Orisma Agnes Pongtuluran 102011360 D-6 Universitas Kristen Krida Wacana Jalan terusan arjuna No.6 Jakarta Barat agnesorisma@yahoo.com
Pendahuluan Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Dewasa ini kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak berbahaya tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia tetapi umumnya pada orang dewasa. Penyebab psoriasis masih belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor resiko timbulnya psoriasis seperti faktor genetik dan faktor imunologi. Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stress psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol dan merokok. Stress psikis merupakan faktor pencetus yang utama 1
Pembahasan Anamnesis Pada prinsipnya tidak ada yang sulit dalam hal diagnosis dermatologis. Proses untuk menidentifikasi penyakit kulit terdiri dari anamnesis, pemeriksaan pasien, dan melakukan pemeriksaan penunjang apabila dibutuhkan. Pada prakteknya, banyak dermatolog akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada pasien sesudah melihat sekilas untuk mengetahui masalahnya, dan juga selama pemeriksaan formal. Akan tetapi, harus tetap mempertimbangkan masing-masing tahap dalam proses itu secara terpisah. Anamnesis dermatologis terutama mengandung pertanyaan-pertanyaan: onset dan durasi, fluktuasi, perjalanan gejala-gejala, dan riwayat penyakit terdahulu. Akan tetapi, 2
terdapat beberapa perbedaan, terutama adanya penekanan pada aspek-aspek tertentu, seperti tersebut di bawah ini: Riwayat penyakit terdahulu. Hendaknya meliputi masalah-masalah umum, misalnya: diabetes dan TB, gangguan kulit yang pernah diderita, alergi-alergi yang penting. Riwayat keluarga. Beberapa kelainan bersifat menular; kelainan-kelainan yang lain mempunyai latar genetik yang kuat. Pekerjaan dan hobi. Kulit seringkali dipengaruhi oleh zat-zat yang banyak terdapat di lingkungan kerja dan di dalam rumah. Terapi. Bukan hanya pengobatan yang sistemik tetapi juga yang topikal, banyak pasien menggunakan bermacam-macam krim dan salep; topikal mungkin juga berupa obat (pasien hampir selalu melupakan nama-nama obat yang pernah digunakannya). Pengobatan topikal mungkin juga dilakukan sendiri (tanpa resep dokter) sebagai bagian dari upaya kosmetik. 2 Pemeriksaan Fisik Setelah melakukan anamnesis, tindakan berikutnya adalah melakukan inspeksi. Bantuan pemeriksaan dengan kaca pembesar dapat dilakukan. Pemeriksaan ini mutlak dilakukan dalam ruangan yang terang. Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada penderita bersamaan dilakukan inspeksi untuk melengkapi data diagnostik. Misalnya penderita yang menderita dermatitis pada tangannya perlu ditanyakan ada tidaknya kelainan di tempat lain. Dalam hal ini juga perlu dilakukan inspeksi seluruh kulit tubuh penderita. Demikianpun perlu dilakukan pemeriksaan rambut, kuku, dan selaput lendir, terutama pada panyakit tertentu, misalnya liken planus, atau psoriasis. Pada inspeksi diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk,ukuran, penyebaran, batas dan efloresensi yang khusus. Bila terdapat kemerahan pada kulit ada tiga kemungkinan: eritema, purpura, dan telangiektasis. Cara membedakannya yakni ditekan dengan jari dan digeser. Cara lain ialah yang disebut diaskopi yang berarti menekan dengan benda transparan (diaskop) pada tempat kemerahan tersebut. Diaskopi disebut positif, jika warna merah menghilang (eritema), disebut negatif bila warna merah tidak menghilang (purpura atau telangiektasis). Setelah inspeksi selesai, dilakukan palpasi. Pada pemeriksaan ini diperhatikan adanya tanda-tanda radang akut atau tidak, misalnya dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat 3
pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar regional maupun generalisata. Setelah pemeriksaan dermatologik (inspeksi dan palpasi) dan pemeriksaan umum (intern) selesai dapat dibuat diagnosis sementara dan dignosis banding. Bila diperlukan dapat dikonsultasikan ke bagian lain, misalnya untuk pemeriksaan umum internis dan juga dapat dilakukan pemeriksaan pembantu, misalnya pemeriksaan bakteriologik, mikologik, histopatologik, darah, urin, dan imunologik, (antara lain serologik, tes tempel, imunofluoresensi). Setelah pemeriksaan selesai dapat diharapkan sampai pada diagnosis pasti. 1
Pemeriksaan Penunjang Biopsi kulit, apabila diperlukan, menunjukkan hiperplasia epidermis yang iregular, penipisan lapisan suprapapiler, penebalan rate ridges, infiltrasi leukosit, dan pustulosa epidermis. 3
WD : Psoriasis vulgaris Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik. Riwayat keluarga mungkin menjadi petunjuk. 4 Diagnosis Banding Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatosis eritroskuamosa. Pada diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa pada psoriasis terdapat tanda- tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan fenomena Auspitz. Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis. Penyakit tersebut sekarang jarang terdapat, perbedaanya pada sifilis terdapat sanggama tersangka (coitus suspectus), pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh, dan tes serologik untuk sifilis (T.S.S) positif. 4
Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-kuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik. Jika psoriasis mengenai scalp sukar dibedakan dengan D.S. Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih seperti mika. Psoriasis inversa yang mengenai daerah fleksor juga dapat menyerupai D.S. Pitiriasis Rosea berbeda dengan psoriasis karena dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. 1
Dermatosis Eritroskuamosa Dermatosis eritroskuamosa ialah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama, yaitu: psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea, eritroderma, dermatitis seboroik, lupus eritematosus, dan dermatofitosis.
PSORIASIS
Definisi Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetes lilin, Auspitz, dan Kobner. 1 Epidemiologi Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif.
Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3 7%, di Amerika Serikat 1 2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di Amerika.
5
Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa. 1 Etiopatogenesis Faktor genetik berperan. Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis risikonya mencapai 34 39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27. Faktor imunologik juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriais. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih 90% kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif. Berbagai faktor pencetus pada psoriasis, diantaranya stres psikik, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan merokok. Stres psikik merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoriasis gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomia. Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus. Faktor endokrin rupanya mempengaruhi perjalanan penyakit. Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas 6
dan menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus memburuk. Gangguan metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai faktor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif ialah betaadrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik. 1 Infeksi saluran napas bagian atas dapat memacu kekambuhan psoriasis akut dengan manifestasi erupsi pustula kecil multipel di seluruh tubuh. Obat-obatan (litium, penyekat beta, kortikosteroid, antimalaria) dan sinar matahari juga dapat menimbulkan psoriasis. Psoriasis generalisata yang ditandai oleh pustula multipel disertai plak radang dikenal sebagai psoriasis pustularis. Tipe ini dapat disertai menggigil, demam tinggi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Psoriasis pustularis merupakan suatu keadaan gawat darurat yang dapat berakibat fatal dan sering membutuhkan perawatan rumah sakit. 5 Gejala klinis Keadaaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut oleh Streptococcus. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik- 7
bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara mengerjakannya demikian: skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomen Kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu. Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50%, yang agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya (hiperkeratosis subungual), dan onikolisis. Di samping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi (artritis psoriatik), terdapat pada 10-15% pasien psoriasis. Umumnya pada sendi distal interfalang. Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan dan tidak penting untuk diagnosis.
Bentuk klinis Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis. 1 1. Psoriasis vulgaris Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak. Hampir 80% dari penderita psoriasis adalah tipe psoriasis plak. Tipe plak ini bersifat meradang pada kulit menimbulkan bercak merah yang dilapisi dengan kulit yang tumbuh berwarna keperakan yang umum nya akan terlihat pada sekitar alis,lutut, kepala (seperti ketombe), siku juga bagian belakang tubuh sekitar panggul serta akan meluas kebagian-bagian kulit lainnya. 8
Gambar 1.Psoriasis Vulgaris Pada awal timbulnya bintik merah yang berangsur-angsur membesar menjadi bercak merah yang disebut plak atau bercak yang kemudian tumbuh dengan lebih cepat menutupi bercak merah dengan kulit yang berwarna putih keperakan (berpetak- petak) yang terjadi dari sel-sel kulit yang mati, yang akan terus menerus terlepas dari kulit yang terkena radang psoriasis plak tersebut. Pada umumnya kulit-kulit yang terkena psoriasis akan sangat kering juga terasa sakit/perih, gatal dan terkelupas. 2. Psoriasis gutata Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral. 3. Psoriasis inversa (psoriasis fleksural) Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan namanya. 4. Psoriasis eksudativa Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut. 5. Psoriasis seboroik (seboriasis) Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik. 6. Psoriasis pustulosa 9
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata, dan generalisata. Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis pustulosa palmo-plantar (Barber). Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch). a. Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber) Penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustul kecil steril dan dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal. b. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) Sebagai faktor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan derivatnya (ampisilin dan amoksisilin) serta antibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin, kalium jodida, morfin, sulfapiridin, sulfonamida, kodein, fenilbutason, dan salisilat. Faktor lain selain obat, ialah hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional, serta infeksi bakterial dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah menderita psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum berupa demam, malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus berukuran beberapa cm. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus-menerus dan dapat menjadi eritroderma. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (leukosit dapat mencapai 20.000/l), kultur pus dari pustul steril. 7. Eritroderma psoriatik Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya 10
lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi. Komplikasi Infeksi kulit yang parah dapat terjadi. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut artritis psoriatika, timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. Bila berat, psoriasis dapat menjadi penyakit yang melemahkan. Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang menimbulkan stres psikologis, ansietas, depresi, dan marah. 4 Pengobatan Pada pengobatan psoriasis gutata yang biasanya disebabkan oleh infeksi di tempat lain, setelah infeksi tersebut diobati umumnya psoriasisnya akan sembuh sendiri. 1 Pengobatan sistemik 1. Kortikosteroid Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dosisnya kira-kira ekuivalun dengan prednison 30 mg per hari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata. 2. Obat sitostatik Obat sitostatik yang biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Dosisnya 3 x 2,5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg 5 mg per minggu. Biasanya dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak perbaikan. Cara lain ialah diberikan i.m. 7,5 mg 25 mg dosis tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih banyak menimbulkan efek samping daripada cara pertama. Jika penyakitnya telah terkontrol dosis diturunkan atau masa interval diperpanjang kemudian dihentikan dan kembali ke terapi topikal. 11
Setiap 2 minggu diperiksa: Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah trombosit, dan urin lengkap. Setiap bulan diperiksa: fungsi ginjal dan hati. Bila jumlah leukosit kurang daripada 3.500, metotreksat agar dihentikan. Jika fungsi hepar normal, biopsi hepar dilakukan setiap dosis total mencapai 1,5 g. Kalau fungsi hepar abnormal, biopsi tersebut dikerjakan setiap dosis total mencapai 1 g. Efek sampingnya di antaranya ialah nyeri kepala, alopesia, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia, trombositpenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis. 3. DDS DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya ialah: anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis. 4. Etretinat dan asitretin Etretinat merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat pula digunakan untuk eritroderma psoriatika. Cara kerjanya belum diketahui pasti. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya bervariasi; pada bulan pertama diberikan 1 mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1 mg/kgBB. Efek sampingnya sangat banyak diantaranya pada kulit (menipis); selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering: peninggian lipid darah; gangguan fungsi hepar; hiperostosis; dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan. Menurut pengalaman, tidak seluruh penderita dapat disebuhkan dengan obat ini. Asitretin merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Efek samping dan manfaatnya serupa dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari. 5. Siklosporin 12
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan. 6. Terapi biologik Obat biologik merupakan obat yang baru, efeknya memblok langkah molekular spesifik penting pada patogenesis psoriasis ialah infiksimal, alefasep, etanersep, efalizumab, adalimumab dan ustekimumab. Ternyata hasil pengobatan dengan obat yang terakhir ini lebih baik daripada dengan etanersef. Efalizumab sekarang oleh FDA ditarik dari peredaran karena dapat menimbulkan risiko timbulnya leukoensefalopatik multipel yang dapat menyebabkan infeksi otak dan menyebabkan kematian. Pengobatan topikal 1. Preparat ter Obat topikal yang biasa digunakan ialah preparat ter, efeknya ialah antiradang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari: - Fosil, misalnya iktiol - Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski - Batubara, misalnya: liantral dan likuor karbonis detergens. Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara, karena ter tersebut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batubara dikuatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma. 2. Kortikosteroid Kortikosteroid topikal memberi hasil yang baik. Potensi dan vehikulum bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat 13
bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi. 3. Ditranol (antralin) Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8% dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian hanya - jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu. 4. Pengobatan dengan penyinaran Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan malah akan memperparah psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. 5. Calcipotriol Calcipotriol (MC 903) ialah sintetik vit. D, berupa salap atau krim 50 mg/g, efeknya antiproliferas. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivititas salap ini sedikit lebih baik daripada salap betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4-20% penderita berupa iritasi yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula terlihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan menghilang setelah beberapa hari sesudah obat dihentikan. 6. Tazaroten Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan normalisasi petanda diferensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0,05% dan 0,1%. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal pontesi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30% kasus, juga bersifat fotosensitif.
14
Prognosis Tergantung dari berat ringannya penyakit, lokasi, usia, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif. 1,3 Kesimpulan Laki-laki berusia 40 tahun dengan keluhan bercak merah bersisik pada siku sejak 6 minggu yang lalu disebabkan menderita dermatosis eritroskuamosa yaitu psoriasis. Daftar Pustaka 1. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Dalam: Djuanda A, ketua editor. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.h.189-95. 2. Brown RG, Burns T. Lecture notes dermatologi. Dalam: Safitri A, editor. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga; 2005.h.11-2. 3. Davey P. At a glance medicine. Dalam: Safitri A. Jakarta: Erlangga; 2005.h.201. 4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Dalam: Subekti NB, alih bahasa. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009.h.112-3. 5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta:EGC;2005.h.1439-41.
15
Dokumen Serupa dengan Oris Pbl Blok 15 - Psoriasis