Skenario 6 Blok 12 Tetanus
Skenario 6 Blok 12 Tetanus
PEMBAHASAN
2.1
Anamnesis
Anamnesis merupakan tanya jawab antara dokter dan pasien atau bisa juga
terhadap keluarga atau relasi terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke
rumah sakit atau tempat praktek. Anamnesis diperlukan untuk mengetahui
penyebab penyakit tetanus seperti tempat masuknya kuman. Anamnesis
terdapatnya riwayat luka-luka patogenesis, disertai keadaan klinis berupa
kekakuan otot terutama di daerah rahang, sangat membantu diagnosis.
Pembuktian kuman seringkali tidak perlu, karena amat sukar mengisolasi
kuman dari luka pasien. Dari anamnesis juga bisa ditanyakan apakah pasien
pernah mendapatkan imunisasi sebelumnya.
Dari anamnesis, diketahui pasien tertusuk paku di telapak kaki kanan 12 hari
yang lalu namun tidak diobati. Tekanan darah 13!" dengan #rekuensi na#as
2"$!menit.
2.2
Pemeriksaan
2.2.1.
Pemeriksaan %isik
Pemeriksaan #isik dapat kita lihat dengan adanya luka dan gejala-
gejala yang khas pada penyakit tetanus seperti trismus, kejang
opistotonus, spasme otot, senyum sengit akibat kejang yang tidak
henti-hentinya di daerah muka, terutama rahang. &uga tampak luka
yang dalam dan bernanah serta suhu tubuh 3",3
o
'
2.2.2.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium) tidak begitu
perlu dilakukan. *al ini disebabkan karena penyakit tetanus dapat
ditegakkan dengan gejala klinis dan anamnesis.
2.3
Diagnosis
2.3.1.
Diagnosis +erja
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh 'lostridium tetani ditandai dengan spasme otot
yang periodik dan berat.
Tetanus disebut juga dengan ,-e.en day Disease ,. Dan pada tahun
1"/, diketemukan toksin seperti stri0hnine, kemudian dikenal
dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang
mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengakti.asi deri.at tersebut
menghasilkan pen0egahan dari tetanus.
1,2
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan #isik pasien
sewaktu istirahat, berupa gejala klinik 1 kejang tetanik, trismus,
dysphagia, 2hisus sardoni0us ( otot wajah kaku ). 3iasanya tampak
luka yang mendahuluinya. Pembuktian kuman seringkali tidak perlu
karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka penderita.
2.3.2.
Di##erensial Diagnosis
4ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sukar
sekali dijumpai dari pemeriksaan #isik, laboratorium test (dimana
0airan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau
sedikit meninggi, sedangkan -56T, 'P+ dan -7248 aldolase
sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat
imunisasi, kekakuan otot-otot tubuh), risus sardini0us dan kesadaran
yang tetap normal.
-pasme yang disebabkan oleh strikinin jarang menyebabkan spasme
otot rahang. Tetanus didiagnosis dengan pemeriksaan darah (kalsium
dan #os#at). +ejang pada meningitis dapat dibedakan dengan kelainan
0airan 0erebrospinalis.
1,2
Trismus dapat pula terjadi pada abses retro#aring, abses gigi yang
berat, pembesaran kelenjar lim#e leher. +aku kuduk juga dijumpai
pada meningitis, tetapi pada hal yang terakhir ini biasanya tampak
jelas demam, kesadaran yang menurun dan kelainan 0airan
serebrospinalis. -elain itu, pada tetanus kesadaran tidak menurun.
1,2,3
2abies dapat menimbulkan spasme laring dan #aring, tetapi tidak
disertai trismus. Tetani dibedakan dengan tetanus dengan pemeriksaan
kadar 'a dan P
dalam darah. -elain itu, pada rabies, terdapat anamnesis gigitan anjing
atau ku0ing dengan sali.a yang mengandung .irus, disertai gejala
spasme laring dan #aring yang terus menerus dengan pleiositosis
tetapi tanpa trismus.
1,2,3
Tabel 3 yang memperlihatkan di##erential diagnosis Tetanus 1
9
2.9
7tiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positi#: 'loastridium tetani. 3akteri ini
hidupnya anaerob dan berbentuk batang berspora, dijumpai pada tinja
binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang
terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. -pora ini bisa tahan beberapa
bulan bahkan beberapa tahun, jika ia mengin#eksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh
penderita tersebut. -pora 'lostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh
melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar ,
ke0elakaan, serta pada in#eksi tali pusat (Tetanus ;eonatorum ). 3akteri ini
lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
5br Clostridium tetani
<
Toksin ini mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan sara# peri#er
setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu =<
' adalah
laIim karena banyak energi metabolik yang dihabiskan oleh otot-otot
spastik. Pengaruh otonom yang utama adalah takikardi, aritmia, hipertensi
labil, dia#oresis, dan .asokonstriksi kulit.
1,2,=,E,/
Tanpa pengobatan, kisaran kejang dari beberapa detik sampai beberapa
menit sampai spasme otot dapat bertahan. -e0ara bertahap, otot .oluntar
lain terkena yang menyebabkan spasme tonik.
-etiap rangsangan eksterna dapat men0etuskan spasme otot tetanik
generalisata.
E
+ematian biasanya disebabkan oleh gangguan respirasi.
Angka mortalitas generalisata sangat tinggi.
E
Penyebab kematian
merupakan kombinasi berbagai keadaan seperti kelelahan otot na#as dan
in#eksi sekunder di paru-paru yang menyebabkan kegagalan pernapasan
serta gangguan keseimbangan 0airan dan elektrolit.
2."
+omplikasi
1,2,=,/
+omplikasi pada tetanus yang sering dijumpai1 laringospasme, kekakuan otot-
otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia serta
kompressi #raktur .ertebra dan laserasi lidah akibat kejang. -elain itu bisa
terjadi rhabdomyolysis dan renal #ailure. 2habdomyolysis adalah keadaan
dimana otot rangka dengan 0epat han0ur, sehingga mengakibatkan mioglobin
(protein otot) bo0or ke dalam urin. *al ini dapat menyebabkan gagal ginjal
akut.
2./
Pen0egahan
-eorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan ulangan
artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus bila
terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi. Tidak
terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ianya sembuh dikarenakan
toksin yang masuk ke dalam tubuh tidak sanggup untuk merangsang
pembentukkan antitoksin ( karena tetanospamin sangat poten dan
toksisitasnya bisa sangat 0epat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal,
yang mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang
pembentukan kekebalan).
1,2,=,E,/
Pen0egahan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan merawat luka dan
pemberian anti tetanus serum (AT-) dalam beberapa jam setelah luka akan
memberikan kekebalan pasi# sehingga men0egah terjadinya tetanus atau
memperpanjang masa inkubasi.
-ampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan
satu-satunya 0ara dalam pen0egahan terjadinya tetanus. Pen0egahan dengan
pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan
0ara pemberian imunisasi akti#( DPT atau DT ) yang diberikan tiga kali
dengan inter.al 9-= minggu, dan diulang pada umur 1" bulan dan < tahun .
1,2,=,E,"
4ntuk men0egah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan
padawaktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat, dan
0ara perawatan tali pusat.
2.1
Penatalaksanaan
2.1.1.
Perawatan
1,2,=,E,/
Amunisasi pasi# dengan globulin imun tetanus manusia (TA5)
memperpendek program tetanus dan dapat mengurangi keparahannya.
Dosis < 4 mun0ul see#ekti# seperti dosis yang lebih besar.
Terapi pendukung mungkin termasuk dukungan .entilasi dan
agen #armakologis yang mengobati kejang otot re#leks,
kekakuan, dan kejang berhubung dengan tetanus.
3enIodiaIepines telah mun0ul sebagai andalan terapi
simtomatik untuk tetanus. 4ntuk men0egah kejang yang
berlangsung lebih lama dari <-1 detik, mengelola diaIepam
intra.ena, biasanya 1-9 mg setiap 1-" jam. @e0uronium (in#us
kontinu) atau pankuronium (dengan injeksi intermiten) adalah
alternati# yang memadai.
Penisilin 5, yang telah digunakan se0ara luas selama bertahun-
tahun, namun bukan obat pilihan. 8etronidaIol (misalnya, ,<
M=h g) merupakan akti.itas antimikroba yang sebanding atau
lebih baik, dan penisilin merupakan antagonis 5A3A, seperti
toksin tetanus.
Dokter juga menggunakan sedati# hipnotik, narkotika, obat
anestetik inhalasi, agen yang memblokir neuromuskuler, dan
relaksan otot (misalnya, ba0lo#en intratekal).
-ampai saat ini, laporan menunjukkan bahwa lebih dari 2=
orang dewasa dengan tetanus parah telah diperlakukan dengan
ba0lo#en intratekal. Dosis perwakilan dari in#us kontinu adalah
1E< m0g per hari.
2.1.2.
Pengobatan
1,2,=,E,/
8engatasi kaku otot dan kejang, gangguan pernapasan, pengendalian
keseimbangan 0airan dan elektrolit, serta perbaikan nutrisi adalah
tindakan yang harus dilakukan. 4ntuk mengatasi kaku otot diberikan
obat yang bersi#at melemaskan otot dan untuk sedasi digunakan
#enobarbital, klorpromaIin, atau diaIepam.
DiaIepam bekerja di semua sinaps 5A3A tapi kerjanya dalam
mengurangi spastisitas sebagian yang dimediasi di medula spinalis.
DiaIepam dapat digunakan untuk melemaskan otot yang berasal dari
mana saja termasuk trauma otot lokal. Dosis diaIepam dimulai dengan
9 mg!hari yang dapat ditingkatkan se0ara bertahap hingga maksimum
= mg!hari.
E
Pada tetanus berat kadang diperlukan paralisis total otot
(kurarisasi) dengan mengambil alih pernapasan memakai respirator.
Pasien dengan kaku laring biasanya memerlukan trakeostomi untuk
mengatasi gangguan pernapasan.
Pada perawatan harus dilakukan obser.asi ketat, terutama jalan napas,
perubahan posisi, dan perawatan kulit untuk men0egah dekubitus, dan
pengosongan buli-buli. %isioterapi paru dan anggota gerak serta
perawatan mata juga merupakan bagian dari perawatan baku.
Pemberian nutrisi yang adekuat dapat dilakukan dengan nutrisi
perenteral dan enteral. -elama pasese usus yang baik, nutrisi enteral
merupakan pilihan tetapi bila perlu dilakukan pemberian makan lewat
pipa lambung atau gastronomi.
1,2,=,E,/
Dalam merawat pasien tetanus sebaiknya diusahakan ruangan yang
tenang yang dilindungi dari rangsangan penglihatan, pendengaran, dan
perabaan. -elain itu, diperlukan sta# perawatan yang berpengalaman dan
mempunyai desikasi tinggi serta bertanggung jawab. 2uangan yang
gelap tidak diperlukan karena perubahan dari gelap dan terang se0ara
tiba-tiba dapat memi0u timbulnya kejang.
;etralisasi toksin yang masih beredar dilakukan dengan memberikan
serum antitetanus (AT-) atau Amunoglobin tetanus human. AT-
diberikan 2. A4 setiap hari selama lima hari. Pada pemberian AT-
harus diingat kemungkinan timbulnya reaksi alergi. Pemberian
imunoglobulin tetanus human 0ukup dengan dosis tunggal 3-=
unit. Pemberian tidak perlu diulang karena waktu paruh antibodi ini
3
1
!
2
-9
1
!
2
minggu.
1,2,=,E,/
8enghilangkan kuman penyebab dapat dilakukan dengan merawat luka
yang di0urigai sebagai sumber in#eksi dengan 0ara men0u0i luka dengan
larutan antiseptik, eksisi luka, bahkan histerektomi bila uterus
diperkirakan sebagai sumber kuman tetanus dan pemakaian
antimikroba. 3ila tidak ditemukan sumber in#eksi yang jelas,
antimikroba merupakan satu-satunya usaha untuk menghilangkan
kuman penyebab. Dasar pemikirannya ialah perkiraan bahwa kuman
penyebab terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat dihentikan
dengan membasmi kuman tersebut.
1,2,=,E,/
Antibiotik yang banyak dianjurkan dan e#ekti# untuk membunuh
Clostridium tetani adalah penisilin. Dosis penisilin 5 adalah 1.
4!kg!29 jam yang terbagi dan diberikan pada inter.al 9-= jam selama
1-19 hari.
2
8etronidaIol nyata lebih e#ekti# dibandingkan dengan
penisilin dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas karena
metronidaIol tidak menunjukkan akti.itas antagonis terhadap 5A3A
seperti yang ditunjukkan oleh penisilin. Dosis penisilin yang dianjurkan
adalah 3 $ 1,< juta unit!hari dan metronidaIol 3 $ 1 gr!hari.
3
Pemberian
eritromisisn, tetrasiklin dan klindamisin pada usia lebih dari / tahun
merupakan alternati# untuk penderita alergi penisilin.
1,2,=,E,/
2.11
Prognosis
/
Prognosis tetanus diklasi#ikasikan dari tingkat keganasannya, 1
1. 2ingan: bila tidak adanya kejang umum ( generaliIed spsm )
2. -edang: bila sekali mun0ul kejang umum
3. 3erat : bila kejang umum yang berat sering terjadi.
8asa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -19 hari, tetapi bisa lebih
pendek atau pun lebih panjang. 3erat ringannya penyakit juga tergantung
pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa
makin jelek.
Prognosa tetanus neonatal jelek bila1
1. 4mur bayi kurang dari E hari
2. 8asa inkubasi E hari atau kurang
3. Periode timbulnya gejala kurang dari 1" ,jam
9. Dijumpai mus0ular spasm.
'ase %atality 2ate ( '%2) tetanus berkisar 99-<<L, sedangkan tetanus
neonatorum
B =L.
Prognosis dibagi menjadi 2 ma0am yaitu prognosis yang paling baik
dihubungkan dengan masa inkubasi yang lama, tanpa demam, dan dengan
penyakit yang terlokalisasi. Prognosis yang buruk dihubungkan antara jejas
dan mulainya trimus seminggu atau kurang, dan tiga hari atau kurang antara
trimus dengan spasme tetanus menyeluruh.
1,2,/
PENUTUP
3.1 +esimpulan
3erdasarkan hasil pemeriksaan #isik dan penunjang, disimpulkan pasien
menderita tetanus. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
anaerob Clostridium tetani. Penyakit ini berasal dari luka tusukan ysng berasal
dari benda kotor seperti paku, injeksi yang tidak steril, pas0apartus, serta
keadaan yang tidak laIim yang dapat menimbulkan tetanus seperti gigitan
binatang, abses, luka bakar, #raktur, gangren, dan sirkumsisi wanita. -e0ara
etiologi, Clostrisium tetani memiliki spora yang dapat bertahan dalam air
mendidih tetapi tidak dalam autokla#. Clostridium tetani memiliki toksin
tetanus yang merupakan bahan kedua yang paling bera0un setelah toksin
botulinum.
Tetanus memiliki gejala awal seperti nyeri kepala, gelisah, dan iritabilitas
yang sering disertai kekakuan, sukar mengunyah, dan spasme otot leher. Pada
keadaan yang lebih lanjut terdapat gejala seperti trismus, kejang opistotonus,
penderita berpostur lengkung, dan sampai menimbulkan kematian. Tetanus
tidak menyerang sara# sensorik atau #ungsi korteks. *al ini menyebabkan
penderita sadar dan harus menahan rasa yang sangat nyeri.
Pemeriksaan tetanus dapat dilakukan dengan 0ara anamnesis, pemeriksaan
#isik, pemeriksaan darah, dan diagnosis. -etelah melakukan pemeriksaan
barulah dilakukan tindakan pengobatan seperti pemberian globulin anti
tetanus, debridemen luka, dan antitoksin tetanus. &ika pasien telah mengalami
kejang, maka pasien diberikan obat yang bersi#at melemaskan otot dan untuk
sedasi digunakan #enobarbital, klorpromaIin, atau diaIepam. Pada tetanus
berat kadang diperlukan paralisis total otot (kurarisasi) dengan mengambil alih
pernapasan memakai respirator.
Pen0egahan dapat dilakukan dengan 9 0ara yaitu perawatan luka yang adekuat
dan imunisasi akti#, penggunaan pro#ilaksis antitoksin dan pemberian
penisilin.
8asa inkubasi dan periode onset (periode awal yaitu masa dari timbulnya
gejala klinis pertama sampai timbul kejang) merupakan #aktor yang
menentukan prognosis. +ematian tertinggi yang diakibatkan oleh tetanus yaitu
anak-anak ( balita dan bayi) dan lansia.