(TABEL IO)
Apa itu Tabel Input Output dan Mengapa Tabel I-O itu Penting?
Kinerja ekonomi suatu negara biasanya dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(Gross Domestic Product). Namun PDB tidak bisa menginformasikan hubungan sektor-sektor
ekonomi tersebut. Instrumen statistik yang mampu mengidentifikasikan hubungan antar-
kegiatan ekonomi sebagaimana yang dimaksud adalah Tabel Input-Output (Tabel I-O).
Indonesia mulai menggunakan tabel I-O pada tahun 1969, padahal Tabel I-O ini sudah
digunakan Oleh Professor Wasisily Leontief (Pemenang Nobel Ekonomi 1973) pada akhir 1930-
an. Lembaga yang pertama kali melakukan exercise penyusunan tabel I-O adalah LIPI.
Keterbatasannya tabel I-O LIPI adalah dalam penggunaan Non Survey Method. Hingga pada
tahun 1971, LIPI melakukan kerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Institute
of Developing Economics (IDE) untuk melakukan penyusunan I-O yang sebenarnya dengan
menggunakan Survey Method.
Pengertian Mendasar Tabel I-O
Tabel I-O adalah uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang
transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi (sektor)
dalam suatu wilayah, pada suatu periode waktu tertentu.
Dalam neraca nasional dan analisis ekonomi, sebenarnya ada 2 jenis tabel I-O, yaitu Supply
and Use Table (SUT) dan Symetric Input-Output Table (Tabel I-O bujur sangkar atau Tabel I-O
Model Leontief).
Pengenalan Tabel I-O
Dalam memahami tabel I-O, kita sebelumnya harus sudah menguasai sektor-sektor ekonomi.
Sebelum beranjak pada pemahaman lebih lanjut, kita harus memahami dahulu pengertian input
dan output dalam konteks ini.
A. Input
Input adalah nilai (biasanya dalam rupiah) dari semua yang dipergunakan produsen dalam
proses produksi.
Ada 3 jenis input :
1. Input Bruto (Gross Input) : meliputi input primer dan input antara
2. Input Primer (Primary Input, disebut juga sebagai Nilai Tambah Bruto
(NTB)): terdiri dari balas jasa tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak
langsung neto.
3. Input Antara (Intermediate Input) : Input yang dipakai habis dalam proses
produksi, terdiri dari barang-barang tidak tahan lama (<1tahun atau="" baik=""
daripihak="" dibeli="" diproduksi="" lain.="" sendiri="" tahun--="" yang="">
B. Output
Output adalah nilai (biasanya dalam Rupiah) dari hasil proses produksi.
Dari segi proses produksi, output juga terbagi 3 :
1. Output Utama : Output yang paling banyak dihasilkan (tujuan utama produksi).
2. Output Ikutan : Output yang dihasilkan bersamaan dengan output utama
dengan menggunakan teknologi yang sama. (misalnya : pabrik beras, output ikutannya
adalah dedak)
3. Output Sampingan : Output yang dihasilkan bersamaan dengan output utama
namun menggunakan teknologi yang beda.
Kegunaan Tabel I-O
1. memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap berbagai output sektor
produksi, nilai tambah, impor, permintaan, pajak, kebutuhan tenaga kerja, dsb;
2. memproyeksi variabel-variabel ekonomi makro pada butir 1;
3. mengamati komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa
4. mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya;
5. menganalisis perubahan harga, karena perubahan biaya input mempengaruhi
langsung atau tidak langsung perubahan harga output;
6. memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat
terhadap pertumbuhan ekonomi dan -sektor yang peka terhadap perekonomian
nasional;
7. menilai tingkat kekuatan dan kelemahan data.
Apa saja yang dapat dianalisis dari Tabel I-O?
1. struktur ekonomi yg mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor;
2. struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi;
3. struktur penyediaan barang dan jasa, produksi dalam negeri maupun impor;
4. struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-sektor produksi
maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.
Kerangka Tabel I-O
Secara Umum, kerangka tabel I-O adalah sebagai berikut :
Tabel I-O adalah suatu matriks yang dibagi menjadi 4 (empat) kuadran dengan ordo yang telah
tertera di setiap kuadran.
Adapun penjelasan mengenai cakupan tiap kuadran, adalah sebagai berikut :
I. Kuadran pertama:
Menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor tertentu
(sebagai input antara) dalam suatu perekonomian;
Menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi;
Transaksi yang digambarkan dalam kuadran ini disebut transaksi antara/ permintaan antara.
II. Kuadran kedua:
Menunjukkan permintaan akhir (final demand), yaitu penggunaan barang dan jasa bukan untuk
proses produksi.
III. Kuadran ketiga:
Memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi.
IV. Kuadran keempat:
Memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir.
SNSE
http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/04/pengenalan-dasar-tabel-input-output.html#uds-search-results
Analisis Input-Output dengan Excel
Posted on Juni 16, 2008 by Junaidi
11 Votes
Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis I-O dengan menggunakan Excel. Analisis yang dibahas
mencakup perhitungan matriks pengganda, indeks daya penyebaran, indeks derajat kepekaan dan
analisis dampak.
Pada dasarnya sudah terdapat program yang secara khusus bertujuan untuk analisis I-O ini. Oleh
karenanya, tulisan ini lebih sebagai latihan pembelajaran untuk melihat menelusuri proses analisisnya.
Sebagai latihan, misalnya kita punya tabel I-O dalam bentuk tabel Transaksi Domestik atas Dasar Harga
Produsen yang dibagi atas tiga sektor. Angka-angka dalam tabel dalam satuan Trilyun Rupiah.
Agar dapat mengikuti alur pembahasan dalam tulisan ini, sel-sel pengetikan disesuaikan dengan sel-sel
pada tampilan 1 dibawah ini.
Tampilan 1. Tabel I-O: Transaksi Domestik atas Dasar Harga Produsen
A. Perhitungan Matriks Pengganda
Dampak Pengganda adalah suatu dampak yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap berbagai kegiatan ekonomi dalam negeri sebagai akibat adanya perubahan pada variabel-
variabel eksogen perekonomian nasional.
Untuk menghitung matriks pengganda dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Menghitung matriks koefisien input (matriks A)
Unsur matriks A dapat dihitung dengan rumus:
Dimana : a
ij
= koefisien input sektor ke i oleh sektor ke j
x
ij
=penggunaan input sektor ke i oleh sektor ke j
X
j
= output sektor ke j
Secara sederhana rumus ini berarti membagi sel pada permintaan antara secara kolom terhadap total
output (atau total input karena nilainya sama). Untuk kepentingan ini, letakkan pointer di sel B19,
kemudian ketikkan rumus =B6/B$12. Copy rumus tersebut dalam range B19:D21
2. Menghitung (I-A)
Mengurangkan suatu matriks identitas (yaitu matriks dengan diagonal utama bernilai 1) dan unsur-
unsur lainnya bernilai 0) terhadap matriks koefisien input. Untuk itu, ketik matriks identitas di range
F19:H21. Matriks identitas kita buat 3 x 3, karena jumlah sektor contoh kita sebanyak 3. Selanjutnya,
pada sel B26, ketik rumus =F19-B19. Copy rumus tersebut dalam range B26:D28
3. Menghitung matriks pengganda (B) dan Total Pengganda
Matriks pengganda (B) dihitung dengan cara menginverskan matriks yang diperoleh pada tahap 2
diatas (B = (I-A)
-1
). Untuk itu, letakkan pointer pada sel G26 dan ketikkan
rumus =MINVERSE(B26:D28 ). Setelah itu, blok range G26:I28, kemudian tekan tombol F2 dan
selanjutnya tekan CTRL+SHIFT+ENTER secara bersamaan.
Hasil matriks pengganda akan tampil pada range G26:I28. Selanjutnya untuk menghitung total
pengganda, jumlahkan secara baris dan secara kolom.
Hasil tahap 1-3 dapat dilihat pada tampilan 2 berikut. (catatan: Sdr dapat menambah judul-judul dan
keterangan seperti yang terlihat pada tampilan ini).
Tampilan 2. Koefisien Input dan Matriks Pengganda
Matriks koefisien input menggambarkan komposisi input antara yang digunakan masing-masing sektor
dalam berproduksi. Sebagai contoh pada kolom 1, untuk menghasilkan output, sektor primer butuh input
2,53 persen dari sektornya sendiri, butuh input 6,33 persen dari sektor sekunder dan butuh input 3,80
persen dari sektor tersier. Dengan kata lain juga, untuk memproduksi 100 satuan output, maka sektor
primer butuh input sebanyak 2,53 satuan dari sektornya sendiri, 6,33 satuan dari sektor sekunder dan
3,80 satuan dari sektor tersier.
Selanjutnya untuk interpretasi pada matriks pengganda, akan dilihat lebih jauh pada pembahasan indeks
daya penyebaran dan derajat kepekaan berikut ini.
B. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan
Hubungan antara output dan permintaan akhir dapat dijabarkan sebagai X = (I-A)
-1
F, dimana X adalah
vektor kolom dari output, F adalah vektor kolom dari permintaan akhir.
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor
terhadap output seluruh sektor ekonomi (rj) dapat dirumuskan sebagai:
r
j
= b
1j
+ b
2j
+ b
nj
=
i
b
ij
Jumlah dampak tersebut juga disebut sebagai jumlah daya penyebaran. Daya penyebaran merupakan
ukuran untuk melihat keterkaitan kebelakang (backward linkage) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah.
Selanjutnya, dengan membagi jumlah dampak tersebut (r
j
) dengan banyaknya sektor (n), dapat dihitung
rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap output masing-masing sektor akibat perubahan permintaan
akhir.
Namun demikian, karena sifat permintaan akhir masing-masing sektor saling berbeda, maka baik jumlah
maupun rata-rata dampak tersebut kurang tepat untuk dijadikan sebagai ukuran pembanding dampak
pada setiap sektor. Oleh karenanya, ukuran tersebut perlu dinormalkan (normalized) dengan cara
membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Ukuran yang
dinormalkan ini dinamakan dengan indeks daya penyebaran (
j
) atau tingkat dampak keterkaitan
kebelakang (backward linkages effect ratio), yang dapat dirumuskan:
j
= 1 daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
j
> 1 daya penyebaran sektor j diatas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
j
< 1 daya penyebaran sektor j dibawah rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
Dari persamaan diatas juga dapat dilihat jumlah dampak output suatu sektor i sebagai akibat perubahan
permintaan akhir seluruh sektor, yang dapat dirumuskan sebagai: s
j
=
j
b
ij
Nilai s
j
disebut dengan jumlah derajat kepekaan, merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan kedepan
(forward linkage) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah.
Dengan pola pikir yang sama seperti ketika menghitung indeks daya penyebaran, kita juga bisa
menghitung indeks derajat kepekaan (
i
) dengan rumus sebagai berikut:
i
= 1 derajat kepekaan sektor j sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
i
> 1 derajat kepekaan sektor j diatas rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
i
< 1 derajat kepekaan sektor j dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
Untuk menghitung indeks daya penyebaran, tempatkan pointer kita di sel B36. Kemudian ketikkan rumus:
=G$29/AVERAGE($G$29:$I$29). Copy rumus tersebut sampai ke B38. Tetapi setelah itu, pada sel B37,
rumus G$27 tersebut diganti menjadi H$27 dan pada sel B38 diganti menjadi I$27.
Selanjutnya untuk menghitung indeks derajat kepekaan, tempatkan pointer kit di sel C36. Kemudian
ketikkan rumus: =J26/AVERAGE($G$29:$I$29). Kemudian copy sampai ke sel C38.
Hasilnya dapat dilihat pada tampilan 3 berikut:
Tampilan 3. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan
C. Analisis Dampak
C.1. Dampak Permintaan Akhir terhadap Output
Untuk melihat dampak masing-masing permintaan akhir terhadap output, dapat digunakan rumus: X = (I-
A)
-1
F
Ini artinya, kita mengalikan matriks pengganda dengan matriks permintaan akhir. Sesuai dengan
penempatan data pada contoh kasus kita, matriks pengganda sudah dihitung dan ditempatkan pada
range G26:I28 dan matriks permintaan akhir berada pada range F6:J8.
Untuk itu, tempatkan pointer pada sel B44 dan ketikkan rumus: =MMULT(G26:I28,F6:J8). Selanjutnya
blok range B44:F46, tekan F2 dan kemudian tekan CTRL+SHIF+ENTER secara bersamaan. Hasilnya
akan terlihat pada range B44:F46. Selanjutnya lakukan penjumlahan secara baris dan secara kolom,
seperti terlihat pada tampilan 4 berikut:
Tampilan 4. Dampak Permintaan Akhir terhadap Output
Pembacaan menurut baris menunjukkan pengaruh masing-masing komponen permintaan akhir terhadap
pembentukan output suatu sektor. Misalnya pada baris 1 (sektor primer), dapat diinterpretasikan bahwa
output sektor primer yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga (301) sebesar 37,1;
konsumsi pemerintah (302) sebesar 1,6; pembentukan modal tetap (303) sebesar 12,6; perubahan stok
(304) sebesar 2,8; dan ekspor barang dan jasa (305 + 306) sebesar 24,6. Jumlah baris 1 merupakan total
output sektor primer. Untuk sektor-sektor yang lain, dapat dilihat dengan cara yang sama.
Pembacaan menurut kolom menunjukkan pengaruh suatu komponen permintaan akhir terhadap
pembentukan output di masing-masing sektor. Misalnya pada kolom 1, konsumsi rumah tangga (301)
mengakibatkan pembentukan output sektor primer sebesar 37,1, output sektor sekunder sebesar 71,6
dan output sektor tersier sebesar 69,2. Jumlah kolom 1 yang sebesar 177,9 menunjukkan besarnya
output seluruh sektor perekonomian yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga. Untuk
komponen permintaan akhir yang lain, dapat dilihat dengan cara yang sama
C.2. Dampak Permintaan Akhir terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB)
Untuk menghitung dampak permintaan akhir terhadap NTB, terlebih dahulu dibentuk matriks diagonal
koefisien NTB. Koefisien NTB dicari dengan cara membagi nilai tambah bruto (input primer) dengan total
input. Dalam kasus kita, adalah dengan membagi sel B11 dengan sel B12, C11 dengan C12 dan D11
dengan D12. Koefisien-koefisien tersebut ditempatkan pada diagonal matriks, dan nilai sel lainnya dalam
matriks tersebut diberi angka 0, seperti terlihat pada tampilan di bawah ini.
Pada tahap selanjutnya, mengalikan matriks diagonal koefisien NTB ini (pada range B55:D57) dengan
matriks dampak permintaan akhir terhadap output yang telah dihitung sebelumnya (pada range B44:F46).
Untuk itu tempatkan pointer pada sel B62, kemudian ketikkan rumus: =MMULT(B55:D57,B44:F46).
Kemudian blok range B62:F64, tekan F2, tekan CTRL+SHIFT+ENTER. Hasilnya akan terlihat pada range
B62:F64. Selanjutnya lakukan penjumlah secara kolom dan secara baris.
Tampilan 5. Dampak Permintaan Akhir terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB)
Pembacaan menurut baris menunjukkan pengaruh masing-masing komponen permintaan akhir terhadap
penciptaan NTB suatu sektor. Misalnya pada baris 1 (sektor primer), dapat diinterpretasikan bahwa NTB
sektor primer yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga (301) sebesar 31,9; konsumsi
pemerintah (302) sebesar 1,4; pembentukan modal tetap (303) sebesar 10,8; perubahan stok (304)
sebesar 2,4; dan ekspor barang dan jasa (305 + 306) sebesar 21,4. Jumlah baris 1 merupakan total NTB
sektor primer. Untuk sektor-sektor yang lain, dapat dilihat dengan cara yang sama.
Pembacaan menurut kolom menunjukkan pengaruh suatu komponen permintaan akhir terhadap
penciptaan NTB di masing-masing sektor. Misalnya pada kolom 1, konsumsi rumah tangga (301)
mengakibatkan penciptaan NTB sektor primer sebesar 31,9, NTB sektor sekunder sebesar 23,6 dan NTB
sektor tersier sebesar 48,5. Jumlah kolom 1 yang sebesar 104,0 menunjukkan besarnya NTB seluruh
sektor perekonomian yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga. Untuk komponen
permintaan akhir yang lain, dapat dilihat dengan cara yang sama
C.3. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Kebutuhan Impor
Untuk menghitung dampak permintaan akhir terhadap kebutuhan impor, diperlukan informasi mengenai
komponen impor pada masing-masing sektor, baik untuk permintaan antara maupun permintaan akhir.
(Data komponen impor biasanya disusun bersamaan dengan tabel transaksi pada I-O).
Misalnya data komponen impor kita ketikan pada sel-sel berikut seperti pada tampilan
Tampilan 6. Komponen Impor
Selanjutnya lakukan tahapan berikut:
1. Hitung matrik koefisien komponen impor (A
m
), dengan cara membagi masing-masing sel pada
input antara (range B76:D78 ) secara kolom dengan total inputnya masing-masing. Untuk itu
tempatkan pointer di sel B84, kemudian ketikan rumus: =B76/B$12. Copy dalam range B84:D86
2. Kalikan matriks A
m
dengan matriks (I-A)
-1
F. Matriks (I-A)
-1
F sebelumnya sudah kita hitung yang
terletak pada range B44:F46. Untuk itu letakkan pointer di sel F84, ketikkan rumus:
=MMULT(B84:D86,B44:F46). Blok range F84:J86, tekan F2, dan tekan CTRL+SHIFT+ENTER secara
bersamaan.
3. Tambahkan matriks hasil perkalian pada tahap 2 diatas dengan matriks komponen permintaan
sebelumnya (yang terletak pada range F86:J88). Untuk itu, tempatkan pointer di sel B92, ketikkan
rumus: =F76+F84. Copy dalam range B92:F94. Selanjutnya lakukan penjumlahan secara baris dan
kolom.
Tampilan 7. Dampak Permintaan Akhir terhadap Kebutuhan Impor
Pembacaan kolom dari hasil tersebut adalah kebutuhan impor dari masing-masing sektor sebagai
dampak dari suatu komponen permintaan akhir. Misalnya pada kolom 1, kebutuhan impor sebagai
dampak dari konsumsi rumah tangga (301) adalah sebesar 20,04 yang terdiri dari kebutuhan impor di
sektor primer sebesar 1,26, di sektor sekunder sebesar 13,20 dan di sektor tersier sebesar 5,57.
Pembacaan baris dari hasil tersebut adalah kebutuhan impor dari suatu sektor sebagai dampak dari
masing-masing komponen permintaan akhir. Misalnya pada baris 1, kebutuhan impor sektor primer
akibat konsumsi rumah tangga (301) adalah sebesar 1,26, akibat konsumsi pemerintah (302) sebesar
0,097, akibat pembentukan modal (303) sebesar 0,95 dan seterusnya.
D. Penutup
Pada dasarnya analisis-analisis yang lain bisa diterapkan terhadap Input-Output. Misalnya melihat
dampak permintaan akhir terhadap tenaga kerja, dampak APBN terhadap penciptaan kesempatan kerja
dan lainnya. Namun demikian, karena secara prosedural relatif sama dengan yang telah dibahas diatas,
maka tidak dibahas secara lebih terperinci.
Bacaan Utama:
BPS. 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output
BPS. 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output
http://junaidichaniago.wordpress.com/2008/06/16/analisis-input-output-dengan-excel/
http://junaidichaniago.wordpress.com/2008/05/28/menghitung-inverse-matriks-di-excel/
http://junaidichaniago.wordpress.com/2010/05/14/tip-trik2/
http://junaidichaniago.wordpress.com/2008/07/06/menghitung-matriks-inverse-leontif-dengan-add-in-
matrix-seri-matrix-bag1/