Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. NAPZA
NAPZA adalah akronim dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain.
Sebenarnya semua zat tersebut termasuk zat psikoaktif. Sebelum di Undang-Undangkan dalam
UU RI No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, lebih dikenal dengan sebutan NAZA yang
merupakan akronim dari Narkotik, Alkohol dan Zat Adiktif lain.
6
Narkotik dan psikotropika disebut tersendiri dengan pertimbangan bahwa indonesia
memiliki Undang-Undang tentang narkotika dan Undang-Undang tentang psikotropika. Alkohol
disebut tersendiri karena kedudukannya dalam masyarakat sebagai minuman yang banyak
dikonsumsi orang dan tidak ada Undang-Undang yang melarangnya. ZA adalah kependekan dari
zat adiktif lain yang perlu dicantumkan karena selain ketiga kelompok diatas, masih terdapat
senyawa lain yang juga bersifat adiktif.
6
2.1.1. Narkotika
Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pengertian Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun
semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
7
Jenis narkotika dibagi atas 3 golongan menurut Undang-Undang RI No. 3 tahun 2009,
yaitu :
1. Narkotika golongan I : dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
Dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam jumlah
yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
2. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya,
benzetidin, betametadol.
3. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat
bermanfaat untuk pengobatan dan penilitian. Contoh : codein dan turunannya.
7



Gambar 2.1 Narkotika Golongan I
2.1.2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
(Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1997).


Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan menurut Undang-Undang RI
Nomor 5 tahun 1997, yaitu :

1. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk
menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan
sedang diteliti khasiatnya seperti ekstasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk
tablet atau kapsul), sabusabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).
2. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan
sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
ampetamin dan metapetamin.
3. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh : lamubal, fleenitrazepam.
4. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya aktif adiktif ringan berguna untuk
pengobatan dan penilitian. Contoh : nitrazepam, diazepam.
7



Gambar 2.2 Golongan Psikotropika

Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan kedalam golongan:depresan,
stimulan dan halusinogen.
1. Kelompok depresan/ penekan saraf/ penenang/ obat tidur
Contohnya adalah valium , BK, rohipnol, mogadon, dan lain-lain. Jika dimunum, obat ini
memberikan rasa tenang, mengantuk, tentram,damai. Obat ini juga menghilangkan rasa
takut dan gelisah.
2. Kelompok stimulan/ perangsang sarafpusat /antitidur
Contohnya adalah amfetamin,ekstasi, dan shabu. Ekstasi berbentuk tablet beraneka
bentuk dan warna.
Amfetamin berbentuk tablet berwarna putih. Shabu berbentuk tepung kristal kasar
berwarna putih. Bila diminum obat ini mendatangkan rasa gembira, hilangnya rasa
permusuhan, hilang nya rasa marah, ingin selalu aktif, badan terasa fit, dan tidak merasa
lapar.daya kerja otak menjadi serba cepat, namun kurang terkendali
3. Kelompok Halusinogen
Halusinogen adalah obat, zat, tanaman, makanan, atau minuman yang dapat
menimbulkan khayalan. Contohnya LSD ( lysergic Acid Diethyltamide), getah tanaman
kaktus, kecubung,jamur tertentu . bila diminum, psikotropika ini dapat mendatangkan
khayalan tentang peristiwa-peristiwa yang mengerikan, khayalan tentang kenikmatan
seks, dan sebagainya. Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah ia sadar bahwa peristiwa
mengerikan itu bukan kenyataan, atau karena kenikmatan-kenikmatan yang dialami,
walaupun hanya khayalan.

2.1.3. Alkohol Merupakan
suatu zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol diperoleh atas
peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat
diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan
kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum
dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan
cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia,
namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi.
Dikenal 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir),
golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-
45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).
9
Pada umumnya alkohol:
- Akan menghilangkan perasaan yang menghambat atau merintangi.
- Merasa lebih tegar berhubungan secara sosial (tidak menemui masalah).
- Merasa senang dan banyak tertawa.
- Menimbulkan kebingungan.
- Tidak mampu berjalan.

Gambar 2.3 Alkohol
2.1.4. Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif adalah obat serta bahan bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme
hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit
dihentikan adan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat
memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa, atau zat yang bukan narkotika dan
psikotropika tetapi menimbulkan ketagihan. Contohnya seperti : kopi, rokok, minuman keras
(alkohol), glue (lem),thinner dan bensin. Zat tersebut tidak termasuk dalam Undang-Undang
Narkotika maupun dalam Undang-Undang Psikotropika, tetapi sering menimbulkan masalah
kesehatan atau disalahgunakan.
7

Gambar 2.4 Zat Adiktif
Semua zat yang termasuk NAPZA menimbulkan adiksi (ketagihan) yang pada gilirannya
berakibat pada ketergantungan. Zat yang termasuk NAPZA memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Keinginan yang tak tertahankan (an over- powering desire) terhadap zat yang dimaksud,
dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.
b. Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis) sesuai dengan toleransi tubuh.
c. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan
gejalagejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi dan sebagainya.
d. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pamakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala
fisik yang dinamakan gejala putus zat (withdrawal symptoms ).
10

Secara umum mereka yang menyalahgunakan NAPZA dapat dibagi dalam 3 golongan
besar, yaitu :
1. Ketergantungan primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang pada
umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian tidak stabil. Mereka ini sebetulnya
dapat digolongkan orang yang menderita sakit (pasien) namun salah atau tersesat ke
NAPZA dalam upaya untuk mengobati dirinya sendiri yang seharusnya meminta
pertolongan ke dokter (psikiater). Golongan ini memerlukan terapi dan rehabilitasi dan
bukannya hukuman.
10

2. Ketergantungan reaktif, terutama terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu,
bujukan, dan rayuan teman, jebakan, dan tekanan serta pengeruh teman kelompok sebaya
(peer group pressur). Mereka ini sebenarnya merupakan korban (victim), golongan ini
memerlukan terapi dan rehabilitasi dan bukannya hukuman.
10

3. Ketergantungan simtomatis, yaitu penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA sebagai salah
satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang
dengan kepribadian antisosial (psikopat) dan pemakaian NAPZA itu untuk kesenangan
semata. Mereka dapat digolongkan sebagai kriminal karena seringkali mereka juga
merangkap sebagai pengedar (pusher). Mereka ini selain memerlukan terapi dan
rehabilitasi juga memerlukan hukuman.
10


2.1. Shabu-sabu
2.2.1 Defenisi Shabu-sabu
merupakan jenis zat adiktif yang mengandung methylamphetamin. Zat adiktif ini akan
menyerang saraf, yang dapat menimbulkan rasa gelisah, tidak dapat tidur, pernafasan menjadi
pendek, jantung berdebar, pemakai akan merasa energik, mengeluarkan keringat dan kehilangan
nafsu makan.
11

Ciri-ciri awal yang dialami oleh pemakai sabu-sabu antara lain :
- Euphoria
- Apatis
- Rasa baik hati dan ramah tamah yang berlebiha
- Tidak bisa tidur
Sesudah efek rasa hilang, pemakai akan mengalami paranoid, dikarenakan stamina
mereka menurun, emosinya sensitive. Para pecandu yang sangat berat, sering ditemukan pada
saat sipecandu dalam keadaan normal tetap merasakan seperti mereka dalam keadaan atau
kondisi mabuk akibat pengaruh dari zat adiktif ini, hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mau
meninggalkan dunia yang mereka dapatkan pada saat mereka on berat atau mabuk berat.
10

Salah satu dari perilaku mereka dalam keadaan ini seperti berbicara
sendiri, paranoid yang tidak berhenti. Ciri-ciri orang yang keracunan sabu-sabu antara lain:
12
- Rasa gembira
- Rasa harga diri meningkat
- Banyak bicara
- Waspada berlebihan
- Denyut jantung cepat
- Pupil mata melebar
- Berkeringat atau rasa dingin
- Mual hingga muntah
- Emosi yang tidak stabil, dan
- Gangguan daya nilai realitas
Pada gangguan yang berlebihan sipemakai akan mengalami susah tidur, ketakutan yang
berlebihan, kekurangan cairan pada tubuh (dehidrasi), darah tinggi, gangguan pada hati dan usus.
Selain itu pemakai akan kehilangan rasa percaya diri dan dapat menjadikan lupa ingatan.
12

Efek samping lain dari pemakaian sabu-sabu secara
berkesinambungan akan mengakibatkan sesak nafas, atau napas yang pendek dan sakit pada
dada, juga akan mengakibatkan gangguan mental atau kejiwaan. Selain itu dapat merusak
sumsum tulang punggung dan tulang menjadi rapuh, dapat merusak hati dan ginjal, kerusakan
jangtung, stroke, dan bahkan kematian.Nama lain darisabu-sabuantara lain SS, ice, Kristal,
ubase, mecin, dan lain-lain.
13
2.2.2. Cara Mengkonsumsi Sabu-sabu
sangat keras, terbukti jika sabu-sabu diletakkan di atas daging mentah dan ditekan dengan
menggunakan alat, seperti kartu telepon maka daging itu akan hangus. Di samping itu, asap dari
sabu-sabu yang biasanya untuk dihirup, jika mengenai muka akan menyebabkan kulit muka
rusak. Sedangkan untuk air dari bong jika kena kulit akan mengakibatkan kulit terbakar. Tidak
sedikit ditemukan bahwa zat adiktif ini digunakan sebagai cara alternative untuk menguruskan
badan.
11
Cara penggunaan sabu-sabu yang umum adalah sebagai berikut :

a. Dibakar dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya diisap
b. Dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong)
c. Penggunaan dengan cara disuntik akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah
dan dapat mengakibatkan kematian pada sipemakai.
11


2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengunaan Shabu
1. Faktor Individu
Kebanyakan pemakaian sabu-sabu dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja
yang mengalami perubahan biologik, psikologi, maupun sosial yang pesat merupakan
individu yang rentan. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai resiko lebih
besar untuk menjadi penyalahguna sabu-sabu.
11,14
Ciri ciri tersebut antara lain adalah :
- Cenderung memberontak dan menolak otoritas.
- Cenderung memiliki gangguan jiwa lain seperti depresi, cemas, psikotik, kepribadian
disosial dan lain-lain.
- Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
- Rasa kurang percaya diri, rendah diri dan memiliki citra yang negatif.
- Sifat mudah kecewa, cenderung agresif.
- Mudah murung, pemalu dan pendiam.
- Mudah merasa bosan dan jenuh.
- Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran.
- Keinginan untuk bersenang-senang.
- Keinginan untuk mengikuti mode, karena dianggap melambangkan keperkasaan dan
kehidupan modern.
- Keinginan untuk diterima dalam pergaulan dengan teman-teman sebaya.
- Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil
keputusan untuk menolak tawaran sabu-sabu dengan tegas.
- Kemampuan komunikasi yang rendah.
- Putus sekolah.
- Kurang menghayati iman kepercayaannya.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan baik disekitar rumah, sekolah,
teman sebaya maupun masyarakat.
11,14
a. Lingkungan Keluarga
- Komunikasi orang tua-anak kurang baik atau tidak efektif.
- Hubungan dalam keluarga yang kurang harmonis dan disfungsi.
- Orang tua yang bercerai, berselingkuh, dan kawin lagi.
- Orang tua yang terlalu sibuk atau bersikap tidak acuh terhadap perlakuaan anak-anak
meraka.
- Orang tua yang otoriter dan serba melarang.
- Orang tua yang serba membolehkan.
- Kurangnya anggota keluarga yang dapat dijadikan model atau teladan.
- Orang tua yang kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah sabu-sabu.
- Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga.
- Orang tua atau anggota keluarga yang juga merupakan penyalahguna sabu-sabu.
b. Lingkungan Sekolah
- Sekolah yang kurang pengawalan disiplin siswa dan siswinya.
- Lokasi sekolah yang terletak berhampiran tempat hiburan.
- Sekolah yang kurang memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan
potensi diri secara kreatif dan positif.
- Adanya pelajar sekolah yang merupakan pengguna sabu-sabu.

c. Lingkungan Teman Sebaya
- Bergaul dengan penyalahguna sabu-sabu.
- Tekanan atau ancaman dari teman kelompok atau pengguna sabu-sabu.

3. Faktor Tersedianya Zat
- Mudahnya sabu-sabu didapati dimana saja dengan harga yang murah.
- Khasiat zat kimia toluene didalam lem yang menenangkan,menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat euforia dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut diatas memang
tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi penyalah guna sabu-sabu. Akan tetapi
makin banyak faktor-faktor diatas, semangkin besar kemungkinan seseorang menjadi
penyalahguna sabu-sabu.
11,12


2.2.4. Dampak Penggunaan Sabu-sabu
1. Dampak Terhadap Fisik
Pemakai narkoba dapat mengalamikerusakan organ tubuh dan menjadi sakit sebagai
akibat langsung adanya narkoba dalam darah, missalnya kerusakan paru-paru, ginjal,
hati, otak,jantung, usus dan sebagainya. Pemakai narkoba juga dapat terkena penyakit
infeksi, seperti hepatitis, HIV/AIDS, sifilis, dan sebagainya.
11

Lima pintu kematian yang disebabkan pemakaian narkoba adalah :
11
a. Sakaw, bunuh diri ;mati
Bila pemakaian dihentikan, yang bersangkutan akan mengalami sakaw. Sakaw itu
rasanya sakit sekali. Bila tidak tertahankan, biasanya yang bersangkutan putus asa
kemudian bunuh diri dan matisia-sia.
b. Kriminalitas : mati terbunuh
Bila tidakdapat menahan diri karena sakaw, pemakai narkoba kembali memakai
narkoba. Selanjutnya, ia akan menjadi pemakai yang setia, orang seperti ini sering
kali menjadi penjahat yang berbahaya bagi masyarakat. Penjahat narkoba seringkali
meninggal karena dibunuh oleh sesama pemakai, sindikat narkoba, tertembak oleh
aparat karena melarikan diri saat ditangkap, atau mati karena dihukum matioleh
pengadilan
c. Overdosis : mati
Pemakai narkoba yang setia suatu saat akan mengalamikelebihan dosis sehingga
merasakan penderitaan yang luar biasa yang disebut overdosis. Penderitaan pada
overdosis biasanya berakhir dengan kematian.
d. Penyakit berbahaya: mati
Penggunaan alat untuk memakai narkoba (alat suntik, silrt, pisau, garpu, dan lain-
lain) seringkali menyebabkan terjadinya penularan penyakit berbahaya yang
mematikan (HIV/AIDS, Hepatitis B/C, dan sifilis). Banyak pemakai narkoba yang
hidupnya berakhir dengan kematian akibat menderita Hepatitis, AIDS, sifilis, dan
lain-lain.

2. Dampak Terhadap Mental dan Moral
Pemakai narkoba menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak, syaraf, pembuluh
darah, darah, tulang, dan seluruh jaringan pada tubuh manusia. Pemakai narkoba
berubah menjadi tertutup karena malu akan dirinya, takut mati, atau takut perbuatannya
diketahui. Karena menyadari buruknya perbuatan yang ia lakukan, pemakai narkoba
berubah menjadi pemalu, rendah diri, dan sering merasa sebagai pecundang, tidak
berguna, dan sampah masyarakat.
12
Sebagai akibat dari adanya 3
sifat jahat narkoba yang khas, pemakai narkoba berubah menjadi orang yang egois,
eksklusif, paranoid( selalu curiga dan bermusuhan), jahat (psikosis), bahkan tidak peduli
terhadap orang lain (asosial).
14




3. Dampak Terhadap Keluarga, Masyarakat, dan Bangsa
- Masalah ekonomi dan keuangan
Banyak uang terbuang untuk berobat dalam jangka waktu lama, dan bayak uang juga
barang yang hilang karena dicuri atau dijualoleh pemakai untuk membeli narkoba.
- Masalah kekerasan dan kriminalitas
Masalah ekonomi dapat meningkatkan munculnya kekerasan dalam keluarga seperti
perkelahian, pemaksaan, pengniyayaan, bahkan pembunuhan sesama anggota
keluarga. Kejahatan tadi dapat menyebar ke tetangga, lalu ke masyrakat luas.
Dimulai dari masalah narkoba, masalah-masalah lain yang lebih luas dan berbahaya,
seperti kriminalitas, prostitusi, korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain-lain dapat
muncul.
Bila kerusakan tatanan kehidupan ini meluas keseluruh pelosok negeri, pembangunan
akan terhambat, kemiskinan meluas, kekacauan merata, dan kejahatan muncul dimana-mana.
Jika demikian, sekeras apapun usaha kita membangun negara, kehancuran bangsa ini tinggal
menunggu waktu saja.
11,14

Anda mungkin juga menyukai