Anda di halaman 1dari 20

i

KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang Manfaat Kayu Secang ini dengan baik sesuai dengan waktu
yang yang telah kita tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk kepentingan
tugas proses belajar. Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hungga terselesaikannya makalah ini, terutama
kepada Ibu Dra. Yulis Adriana, Apt. sebagai Dosen mata kuliah Biologi Farmasi
yang telah memberikan banyak saran, petunjuk dan dorongan dalam menyusun
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam
pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan adanya
makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita.




Jakarta, Desember 2013


Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori Pasta .................................................................................................. 3
2.2 Definisi Pasta ........................................................................................................ 4
2.3 Karakteristik Pasta ................................................................................................ 5
2.4 Kelebihan Pasta ..................................................................................................... 5
2.5 Kekurangan Pasta .................................................................................................. 5
2.6 Macam Sediaan Pasta ............................................................................................ 6

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Formula Rancangan ............................................................................................. 7
3.2 Data Bahan .......................................................................................................... 7
3.3 Perhitungan dan Penimbangan ............................................................................ 8
3.4 Cara Kerja ............................................................................................................ 9
3.5 Lain-lain .............................................................................................................. 9
3.6 Pembahasan ....................................................................................................... 13



iii

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 16
4.2 Saran .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
















1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan
pertimbangan karakteristik fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan
obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan dalam membuat produk
tersebut. Obat dan bahan-bahan farmasetik yang digunakan harus tercampur satu
dengan yang lainnya untuk menghasilkan suatu produk obat yang
stabil,manjur,menarik,mudah dibuat dan aman. Produk harus dibuat dibawah
pengukuran kontrol kualitas yang tepat dan dikemas dalam wadah yang
membantu stabilitas produk. Produk tersebut harus diberi etiket (label) agar tidak
salah digunakan da disimpan pada kondisi sedemikian rupa sampai shelf life
maksimum.
Jadi, untuk masing-masing bentuk sediaan, bahan-bahan farmasetik
memantapkan gambaran utama dari produk tersebut, dan mempunyai andil
(membantu) bentuk fisik, textur, kesetabilan,rasa dan penampilan keseluruhan.
Dalam hubungan dengan masalah memformulasi suatu zat obat menjadi
suatu bentuk sediaan yang tepat, ahli farmasi peneliti memakai pengetahuan yang
telah diperoleh melalui pengalaman dengan obat-obat serupa yang lain dan
melalui penggunaan (penerapan) disiplin ilmu fisika, kimia dan biologi yang
tepat. Tahap awal dari tiap formulasi baru meliputi pengkajian untuk
mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang karakteristik fisika dan kimia
zat obat yang dibuat menjadi bentuk sediaan farmasi tersebut. Pasta hampir mirip
dengan salep yaitu dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit. Berbeda
dengan salep pada pasta secara umum persentase bahan padat lebih besar. Oleh
sebab itu sediaan pasta akan lebih kental dan lebih kaku dari pada salep.
2

Dari segi kualitas pasta yang lebih keras dan absortif membuat pasta tidak
mudah untuk melunak dan mengalir, oleh karena itu pasta yang lebih disukai
untuk luka akut yang cenderung mengeras, menggelembung, atau mengeluarkan
darah. Namun karena sifatnya yang kaku dan tidak dapat ditembus, pada
umumnya pasta tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
Macam-macam sediaan pasta yang saat ini banyak beredar diantaranya yaitu pasta
gigi dan preparat anti inflamasi pada pemakaian topikal.
1.2 Tujuan

1.2.1 Mahasiswa mengetahui dan memahami sediaan pasta.
1.2.2. Mahasiswa dapat menjelaskan pembuatan pasta.
1.2.3 Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai macam formulasi &
pembuatan formulasi sediaan pasta.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Mengetahui apa itu pasta?
1.3.2 Mengetahui bagaimana cara pembuatan formulasi sediaan
pasta?






3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori Pasta
Pasta sama dengan salep dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit.
Berbeda dari salep terutama dalam kandungannya, secara umum persentase bahan
padat lebih besar dan sebagai akibat pasta lebih kental dan lebih kaku daripada
salep. Oleh karena persentase bahan padatnya tinggi, secara umum daya absorpsi
pasta lebih besar dan kurang berlemak daripada salep yang dibuat dengan
komponen yang sama.
Pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bila bahan
untuk menggerus dan menghaluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk
menjadi lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak dari pada
minyak mineral sebagai cairan yang akan melembutkan pasta.
Oleh karena kualitas pasta yang keras dan absorptif, pasta tersebut akan
tetap tinggal di tempatnya setelah pemakaian dengan sedikit kecenderungan
melunak dan mengalir, oleh karena itu efektif digunakan untuk mengabsorbsi
sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian. Akan tetapi, karena sifatnya yang
kaku akan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk
pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
Diantara pasta yang digunakan sekarang ini adalah Pasta Gigi
Triamsinolon Asetonid, preparat ini anti inflamasi dipakai secara topikal pada
mukosa di selaput mulut dan Pasta Zink Oksida. Pasta adalah dispersi dari bahan-
bahan serbuk yang tidak larut dengan konsentrasi tinggi (20 sampai 50%) dalam
suatu basis lemak atau basis yang mengandung air. Basis lemak tersebut kurang
berminyak dan juga konsistensinya lebih keras dibandingkan dengan salep, karena
4

adanya serbuk bahan dalam jumlah besar. Pasta dapat melekat pada kulit dengan
baik dan berguna untuk pengobatan luka kronis atau yang disertai penebalan pada
kulit. Sebagai contoh, pasta zink gelatin, USP XX, digunakan jika diharapkan
adanya suatu lapisan tipis pelindung yang disertai penguapan air. Pasta
membentuk suatu lapisan pelindung, yang jika ditutup dengan pembalut yang
sesuai, akan mencegah lecetnya kulit pasien yang disebabkan oleh penggarukan.
2.2 Definisi Pasta
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat sebuk.
Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan
maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. ( buku farmasetika, pro.
Drs. Moh. Anief, Apt.)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke-3 adalah sediaan berupa massa
lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan
vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat
dengan gliserol, mucilago, dan sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau
pelindung.
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi ke-4 adalah sediaan semi
padat yang mengandung satu atau lebih obat yang digunakan untuk pemakaian
topical.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang digunakan secara topical. Biasanya mengandung
serbuk sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak
dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi
perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.

5

2.3 Karakteristik Pasta
Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi :
Daya absorbsi pasta lebih besar.
Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian.
Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditunjukan untuk pemakaian
topikal.
Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40% - 50%.
2.4 Kelebihan Pasta
Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan
daya kerja lokal.
Konsentrasi lebih kental dari salep.
Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.
2.5 Kekurangan Pasta
Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada
umumnya :
Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
Dapat menyebabkan iritasi kulit.

6

2.6 Macam Sediaan Pasta
a. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari
50% zat padat (serbuk). Sebagai bahan dasar salep digunakan Vaselin
dan Paraffin Cair. Bahan tidak berlemak seperti Glycerinum, Mucilago
atau sabun dan digunakan sebagai antiseptic atau pelindung kulit.
Karena itu merupakan salep yang tebal, kaku, keras dan tidak
meleleh pada suhu badan. Komposisi salep ini memungkinkan
penyerapan pelepasan cairan berair yang tidak normal dari kulit.
Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding serbuk padatnya supaya
homogen lemak-lemak ini harus dilelehkan dahulu.
b. Pasta Kering
Suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat (serbuk).
Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis
Ichthamolum atau Tumenol Ammonium. Adanya zat tersebut akan
menjadikan pasta menjadi encer.
c. Pasta Pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan Salep Tiga Dara.




7

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Formula Rancangan
FORMULA 8
Pasta ( Zinc Oxide, USP )
Zinc Oxide 25%
Starch 25%
Calamine 5%
White Petrolatum q.s ad 100 up to 100
M.F 10 gram
3.2 Data Bahan


No Nama Bahan Fungsi Konsentrasi
(%)
(%) Yang
digunakan
Pustaka
Lengkap
1. Zinc Oxide Zat Aktif
(Antiseptikum
Lokal)
Tidak
kurang dari
6%
25% Martindale
Edisi 28, Hal
508
2. Starch
(amylum)
Emollient
(Pelembut)
5 - 25% 25% HOPE Edisi
II, Hal 483
3. Calamine Antiseptikum
Ekstern
12,5% 5% Martindale
Edisi 28, Hal
491
4. White
Petrolatum
Basis Pasta Up to 100 Up to 100 HOPE Edisi
II, Hal 331
8

3.3 Perhitungan dan Penimbangan
# Perhitungan

1. Zinc Oxide
25% x 10 gram = 2,5 gram

2. Starch (amylum)
25% x 10 gram = 2,5 gram

3. Calamine
5% x 10 gram = 0,5 gram (500mg)

4. White Petrolatum
10 gram ( 2,5 gram + 2,5 gram + 0,5 gram )
= 10 gram 5,5 gram = 4,5 gram

# Penimbangan

1. Zinc Oxide = 2,5 gram

2. Starch = 2,5 gram

3. Calamine = 0,5 gram

4. White petrolatum = 4,5 gram





9

3.4 Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan
2. Setarakan timbangan dan timbangan bahan obat
3. Panaskan water bath
4. Ayak zinc oxide dengan ayakan no. 100 sebelum ditimbang
5. Campur zinc oxide, starch, dan calamine, gerus ad homogen (massa
1)
6. Lebur vaselin putih di water bath (massa 2)
7. Campur massa 1 + massa 2 didalam lumpang, gerus ad homogen
8. Masukkan kedalam wadah dan beri etiket biru

3.5 Lain-lain
1. Zinc Oxide/ZnO
Pengertian : seng oksida mengandung tidak kurang dari 99,0% ZnO,
dihitung terhadap zat yang telah dipijarkan
Pemerian : serbuk amorf, sangat halus ; putih atau putih kekuningan
; tidak berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap
karbondioksida dari udara.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P;
larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida
Fungsi : zat aktif ( antiseptikum lokal )
( Farmakope Indonesia Edisi III, Hal 636 )
10


2. Starch
- Amylum Manihot
Pengertian : pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot
Utilissima Pohi atau beberapa spesies manihot lain
Pemerian : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan
kecil; putih ; tidak berbau ; tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dan dalam
etanol (95%)P
Fungsi : emollient ( pelembut )
Konsentrasi : 25%
Nama Lain : Pati Singkong
( Farmakope Indonesia Edisi III, Hal 93 )

- Amylum Oryzae
Pengertian : pati yang diperoleh dari biji Oryza Sativa L.
Pemerian : serbuk sangat halus ; putih ; tidak berbau ; tidak
berasa
Kelarutan : keasaman-kebasaan ; batas jasadrenik ; susut
pengeringan ; penyimpanan ; khasiat ; dan
penggunaan memenuhi syarat yang tertera pada
amylum manihot
Fungsi : emollient ( pelembut )
Konsentrasi : 25%
Nama Lain : Pati Beras
( Farmakope Indonesia Edisi III, Hal 93 )




11


- Amylum Solani
Pengertian : pati yang diperoleh dari umbi Solanum
Tuberosum. L
Pemerian : serbuk halus ; putih ; tidak berbau
Kelarutan : keasaman-kebasaan ; batas jasadrenik ; susut
pengeringan ; penyimpanan ; khasiat ; dan
penggunaan memenuhi syarat yang tertera pada
amylum manihot
Fungsi : emollient ( pelembut )
Konsentrasi : 25%
Nama Lain : Pati Kentang
( Farmakope Indonesia Edisi III, Hal 94 )

- Amylum Maydis
Pengertian : pati yang diperoleh dari biji Zea mays. L ( Familia
Poacene )
Pemerian : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan
kecil; putih ; tidak berbau ; tidak berasa
Kelarutan : keasaman-kebasaan ; batas jasadrenik ; susut
pengeringan ; penyimpanan ; khasiat ; dan
penggunaan memenuhi syarat yang tertera pada
amylum manihot
Fungsi : emollient ( pelembut )
Konsentrasi : 25%
Nama Lain : Pati Jagung
( Farmakope Indonesia Edisi IV, Hal 108 )




12



- Amylum Tritici
Pengertian : pati yang diperoleh dari biji Triticum Aestivum L
( T. Vulgare VIII ) ( Familia Poacea )
Pemerian : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan
kecil; putih ; tidak berbau ; tidak berasa
Kelarutan : keasaman-kebasaan ; batas jasadrenik ; susut
pengeringan ; penyimpanan ; khasiat ; dan
penggunaan memenuhi syarat yang tertera pada
amylum manihot
Fungsi : emollient ( pelembut )
Konsentrasi : 25%
Nama Lain : Pati Gandum
( Farmakope Indonesia Edisi IV, Hal 109 )

3. Calamine
Pengertian : seng subkarbonat basa, mengandung tidak kurang dari
98%
Pemerian : serbuk halus ; merah jambu ; tidak berbau ; praktis tidak
berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air ; larut dalam asam mineral
Fungsi : antiseptikum ekstern
Konsentrasi : 5-25%
Nama Lain : Kalamin
( Farmakope Indonesia Edisi III, Hal 119 )

13


4. White Petrolatum
Titik lebur : 38
0
- 56
0

Fungsi : basis pasta
Konsentrasi : up to 100
Nama Lain : Petrolatum Putih ( Vaselin Putih )
( HOPE Edisi II, Hal 331 )

3.6 Pembahasan
No Nama Pembahasan Sediaan
1. Afifah Rhizannah Sediaan pasta jadi dan baik
namun pada akhir penimbangan
kelebihan bobot sebanyak
500mg karena pada saat
penimbangan kurang teliti
2. Agung Dwi Putra Sediaan pasta terlalu kering dan
padat, hal ini disebabkan karena
pada saat pencampuran bahan
antara bahan padat dengan
vaselin dilakukan terlalu cepat
atau tidak secara perlahan.
3. Andriyani Putri
Wulandari
Sediaan pasta bobotnya berlebih
dan tekstur pasta terlalu padat
4. Catur Rahayu Sediaan pasta terlalu padat. Hal
ini terjadi karena vaselin terlalu
14

banyak. Hal ini disebabkan
karena pada penimbangan
vaselin berlebih
5. Graha Ayu Praptiwi Untuk vaselin dilebur semuanya
agar mendapatkan suatu massa
pasta yang homogen karena
banyaknya zat padat lebih dari
50%
6. Heliana Nurina Ratri Pada sediaan pasta yang telah
dibuat terjadi pasta yang
memadat. Mungkin hal ini
terjadi karena pada penimbangan
yang kurang teliti dan pada saat
proses peleburan vaselin putih
kurang lama sehingga vaselin
putih masih ada yang berbentuk
padat dan saat pencampuran
pasta akan cepat memadat.
7. Junita Bri Hastuti Pasta merupakan massa lembek
yang dimaksudkan untuk
pemakaian luar ( FI III hal 22 ).
Pasta mengandung zat padat
>50% sehingga bentuk sediaan
lebih padat dibandingkan salep.
Dalam praktikum pembuatan
pasta. Hasil yang didapat kurang
maksimal. Bentuk sediaan pasta
memadat namun bobot yang
didapat berlebih 500mg dari
yang seharusnya dihasilkan. Hal
15
































tersebut terjadi karena ketidak
telitian pada saat menimbang
bahan. Pencampuran bahan juga
perlu diperhatikan agar zat aktif
dan basis salep dapat tercampur
merata sehingga mendapat
sediaan pasta yang sempurna.
8. Nanda Franata Putra Pada sediaan pasta yang telah
dibuat terjadi pasta yang
memadat. Mungkin hal ini
terjadi karena pada penimbangan
yang kurang teliti dan pada saat
proses peleburan vaselin putih
kurang lama sehingga vaselin
putih masih ada yang berbentuk
padat dan saat pencampuran
pasta akan cepat memadat.
9. Nina Rusmiyanti Sediaan tidak jadi
10. Shella Lovita Sediaan pasta bobotnya berlebih
dan tekstur pasta terlalu padat
16

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan secara topical. Biasanya mengandung serbuk
sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak
dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi
perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.
Sediaan pasta dibedakan menjadi beberapa macam sediaan, antara lain :
a. Pasta berlemak
b. Pasta Kering
c. Pasta Pendingin

4.2 Saran
Sebaiknya pada pembuatan pasta pada saat penimbangan harus lebih teliti
agar tidak terjadi kelebihan bobot seperti pada pembahasan diatas. Dan pada
peleburan vaselin harus lebih lama dan benar-benar sudah lebur karena hal
tersebut akan mengakibatkan pasta menjadi sangat padat.













DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia
edisi III. Jakarta.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia
edisi IV. Jakarta.
3. Voigt Rudolf, 1995, Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
4. Howard C. Ansel, 1981.
5. Anief. Moh, 1994, Farmasetika. Gadjah Mada Universuty Press,
Yogyakarta.
6. Martindale edisi 28.
7. HOPE edisi II.
8. Modern Pharmaceutics edisi II.

Anda mungkin juga menyukai