Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN DAN TUJUAN
1.1. Pendahuluan
Permasalahan lingkungan selama beberapa dekade ini cukup menjadi perhatian
dibeberapa negara termasuk di Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan pesatnya
pembangunan diberbagai negara berakibat terjadinya degradasi lingkungan. Efek
dari degradasi lingkungan ini berpengaruh terhadap keberlanjutan Sumber Daya
Alam serta lingkungan hidup dimasa mendatang. Guna mengantisipasi
permasalahan lingkungan yang semakin kompleks dibutuhkan seperangkat aturan
serta pedoman dalam menangani permasalahan tersebut. Hal ini bertujuan agar
aspek keberlanjutan Sumber Daya Alam serta lingkungan hidup dimasa mendatang
tetap terjaga serta dapat terus mendukung kehidupan manusia.
RTRW Provinsi Banten merupakan kebijakan spatial dan dijadikan acuan
pembangunan pada jangka waktu 20 tahun. Sebagai upaya untuk mejamin
keberlanjutan pembangunan dimasa mendatang adalah dengan mengintegrasikan
kepentingan lingkungan pada arah pengambilan keputusan yang strategis yakni pada
tataran kebijakan, rencana atau program melalui aplikasi Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS). KLHS tidak hanya merupakan kajian dampak lingkungan yang
bersifat formal dan mengikuti tata prosedur tertentu, tetapi lebih dari itu, juga
merupakan suatu kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang terbaik. KLHS
sendiri juga merupakan pendekatan proaktif untuk mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan baik itu evaluasi dampak lingkungan atau prinsip keberlanjutan kedalam
kebijakan, rencana, atau program.
Maka dari itu Provinsi Banten sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi
perkembangan daerah yang pesat, turut menerapkan kebijakan yang mendukung
keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Guna mengawal serta
mendukung implementasi dari kebijakan yang terkait pada aspek lingkungan yang
terdapat di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten 2010-
2030, maka dari itu diakomodir dalam Laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Provinsi Banten (KLHS). KLHS RTRW Provinsi Banten 2010-2030 disusun
berdasarkan SEB Nomor 660/5113/SJ dan Nomor 04/MENLH/12/2010 tanggal 20
Desember 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) metode cepat untuk RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
1.2. Tujuan
Mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan ke dalam Kebijakan, Rencana,
Program RTRW Provinsi Banten atas dasar/prinsip keterkaitan, asas keseimbangan,
dan asas keadilan.
2
1.3. Pemangku Kepentingan
Para pemangku kepentingan yang terkait dan turut bertanggung jawab di dalam
penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Provinsi Banten, adalah:
1. SKPD PROVINSI
a. Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten.
b. Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten.
c. Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
d. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Banten.
e. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten.
f. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten.
g. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten.
h. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten.
i. Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten.
j. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
k. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
2. Akademisi
a. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
b. STIKES Faletehan.
3. LSM
a. Rekonvasi Bhumi.
b. WWF Taman Nasional Ujung Kulon
4. Tokoh Masyarakat
3
BAB II
LINGKUP KAJIAN
2.1. Identifikasi Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan
Dalam rencana pembangunan Provinsi Banten kedepan ada beberapa Isu Strategis
mengenai pembangunan berkelanjutan yang menjadi prioritas dan menjadi bahan
kajian dalam laporan ini. Isu-isu tersebut telah menjadi kesepakatan para Pakar,
Akademisi, Instansi Pemerintah Provinsi Banten serta Masyarakat Banten. Beberapa
isu tersebut, adalah:
a. Alih Fungsi Lahan Pertanian (Ketahanan Pangan)
b. Kemiskinan
c. Ekonomi Masyarakat Berorientasi Pasar Global
d. Akses (Transportasi)
e. Geologi dan Panas Bumi
f. Pencemaran Lingkungan
g. Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Air
h. Kemerosotan Keanekaragaman Hayati
2.2. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Pada Raperda RTRW
Dalam Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Provinsi Banten tahun 2010-2030
terdapat beberapa kebijakan serta program kegiatan yang diidentifikasi serta
diuraikan sebagai dasar pembangunan Provinsi Banten kedepan, yaitu:
a. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan ini terdiri dari beberapa program kegiatan :
1. Pengembangan Sistem Perkotaan (Permukiman)
2. Pengembangan Sistem Prasarana Utama
- Transportasi Darat
- Transportasi Laut
- Transportasi Udara
3. Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya
- Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan
- Sistem Jaringan Sumber Daya Air
b. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kawasan Lindung
Dengan Program Kegiatan Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Lindung
c. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kawasan Budidaya
Dengan Program Kegiatan Pengembangan Kawasan Budidaya (Industri,
Permukiman, dan Pertambangan)
d. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis
Dengan Program Kegiatan Pengembangan Kawasan Strategis :
a. Pengembangan dan Pemantapan Fungsi Pertumbuhan Ekonomi
b. Pendayagunaan SDA dan/atau Teknologi Tinggi
4
2.3. MATRIKS KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU PROGRAM TERHADAP ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Isu Pembangunan
Berkelanjutan
Yang Berpotensi Terkena
Pengaruh/Dampak Alih Fungsi
Lahan
Pertanian
(Ketahanan
Pangan)
Kemiskinan
Ekonomi
Masyarakat
Berorientasi
Pasar Global
Akses
(Transportasi)
Geologi
dan
Panas
Bumi
Pencemaran
Lingkungan
Kualitas dan
Kuantitas
Sumber
Daya Air
Kemerosotan
Keanekaraga
man Hayati
Frekuensi
Dampak
+
Frekuensi
Dampak
- Kebijakan
Perencanaan
Ruang sebagaimana
tertuang dalam Raperda
Kebijakan
Pengembangan
Struktur Ruang
1 Pengembangan
Sistem Perkotaan
(Permukiman)
+ + + - - 3 2
2 Pengembangan
Sistem Prasarana
Utama
- Transportasi
Darat
- + + + + - 4 2
- Transportasi Laut
+ + + - - 3 2
- Transportasi
Udara
- + + + - 3 2
3 Pengembangan
Sistem Prasarana
Lainnya
- Sistem Jaringan
Energi/Kelistrikan
+ + + - - 3 2
- Sistem Jaringan
Sumber Daya
Air
+ + + + 4 0
Kebijakan
Pengembangan
Pola Ruang
Kawasan
Lindung
Rehabilitasi dan
Pemantapan Kawasan
Lindung
+ + + 3 0
5
Kebijakan
Pengembangan
Pola Ruang
Kawasan
Budidaya
Pengembangan
Kawasan Budidaya
(Industri, Permukiman,
dan Pertambangan)
- + + + + - - -
4 4
Kebijakan
Pengembangan
kawasan
strategis
Pengembangan
Kawasan Strategis
a. Pengembangan dan
Pemantapan Fungsi
Pertumbuhan
Ekonomi
- + + + + - - - 4 4
b. Pendayagunaan
SDA dan/atau
Teknologi Tinggi
+ + - + - 3 2
Frekuensi
Dampak +
2 9 7 6 5 1 3 1
Frekuensi
Dampak -
4 0 0 0 0 7 3 6
6
BAB III
PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM TERHADAP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
3.1. Kebijakan Penataan Ruang Yang Mempunyai Potensi Dampak Negatif
Dalam kebijakan penataan ruang yang ada pada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Banten 2010-2030, terdapat beberapa kebijakan turunan yang
berpengaruh terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan di Provinsi Banten
serta berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi wilayah Banten, antara lain:
a. Kebijakan pengembangan pola ruang kawasan budidaya khususnya program
Pengembangan Kawasan Budidaya (Industri dan Permukiman) berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian
(Ketahanan Pangan), pencemaran lingkungan, dan turunnya kualitas dan
kuantitas sumber daya air di wilayah Banten Utara (Kabupaten Serang dan
Kabupaten Tangerang) sedangkan untuk kawasan pertambangan
menimbulkan dampak kemerosotan keanekaragaman hayati di wilayah
Banten Selatan (Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang) secara
keseluruhan dalam kurun waktu 10 tahun dengan intensitas tinggi.
b. Kebijakan pengembangan kawasan strategis khususnya program
pengembangan pemantapan fungsi pertumbuhan ekonomi (permukiman dan
sarana prasarana olahraga dalam skala besar) berpotensi menimbulkan
dampak negatif terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian (Ketahanan Pangan) di
Kota Serang dan Kabupaten Lebak. Perlu pula diperhatikan dampak negatif
pencemaran lingkungan dan turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air
di kawasan strategis ekonomi di Kota Cilegon dan Kabupaten Serang,
sedangkan untuk kawasan pariwisata menimbulkan dampak kemerosotan
keanekaragaman hayati khususnya di wilayah reklamasi (Kabupaten
Tangerang) serta pesisir Utara dan Selatan Provinsi Banten secara
keseluruhan dalam kurun waktu 20 tahun dengan intensitas sedang.
c. Kebijakan pengembangan kawasan strategis untuk pendayagunaan Sumber
Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi berpotensi menimbulkan dampak
negatif terhadap pencemaran lingkungan dan kemerosotan keanekaragaman
hayati khususnya pada pembangunan pembangkit energi dan bendungan,
secara keseluruhan dalam kurun waktu 20 tahun dengan intensitas sedang.
d. Kebijakan pengembangan sistem perkotaan (permukiman) yang
menimbulkan dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan, kualitas dan
kuantitas sumber daya air yang tersebar di PKN Tangerang, Tangerang
7
Selatan, Serang, dan Cilegon. Secara keseluruhan dalam kurun waktu 20
tahun dengan intensitas sedang.
e. Kebijakan pengembangan sistem prasarana utama, meliputi:
1. Transportasi darat menimbulkan dampak negatif terhadap alih fungsi
lahan pertanian (ketahanan pangan) dan kemerosotan keanekaragaman
hayati di Wilayah Banten Selatan (Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten
Lebak). Secara keseluruhan dalam kurun waktu 20 tahun dengan
intensitas rendah.
2. Transportasi laut menimbulkan dampak negatif terhadap pencemaran
lingkungan dan kemerosotan keanekaragaman hayati di Wilayah Banten
Utara (Kota Cilegon, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang). Secara
keseluruhan dalam kurun waktu 20 tahun dengan intensitas sedang.
3. Transportasi udara menimbulkan dampak negatif terhadap alih fungsi
lahan pertanian (ketahanan pangan) dan pencemaran lingkungan di
Wilayah Banten Selatan (Kabupaten Pandeglang). Secara keseluruhan
dalam kurun waktu 10 tahun dengan intensitas sedang.
f. Kebijakan pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan menimbulkan
dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan dan kemerosotan
keanekaragaman hayati disekitar kawasan PLTU Labuan (Kabupaten
Pandeglang), PLTU Lontar (Kabupaten Tangerang), PLTU Suralaya (Kota
Cilegon). Secara keseluruhan dalam kurun waktu 10 tahun dengan intensitas
sedang.
3.2. Isu Pembangunan Yang Berpotensi Terkena Pengaruh/Dampak Negatif
Mengacu pada isu pembangunan di Provinsi Banten yang kian berkembang, di
identifikasi adanya isu-isu pembangunan yang terkait dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan serta berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi
wilayah Banten, yaitu:
a. Pencemaran lingkungan (persampahan, sanitasi) di kawasan permukiman
dalam pengembangan sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Tangerang,
Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Serang, dan Kota
Serang, sedangkan pencemaran lingkungan (pencemaran udara) berpotensi
dampak di pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan (PLTU Suralaya,
Labuan, dan Lontar) serta dampak limbah B3 pada pengembangan kawasan
industri, kawasan strategis ekonomi di wilayah Banten Utara.
b. Kemerosotan keanekaragaman hayati berpotensi terkena dampak dalam
pengembangan kawasan pertambangan (panas bumi di Kaldera Danau
Banten), kawasan industri, dan kawasan strategis ekonomi, dan
8
pengembangan pariwisata di wilayah pesisir termasuk reklamasi pantai di
wilayah Banten Utara.
c. Alih fungsi lahan pertanian (ketahanan pangan) pada kebijakan
pengembangan struktur ruang khususnya pengembangan sistem prasarana
transportasi darat (pembangunan dan pengembangan jalan, jembatan,
terminal, dan jaringan kereta api) di koridor Wilayah Kerja Pembangunan
(WKP) I II dan koridor WKP II III, sedangkan untuk pembangunan
transportasi udara di wilayah Kabupaten Pandeglang.
d. Kualitas dan kuantitas sumber daya air berpotensi terkena dampak dalam
pengembangan sistem perkotaan, pengembangan kawasan budidaya (industri
dan permukiman) di PKN Tangerang, Tangerang Selatan, Serang, dan
Cilegon, serta pada pengembangan kawasan strategis fungsi pertumbuhan
ekonomi di Kota Cilegon dan Kabupaten Serang.
9
BAB IV
ALTERNATIF KEBIJAKAN RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM
Dari hasil identifikasi serta kajian kebijakan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten Tahun 2010-2030, terkait mengenai lingkungan hidup dan sumber daya
alam di wilayah Provinsi Banten. Maka dapat diuraikan beberapa pencegahan serta
alternatif untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan sumber daya
alam dari pembangunan yang dilakukan. Uraian tersebut ditampilkan pada tabel dibawah
ini :
TABEL. 1
MITIGASI SERTA ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MEMINIMALISIR DAMPAK
NEGATIF LINGKUNGAN HIDUP DAN SUMBER DAYA ALAM
DESKRIPSI MITIGASI
ALTERNATIF
KEGIATAN/RENCANA
/PROGRAM
1. Kebijakan pengembangan pola ruang
kawasan budidaya khususnya
program Pengembangan Kawasan
Budidaya (Industri dan Permukiman)
berpotensi menimbulkan dampak
negatif terhadap Alih Fungsi Lahan
Pertanian (Ketahanan Pangan),
pencemaran lingkungan, dan turunnya
kualitas dan kuantitas sumber daya air
di wilayah Banten Utara (Kabupaten
Serang dan Kabupaten Tangerang)
sedangkan untuk kawasan
pertambangan menimbulkan dampak
kemerosotan keanekaragaman hayati
di wilayah Banten Selatan (Kabupaten
Lebak dan Kabupaten Pandeglang)
secara keseluruhan dalam kurun
waktu 10 tahun dengan intensitas
sedang.
a. Alih fungsi lahan :
- Pembinaan dan pengawasan
pembangunan kawasan industri.
Merelokasi kegiatan yang
tidak sesuai
peruntukannya.
- Pengendalian pemanfaatan ruang pada
kawasan sekitar.
b. Pencemaran lingkungan :
- IPAL terpadu pada kawasan industri.
- Penerapan 3R dan TPA regional
- Meningkatkan RTH minimal 30%
- Pengendalian emisi sumber bergerak
dan tidak bergerak.
Kebijakan pengurangan
emisi gas rumah kaca
- Pengendalian limbah B3.
c. Turunnya kualitas dan kuantitas sumber
daya air
- Pembuatan sumur resapan
- Pembuatan bio pori
- Rehabilitasi daerah tangkapan air
(catchment area)
Kebijakan insentif hulu-
hilir DAS
d. Kemerosotan keanekaragaman hayati :
- Pembinaan dan pengendalian
pembangunan pada wilayah kerja
pertambangan
- Reklamasi hutan bekas area
pertambangan
10
2. Kebijakan pengembangan kawasan
strategis khususnya program
pengembangan pemantapan fungsi
pertumbuhan ekonomi (permukiman
dan sarana prasarana olahraga dalam
skala besar) berpotensi menimbulkan
dampak negatif terhadap Alih Fungsi
Lahan Pertanian (Ketahanan Pangan)
di Kota Serang dan Kabupaten Lebak.
Perlu pula diperhatikan dampak
negatif pencemaran lingkungan dan
turunnya kualitas dan kuantitas
sumber daya air di kawasan strategis
ekonomi di Kota Cilegon dan
Kabupaten Serang, sedangkan untuk
kawasan pariwisata menimbulkan
dampak kemerosotan
keanekaragaman hayati khususnya di
wilayah reklamasi (Kabupaten
Tangerang) serta pesisir Utara dan
Selatan Provinsi Banten secara
keseluruhan dalam kurun waktu 20
tahun dengan intensitas sedang
a. Alih fungsi lahan :
- Pembinaan dan pengawasan
pembangunan kawasan permukiman dan
sarana olahraga.
- Pengendalian pemanfaatan ruang di
sekitar kawasan strategis ekonomi.
b. Pencemaran lingkungan :
- IPAL terpadu pada kawasan strategis.
- Penerapan 3R dan TPA kawasan
strategis.
- Pengendalian sumber emisi sumber
bergerak dan tidak bergerak.
- Pengendalian limbah B3.
c. Turunnya kualitas dan kuantitas sumber
daya air
- Pembuatan sumur resapan
- Pembuatan bio pori
- Pengelolaan sumber daya air pada
kawasan strategis
d. Kemerosotan keanekaragaman hayati :
- Pembinaan dan pengendalian
pembangunan kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil
Restorasi ekosistem pesisir
- Membuat buffer zone cagar alam Pulau
Dua (Kota Serang)
- Konservasi hutan mangrove di
Kabupaten Tangerang
3. Kebijakan pengembangan kawasan
strategis untuk pendayagunaan
Sumber Daya Alam dan/atau
Teknologi Tinggi berpotensi
menimbulkan dampak negatif
terhadap pencemaran lingkungan dan
kemerosotan keanekaragaman hayati
khususnya pada pembangunan
pembangkit energi dan bendungan,
secara keseluruhan dalam kurun
waktu 20 tahun dengan intensitas
sedang
a. Pencemaran lingkungan
- Membuat buffer zone disekitar PLTU
- Pengendalian emisi sumber bergerak
dan tidak bergerak.
b. Kemerosotan keanekaragaman hayati
- Pembinaan, pengendalian, dan
pemanfaatan ruang kawasan sekitar
- Pengembangan DAS terpadu
11
4. Kebijakan pengembangan sistem
prasarana transportasi darat
menimbulkan dampak negatif
terhadap alih fungsi lahan pertanian
(ketahanan pangan) dan kemerosotan
keanekaragaman hayati di Wilayah
Banten Selatan (Kabupaten
Pandeglang dan Kabupaten Lebak)
Secara keseluruhan dalam kurun
waktu 20 tahun dengan intensitas
rendah, transportasi laut menimbulkan
dampak negatif terhadap pencemaran
lingkungan dan kemerosotan
keanekaragaman hayati di Wilayah
Banten Utara (Kota Cilegon,
Kabupaten Serang, Kabupaten
Pandeglang) Secara keseluruhan
dalam kurun waktu 20 tahun dengan
intensitas sedang, transportasi udara
menimbulkan dampak negatif
terhadap alih fungsi lahan pertanian
(ketahanan pangan) dan pencemaran
lingkungan di Wilayah Banten Selatan
(Kabupaten Pandeglang) Secara
keseluruhan dalam kurun waktu 10
tahun dengan intensitas sedang.
a. Transportasi Darat
1). Alih fungsi lahan :
- Pembinaan dan pengawasan
pembangunan prasarana
transportasi darat
- Pengendalian pemanfaatan ruang
pada kawasan sekitar
2). Kemerosotan keanekaragaman hayati :
- Pembinaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan
sekitar
- Pembangunan prasarana transportasi
darat sesuai standar perencanaan
- Pembangunan prasarana transportasi
darat sesuai standar perencanaan
b. Transportasi Laut
1). Pencemaran lingkungan :
- Pembinaan dan pengawasan
pembangunan prasarana transportasi
laut
- Pembangunan prasarana transportasi
laut sesuai standar perencanaan
2). Kemerosotan keanekaragaman hayati :
- Pembinaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan
pesisir dan laut
- Reklamasi pantai
c. Transportasi Udara
1). Alih fungsi lahan :
- Pembinaan dan pengawasan
pembangunan prasarana transportasi
udara
- Pengendalian pemanfaatan ruang
pada kawasan sekitar.
2). Pencemaran lingkungan :
- Menetapkan Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan (KKOP)
12
5. Kebijakan pengembangan sistem
jaringan energi/kelistrikan
menimbulkan dampak negatif
terhadap pencemaran lingkungan dan
kemerosotan keanekaragaman hayati
disekitar kawasan PLTU Labuan
(Kabupaten Pandeglang), PLTU
Lontar (Kabupaten Tangerang), PLTU
Suralaya (Kota Cilegon) Secara
keseluruhan dalam kurun waktu 10
tahun dengan intensitas sedang
a. Pencemaran lingkungan :
- Membuat buffer zone disekitar PLTU
- Pengendalian emisi sumber bergerak
dan tidak bergerak.
b. Kemerosotan keanekaragaman hayati :
- Pembinaan, pengendalian, dan
pemanfaatan ruang kawasan PLTU
- Konservasi hutan mangrove di sekitar
kawasan PLTU
13
BAB V
REKOMENDASI
Dengan berdasarkan kebijakan yang ada di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Banten Tahun 2010-2030, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat
diimplementasikan guna menunjang serta mengawal prinsip pembangunan berkelanjutan
serta meminimalisir dampak lingkungan yang kemungkinan timbul di Provinsi Banten,
yaitu :
1. Kebijakan pengembangan pola ruang kawasan budidaya :
a. Dampak terhadap alih fungsi lahan pertanian dapat diatasi melalui beberapa
mitigasi antara lain :
- pembinaan dan pengawasan pembangunan kawasan industri (17 kawasan)
- pengendalian pemanfaatan ruang disekitar kawasan industri dan permukiman.
Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak
dapat dipenuhi, maka perlu program relokasi kegiatan pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai peruntukannya.
b. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi
antara lain :
- IPAL terpadu pada kawasan industri
- Penerapan 3R dan TPA regional
- Meningkatkan RTH minimal 30%
- Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak
- Pengendalian limbah B3.
Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak
dapat dipenuhi, maka perlu program pengurangan emisi gas rumah kaca.
c. Dampak terhadap turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air dapat diatasi
melalui beberapa mitigasi antara lain :
- Pembuatan sumur resapan
- Pembuatan bio pori
- Rehabilitasi daerah tangkapan air (catchment area)
Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak
dapat dipenuhi, maka perlu program kebijakan insentif hulu-hilir DAS.
d. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati pada wilayah kerja
pertambangan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara lain :
- Pembinaan dan pengendalian menuju pertambangan ramah lingkungan (green
mining)
- Reklamasi hutan bekas area pertambangan
2. Kebijakan pengembangan kawasan strategis khususnya program
pengembangan pemantapan fungsi pertumbuhan ekonomi
a. Dampak terhadap alih fungsi lahan pertanian dapat diatasi melalui beberapa
mitigasi antara lain :
- Pembinaan dan pengawasan pembangunan kawasan permukiman dan sarana
olahraga.
- Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis ekonomi
14
b. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi
antara lain :
- IPAL terpadu pada kawasan strategis
- Penerapan 3R dan TPA kawasan strategis.
- Pengendalian sumber emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.
- Pengendalian limbah B3.
c. Dampak terhadap turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air dapat diatasi
melalui beberapa mitigasi antara lain :
- Pembuatan sumur resapan
- Pembuatan bio pori
- Pengelolaan sumber daya air pada kawasan strategis
d. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati dapat diatasi melalui
beberapa mitigasi antara lain :
- Pembinaan dan pengendalian pembangunan kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil
- Membuat buffer zone cagar alam Pulau Dua (Kota Serang)
- Konservasi hutan mangrove di Kabupaten Tangerang
Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas
tidak dapat dipenuhi, maka perlu program restorasi ekosistem pesisir.
3. Kebijakan pengembangan kawasan strategis khususnya program
pengembangan pendayagunaan SDA dan/atau teknologi tinggi.
a. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi
antara lain :
1. Membuat buffer zone disekitar PLTU
2. Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak
b. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati dapat diatasi melalui
beberapa mitigasi antara lain :
1. Pembinaan, pengendalian, dan pemanfaatan ruang kawasan sekitar
2. Pengembangan DAS terpadu
4. Kebijakan pengembangan struktur ruang khususnya program pengembangan
sistem perkotaan (permukiman).
a. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi
antara lain :
1. IPAL terpadu pada kawasan industri.
2. Meningkatkan RTH minimal 30%
3. Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.
Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak
dapat dipenuhi, maka perlu program kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca
b. Dampak terhadap kualitas dan kuantitas sumber daya air dapat diatasi melalui
beberapa mitigasi antara lain :
1. Pembuatan sumur resapan
2. Pembuatan bio pori
3. Pengelolaan sumber daya air pada kawasan strategis
15
5. Kebijakan pengembangan struktur ruang khususnya program pengembangan
sistem prasarana transportasi darat.
a. Dampak terhadap alih fungsi lahan pertanian (ketahanan pangan) dapat diatasi
melalui beberapa mitigasi antara lain :
1. Pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi darat.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar.
b. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati dapat diatasi melalui
beberapa mitigasi antara lain :
1. Pembinaan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar
2. Pembangunan prasarana transportasi darat sesuai standar perencanaan
6. Kebijakan pengembangan struktur ruang khususnya program pengembangan
sistem prasarana transportasi laut.
a. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi
antara lain :
1. Pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi laut.
2. Pembangunan prasarana transportasi laut sesuai standar perencanaan.
b. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati dapat diatasi melalui
beberapa mitigasi antara lain :
1. Pembinaan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan
laut.
2. Reklamasi pantai.
7. Kebijakan pengembangan struktur ruang khususnya program pengembangan
sistem prasarana transportasi udara.
a. Dampak terhadap alih fungsi lahan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara
lain :
1. Pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi udara.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar.
b. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi
antara lain menetapkan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).
8. Kebijakan pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan.
a. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi
antara lain :
1. Membuat buffer zone disekitar PLTU.
2. Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.
b. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati dapat diatasi melalui
beberapa mitigasi antara lain :
1. Pembinaan, pengendalian, dan pemanfaatan ruang kawasan PLTU.
2. Konservasi hutan mangrove di sekitar kawasan PLTU.

Anda mungkin juga menyukai