Anda di halaman 1dari 16

Skenario 6 : Tetanus

PEMBAHASAN
2.1
Anamnesis
Anamnesis merupakan tanya jawab antara dokter dan pasien atau bisa juga
terhadap keluarga atau relasi terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke
rumah sakit atau tempat praktek. Anamnesis diperlukan untuk mengetahui
penyebab penyakit tetanus seperti tempat masuknya kuman. Anamnesis
terdapatnya riwayat luka-luka patogenesis, disertai keadaan klinis berupa
kekakuan otot terutama di daerah rahang, sangat membantu diagnosis.
Pembuktian kuman seringkali tidak perlu, karena amat sukar mengisolasi
kuman dari luka pasien. Dari anamnesis juga bisa ditanyakan apakah pasien
pernah mendapatkan imunisasi sebelumnya.
Dari anamnesis, diketahui pasien tertusuk paku di telapak kaki kanan 12 hari
yang lalu namun tidak diobati. Tekanan darah 13!" dengan #rekuensi na#as
2"$!menit.
2.2
Pemeriksaan
2.2.1.
Pemeriksaan %isik
Pemeriksaan #isik dapat kita lihat dengan adanya luka dan gejala-
gejala yang khas pada penyakit tetanus seperti trismus, kejang
opistotonus, spasme otot, senyum sengit akibat kejang yang tidak
henti-hentinya di daerah muka, terutama rahang. &uga tampak luka
yang dalam dan bernanah serta suhu tubuh 3",3
o
'
2.2.2.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium) tidak begitu
perlu dilakukan. *al ini disebabkan karena penyakit tetanus dapat
ditegakkan dengan gejala klinis dan anamnesis.
2.3
Diagnosis
2.3.1.
Diagnosis +erja
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh 'lostridium tetani ditandai dengan spasme otot
yang periodik dan berat.
Tetanus disebut juga dengan ,-e.en day Disease ,. Dan pada tahun
1"/, diketemukan toksin seperti stri0hnine, kemudian dikenal
dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang
mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengakti.asi deri.at tersebut
menghasilkan pen0egahan dari tetanus.
1,2
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan #isik pasien
sewaktu istirahat, berupa gejala klinik 1 kejang tetanik, trismus,
dysphagia, 2hisus sardoni0us ( otot wajah kaku ). 3iasanya tampak
luka yang mendahuluinya. Pembuktian kuman seringkali tidak perlu
karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka penderita.
2.3.2.
Di##erensial Diagnosis
4ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sukar
sekali dijumpai dari pemeriksaan #isik, laboratorium test (dimana
0airan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau
sedikit meninggi, sedangkan -56T, 'P+ dan -7248 aldolase
sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat
imunisasi, kekakuan otot-otot tubuh), risus sardini0us dan kesadaran
yang tetap normal.
-pasme yang disebabkan oleh strikinin jarang menyebabkan spasme
otot rahang. Tetanus didiagnosis dengan pemeriksaan darah (kalsium
dan #os#at). +ejang pada meningitis dapat dibedakan dengan kelainan
0airan 0erebrospinalis.
1,2
Trismus dapat pula terjadi pada abses retro#aring, abses gigi yang
berat, pembesaran kelenjar lim#e leher. +aku kuduk juga dijumpai
pada meningitis, tetapi pada hal yang terakhir ini biasanya tampak
jelas demam, kesadaran yang menurun dan kelainan 0airan
serebrospinalis. -elain itu, pada tetanus kesadaran tidak menurun.
1,2,3
2abies dapat menimbulkan spasme laring dan #aring, tetapi tidak
disertai trismus. Tetani dibedakan dengan tetanus dengan pemeriksaan
kadar 'a dan P
dalam darah. -elain itu, pada rabies, terdapat anamnesis gigitan anjing
atau ku0ing dengan sali.a yang mengandung .irus, disertai gejala
spasme laring dan #aring yang terus menerus dengan pleiositosis
tetapi tanpa trismus.
1,2,3
Tabel 3 yang memperlihatkan di##erential diagnosis Tetanus 1
9
2.9
7tiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positi#: 'loastridium tetani. 3akteri ini
hidupnya anaerob dan berbentuk batang berspora, dijumpai pada tinja
binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang
terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. -pora ini bisa tahan beberapa
bulan bahkan beberapa tahun, jika ia mengin#eksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh
penderita tersebut. -pora 'lostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh
melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar ,
ke0elakaan, serta pada in#eksi tali pusat (Tetanus ;eonatorum ). 3akteri ini
lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
5br Clostridium tetani
<

Toksin ini mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan sara# peri#er
setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu =<

' akan han0ur


dalam lima menit. Di samping itu dikenal pula tetanolysin yang bersi#at
hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.
2.<
%aktor 2isiko
%aktor risiko penyakit ini biasa karena luka tusuk, luka bakar, atau
pas0apartus. 3iasa di daerah pertanian dan perkebunan juga beresiko terkena
tetanus karena penyakit tetanus biasanya timbul di daerah yang terkontaminasi
dengan tanah dan dengan kebersihan serta perawatan luka yang buruk.
8elahirkan juga menjadi salah satu #aktor risiko penyakit tetanus terutama
pada tali pusat. 3agi yang tidak mempunyai kekebalan juga beresiko terkena
tetanus. Tetanus juga masih banyak dijumpai dikarenakan rendahnya
kesadaran masyarakat akan kebersihan dan perawatan luka yang kurang
higienis.
2.=
7pidemiologi
Tetanus terjadi se0ara sporadis dan hampir selalu menimpa indi.idu non imun,
indi.idu dengan imunitas parsial, dan indi.idu dengan imunitas penuh yang
kemudian gagal mempertahankan imunitas se0ara adekuat dengan .aksin
ulangan. >alaupun tetanus dapat di0egah dengan imunisasi, tetanus masih
merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di ;egara
beriklim tropis dan ;egara ? ;egara sedang berkembang, sering terjadi di
brasil, %ilipina, @ietnam, Andonesia, dan ;egara lain di benua Asia.
1,2,=
Tetanus disebabkan oleh 'lostridium tetani suatu basil anaerob 5ram positi#
pembentuk spora, yang terdapat dalam usus berbagai hewan herbi.ora dan
terdistribusi luas dalam tanah. 3ila tidak memiliki imunisasi akti#, seorang
pasien dengan usia berapapun dapat mengalami tetanus melalui luka yang
terkontaminasi oleh tanah. 6rang dewasa yang berusia B = tahun merupakan
kelompok berisiko tertinggi, terutama wanita yang mungkin lahir sebelum
dikenalkan imunisasi pada anak-anak .
1,2,=
Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus,
bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus
ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum. Tetanus neonatal merupakan
masalah khusus di beberapa negara berkembang akibat kontaminasi sekitar
umbilikus oleh tanah atau kotoran hewan untuk tujuan terapi.
1,2,=
Tetanus dapat pula berkaitan dengan luka bakar, in#eksi telinga tengah,
pembedahan, absorsi dan adanya porte dCentrDe.
Port o# entry tidak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga
melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar. 3isa juga melalui luka
operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik, 0aries gigi, serta
pemotongan tali pusat yang tidak steril.
2.E
Pato#isiologi
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk
paku, pe0ahan ka0a, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi
dapat melalui tali pusat. 3entuk spora dari bakteri akan berubah menjadi
.egetati# bila lingkungannya memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut
dan kemudian mengeluarkan eksotoksin. +uman tetanusnya sendiri akan tetap
tinggal di daerah luka, sehingga tidak ada penyebaran kuman.
6rganisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan
toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot, dan mempengaruhi sistem sara# pusat. Tetanolisin mampu se0ara
lokal merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi sumber in#eksi
dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multiplikasi bakteri.
7ksotoksin yang dihasilkan akan men0apai pada sistem sara# pusat dengan
melewati akson neuron atau sistem .askuler. +uman ini menjadi terikat pada
satu sara# atau jaringan sara# dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin
spesi#ik. ;amun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah
dinetralkan oleh antitoksin. *ipotesa 0ara absorbsi dan bekerjanya toksin
adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung sara# motorik dan melalui aksis
silindrik dibawah ke kornu anterior susunan sara# pusat. +edua, toksin
diabsorbsi oleh susunan lim#atik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk ke dalam susunan sara# pusat. Toksin bereaksi pada
myoneural jun0tion yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah
sekali terangsang. 8asa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 1 hari.
1,2,=,E
Toksin mempunyai e#ek dominan pada neuron inhibitori, di mana setelah
toksin menyeberangi sinapsis untuk men0apai presinaptik, ia akan memblokir
pelepasan neurotransmitter yaitu glisin dan asam aminobutirik (5A3A).
Tetanospasmin berpengaruh pula pada sistem sara# otonom, sehingga mun0ul
gangguan pada perna#asan, metabolisme, hemodinamika, hormonal,saluran
0erna, saluran kemih, dan neuromuskular. ;euron motorik juga dipengaruhi
dengan pelepasan asetikolin ke dalam 0elah neuromuskuler dikurangi. Pusat
medulla dan hipotalamus mungkin juga dipengaruhi.
1,2,=,E
Penyakit tetanus merupakan salah satu in#eksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat sara# dan otot. Aliran e#eren yang tak terkendali
dari sara# motorik pada korda dan batang otak akan menyebabkan kekakuan
dan spasme muskuler. -pasme otot sangat nyeri dan dapat berakibat #raktur
tendon. 6tot rahang, wajah, dan kepala sering terlibat pertama kali karena
jalur aksonalnya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh mengikuti,
sedangkan otot-otot peri#er tangan dan kaki relati# jarang terlibat.
1,2,=,E
Terikatnya toksin pada neuron bersi#at ire.ersible. Pemulihan membutuhkan
tumbuhnya ujung sara# yang baru yang menjelaskan mengapa tetanus
berdurasi lama.
4ntuk menentukan derajat penyakit ini, digunakan s0ore menurut Phillips
yang berdasarkan 9 tolok ukur yaitu
masa inkubasi
lokal in#eksi ( Port dFentree)
imunisasi
#aktor yang memberatkan
Derajat keparahan penyakit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel empat tolak ukur dan besarnya nilai (Philips)
E
Tolah ukur ;ilai
8asa inkubasi
+urang 9" jam 5
2-< hari 9
=-1 hari 3
11-19 hari 2
lebih 19 hari 1
Gokasi in#eksi
Anternal!umbilikal 5
Geher, kepala, dinding tubuh 9
7kstremitas proksimal 3
7kstremitas distal 2
Tidak diketahui 1
Amunisasi Tidak ada 1
8ingkin ada!ibu mendapat "
Gebih dari 1 tahun yang lalu 9
+urang dari 1 tahun 2
Proteksi lengkap
%aktor yang memberatkan
Penyakit atau trauma yang membahayakan jiwa 1
+eadaan yang tidak langsung membahayakan
jiwa "
+eadaan yang tidak membahayakan jiwa 9
Trauma atau penyakit ringan 2
A.-.A.HH derajat 1
HH -istim penilaian untuk menentukan risiko penyulit
3erdasarkan jumlah angka yang diperoleh, derajat keparahan penyakit dapat
dibagi menjadi tetanus ringan (angka kurang dari /), penyakit sedang (angka
/-1=), dan tetanus berat (angka lebih dari 1=). Tetanus ringan dapat sembuh
dengan pengobatan baku sedangkan tetanus berat memerlukan perawatan
khusus yang intensi#.
Ada beberapa bentuk tetanus yang dikenal se0ara klinis, yakni1
1,2,=,E
1. Go0alited tetanus ( Tetanus Gokal )
Tetanus ini merupakan bentuk yang jarang dimana mani#estasinya hanya
pada otot-otot di sekitar luka. +elemahan otot bisa terjadi akibat peran
toksin pada tempat hubungan neuromuskuler. 5ejalanya bersi#at ringan
dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Progresi menjadi tetanus
generalisata bisa terjadi. ;amun se0ara umum, prognosisnya baik.
2. 'ephali0 Tetanus ( Tetanus -e#alik )
Tetanus ini merupakan bentuk yang jarang dari bentuk tetanus lokal, yang
terjadi setelah trauma kepala atau in#eksi telinga. 8asa inkubasinya 1-2
hari. 3iasanya terjadi dis#ungsi satu atau lebih sara# kranial yang tersering
sara# ke tujuh (ner.us #as0ialis). 8ortalitasnya tinggi.
3. 5eneraliIed tetanus (T0tanus 5eneralisata atau umum)
Tetanus ini merupakan bentuk yang paling umum ditandai dengan
meningkatnya tonus otot dan spasme. 8asa inkubasinya ber.ariasi
tergantung lokasi luka dan lebih singkat pada tetanus berat.
Terdapat trias klinis berupa rigiditas (kekakuan), spasme (ketegangan)
otot, dan apabila berat dis#ungsi otonomik. +aku kuduk, nyeri
tenggorokan, dan kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan
gejala awal tetanus. -pasme otot maseter menyebabkan trismus atau
rahang terkun0i. -pasme se0ara progresi# akan meluas ke otot-otot wajah
yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas Jrisus sardoni0usK dan
meluas ke otot-otot menelan yang menyebabkan dis#agia (kesulitan
menelan). 2igiditas tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan
respirasi dengan menurunnya kelenturan dinding dada. Pasien dapat
demam, walaupun banyak yang tidak. -ementara kesadaran tidak
berpengaruh.
+ontraksi otot dapat bersi#at spontan atau dipi0u oleh stimulus berupa
sentuhan, stimulus .isual, auditori, atau emosional. -pasme #aringeal
sering diikuti dengan spasme laringeal dan berkaitan dengan terjadinya
aspirasi dan obstruksi jalan na#as akut yang mengan0am nyawa.
9. -elain itu ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus
Tetanus ini biasanya #atal apabila tidak terapi. 3entuk ini menyebabkan
lebih dari <L kematian akibat tetanus di seluruh dunia, tapi jarang di
negara maju. Tetanus neonatal biasa disebabkan oleh higiene umbilikal
yang buruk (tidak steril). 2isiko in#eksi tergantung panjang tali pusat,
kebersihan lingkungan, dan kebersihan saat mengikat dan memotong
umbilikus. 5ambaran khas tetanus neonatum antara lain rigiditas, sulit
menelan A-A, iritabilitas dan spasme. Di antara neonatus yang terin#eksi,
/L meninggal dan retardasi mental dapat terjadi pada yang bertahan
hidup. ;amun tetanus neonatus ini dapat di0egah dengan .aksinasi
maternal, bahkan selama kehamilan.
-pasme otot-otot laring dan pernapasan dapat menyebabkan obstruksi
saluran pernapasan. Penderita tetap sadar dengan nyeri yang sangat hebat
serta ketakutan akibat kejang tetanus berikutnya karena toksin tetanus tidak
mengenai sara# sensorik atau #ungsi korteks. +ejang-kejang ini ditandai
dengan kontraksi otot tonik berat, mendadak, dengan tangan mengepal
seperti tangan yang sedang meninju, lengan #leksi dan adduksi serta
hiperekstensi kaki. 5angguan paling ke0il pada pandangan, suara atau
sentuhan dapat memi0u kejang tetani. Demam dengan suhu 9

' adalah
laIim karena banyak energi metabolik yang dihabiskan oleh otot-otot
spastik. Pengaruh otonom yang utama adalah takikardi, aritmia, hipertensi
labil, dia#oresis, dan .asokonstriksi kulit.
1,2,=,E,/
Tanpa pengobatan, kisaran kejang dari beberapa detik sampai beberapa
menit sampai spasme otot dapat bertahan. -e0ara bertahap, otot .oluntar
lain terkena yang menyebabkan spasme tonik.
-etiap rangsangan eksterna dapat men0etuskan spasme otot tetanik
generalisata.
E
+ematian biasanya disebabkan oleh gangguan respirasi.
Angka mortalitas generalisata sangat tinggi.
E
Penyebab kematian
merupakan kombinasi berbagai keadaan seperti kelelahan otot na#as dan
in#eksi sekunder di paru-paru yang menyebabkan kegagalan pernapasan
serta gangguan keseimbangan 0airan dan elektrolit.
2."
+omplikasi
1,2,=,/
+omplikasi pada tetanus yang sering dijumpai1 laringospasme, kekakuan otot-
otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia serta
kompressi #raktur .ertebra dan laserasi lidah akibat kejang. -elain itu bisa
terjadi rhabdomyolysis dan renal #ailure. 2habdomyolysis adalah keadaan
dimana otot rangka dengan 0epat han0ur, sehingga mengakibatkan mioglobin
(protein otot) bo0or ke dalam urin. *al ini dapat menyebabkan gagal ginjal
akut.
2./
Pen0egahan
-eorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan ulangan
artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus bila
terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi. Tidak
terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ianya sembuh dikarenakan
toksin yang masuk ke dalam tubuh tidak sanggup untuk merangsang
pembentukkan antitoksin ( karena tetanospamin sangat poten dan
toksisitasnya bisa sangat 0epat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal,
yang mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang
pembentukan kekebalan).
1,2,=,E,/
Pen0egahan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan merawat luka dan
pemberian anti tetanus serum (AT-) dalam beberapa jam setelah luka akan
memberikan kekebalan pasi# sehingga men0egah terjadinya tetanus atau
memperpanjang masa inkubasi.
-ampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan
satu-satunya 0ara dalam pen0egahan terjadinya tetanus. Pen0egahan dengan
pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan
0ara pemberian imunisasi akti#( DPT atau DT ) yang diberikan tiga kali
dengan inter.al 9-= minggu, dan diulang pada umur 1" bulan dan < tahun .
1,2,=,E,"
4ntuk men0egah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan
padawaktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat, dan
0ara perawatan tali pusat.
2.1
Penatalaksanaan
2.1.1.
Perawatan
1,2,=,E,/
Amunisasi pasi# dengan globulin imun tetanus manusia (TA5)
memperpendek program tetanus dan dapat mengurangi keparahannya.
Dosis < 4 mun0ul see#ekti# seperti dosis yang lebih besar.
Terapi pendukung mungkin termasuk dukungan .entilasi dan
agen #armakologis yang mengobati kejang otot re#leks,
kekakuan, dan kejang berhubung dengan tetanus.
3enIodiaIepines telah mun0ul sebagai andalan terapi
simtomatik untuk tetanus. 4ntuk men0egah kejang yang
berlangsung lebih lama dari <-1 detik, mengelola diaIepam
intra.ena, biasanya 1-9 mg setiap 1-" jam. @e0uronium (in#us
kontinu) atau pankuronium (dengan injeksi intermiten) adalah
alternati# yang memadai.
Penisilin 5, yang telah digunakan se0ara luas selama bertahun-
tahun, namun bukan obat pilihan. 8etronidaIol (misalnya, ,<
M=h g) merupakan akti.itas antimikroba yang sebanding atau
lebih baik, dan penisilin merupakan antagonis 5A3A, seperti
toksin tetanus.
Dokter juga menggunakan sedati# hipnotik, narkotika, obat
anestetik inhalasi, agen yang memblokir neuromuskuler, dan
relaksan otot (misalnya, ba0lo#en intratekal).
-ampai saat ini, laporan menunjukkan bahwa lebih dari 2=
orang dewasa dengan tetanus parah telah diperlakukan dengan
ba0lo#en intratekal. Dosis perwakilan dari in#us kontinu adalah
1E< m0g per hari.
2.1.2.
Pengobatan
1,2,=,E,/
8engatasi kaku otot dan kejang, gangguan pernapasan, pengendalian
keseimbangan 0airan dan elektrolit, serta perbaikan nutrisi adalah
tindakan yang harus dilakukan. 4ntuk mengatasi kaku otot diberikan
obat yang bersi#at melemaskan otot dan untuk sedasi digunakan
#enobarbital, klorpromaIin, atau diaIepam.
DiaIepam bekerja di semua sinaps 5A3A tapi kerjanya dalam
mengurangi spastisitas sebagian yang dimediasi di medula spinalis.
DiaIepam dapat digunakan untuk melemaskan otot yang berasal dari
mana saja termasuk trauma otot lokal. Dosis diaIepam dimulai dengan
9 mg!hari yang dapat ditingkatkan se0ara bertahap hingga maksimum
= mg!hari.
E
Pada tetanus berat kadang diperlukan paralisis total otot
(kurarisasi) dengan mengambil alih pernapasan memakai respirator.
Pasien dengan kaku laring biasanya memerlukan trakeostomi untuk
mengatasi gangguan pernapasan.
Pada perawatan harus dilakukan obser.asi ketat, terutama jalan napas,
perubahan posisi, dan perawatan kulit untuk men0egah dekubitus, dan
pengosongan buli-buli. %isioterapi paru dan anggota gerak serta
perawatan mata juga merupakan bagian dari perawatan baku.
Pemberian nutrisi yang adekuat dapat dilakukan dengan nutrisi
perenteral dan enteral. -elama pasese usus yang baik, nutrisi enteral
merupakan pilihan tetapi bila perlu dilakukan pemberian makan lewat
pipa lambung atau gastronomi.
1,2,=,E,/
Dalam merawat pasien tetanus sebaiknya diusahakan ruangan yang
tenang yang dilindungi dari rangsangan penglihatan, pendengaran, dan
perabaan. -elain itu, diperlukan sta# perawatan yang berpengalaman dan
mempunyai desikasi tinggi serta bertanggung jawab. 2uangan yang
gelap tidak diperlukan karena perubahan dari gelap dan terang se0ara
tiba-tiba dapat memi0u timbulnya kejang.
;etralisasi toksin yang masih beredar dilakukan dengan memberikan
serum antitetanus (AT-) atau Amunoglobin tetanus human. AT-
diberikan 2. A4 setiap hari selama lima hari. Pada pemberian AT-
harus diingat kemungkinan timbulnya reaksi alergi. Pemberian
imunoglobulin tetanus human 0ukup dengan dosis tunggal 3-=
unit. Pemberian tidak perlu diulang karena waktu paruh antibodi ini
3
1
!
2
-9
1
!
2
minggu.
1,2,=,E,/
8enghilangkan kuman penyebab dapat dilakukan dengan merawat luka
yang di0urigai sebagai sumber in#eksi dengan 0ara men0u0i luka dengan
larutan antiseptik, eksisi luka, bahkan histerektomi bila uterus
diperkirakan sebagai sumber kuman tetanus dan pemakaian
antimikroba. 3ila tidak ditemukan sumber in#eksi yang jelas,
antimikroba merupakan satu-satunya usaha untuk menghilangkan
kuman penyebab. Dasar pemikirannya ialah perkiraan bahwa kuman
penyebab terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat dihentikan
dengan membasmi kuman tersebut.
1,2,=,E,/
Antibiotik yang banyak dianjurkan dan e#ekti# untuk membunuh
Clostridium tetani adalah penisilin. Dosis penisilin 5 adalah 1.
4!kg!29 jam yang terbagi dan diberikan pada inter.al 9-= jam selama
1-19 hari.
2
8etronidaIol nyata lebih e#ekti# dibandingkan dengan
penisilin dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas karena
metronidaIol tidak menunjukkan akti.itas antagonis terhadap 5A3A
seperti yang ditunjukkan oleh penisilin. Dosis penisilin yang dianjurkan
adalah 3 $ 1,< juta unit!hari dan metronidaIol 3 $ 1 gr!hari.
3
Pemberian
eritromisisn, tetrasiklin dan klindamisin pada usia lebih dari / tahun
merupakan alternati# untuk penderita alergi penisilin.
1,2,=,E,/

2.11
Prognosis
/
Prognosis tetanus diklasi#ikasikan dari tingkat keganasannya, 1
1. 2ingan: bila tidak adanya kejang umum ( generaliIed spsm )
2. -edang: bila sekali mun0ul kejang umum
3. 3erat : bila kejang umum yang berat sering terjadi.
8asa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -19 hari, tetapi bisa lebih
pendek atau pun lebih panjang. 3erat ringannya penyakit juga tergantung
pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa
makin jelek.
Prognosa tetanus neonatal jelek bila1
1. 4mur bayi kurang dari E hari
2. 8asa inkubasi E hari atau kurang
3. Periode timbulnya gejala kurang dari 1" ,jam
9. Dijumpai mus0ular spasm.
'ase %atality 2ate ( '%2) tetanus berkisar 99-<<L, sedangkan tetanus
neonatorum
B =L.
Prognosis dibagi menjadi 2 ma0am yaitu prognosis yang paling baik
dihubungkan dengan masa inkubasi yang lama, tanpa demam, dan dengan
penyakit yang terlokalisasi. Prognosis yang buruk dihubungkan antara jejas
dan mulainya trimus seminggu atau kurang, dan tiga hari atau kurang antara
trimus dengan spasme tetanus menyeluruh.
1,2,/
PENUTUP
3.1 +esimpulan
3erdasarkan hasil pemeriksaan #isik dan penunjang, disimpulkan pasien
menderita tetanus. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
anaerob Clostridium tetani. Penyakit ini berasal dari luka tusukan ysng berasal
dari benda kotor seperti paku, injeksi yang tidak steril, pas0apartus, serta
keadaan yang tidak laIim yang dapat menimbulkan tetanus seperti gigitan
binatang, abses, luka bakar, #raktur, gangren, dan sirkumsisi wanita. -e0ara
etiologi, Clostrisium tetani memiliki spora yang dapat bertahan dalam air
mendidih tetapi tidak dalam autokla#. Clostridium tetani memiliki toksin
tetanus yang merupakan bahan kedua yang paling bera0un setelah toksin
botulinum.
Tetanus memiliki gejala awal seperti nyeri kepala, gelisah, dan iritabilitas
yang sering disertai kekakuan, sukar mengunyah, dan spasme otot leher. Pada
keadaan yang lebih lanjut terdapat gejala seperti trismus, kejang opistotonus,
penderita berpostur lengkung, dan sampai menimbulkan kematian. Tetanus
tidak menyerang sara# sensorik atau #ungsi korteks. *al ini menyebabkan
penderita sadar dan harus menahan rasa yang sangat nyeri.
Pemeriksaan tetanus dapat dilakukan dengan 0ara anamnesis, pemeriksaan
#isik, pemeriksaan darah, dan diagnosis. -etelah melakukan pemeriksaan
barulah dilakukan tindakan pengobatan seperti pemberian globulin anti
tetanus, debridemen luka, dan antitoksin tetanus. &ika pasien telah mengalami
kejang, maka pasien diberikan obat yang bersi#at melemaskan otot dan untuk
sedasi digunakan #enobarbital, klorpromaIin, atau diaIepam. Pada tetanus
berat kadang diperlukan paralisis total otot (kurarisasi) dengan mengambil alih
pernapasan memakai respirator.
Pen0egahan dapat dilakukan dengan 9 0ara yaitu perawatan luka yang adekuat
dan imunisasi akti#, penggunaan pro#ilaksis antitoksin dan pemberian
penisilin.
8asa inkubasi dan periode onset (periode awal yaitu masa dari timbulnya
gejala klinis pertama sampai timbul kejang) merupakan #aktor yang
menentukan prognosis. +ematian tertinggi yang diakibatkan oleh tetanus yaitu
anak-anak ( balita dan bayi) dan lansia.

Anda mungkin juga menyukai