah 2 bulan
diharapkan menjadi negati$, dan kemudian dilanjutkan ke $ase lanjutan )<D atau
) <
*
D
*
atau 6 <(. !pabila sputum BT! masih positi$ setelah 2 bulan, $ase
intensi$ diperpanjang dengan ) minggu lagi tanpa melihat apakah sputum sudah
negati$ atau tidak.
,
7ategori ++ ; 2<DJ(81<DJ(8"<
*
D
*
(
*
0engobatan $ase inisial terdiri dari 2<DJ(81<DJ( yaitu D dengan <, J, (,
setiap hari selama * bulan, ditambah dengan selama 2 bulan pertama. !pabila
sputum BT! menjadi negati$ $ase lanjutan bisa segera dimulai. !pabila sputum
BT! masih positi$ pada minggu ke,12, $ase inisial dengan ) obat dilanjutkan 1
bulan lagi. Bila akhir bulan ke,2 sputum BT! masih positi$, semua obat
20
dihentikan selama 2,* hari dan dilakukan kultur sputum untuk uji kepekaan, obat
dilanjutkan memakai $ase lanjutan, yaitu "<
*
D
*
(
*
atau " <D(.
,
7ategori +++ ; 2<DJ82<
*
D
*
0engobatan $ase inisial terdiri dari 2<DJ atau 2 <
*
D
*,
yang dilanjutkan
dengan $ase lanjutan 2<D atau 2 <
*
D
*.
,
7ategori += ; Dujuk ke ahli paru atau menggunakan +/< seumur hidup
0ada pasien kategori ini mungkin mengalami resistensi ganda, sputumnya
harus dikultur dan dilakukan uji kepekaan obat. eumur hidup diberikan < saja
sesuai rekomendasi E<4 atau menggunakan pengobatan TB resistensi ganda
('2D,TB).
elain ) kategori di atas, disediakan juga paduan obat sisipan (<DJ().
4bat sisipan akan diberikan bila pasien tuberkulosis kategori + dan kategori ++
pada tahap akhir intensi$ pengobatan (setelah melakukan pengobatan selama 2
minggu), hasil pemeriksaan dahak8sputum masih BT! positi$.
P!$+obata$ #!$+a$ FDC
4bat anti tuberkulosis F$i:ed,dose &ombinationG atau disingkat dengan
4!T O C2- (sering disebut C2- saja) adalah tablet yang berisi kombinasi
beberapa jenis obat anti TB- dengan dosis tetap.
1*
1. 7ategori 1 ; 2 (<DJ() 8 ) (<D)*. 7ategori 1 diberikan kepada;
penderita baru TB- 0aru BT! positi$
penderita baru TB- 0aru BT! negati$8Dontgen positi$ (ringan atau berat)
penderita TB- (kstra 0aru (ringan atau berat).
Tab!) 3. Doi *$t*k kat!+ori 14 (/HR5E0 6 3/HR0
1
2. 7ategori 2 ; 2(<DJ() 81(<DJ() 8 "(<D)*(*. 7ategori 2 diberikan kepada;
21
penderita TB- BT! positi$ 7ambuh
penderita TB- BT! positi$ Aagal
penderita TB- berobat setelah lalai (treatment a$ter de$ault) yang kembali
dengan BT! positi$.
Tab!) 7. Doi *$t*k kat!+ori (4 (/HR5E0S 6 1/HR5E0 6 7/HR0
1
E
1
*. 4!T sisipan; 1(<DJ()
4!T sisipan diberikan bila pada akhir tahap intensi$ pengobatan pada
penderita BT! positi$ tidak terjadi kon1ersi, maka diberikan obat sisipan
)C2- (<DJ() setiap hari selama 28 hari dengan jumlah tablet setiap kali
minum sama dengan sebelumnya.
1*
E2!k am-i$+ OAT -a#a k!,ami)a$4
Di$ampisin
'erupakan obat lini pertama yang terutama bekerja pada sel yang
sedang tumbuh, tetapi juga memperlihatkan e$ek pada sel yang sedang tidak
akti$ (resting cell). Bekerja dengan menghambat sintesa D/! M# tuberculosis
22
sehingga menekan proses a.al pembentukan rantai dalam sintesa D/!.
Bekerja di intra dan ekstra sel. 0ada konsentrasi 0,00" ,0,2 mg8l akan
menghambat pertumbuhan M# tuberculosis se&ara in 1itro. 4bat ini juga
menghambat beberapa Mcobacteriu! atipikal, bakteri gram negati$ dan gram
positi$. e&ara in %itro, ri$ampisin dapat meningkatkan akti1itas streptomisin
dan isonia>id terhadap M# tuberculosis dan juga mempunyai mekanisme post
antibiotic e((ect terhadap bakteri gram negati1e. 4bat ini menimbulkan .arna
orange sampai merah bata pada urin, sali1a, $eses, sputum, air mata dan
keringat. =olume distribusi 1 58kg BB, ikatan protein plasma 60,80#, .aktu
paruh 1,6 jam dan akan memanjang bila terdapat gangguan $ungsi hepar.
2apat mele.ati barier plasenta dan dapat dijumpai konsentrasi rendah di !+.
Di$ampisin mele.ati plasenta dengan kadar yang sama dengan ibu. 0ada akhir
trismester ke,* rasio konsentrasi pada tali pusat dan ibu besarnya 0,12 , 0,**.
($ek samping yang berat tetapi jarang terjadi adalah sindrom respirasi,
purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. ($ek samping
ringan sering terjadi pada saat pemberian berkala dan dapat sembuh sendiri
atau hanya memerlukan pengobatan simtomatik. ($ek samping pada bayi baru
lahir juga didapatkan he!orrhagic "isease o( the ne*born sehingga
dianjurkan pemberian pro$ilaksis 1itamin 7.
"
+sonia>id (+/<)
'enghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur penting
dinding sel Mcobacteriu!. 'enghilangkan si$at tahan asam dan menurunkan
jumlah lemak yang terekstraksi oleh metanol dari Mcobacteriu!. <anya
kuman yang peka yang menyerap obat ke dalam selnya dan proses ini
merupakan proses akti$. Bersi$at bakterisid, dapat membunuh 60# populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Eaktu paruh berkisar 1,*
jam. 'udah berdi$usi ke dalam sel dan semua &airan tubuh. +sonia>id tidak
bersi$at teratogenik janin, meskipun konsentrasi yang mele.ati plasenta &ukup
besar. ($ek samping berat berupa hepatitis dapat timbul pada kurang lebih 0,"
# penderita. Bila terjadi ikterus, hentikan pengobatan sampai ikterus hilang.
($ek samping yang ringan dapat berupa; tanda kera&unan pada sara$ tepi,
2*
kesemutan, nyeri otot atau gangguan kesadaran. ($ek ini dapat dikurangi
dengan pemberian piridoksin (dengan dosis ",10 mg per hari atau dengan
1itamin B kompleks). ($ek samping pada bayi baru lahir dilaporkan adanya
perdarahan (he!!orrhagic "isease o( the ne*born) sehingga dianjurkan
pemberian pro$ilaksis 1itamin 7 sebelum kelahiran.
"
(tambutol (('B)
'erupakan inhibitor arabinosl trans(erases (+,++,+++). 'rabinosl
trans(erase terlibat dalam reaksi polimerisasi arabinoglcan, yang merupakan
unsur esensial dari dinding sel Mcobacteriu!. !$initas terhadap arabinosl
trans(erase +++ lebih kuat dibandingkan lainnya. 'rabinosl trans(erase
digunakan untuk menjadikan ('B,-!B operon. <al ini menyebabkan
metabolisme sel terhambat dan sel mati. Aangguan sintesis arabinoglcan
mengubah barier sel, lipo$ilik meningkatkan akti1itas obat yang bersi$at
seperti ri$ampisin dan o$loksasin. 2inding sel Mcobacteriu! spp sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme di
penjamu. 2inding sel Mcobacteriu! terdiri dari !colic aci", arabinoglcan
dan pepti"oglcan. 2inding sel merupakan lapisan lipid bilayer dan asimetris.
<ampir semua galur M# tuberculosis dan M# )ansasii sensiti$ terhadap
etambutol. (tambutol tidak e$ekti$ untuk kuman lain. (tambutol pada
konsentrasi 1," Pg8ml akan menghambat pertumbuhan M#tuberculosis se&ara in
1itro. (tambutol ini tetap menekan pertumbuhan M#tuberculosis yang telah
resisten terhadap isonia>id dan streptomisin. (tambutol dosis 1" mg8kg BB ini
hanya akti$ terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik,
sedangkan pada dosis 2" mg8kg BB bersi$at bakterisidal. 0enggunaan
etambutol tunggal, ditemukan sputum basil tahan asam (BT!) negati$ dalam *
bulan, tetapi ditemukan resistensi *"# dari kasus dan $rekuensi relaps lebih
tinggi. ($ekti1itas pada he.an &oba sama dengan isonia>id. +n1i1o, sukar
men&iptakan resistensi terhadap etambutol dan timbulnya lambat. Desistensi
bakteri terhadap etambutol terjadi akibat mutasi embB, emb! dan emb-, kode
untuk arabinosl trans(erase. Desistensi ini timbul bila etambutol diberikan
tunggal. 0ada pemberian oral sekitar %",80# etambutol diserap di saluran
2)
&erna. 'akanan tidak mempengaruhi absorpsi obat. 7adar pun&ak plasma
di&apai dalam .aktu 2,) jam setelah pemberian. 2osis tunggal 2" mg8kg BB
menghasilkan kadar plasma sekitar 2," Pg8ml dalam 2,) jam, kurang dari 1 Pg
dalam 2) jam. 'asa paruh eliminasinya *,) jam dan dapat memanjang sampai
8 jam pada pasien dengan gangguan $ungsi ginjal. (tambutol se&ara bebas
mele.ati plasenta dengan &ord to maternal serum ratio adalah 0,%". 0enelitian
pada kelin&i terdapat e$ek mono$talmia sedangkan pada tikus terjadi
penurunan kesuburan. Data,rata mal$ormasi yang dilaporkan pada 6*8 bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat etambutol selama kehamilan adalah
2,2#. e&ara teori etambutol menyebabkan kemungkinan toksisitas pada
mata. <al ini diyakinkan kembali dengan penilaian pada 6 janin yang
mengalami abortus pada minggu " , 12 kehamilan, tidak didapatkan gangguan
pada sistem optik embrional.
"
0ira>inamid (0J!)
!dalah suatu produk, yang memerlukan kon1ersi en>im
pira>inamidase (dihasilkan oleh mikobakterial tertentu) menjadi bentuk akti$
asam pira>inoat, masuk ke dalam sitoplasma M# tuberculosis se&ara di$usi
pasi$, mengalami kon1ersi oleh en>im nikotinamidase8pira>inamidase menjadi
bentuk akti$ asam pira>inoat (04!). 0J! lebih akti$ terhadap basil tuberkel
semidorman karena sistem pompa re$luks yang lemah dibandingkan dengan
basil sedang bertumbuh &epat, di mana pompa re$luks lebih akti$. 0eradangan
akut akan menurunkan p< akibat produksi asam laktat oleh sel,sel in$lamasi,
hal ini menguntungkan akti1itas 0J!. Berkurangnya peradangan akan
meningkatkan p< lingkungan basil tuberkel yang berakibat pada peningkatan
konsentrasi hambat minimal 0J!. 7uman dalam keadaan dorman tidak dapat
dipengaruhi karena pada saat itu ambilan 0J! tidak terjadi. Banyak penelitian
menyatakan daya sterilisasi obat ini dalam makro$ag, dengan konsentrasi Q
20Rg8ml menghambat basil tuber&ulosis intraseluler. ($ek bakteriostatik atau
bakterisidal terhadap M# tuberculosis tergantung dosis (konsentrasi 0J!),
serta lamanya paparan terhadap makro$ag yang terin$eksi M# tuberculosis.
0ada berbagai studi dan laporan tidak ditemukan e$ek teratogenik yang
2"
bermakna pada he.an dan mal$ormasi janin pada pasien yang telah diterapi.
0enggunaan 0J! pada .anita hamil telah direkomendasikan oleh
+nternational &nion 'gainst Tuberculosis an" ,ung -isease se&ara rutin,
namun di !merika dilarang karena tidak adanya data yang adekuat mengenai
e$ek teratogeniknya. ($ek samping utama dari penggunaan obat ini adalah
hepatitis, juga dapat terjadi nyeri sendi dan kadang,kadang dapat
menyebabkan serangan arthritis gout yang kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. 0emberian intermiten
dapat mengurangi kejadian tersebut. ($ek samping lain adalah anoreksia,
mual, muntah, disuri, demam dan reaksi hipersensiti1itas.
"
treptomisin
'ele.ati plasenta dengan &epat sampai ke sirkulasi janin dan &airan
amnion serta men&apai kadar kurang dari "0# dibandingkan kadar ibu. ($ek
samping yang dilaporkan dari berbagai studi pada he.an yaitu ototoksik. Tuli
kongenital telah dilaporkan terjadi pada bayi yang terpajan selama dalam
kandungan, .alaupun tidak ada hubungan yang pasti tentang mekanisme
ototoksik dengan pajanan selama kehamilan. 0ada negara berkembang
dianjurkan tidak menggunakan streptomisin selama kehamilan.
"
7anamisin
'erupakan obat lini kedua dan merupakan 1ariasi dari aminoglikosida,
mempunyai e$ek samping yang sama dengan streptomisin dan sebaiknya tidak
digunakan pada kehamilan ke&uali pada '2D. (tionamid mempunyai
penetrasi yang baik ke semua jaringan termasuk &airan serebrospinal.
(tionamid dinyatakan potensial bersi$at teratogenik dan sebaiknya dihindari
penggunaan pada kehamilan ke&uali jika dibutuhkan pada kasus '2D,TB.
($ek samping lainnya seperti hepatitis, neuritis opti& dan neuritis peri$er.
2osis 0," , 1 gram8hari dalam dosis terbagi.
"
CluoroKuinolones (-ipro$lo:a&in, Aati$lo:a&in, 'o:i$lo:i&in and
/or$lo:a&in).
26
Tidak terbukti meningkatkan kejadian kelahiran abnormal dalam
penggunaannya. !kan tetapi pada per&obaan menggunakan binatang dengan
&ipro$lo:a&in dilaporkan adanya risiko kerusakan dari articular cartilage dan
subse.uent /u%enile arthritis dengan penggunaan jangka pendek serta
diperkirakan terjadi kerusakan dari sendi pada penggunaan jangka panjang.
4leh karena itu harus benar,benar dipertimbangkan dalam penggunaannya.
"
!mo:y&illin8-la1ulani& !&id,
Belum terbukti adanya e$ek teratogenik pada per&obaan binatang.
!mo:y&illin8&la1ulani& a&id biasa dipakai pada kehamilan trimester akhir
sebagai pro$ilaksis pada .anita dengan prolonged rupture o$ membranes tanpa
adanya laporan yang merugikan, akan tetapi tidak banyak laporan pada
penggunaan trimester pertama kehamilan. '!o0cillin1cla%ulanic aci"
memiliki peran ke&il pada pengobatan .anita hamil dengan '2D,TB dan
tidak &ukup tersedia alternati$nya.
"
7apreomisin
'erupakan obat lini kedua yang diberikan se&ara intramuskular.
7apreomisin se&ara umum merupakan kontraindikasi untuk ibu hamil, hanya
digunakan dengan pertimbangan benar,benar terhadap risiko dan
kegunaannya. Biasanya obat ini digunakan untuk '2D,TB * kali seminggu.
4bat ini dilaporkan bersi$at teratogenik pada per&obaan menggunakan tikus
yang hamil.
"
-y&loserine
4bat ini tidak terbukti bersi$at teratogenik pada per&obaan
menggunakan tikus, akan tetapi tidak &ukup bukti dari studi pada manusia
utnutk kon$irmasi keamanan obat ini untuk .anita hamil. 4leh karena itu
harus benar,benar dipertimbangkan penggunaannya.
"
0ara,!minosali&yli& !&id (0!)
2ilaporkan belum &ukup bukti keamanannya pada pemakaian untuk
kehamilan baik studi pada manusia maupun pada binatang. <anya pernah ada
satu studi dari 12* pasien yang mendapatkan 0!, melaporkan adanya angka
kejadian abnormalitas pada anggota tubuh dan telinga yang lebih tinggi
2%
dibandingkan 4!T lain. 4leh karena itu harus benar,benar dipertimbangkan
penggunaannya.
"
!mika&in
4bat yang tergolong aminogly&osides, yang mana semua obat
golongan ini berpotensi menimbulkan nephrotoksitas dan ototoksitas pada
$etus dan penggunaannya tidak direkomendasikan pada .anita hamil. 4leh
karena itu penggunaan obat ini pada kehamilan seharusnya merupakan pilihan
akhir setelah benar,benar mempertimbangkan untung ruginya
"
&V. KOMPLIKASI
7omplikasi pada penderita tuberkulosis antara lain hemoptisis berat
(perdarahan dari saluran napas ba.ah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipo1olemik atau tersumbatnya jalan napas, kolaps dari lobus akibat
retraksi bron&hial, bronkie&tasis dan $ibrosis pada paru, pneumotoraks spontan;
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, penyebaran in$eksi ke organ lain
seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya, insu$isiensi 7ardio
0ulmoner (-ardio 0ulmonary +nsu$$i&ien&y). 7omplikasi obstetrik yang
dilaporkan adalah abortus spontan, uterus yang ke&il, peningkatan berat badan
hamil yang tidak optimal. 5ainnya adalah lahir prematur, berat badan lahir rendah,
dan meningkatnya mortalitas neonatus.
*,),11
Tuberkulosis kongenital merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada
in$eksi tuberkulosis in utero yang merupakan akibat penyebaran hematogen
maternal. Tuberkulosis kongenital sulit didiagnosis karena gejalanya mirip in$eksi
neonatal dan kongenital lainnya. Aejala biasanya mun&ul pada 2,* minggu
pas&apartus. Aejalanya berupa hepatosplenomegali, "istress pernapasan, demam
dan $oto toraks biasanya abnormal.
*,)
&VI. PROGNOSIS
28
Tuberkulosis tidak mempengaruhi kehamilan dan kehamilan tidak
mempengaruhi mani$estasi klinis dan progresi1itas penyakit bila diterapi dengan
regimen yang tepat dan adekuat. 0emberian regimen yang tepat dan adekuat ini
akan memperbaiki kualitas hidup ibu, mengurangi e$ek samping obat,obat
tuberkulosis terhadap janin dan men&egah in$eksi yang terjadi pada bayi yang
baru lahir.
*,)
2iagnosis yang telat merupakan $aktor independen dimana akan
meningkatkan morbiditas sebanyak empat kali lipat, dan kelahiran premature
meningkat sebanyak sembilan kali lipat. 0rognosis pada .anita hamil sama
dengan prognosis .anita yang tidak hamil.
*,)
DAFTAR PUSTAKA
26
1. 0edoman /asional 0elayanan 7edokteran Tata 5aksana Tuberkulosis.
?akarta. 7ementerian 7esehatan D+. 201*.
2. Global Tuberculosis Report 201*. Worl" Health Organization.201*.
*. 5oto, '.4, !.o.ole. Tuberculosis in 2regnanc. 3ournal o( 2regnanc.
/igeria. 2012.
). 5ukito C. Tuberkulosis pada 7ehamilan. ?akarta. C7,3nika !tma ?aya.
2012.
". 'eiyanti. 0enatalaksanaan Tuberkulosis pada 7ehamilan. ?akarta.
3ni1ersa 'edi&ina. 200%.
6. 'nyani. Tuberculosis in 2regnanc# 4outh '(rica# $3OG. 2011.
%. ai$uddin, !B, dkk. +lmu 7ebidanan. ?akarta. 0T Bina 0ustaka ar.ono
0ra.irohardjo. 2010. <al; 806,808.
8. udoyo, !E, dkk. Buku !jar +lmu 0enyakit 2alam ?ilid +++. ?akarta. C73+
.200%. <al; 668,100*.
6. /or.it>, (, dkk. Maternal56etal Me"icine. 3!. -ambridge 3ni1ersity
0ress. 200%. <al; 212.
10. 0edoman /asional 0engendalian Tuberkulosis. ?akarta. 7ementerian
7esehatan D+. 2012. <al; 1,26.
11. Benson, dkk. Obstetrics 7 Gnecolog. ingapore. The '&Ara.,<ill
-ompanies.2006.
12. Tuberkulosis; 0edoman 2iagnosis H 0enatalaksanaan di +ndonesia.
?akarta. 0erhimpunan 2okter 0aru +ndonesia. 2006.
1*. 0etunjuk 0enggunaan 4bat !nti Tuberkulosis 6i0e" -ose 8o!bination
(4!T,C2-). ?akarta. 2epartemen 7esehatan D+.200).
*0

Anda mungkin juga menyukai