Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM KOMUNIKASI DATA


SEMESTER V TH 2014/2015




JUDUL

Pengkodean Karakter


5D
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2014

1

Pengkodean karakter

I. TUJUAN
1. Mengamati pengkodean karakter pada keyboard (terminal) PC melalui
osiloskop
2. Mengukur level sinyal dc masing masing kode karakter pada output keyboard
3. Mengukur level sinyal dc, bit time dan laju pengiriman data dari satu
computer ke computer lainnya pada saluran transmisi
4. Mengamati perbedaan antara pengkodean karakter dan pengkodean pada
saluran transmisi

II. ALAT ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN
1. Osiloskop : 1 buah
2. Keyboard : 1 buah
3. Terminal pengukuran : 1 buah
4. Kabel BNC to Banana : 2 buah
5. Kabel null modem yang dilengkapi tap pengukuran : 1 buah
6. PC desktop : 2 buah
7. Power Supply : 1
8. Kabel Banana to Banana : 3 buah

III. DASAR TEORI
Dalam menyalurkan data baik antar komputer yang sama pembuatannya
maupun dengan komputer yang lain pembuatannya, data tersebut harus
dimengerti oleh pihak pengirim maupun penerima. Untuk mencapai hal itu,
data harus diubah bentuk khusus yaitu sandi untuk komunikasi data. Suatu
karakter didefinisikan sebagai huruf, angka, tanda aritmetik, dan tanda
khusus lainnya.

1. Konsep Dasar Sistem pengkodean

Kesalahan (error) merupakan masalah pada system komunikasi, sebab dapat
2

mengurangi kinerja dari system. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan
suatu system yang dapat mengoreksi error. Oleh karena itu pada system
komunikasi diperlukan system pengkodean.

Bit dari sumber data, masuk ke encoder untuk dikodekan. Kemudian bit yang
telah dikodekan dikirimkan melalui kanal untuk didekodekan. Setelah
didekodekan oleh decoder, data tersebut dikirimkan ke user.
Karakter-karakter data yang akan dikirim dari satu titik ke titik lain, tidak
dapat dikirim secara langsung. Sebelum dikirim, karakter-karakter data
tersebut harus dikodekan terlebih dahulu dengan kode-kode yang dikenal oleh
setiap terminal. Tujuan dari pengkodean adalah menjadikan tiap karakter
dalam sebuah informasi digital yaitu ke dalam bentuk biner untuk dapat
ditranmisikan. Kode-kode yang sering digunakan pada beberapa system
komunikasi data dan dikenal oleh berbagai terminal diantaranya adalah Kode
Tujuh Bit (ASCII) dan Kode EBCDIC.

2. Pengelompokkan Karakter
Pada komunikasi data informasi yang dipertukarkan terdiri dari 2 grup (baik
ASCII maupun EBCDIC), yaitu: karakter data dan karakter kendali (digunakan
untuk mengendalikan tranmisi data, bentuk(format data), hubungan naluri
data dan fungsi fisik terminal). Karakter kendali dibedakan atas:

a. Kendali Transmisi (Kendali Pengiriman)
Kendali pengiriman digunakan untuk mengemas pesan ke dalam format yang
dikenal dan untuk mengontrol aliran data dalam jaringan. Beberapa karakter
yang digunakan untuk kendali pengiriman antara lain:
SOH (Start of Heading): menunjukkan bagian awal heading yang berisikan
alamat atau arah informasi.
STX (Start of Text): Menunjukkan bagian awal text dan pada akhir
heading
ETX (End of Text): Menunjukkan bagian akhir teks yang dimulai dengan
karakter STX
EOT (End of Transmision): menunjukkan selesainya transmisi dan
kemungkinan mencakup atau teks lebih berikut dengan headingnya
3

ENQ (Enquiry): menunjukkan permintaan tanggapan dari station yang
berjauhan
ACK (Acknowledge): untuk memberikan tanggapan positif ke pengirim dari
penerima
NAK (Negative Acknowledge): merupakan tanggapan negatif dari penerima
ke pengirim
SYN ( Synchronous): digunakan untuk transmisi sinkron dalam menjaga
atau memperoleh sinkronisasi antar peralatan terminal
ETB (End of Transmission Block): menunjukkan bagian akhir block data
untuk keperluan komunikasi
DLE (Data Link Escape): mengubah arti karakter berikutnya, digunakan
untuk lebih mengendalikan transmisi data
b. Kendali Format
Kendali format merupakan karakter-karakter yang digunakan untuk
mengendalikan format pengaturan posisi print head atau kursor sesuai dengan
keinginan. Ada 6 karakter yang digunakan untuk melakukan kendali format,
yaitu:
BS(Back Space): menunjukkan gerakan mekanisme penulisan atau
menampilkan kursorsatu posisi ke belakang.
HT(Horizontal Tabulation): menunjukkan kursor maju ke posisi yang telah
ditentukan.
LF(Line Feed): menunjukkan gerakan mekanisme penulisan kursor menuju
posisi karakter yang sesuai pada baris berikutnya.
VT(Vertical Tabulation): menunjukkan gerakan mekanisme penulisan atau
menampilkan kursor menuju rangkaian baris berikutnya.
FF(Form Feed): menunjukkan gerakan mekanisme penulisan atau
menampilkan kursor menuju posisi awal halaman, form atau layer berikutnya.
CR(Carriage Return): print head atau kursor menuju ke awal baris.
c. Kendali Piranti (Device Control)
Kendali piranti digunakan untuk mengendalikan peralatan tambahan dari
terminal. Contoh implementasinya adalah seperti menghidupkan atau
mematikan tombol penggerak. Kakter-karakter yang dipakai untuk
mengendalikan piranti-piranti tersebut antara lain: DC1, DC2, DC3 dan DC4.
DC1 dan DC3 biasanya dipakai untuk mengendalikan aliran data dari terminal
4

tak sinkron. DC2 untuk menghidupkan aliran dan DC3 untuk mematikan
aliran data.
d. Pemisah Informasi(Information Separators)
Pemisah informasi(Information Separators) digunakan untuk memisahkan
informasi atau mengelompokkan data secara logis yang dikirim sehingga
memudahkan perekaman dan penyimpanan data. Ada 4 karakter yang
dikategorikan sebagai pemisah informasi, yaitu:
US(Unit Separators), tiap unit informasi dipisahkan oleh US
RS(Record Separators), tiap record terdiri atas beberapa unit dan
dipisahkan oleh RS
GS(Group Separators), beberapa record membentuk suatu grup dan
dipisahkan oleh GS
FS(File Separators), beberapa grup membentuk sebuah file yang dipisahkan
oleh FS



3. Macam-macam Pengkodean Data
a. Kode Baudot (CCITT Alfabet No. 2 / Telex Code)
Kode ini digunakan sebagai satuan kecepatan pengiriman data. Kode Baudot
ini ada sejak 1838 ditemukan oleh Frenchman Emile Baudot sebagai bapak
komunikasi data. Terdiri dari 5 bit perkarakter (sehingga dapat dibuat 32
karakter) dan untuk membedakan huruf dengan gambar dipakai kode khusus,
yakni 11111 untuk LETTERS dan 11011 untuk FIGURES. Tiap karakter terdiri
dari: 1 bit awal, 5 bit data dan 1,42 bit akhir.
b. Kode ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
Didefinisikan sebagai kode 7 bit (sehingga dapat dibuat 128 karakter).
Masing-masing yaitu 0-32 untuk karakter control (unprintable) dan 32-127
untuk karakter yang tercetak (printable). Dalam tranmisi asynkron tiga
karakter terdiri dari 10 atau 11 bit: 1 bit awal, 7 bit data, 1 atau 2 bit
akhir dan 1 bit paritas.
c. Kode 4 atau Kode 8
Kombinasi yang diijinkan adalah 4 bit 1 dan 4 bit 0 sehingga dapat
dibuat kombinasi 70 karakter. Tranmisi asynkron memnutuhkan bit, yaitu: 1
5

bit awal, 6 bit data, dan 1 bit akhir.
d. Kode BCD (Binary Coded Decimal)
Terdiri dari 6 bit perkarakter dengan kombinasi 64 karakter. Untuk tranmisi
asynkron terdiri dari 9 bit: 1 bit awal, 6 bit data, 1 bit paritas, dan 1 bit
akhir.
e. Kode EBCDID (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)
Menggunakan 8 bit perkarakter dengan 256 kombinasi karakter. Tranmisi
asynkron membutuhkan bit, yaitu: 1 bit awal, 8 bit data, 1 bit paritas dan
1 bit akhir.

4. Penggunaan Sistem Pengkodean
Sejak ditemukan radio maka penggunaannya semakin lama semakin banyak dan
berbagai macam. Hal ini menimbulkan permasalahan yaitu padatnya jalur
komunikasi yang menggunakan radio. Bisa dibayangkan jika pada suatu kota
terdapat puluhan stasiun pemancar radio FM dengan bandwidth radio FM
yang disediakan antara 88 MHz. Tentunya ketika knob tunning diputar
sedikit maka sudah ditemukan stasiun radio FM yang lain. Ini belum untuk
yang lain seperti untuk para penggemar radio control yang juga menggunakan
jalur radio. Bahkan untuk pengontrolan pintu garasi juga menggunakan jalur
radio. Jika kondisi ini tidak ada peraturannya maka akan terjadi tumpang
tindih pada jalur radio tersebut.
Selain disebutkan di atas masih ada penggunaan pengkodean data yaitu
sebagai berikut:
a. untuk mencirikan data atau memudahkan pengolahan
b. meningkatkan efisiensi memori
c. menjaga fleksibilitas data terhadap perubahan
d. perlu dirancang sekaligus pada saat perancangan struktur relasi
e. perlu dokumentasi yang jelas
5. Penerapan Pengkodean Data untuk Transmisi Data
a. Cahaya sebagai Media Komunikasi
Alternatifnya yaitu dengan menggunakan cahaya sebagai media komunikasinya.
Cahaya dimodulasi oleh sebuah sinyal carrier seperti halnya sinyal radio dapat
membawa pesan data maupun perintah yang banyaknya hamper tidak
terbatas dan sampai saat ini belum adaaturan yang membatasi penggunaan
6

cahaya ini untuk media komunikasi.

Pada dasarnya penggunaan modulasi cahaya penggunaannya tidak ada batasnya
namun modulasinya harus menggunakan sinyal carrier yang frekuensinya harus
sangat tinggi yaitu dalam orde ribuan megahertz. Biasanya modulasi dengan
frekuensi carrier yang tinggi ini digunakan untuk modulasi sinar laser atau
pada transmisi data yang menggunakan media udara fiberoptic sebagai media
perantaranya. Untuk transmisi data yang menggunakan media udara fiberoptic
sebagai media perantara biasanya menggunakan frekuensi carrier yang jauh
lebih rendah yaitu sekitar 30KHz sampai dengan 40KHz. Infra merah yang
dipancarkan melalui udara ini paling efektif jika menggunakan sinyal carrier
yang mempunyai frekuensi di atas.
b. Cara Kerja Remote Infra Merah
Semua remote control menggunakan transmisi sinysl infra merah yang
dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada
frekuensi 30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh transmitter
diterima oleh receiver infra merah dan kemudian didekodekan sebagai sebuah
paket data biner.
Panjang sinyal data biner ini bervariasi antara satu perusahaan yang lain
sehingga suatu remote control hanya dapat digunakan untuk sebuah produk
dari perusahaan yang sama dan pada tipe yang sama. Hal ini dapat
dicontohkan pada remote TV SONY hanya bisa digunakan untuk remote VCD
SONY dan sebaliknya tetapi tidak digunakan untuk TV merek lain.
Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat penting
yaitu: space yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan pulse yang
menyatakan ada sinyal carrier.

Pengkodean pada remote infra merah pada dasarnya ada tiga macam dan
semuanya berdasarkan pada panjang jarak antar pulsa atau penggeseran
urutan pulsa.
Pulse-Width Coded Signal.
Pada pengkodean ini panjang pulsa merupakan kode informasinya. Jika panjang
pulsa pendek (kira-kira 550us) maka dikatakan sebagai logika L tetapi jika
panjang pulsa panjang (kira-kira 2200us) maka menyatakan logika H.
7


Space-Width Coded Signal
Pada pengkodean ini didasarkan pada panjang/pendek space. Jika panjang
pulsa sekitar 550us atau kurang maka dinyatakan sebagai logika L
sedangkan jika panjang space lebih dari 1650us maka dinyatakan sebagai logika
H.

Shift Coded Signal
Pengkodean ini ditentukan pada urutan pulsa dan space. Pada saat space
pendek, kurang dari 550us dan pulse panjang lebih dari 1100us maka
dinyatakan sebagai logika H. Tetapi sebaliknya jika space panjang dan
pulse pendek maka dinyatakan sebagai logika L.

Pengkodean ini merupakan hal yang sangat penting karena tanpa mengetahui
system pengkodean pada transmitter infra merah maka disisi receiver tidak
bisa mendekodekan data/perintah apa yang dikirimkan. Selai n itu didalam
pengkodean ini perlu disisipkan suatu data yang dinamakan sebagai device
address sebelum data atau perintah. Device address ini menyatakan nomor
alamat peralatan jika terdapat lebih dari satu alat yang dapat dikendalikan
oleh sebiah remote control pada suatu area tertentu.
c. Transmitter Infra Merah
Infra merah dapat digunakan baik untuk memancarkan data maupun sinyal
suara. Keduanya membutuhkan sinyal carrier untuk membawa sinyal data
maupun sinyal suara tersebut hingga sampai pada receiver.

Untuk transmisi sinyal suara biasanya digunakan rangkaian voltage to
frequency converter yang berfungsi untuk merubah tegangan sinyal suara
menjada frekuensi. Dan jika sinyal ini dimodulasikan dengan sinyal carrier
maka akan menghasilkan suatu modulasi FM. Modulasi jenis ini lebih disukai
karena paling kebal terjadap perubahan amplitudo sinyal apabila sinyal
mengalami gangguan di udara.
Untuk transmisi data biasanya sinyal ditransmisikan dalam bentuk pulsa-pulsa
seperti telah dijelaskan di atas. Ketika sebuah tombol ditekan pada remote
control inti maka IR akan mentransmisikan sebuah sinyal yang akan dideteksi
8

sebagai urutan data biner.

d. Penerima Infra Merah
Untuk aplikasi jarak jauh maka perlu adanya pengumpulan sinar termodulasi
yan lemah. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan photodioda yang sudah
mempunyai semacam lensa cembung yang akan mengumpulkan sinar
termodulasi tersebut. Biasanya menggunakan lensa tambahan yang dinamakan
dengan lensa FRESNEL yang terbuat dari bahan plastic dan kemudian
diumpankan ke photodioda dengan jarak tertentu pada focus lensa FRESNEL
ini.
Untuk aplikasi remote control biasanya cukup menggunakan lensa yang dimiliki
oleh photodioda/phototransistor dengan penguatan tertentu. Untuk
penggunaan yang harus dapat menerima pancaran sinyal infra merah yang
sudut datangnya besar maka harus menggunakan dua atau lebih photodioda.
Photodioda yang baik adalah photodioda yan mampu mengumpulkan sinar
termodulasi tepat pada wafer silikonnya dan hal inilah yang mempengaruhi
kualitas photidioda/phototransistor yang dibeli di pasaran.
Pada saat photodiode mendeteksi adanya sinar infra merah maka akan
terdapat arus bocor sebesar 0.5 uA dan ini juga tergantung pada kekuatan
sinar infra merah yan datang dan sudut datangnya. Kekuatan sinar dan sudut
datang merupakan factor penting dalam keberhasilan transmisi data melalui
infra merah selain filter dan penguatan pada bagian receivernya.

IV. GAMBAR RANGKAIAN

,c osiloskop



Keyboard terminal

9

V. DATA PERCOBAAN
Tabel 1. Sinyal dan bit time karakter
Huruf Gambar Sinyal BitTime (s) Laju Data (Kbps)
A

168 5.952
B

112 8.929
C

56 17.86
D

56 17.86
E

172 5.814
10

F

56 17.86
1

116 8.621
2

116 8.621
3

116 8.621
4

52 19.23
5

112 8.929
11

VI. Table 2.Sinyal dan bit time karakter pada saluran transmisi
Huruf Gambar Sinyal BitTime (s) Laju Data (Kbps)
A

100 10
B

210 4.762
C

100 10
D

310 3.226
E

100 10
12

F

210 4.762
1

90 11.11
2

210 4.762
3

100 10
4

310 3.226
13

5

100 10

VII. ANALISA DATA
Dalam penyaluran data antar komputer, data yang disalurkan harus
dimengerti oleh masing-masing perangkat baik oleh pengirim maupun
penerima. Untuk itu digunakan system sandi sesuai standard. Suatu
karakter didefinisikan sebagai huruf, angka,tanda aritmetik dan tanda khusus
lainya.

Sistem Pengkodean

Karakter-karakter data yang akan dikirim dari satu titik ke titik lain, tidak
dapat dikirimkan secara lansung. Sebelum dikirim, karakter-karakter data
tersebut harus dikodekan terlebih dahulu dengan kode-kode yang dikenal
oleh setiap terminal. Tujuan dari Pengkodean (Encoding) adalah menjadikan setiap
karakter data dalam sebuah informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat
ditransmisikan dan bisa melakukan komunikasi data.

Kode-kode yang digunakan dalam komunikasi data pada system computer
memiliki perbedaan dari generasi ke generasinya, karena semakin besar dan kompleksnya
data yang akan dikirim / digunakan.

Kode-kode yang sering digunakan pada beberapa sistem komunikasi data dan
dikenal oleh berbagai terminal diantaranya adalah Kode Tujuh Bit (ASCII)
dan kode ABCDIC .

Kode Tujuh Bit (ASCII)
14


Kode tujuh bit yang dikenal dengan nama Internasional Alphabet No.5 dari
Internasional Standar Organisation (ISO).



VIII. KESIMPULAN
Tujuan pengkodean adalah menjadikan tiap karakter dalam sebuah
informasi digital dalam bentuk biner untuk dapat ditransmisikan
Kode yang sering digunakan dalam sistem komunikasi data
diantaranya Kode Tujuh Bit (ASCII) dan kode ABCDIC
Macam-macam kode, diantaranya : kode Baudot, Standard Code,
Kode 4 atau Kode 8, Kode BCD (Binary Code Decimal), Kode
EBCID, dan Kode 5 Bit.
Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak
mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri,
Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam
berbagai bentuk.
Mampu mengirikan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat
membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.
Sistem pengkodean data adalah Setiap data mempunyai kode yang
berbeda satu sama lain. Kode berupa kumpulan simbol khusus yang
digunakan untuk membentuk sebuah data. Sekumpulan symbol khusus
yang digunakan untuk mewakili sebuah data atau kode data merupakan
sekumpulan bilangan atau angka yang memiliki aturan tertentu. Sistem
bilangan yang dipakai pada komputer adalah biner (2 simbol), octal (8
simbol), heksadesimal (16 simbol)
System telekomunikasi digital terdapat dua jenis telekomunikasi
digital, yaitu system komunikasi analog dan system komunikasi digital.
Perbedaan keduanya adalah pada sinyal yang digunakan untuk melakukan
hubungan komunikasi.
15

Faktor-faktor dalam Response Time yaitu sebagai berikut :
Jumlah Pengguna.
Kecepatan Transmisi.
Jenis Media Transmisi.
Jenis Hardware Yang Digunakan.
Program Perangkat Lunak.
Dasarnya adalah modulasi sinyal carrier yang dipilih sesuai dengan
medium transmisinya. Modulasi adalah proses encoding sumber data
dalam suatu sinyal carrier dengan frekuensi fc.
Empat kombinasi yang muncul dari komunikasi digital :
Data Digital, Sinyal Digital
Data Analog, Sinyal Digital
Data Digital, Sinyal Analog
Data Analog, Sinyal Analog.

Anda mungkin juga menyukai