Anda di halaman 1dari 38

1

LAPORAN
TUTORIAL SKENARIO A BLOK 24

Disusun oleh :
Kelompok B4
Anggota
1.Anantya Dianty S
2.Rahmatul Ikbal
3.Atia Julika
4.Nur Suci Trendy Asih
5.M. Arisma D. Putra
6.Salsabil Dhia Adzhani
7.Indah Fitri Nurdianthi
8.Ira Meliani
9.Jaskeran Kaur Dhaliwal Avtar Singh
10.Gunnasundary Thirumalai
11.Jeshwinder Kaur Jagdish Singh



04111401004
04111401009
04111401010
04111401016
04111401039
04111401041
04111401056
04111401074
04111401092
04111401096
4101401131

Tutor :dr. H.M.A. Husnil Farouk, MPH, PKK.

PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
2

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini berisikan hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam menjalankan kegiatan
tutorial. Di sini kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok
berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis,
meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik
pembelajaran. Dalam tutorial ini pula ditunjuk moderator serta notulis. Bahan laporan ini
kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan ajar dari dosen-dosen
pembimbing.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, orang
tua, tutor pembimbing; dr. H.M.A. Husnil Farouk, MPH, PKK.; dan para anggota kelompok
yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami
mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan
laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.



Palembang, April 2014
Penulis








3

DAFTAR ISI


Kata Pengantar......................................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................................3

BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Tujuan dan Manfaat..............................................................................4
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial.........................................................................................5
2.2 Skenario Kasus......................................................................................5
2.3 Paparan
I KLARIFIKASI ISTILAH....................................................6
II IDENTIFIKASI MASALAH...............................................6
III ANALISIS MASALAH.......................................................7
IV HIPOTESIS........................................................................26
V SINTESIS (LEARNING ISSUE).......................................26
VI KERANGKA KONSEP.....................................................36
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan..............................................................................................37


DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................38








4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas mengenai yang berada dalam blok
24 pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.

1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.












5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. H.M.A. Husnil Farouk, MPH, PKK.
Moderator : Gunnasundary Thirumalai
Sekretaris Meja : Indah Fitri Nurdianthi
Hari, Tanggal : Selasa, 01 April 2014
Kamis, 03 April 2014
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif).

2.2 Skenario Kasus
Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari
4-5x/hari @1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada
muntah. Sebelumnya ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10
bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir
2800 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala tidak diukur. Reygen saat ini
mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9
bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.
Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah
3 bulan sampai dengan sekarang : susu formula standar merk S 6 kali sehari @2 sendok
takar dicampur dgn air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merk C 1 sachet
sehari@ 20 gram (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat susu formula sudah benar. Ibu
tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.
Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x.
Reygen dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu
usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5
tahun, dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7 m, ventilasi jendela cukup, lantai
semen, smber air minum sumur gali, jarak dengan MCK 6 meter.
Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi
124x/menit, isi dan tegangan cukup, pernafasan 30x/menit, suhu 36,8
0
C. Setelah dilakukan
antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepala
46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi
vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan
terdapat baggy pants
6

2.3 Paparan
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. ASI eksklusif : ASI yang diberikan pada neonatus selama 6 bulan pertama setelah
kelahiran tanpa makanan tambahan.
2. Susu formula : susu olahan dari susu hewan yang telah dikemas
3. Bubur bayi : bubur (makanan halus) untuk bayi, bisa dibuat sendiri, atau dari
olahan yang dikemas.
4. Antropometri : ukuran yang menentukan status gizi dari seseorang (bayi).
5. Wajah seperti orang tua : wajah anak yang tidak sesuai dengan umurnya.
6. Iga gambang : tulang rusuk yang menonjol (iga piano).
7. Baggy pants : bentuk dari bokong dan paha yang menyerupai celana baggy.

II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair
selama 3 hari 4-5x/hari @1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada
darah. Tidak ada muntah. Sebelumnya ia juga pernah mengalami diare pada usia 3
bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong
bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala
tidak diukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa
merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.

2. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia
setelah 3 bulan sampai dngn sekarang : susu formula standar merk S 6 kali sehari
@2 sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras
merah merk C 1 sachet sehari@ 20 gram (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat
susu formula sudah benar. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih
suka memakai bubur bayi pabrikan.

3. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x.
Reygen dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang
becak, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang
(usia 7 tahun, 5 tahun, dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7m, ventilasi
jendela cukup, lantai semen, smber air minum sumur gali, jarak dengan MCK 6
meter.

4. Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi
124x/menit, isi dan tegangan cukup, pernafasan 30 x/menit, suhu 36,8
0
C. Setelah
dilakukan antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70
cm, lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada
tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan
dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.
7

III. ANALISIS MASALAH
1. Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair
selama 3 hari 4-5x/hari @1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak
ada darah. Tidak ada muntah. Sebelumnya ia juga pernah mengalami diare
pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup
bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir
47 cm, lingkar kepala tidak diukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan
perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak
sakit duduk harus dibantu.
a. Apa tanda dan gejala klinis dari diare?
Bayi dan anak yang mengalami diare mula-mula menjadi cengeng, gelisah,
suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama menjadi
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.

b. Apa saja penyebab diare?
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines, etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E.coli, gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter
aeromonas.
2. Virus : Rotavirus, adenovirus, Coronavirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba hystolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli, Trichuris trichiura
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi

c. Apa tanda-tanda bayi yang lahir normal?
- Lahir cukup bulan
- Bayi lahir segera menangis
- Bayi bergerak aktif
- Warna kulit seluruh tubuh kemerahan
Tanda-tanda bayi baru lahir normal :
a) Berat badan : 2500 4000 gr
b) Panjang badan : 48 52 cn
c) Lingkar kepala : 33 5 cm
8

d) Lingkar dada : 30 38 cm
e) Bunyi jantung : 120 160 x/menit
f) Pernafasan dada : 40 60x/menit
g) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa.
h) Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i) Kuku telah agak panjang dan lepas.
j) Genitalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika
laki-laki testis telah turun.
k) Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.
l) Refleks moro bila dikagetkan akan kelihatan seperti memeluk.
m) Gerak refleks sudah baik bila tangan diletakkan benda bayi akan
menggenggam.
n) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.
(Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007)

d. Bagaimana gambaran perkembangan bayi usia 3 bulan, 9 bulan dan 11 bulan?
1) Pada usia 0-3 bulan
- Bayi bisa mengangkat kepala setinggi 45
O
ketika ditengkurapkan
- Melihat dan menatap
- Mengoceh spontan
- Tertawa, menggerakan kepala kekiri dan kanan
- Terkejut dengan suara keras
Kemampuan gerak kasar
a. Mengangkat kepala. Gerakkan sebuah mainan berwarna cerah atau buat
suara-suara gembira di depan bayi sehingga ia akan belajar mengangkat
kepalanya.
b. Berguling-guling. Letakkan mainan berwarna cerah di dekat bayi agar ia
dapat melihat dan tertarik pada mainan tersebut. Kemudian pindahkan
benda tersebut ke sisi lain dengan perlahan.
c. Menahan kepala tetap tegak. Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia
dapat belajar menahan kepalanya tetap tegak.
Kemampuan gerak halus
a. Melihat, meraih dan menendang mainan gantung.
b. Memperhatikan benda bergerak.
c. Memegang benda.
Semakin bertambah umur bayi, ia akan semakin mampu memegang benda-
benda kecil dengan ujung jarinya (menjimpit). Jaga agar benda itu tidak
melukai bayi atau tertelan dan membuatnya tersedak
Kemampuan bicara dan bahasa
a. Berbicara. Bicara dengan bayi sesering mungkin
b. Meniru suara-suara. Tirukan ocehan bayi sesering mungkin, maka ia akan
menirukan kembali suara anda.
c. Mengenali berbagai suara. Ajak bayi mendengarkan berbagai suara seperti
9

musik, radio, TV, orang berbicara dan sebagainya

2) Pada usia 6-9 bulan
- Duduk.
- Merangkak.
- Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya.
- Memungut benda sebesar kacang.
- Bersuara tanpa arti, mamama,bababa.
- Bermain tepuk tangan/ciluk baa.

3) Pada usia 9-12 bulan
- Mengangkat badan ke posisi berdiri
- Menggenggam erat pensil
- Berjalan dengan dituntun.
- Mergulurkan tangan untuk meraih benda yang diinginkan
- Memasukan benda ke mulut
- Mengulang menirukan bunyi yang di dengar
- Senang bermain ciluk baa
- Mengenal anggota keluarga dan takut pada orang yang tidak dikenal
Kemampuan gerak kasar
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan. Duduk.
b. Merangkak. Letakkan sebuah di luar jangkauan bayi usahakan agar ia
mau merangkak.
c. Berjalan berpegangan/ dengan bantuan. Pegang kedua tangan bayi
usahakan agar ia mau melangkah.
d. Naik tangga. Tunjukan cara naik tangga dengan cara merangkak
Kemampuan gerak halus
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan.
- Memegang benda dengan kuat.
- Mengambil benda-benda kecil.
b. Memasukan benda kedalam wadah. Ajari memasukan dan mengeluarkan
benda kedalam wadah.
c. Bermain genderang. Tunjukan cara memukul genderang dari kaleng
bekas.
d. Memegang alat tulis, mencoretcoret/ menggambar.
e. Sediakan alat tulis dan kertas bekas, ajarkan bayi mencoret di kertas.
Kemampuan bicara dan bahasa.
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan
- Berbicara.
- Meniru kata-kata
b. Menunjuk dan menyebut gambar. Ajak bayi melihat dan menyebut
gambar-gambar yang menarik seperti bunga, binatang dll.
c. Bernyanyi. Nyanyikan lagu dan bacakan syair sesering mungkin.
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
10

a. Permainan bersosialisasi. Ajak bayi bermain dengan orang lain, lambaikan
tangan sambil berkata da-daag ketika ayah pergi.
b. Minum sendiri dari sebuah cangkir. Bantu bayi memegang cangkir dan
minum dari cangkir tersebut.
c. Makan bersama. Ajak bayi makan bersama dengan anggota keluarga
lainnya.

2. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan,
lalu usia setelah 3 bulan sampai dngn sekarang : susu formula standar merk S 6
kali sehari @2 sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 ml, dan
bubur bayi beras merah merk C 1 sachet sehari@ 20 gram (80 kalori). Menurut
ibunya, cara membuat susu formula sudah benar. Ibu tidak pernah membuat
bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.
a. Apa dampak pemberian ASI yang hanya sampai usia 3 bulan pertama?
Pemberian ASI tidak sampai 6 bulan dapat menyebabkan pertumbuhan
bayi pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat. Selama pemberian ASI esklusif 6
bulan 9terjadi transfer imunitas dari ibu ke bayi. ASI berhubungan erat dengan zat
kekebalan yang akan memproteksi neonatus dan bayi selama masa pertumbuhan
dan perkembangannya. Kolostrum pada ASI mengandung zat kekebalan 10-17
kali lebih banyak dari susu matur. Zat kekebalan ASI akan melindungi bayi dari
diare, menurunkan terserang penyakit telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi.
Bayi yang diberi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Pemberian ASI yang tidak eksklusif merupakan faktor risiko kejadian
growth faltering. Bayi yang diberi ASI tidak eksklusif mempunyai risiko 3,30
kali terhadap kejadian growth faltering. Growth faltering merupakan suatu
kondisi yang harus diwaspadai. Penelitian yang dilakukan oleh Emond et al
(2007) menyebutkan bahwa growth faltering berat badan yang diderita pada masa
9 bulan pertama kehidupan akan berdampak pada penurunan IQ ketika umur
mencapai 8 tahun. Rerata penurunan 1 Standar Deviasi akan menurunkan IQ
sebesar 0,84 point ketika umur mencapai 8 tahun.

b. Apa dampak pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan?
1. Pemberian makanan pendamping ASI / MP ASI terlalu dini akan
mempercepat bayi kontak terhadap kuman, sehingga menjadi salah satu
faktor resiko terjadinya diare pada kasus ini.
2. Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6
bulan.
3. Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot
(neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan gerak
kepala dan leher. Bayi masih sulit menelan makanan dengan menggerakkan
11

makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya karena gerakan ini
melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum susu.
4. Meningkatkan resiko alergi, contoh : protein dalam gandum (gluten)

c. Apa saja jenis makanan tambahan untuk bayi setelah pemberian ASI eksklusif?
Beberapa jenis MP ASI yang sering diberikan:
1) Buah, terutama pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang
sering diberikan kepada bayi adalah: pepaya, jeruk, dan tomat
2) Makanan bayi tradisional
a). Bubur susu
b). Nasi tim saring
3) Makanan bayi kalengan, contoh : biskuit Milna, biskuit Regal

d. Apa saja komposisi dari susu formula dan apa kelebihan atau kekurangannya
terhadap ASI?
Kandungan Gizi ASI Susu Formula (/100 ml)
Kalori 70 kkal/100ml 65 kkal/100ml
Lemak 4,2 gram/100ml 3,9 gram/ml
Protein Lactalbumin (Lebih
mudah dicerna )
Kasein (Sulit dicerna)
Mineral
Fe

Na
K
Ca
P
Mg
Cl

4 mg/100ml (mudah
dicerna
15 mg/100ml
57 mg/100ml
35 mg/100ml
15 mg/100ml
4 mg/100ml
40 mg/100ml

120 mg/100ml (sulit
dicerna
58 mg/100ml
145 mg/100ml
130 mg/100ml
120 mg/100ml
12 mg/100ml
108 mg/100ml
Vitamin
A
B1
B2
Asam Nikotinik
B6
Asam Pantotenat
Biotin
Asam Folat
B12
C
D
K

75 mg/100ml
14 mg/100ml
40 mg/100ml
160 mg/100ml
12-15 mg/100ml
246 mg/100ml
0,6 mg/100ml
0,1 mg/100ml
0,1 mg/100ml
5 mg/100ml
0,04 mg/100ml
1,5 mg/100ml

41 mg/100ml
43 mg/100ml
145 mg/100ml
82 mg/100ml
64 mg/100ml
340 mg/100ml
2,8 mg/100ml
0,13 mg/100ml
0,6 mg/100ml
1,1 mg/100ml
0,02 mg/100ml
6 mg/100ml

e. Berapa kebutuhan kalori yang diperlukan bayi usia 11 bulan?
Kebutuhan kalori : 110-120 kal/kg/hari
12

Sebagai tambahan, di bawah ini terlampir tabel kebutuhan kalori untuk bayi dan
anak menurut Marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988 :
No. Usia Berat badan
(kg)
Permukaan
tubuh (m
2
)
Cal/kg
(kg)
1
Neonatus 2,5 4 0,2 0,23 50
2
1mgg 6bln 3 8 0,23 0,35 60 70
3
6 bln 12 bln 8 12 0,35 0,45 50 60
4
12 bln 24 bln 10 15 0,45 0,55 45- 50
5
2 thn 5 thn 15 20 0,6 0,7 45
6
6 thn 10 thn 20 35 0,7 1,1 40 45
7
11 thn 15 thn 30 60 1,5 1,7 25 40
8
Dewasa 70 1,75 15 20

f. Bagaimana cara meracik susu formula dan bubur bayi yang benar?
- Mencuci tangan dengan bersih
- Mencuci dan mensterilkan botol susu dan dot
- Memilih susu yang sesuai dengan anak
- Mengikuti petunjuk pembuatan dalam kemasan susu formula
- Mengatur suhu air dengan mencampur air dingin dengan air panas dengan
takaran sesuai petunjuk
- Menggunakan sendok takar yang disediakan agar kekentalan sesuai
- Menghangatkan susu dengan merendam botol menggunakan air hangat
- Tidak mencampur berbagai merk susu
- Menyiapkan susu formula paling lama 2 jam sebelum digunakan
- Tidak mencampur susu sisa pembuatan yang lalu dengan susu yang baru
dibuat.
Susu formula diberikan sebanyak 60 ml per kg berat badan per hari pada
minggu pertama dan 150 ml per kg berat badan per hari setelahnya. Frekuensi
pemberian setiap 3-4 jam atau bila bayi merasa lapar.
Cara meracik bubur bayi yang benar
Contoh :
1-2 sendok makan tepung beras (untuk 1 porsi) dimasak sampai menjadi bubur
(buatlah bubur untuk sehari, simpan untuk diberikan pada jam berikutnya dengan
13

catatan jangan dicampur susu terlebih dahulu) lalu dicampur 1 gelas susu (200ml,
untuk 1 porsi sekali makan)

3. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan
polio 1x. Reygen dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD
dan tukang becak, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah
saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun, dan 3 tahun). Rumah masih menyewa,
3m x7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali,
jarak dengan MCK 6 meter.
a. Bagaimana jadwal dan cara pemberian imunisasi pada bayi?
Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003):
Vaksin
Umur pemberian imunisasi
Bulan
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)
BCG
Hepatitis B 1 2 3
Polio 0 1 2 3
DTP 1 2 3
Campak 1
Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (non PPI, dianjurkan)
Hib 1 2 3
MMR
Tifoid
Hepatitis A
Varisela




14

Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir Hepatitis B-1 1. HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status
HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah
lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan
vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu
tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif
maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum
bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang
lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi
dipulangkan (untuk menghindari transmisi
virusvaksin kepada bayi lain)
1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan
HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 bulan BCG a. BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCGakan
diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan
uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan DTP-1 a. DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat
dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan
secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2
bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1
Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara
terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-
T).
Hib-2
Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
15

dengan DTP-2
Polio-2
Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan
DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6
bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3
Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis B-3 HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan
respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3
minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan Campak-1 Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6
tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur
15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 bulan MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur
12 bulan.
Hib-4
Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).
18 bulan DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah
DTP-3.
Polio-4
Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

b. Apakah imunisasi yang diberikan pada Reygen sudah lengkap?
Tidak lengkap. Berdasarkan jadwal imunisasi Reygen baru mendapat imunisasi
BCG, DPT 2x, Hepatitis B 2x dan Polio 1x.

c. Apakah faktor usia orang tua mempengaruhi gizi buruk pada Reygen?
Tidak ada. Karena pada buku kebidanan Sarwono mengatakan bahwa usia orang
tua (ibu) hanya berpengaruh pada BBLR yang merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya gizi buruk. Sedangkan Reygen lahir normal dengan berat badan normal.

d. Apakah faktor sosio-ekonomi mempengaruhi gizi buruk pada Reygen?
16

Ya, karena orang tua Reygen termasuk golongan ekonomi rendah. Yang ditandai
dengan penghasilan penarik becak tidak mencukupi dan pendidikan orang tuanya
hanya sampai SD.

e. Apakah faktor lingkungan mempengaruhi gizi buruk pada Reygen?
Ya, karena lingkungan Reygen adalah lingkungan yang tidak sehat, yang
memungkinkan berkembangnya mikroorganisme yang merupakan faktor resiko
terjadinya infeksi.

4. Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi
124x/menit, isi dan tegangan cukup, pernafasan 30 x/menit, suhu 36,8
0
C. Setelah
dilakukan antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70
cm, lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada
tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan
dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.
a. Apa tanda dan gejala klinis gizi buruk? A
A. Marasmus
Wajah seperti orang tua
Cengen dan Rewel
Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai
celana longgar-baggy pants)
Perut cekung
Iga gambang

Gambar Gizi Buruk Tanpa Edema


17

B. Kwashiorkor :
Rambut tipis, merah seperti warna rambut jagung
Edema (pd kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh)
rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
Kelainan kulit (dermatosis)
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata sayu
Pembesaran hati
Sering disertai: peny. infeksi akut, diare, ISPA dll
Apatis & rewel
Otot mengecil (hipotrofi),
Gambar Gizi Buruk dengan Edema


b. Apakah dari pemeriksaan fisik Reygen menunjukkan gizi buruk?
Inspeksi - Wajah seperti orang tua
- Iga gambang
- Perut cekung
- Lengan dan tungkai kurus
- Baggy pants
Pemeriksaan Fisik - BB 5150 gram TB 70 cm
- Lingkar kepala 46 cm
Kesimpulan (Diagnosis) Gizi buruk tanpa edema (marasmus)

c. Bagaimana cara menilai/mendiagnosa penderita tergolong gizi buruk?
Penilaian meliputi penentuan status gizi, masalah yang berhubungan dengan
proses pemberian makanan dan diagnosis klinis pasien.
Anamnesis
Awal untuk mengetahui adanya tanda bahaya atau tanda penting
- syok/renjatan
- letargis
- muntah dan atau diare atau dehidrasi
18

Lanjutan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya gizi buruk:
- riwayat kehamilan & kelahiran
- riwayat pemberian makan
- riwayat imunisasi & pemberian vitamin A
- riwayat penyakit penyerta/penyulit
- riwayat tumbuh kembang
- penyebab kematian pada saudara kandung
- status sosial, ekonomi dan budaya keluarga
Pemeriksaan fisik
Awal
- gangguan sirkulasi/syok
- gangguan kesadaran
- dehidrasi
- hipoglikemi
- hipotermi
Lanjutan
- Tanda klinis gizi buruk
- Pengukuran dan penilaian antropometri
- Tanda defisiensi vitamin A pada mata dan mikronutrien lain
- Tanda dan gejala klinis penyakit penyerta/ penyulit
Pemeriksaan Penunjang
(Laboratorium & Radiologi)
- Gula darah
- Hemoglobin dan Hematokrit
- Urine rutin
- Albumin, elektrolit
- Foto thoraks
Analisis diet:
kuantitas asupan makanan (Food recall)
kualitas asupan makanan (Food frequency)

d. Apa faktor predisposisi gizi buruk?
Asupan makanan
Status sosial ekonomi
Pendidikan ibu
Penyakit penyerta
Pengetahuan ibu
Berat badan lahir rendah
Kelengkapan imunisasi
Pemberian ASI
19


e. Bagaimana penatalaksanaan gizi buruk?
10 Langkah Tatalaksana Gizi buruk
1) Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah
rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan
KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh
rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan
makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih
dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan
kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.

2) Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36
0
C.
Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah
ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut
(Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat
apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan
pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali.
Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau
pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.

3) Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk
dengan dehidrasi adalah :
Ada riwayat diare sebelumnya
Anak sangat kehausan
Mata cekung
Nadi lemah
Tangan dan kaki teraba dingin
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan
rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap
30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut
ReSoMal (lampiran 4).
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
20

lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 %
dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
4) Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita
KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung
mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk
makanan lumat/lunak
- JANGAN OBATI EDEMA PADA GIZI BURUK DENGAN
PEMBERIAN DIURETIKA
5) Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya
infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua
KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan
dosis sebagai berikut :
UMUR
ATAU
BERAT
BADAN
OBAT
KOTRIMOKSASOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
AMOKSISILIN
Beri 3 kali
sehari untuk 5
hari
Tablet
dewasa
80 mg trimeto
prim + 400
mg
sulfametok
sazol
Tablet Anak
20 mg trimeto
prim + 100 mg
sulfametok
sazol
Sirup/5ml
40 mg trimeto
prim + 200 mg
sulfametok
sazol
Sirup
125 mg
per 5 ml
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg)



1

2,5 ml

2,5 ml
4 sampai 12
bulan
(6 - < 10 Kg)



2

5 ml

5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg)

1

3

7,5 ml

10 ml
21

Pencegahan:
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita
penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar
infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau
terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan
berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati.
Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare
berlanjut segera rujuk ke rumah sakit
6) Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi
metabolisma basal saja.
Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco yang
dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa
agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai
berikut :
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak
terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco atau pengganti dan
jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut
melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap
jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :
22

- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Banyaknya muntah
- Frekuensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan
edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan
naik
7) Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu:
1. Fase Transisi (minggu ke 2)
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan
untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100
ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram
per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan
keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein
yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200
ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
- frekuensi nafas
- frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25
kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume
pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume
seperti di atas.
- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan
sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh-kejar.

2. Fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :
23

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas
dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan
Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemantauan fase rehabilitasi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :
- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
Baik bila kenaikan BB 50 g/Kg bb/minggu.
Kurang bila kenaikan BB < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi
menyeluruh.








8) Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan
mineral.Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan
preparat besi (Fe).Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai
naik (biasanya pada minggu ke 2).Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari :
Tambahan multivitamin lain
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat
atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut

TAHAPAN PEMBERIAN DIET
FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI
FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO
100 ATAU PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA
24

Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi
UMUR
DAN
BERAT BADAN
TABLET BESI/FOLAT
Sulfas ferosus 200 mg +
0,25 mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
SIRUP BESI
Sulfas ferosus 150 ml
Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan
(7 - < 10 Kg)
tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
12 bulan sampai 5
tahun
tablet 5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita cacingan berikan Pirantel Pamoat dengan
dosis tunggal sebagai berikut
UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT
(125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) tablet
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet
3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 tablet

Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

9) Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A
200.000 IU 100.000 IU
6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul
12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -
25

- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
10) Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Nasehat pada orang tua :
- Melakukan kunjungan ulang ke PPG :
Bulan 1 : 1x/ minggu
Bulan 2 : 1x/ 2 minggu
Bulan 3-6 : 1x/ bulan
berat badan anak ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

f. Apa komplikasi dari gizi buruk?
1. Hipotemi
2. Hipoglikemi
3. Infeksi
4. Diare dan Dehidrasi
5. Syok
6. ISPA
7. Cacingan
8. Tuberkulosis
9. Malaria

g. Apa prognosis gizi buruk pada Reygen?
Vitam: Dubia ad bonam
Functionam: Dubia ad bonam

h. Bagaimana cara memberikan konseling kepada orang tua yang anaknya
mengalami gizi buruk?
Pemberian konseling :
Menyampaikan informasi kepada ibu atau pengasuh tentang hasil penilaian
pertumbuhan anak
Memberikan cara pemberian makanan sesuai umur dan kondisi anak dan cara
menyiapkan makan formula, melaksanakan anjuran makan dan memilih atau
mengganti makanan.
Melengkapi imunisasi
Memperbaiki kebersihan lingkungan

26

i. Apa kompetensi dokter umum pada kasus ini? C
3A

IV. HIPOTESIS
Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, mengalami gizi buruk tanpa edema (marasmus) dan
mengalami keterlambatan perkembangan motorik karena kekurangan gizi dan imunisasi tidak
lengkap, sosio-ekonomi dan pengetahuan orang tua kurang dalam menyediakan makanan.

V. SINTESIS (LEARNING ISSUE)
1. Imunisasi pada Anak


2. Anjuran Makanan Tambahan Bayi
Usia 0 6 Bulan
Diberikan hanya air susu saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari pagi,
siang maupun malam.

Usia 6 9 bulan
27

- Teruskan pemberian ASI.
- Mulai memberikan MP ASI, seperti bubur susu, pisang, pepaya lumat halus, air
jeruk, air tomat saring, dll.
- Secara bertahap sesuai pertambahan umur .
- Berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur / ayam / ikan / tempe / tahu /
daging sapi / wortel / bayam / kacang hijau / santan / minyak.
- setiap hari makan diberikan:
6 bulan : 2 x 6 sdm peres.
7 bulan : 2-3 x 7 sdm peres.
8 bulan : 3 x 8 sdm peres.
Usia 9 12 bulan
- Teruskan pemberian ASI
- MP ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nasi lembek.
- Tambahkan telur / ayam / ikan / tempe / tahu / bayam / santan / kacang hijau /
santan / minyak.
- Setiap hari pagi, siang dan malam diberikan:
9 bulan : 3 x 9 sdm peres.
10 bulan : 3 x 10 sdm peres.
11 bulan : 3 x 11 sdm peres.
- Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan (buah, biskuit,
kue).

3. Tumbuh Kembang Bayi
Masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita), merupakan masa yang sangat peka
terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat
diulang lagi, maka masa baltia disebut sebagai masa keemasan (golden period),
jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis (critical period).
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang
dilakukan melalui kegiatan stimulasi/rangsangan, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada masa kritis tersebut di atas.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran jumlah sel serta jaringan interselular,
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian/ keseluruhan, dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat. Stimulasi/rangsangan adalah kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi/rangsangan rutin sedini mungkin dan
terus menerus pada setiap kesempatan. deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
artinya mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.

Cara Mengukur Pertumbuhan :
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB).
28

- Tujuan pengukuran BB/TB : untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk.
- Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita.
- Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader
terlatih.

Pengukuran Berat Badan/BB:
A. Menggunakan timbangan bayi.
- Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau
selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
- Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
- Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
- Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
- Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
- Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
- Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-
tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
B. Menggunakan timbangan injak.
- Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
- Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
- Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
- Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
- Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
- Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

2) Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB):
Cara mengukur dengan posisi berbaring:
- Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
- Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
- Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
- Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala).
- Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan
batas kaki ke telapak kaki.
- Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.
29



Cara mengukur dengan posisi berdiri:
- Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
- Berdiri tegak menghadap kedepan.
- Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
- Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
- Baca angka pada batas tersebut.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam
kemampuan :
Gerak kasar
Gerak halus,
Bicara dan bahasa
Sosialisasi dan kemandirian.
Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
30

2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah
dengan dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya, dan sebagainya.

Ciri tumbuh kembang anak
1. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang
anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda.
4. Perkembangan sesuai dengan pertumbuhan. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. a. Perkembangan terjadi lebih
dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah anggota tubuh. b.
Perkembangan terjadi lebih dahulu gerak kasar (misalnya tangan), kemudian
berkembang ke bagian jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus .
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor dalam :
a. Ras/etnik atau bangsa.
b. Keluarga/genetik/keturunan
c. Umur.
d. Jenis kelamin.
2. Faktor luar
a. Gizi (pada saat ibu hamil), dan gizi masa pertumbuhan.
b. Racun/zat kimia dan radiasi .
c. Kekurangan hormon tertentu.
Beberapa hormon yang dapat mengganggu pertumbuhan, misalnya kekurangan
hormon insulin yang menyebabkan ibu pada saat hamil menderita diabetes (kencing
manis), dan anak pada saat pertumbuhan kekurangan hormon tiroid pada kelenjar
gondok yang mengakibatkan pertumbuhan anak menjadi pendek.
31

d. Penyakit Infeksi .
Penyakit yang diderita ibu saat hamil, dan juga penyakit yang diderita anak saat
sedang masa pertumbuhan seperti TBC (tuberkulosis), anemia (kurang darah),
kelainan jantung bawaan dll.
e. Sosio-ekonomi yang kurang.
f. Lingkungan pengasuhan.
g. Stimulasi / rangsangan.
Perkembangan memerlukan stimulasi/rangsangan khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.

Masa tumbuh kembang anak dimulai sejak dalam kandungan dan berlanjut sesudah
lahir yang dibagi :
1. Masa bayi umur 0 sampai 11 bulan.
2. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
3. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).

Usia 1 bulan
Di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi belum bisa membuka matanya.
Namun setelah berjalan beberapa hari kemudian, ia akan bisa melihat pada jarak
20 cm.
Bulan pertama ini bayi akan memulai adaptasinya dengan lingkungan baru
Memiliki gerakan refleks alami.
Memiliki kepekaan terhadap sentuhan.
Secara refleks kepalanya akan bergerak ke bagian tubuh yang disentuh.
Sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum.
Komunikasi yang digunakan adalah menangis.
Peka terhadap sentuhan jari yang disentuh ke tangannya hingga ia memegang jari
tersebut.
10.Tiada hari tanpa menghabiskan waktunya dengan tidur.

Usia 2 bulan
Sudah bisa melihat dengan jelas dan bisa membedakan muka dengan suara.
Bisa menggerakkan kepala ke kiri atau ke kanan, dan ke tengah.
Bereaksi kaget atau terkejut saat mendengar suara keras.

Usia 3 bulan
Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
Memberikan reaksi ocehan ataupun menyahut dengan ocehan.
Tertawanya sudah mulai keras.
Bisa membalas senyum di saat Anda mengajaknya bicara atau tersenyum.
Mulai mengenal ibu dengan penglihatannya, penciuman, pendengaran, serta
kontak.
32


Usia 4 bulan
Bisa berbalik dari mulai telungkup ke terlentang.
Sudah bisa mengangkat kepala setinggi 90 derajat.
Sudah bisa menggenggam benda yang ada di jari jemarinya.
Mulai memperluas jarak pandangannya.

Usia 5 bulan
Dapat mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
Mulai memainkan dan memegang tangannya sendiri.
Matanya sudah bisa tertuju pada benda-benda kecil
.
Usia 6 bulan
Bisa meraih benda yang terdapat dalam jangkauannya.
Saat tertawa terkadang memperlihatkan kegembiraan dengan suara tawa yang
ceria.
Sudah bisa bermain sendiri.
Akan tersenyum saat melihat gambar atau saat sedang bermain.

Usia 7 bulan
Sudah bisa duduk sendiri dengan sikap bersila.
Mulai belajar merangkak.
Bisa bermain tepuk tangan dan cilukba.

Usia 8 bulan
Merangkak untuk mendekati seseorang atau mengambil mainannya.
Bisa memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya.
Sudah bisa mengeluarkan suara-suara seperti, mamama, bababa, dadada, tatata.
Bisa memegang dan makan kue sendiri.
Dapat mengambil benda-benda yang tidak terlalu besar.

Usia 9 bulan
Sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kaki yang juga ikut menyangga berat
badannya.
Mengambil benda-benda yang dipegang di kedua tangannya.
Mulai bisa mencari mainan atau benda yang jatuh di sekitarnya.
Senang melempar-lemparkan benda atau mainan.

Usia 10 bulan
Mulai belajar mengangkat badannya pada posisi berdiri.
Bisa menggenggam benda yang dipegang dengan erat.
Dapat mengulurkan badan atau lengannya untuk meraih mainan.
33


Usia 11 bulan
Setelah bisa mengangkat badannya, mulai belajar berdiri dan berpegangan dengan
kursi atau meja selama 30 detik.
Mulai senang memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Bisa mengulang untuk menirukan bunyi yang didengar.
Senang diajak bermain cilukba.

Usia 12 bulan
Mulai berjalan dengan dituntun.
Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama.
Mengembangkan rasa ingin tahu, suka memegang apa saja.
Mulai mengenal dan berkembang dengan lingkungan sekitarnya.
Reaksi cepat terhadap suara berbisik.
Sudah bisa mengenal anggota keluarga.
Tidak cepat mengenal orang baru serta takut dengan orang yang tidak
dikenal/asing.

4. Gizi Buruk pada Bayi
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan
karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi
buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh
membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana
seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya
berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis
yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
masing-masing tipe yang berbeda-beda.
Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang
timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di
bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan,
gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya.
Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
34

a) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b) Wajah seperti orang tua
c) Iga gambang dan perut cekung
d) Otot paha mengendor (baggy pants)
e) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana
dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian
tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan
atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
a) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c) Wajah membulat dan sembab
d) Pandangan mata anak sayu
e) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas

Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping
menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda
kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan
biokimiawi terlihat pula.
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa
terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan
protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Turgor atau elastisitas kulit jelek karena
sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin
myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn
protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali
terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi
penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema
adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun.
Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi
35

dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga
defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi
pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan
onkotik.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
a) Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng
yang terlalu encer.
b) Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
c) Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus.
Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e) Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup
f) Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance
g) Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan

Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1) Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi,
menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak
yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya
menderita kurang gizi.
2) Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan
kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga
merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi
buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik maupun gizinya



36

VI. KERANGKA KONSEP


























Diare
Rentan infeksi
Keterlambatan
perkembangan motorik
Gizi buruk tanpa edema
Tampak sangat kurus
Iga gambang
Lengan dan tungkai
kurus
Perut cekung
Baggy pants
Wajah seperti orang
tua
Pengetahuan orang
tua kurang dalam
menyediakan
makanan
Imunisasi
tidak
lengkap
Faktor Sosio-
Ekonomi
Lingkungan
yang kurang
sehat
(sumber air
minum
dekat MCK)
37

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, mengalami gizi buruk tanpa edema (marasmus)
dan mengalami keterlambatan perkembangan motorik karena kekurangan gizi dan imunisasi
tidak lengkap, sosio-ekonomi dan pengetahuan orang tua kurang dalam menyediakan
makanan.




















38

DAFTAR PUSTAKA

AAP (American Academy of Pediatrics)
Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Rekomendasi Jadwal Imunisasi Anak
International Child Health Review Collaboration
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Jadwal Imunisasi Anak
Kementerian kesehatan. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Bakti Husada
Krisnansari, Diah. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume 4
Marcdante, Karen, dkk. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Marlow, D.R dan Reeding, B.A. 1988. Kebutuhan Kalori Untuk Bayi dan Anak
Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai