PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada masalah kesehatan keluarag pada keluarga yang salah satu anggota
keluargnya dirawat di rumah sakit.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Meningktakan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehtannya secra
mandiri
Tujuan Khusus
3
hubungan tergantung pada saling menyesuaikan masing-masing tugas dan
kecocokan bersama dari kebtuhan dan minat pasangan
dalam hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untk
memperkaya hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan
yang memuaskan tergantung pada pengembangan cara-cara yang
memuaskan untuk menangani perbedaan yang ada.
Menghubungakan jaringan persaudaraan secara harmonis
Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan dri sebuah pasangan
karena kedua pasangan pindah dari rumah masing-masing ke rumah yang
baru. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari
keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungann dengan
orang tua, sanak saudara, dan dengan ipar-ipar karena loyalitas utama
pasangan baru ini harus dirubahuntuk kepentingan hubungan perkawinan.
Pada tahap ini menuntut pembentukan hubungna baru denagn setiap orang
tua masing-masing tapi juga otonomi yang melindungi pasangan baru dari
campur tang pihak luar yang dapat merusak perkawinan
Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan tanggung jawab utama yang berkeja dalam
keluarg untuk menginformasikan menegnai konsep sehat sakit, morbiditas-
mortalitas ibu anak, masalah-masalah perkembangan anak, intelegensi dan
kemampuan belajar dan masalh-maslah yang ada pada perkawinan.
Tahap II: Keluarga Yang Sedang Mengasuh Anak
Tahap kedua dimuali degan kelahiran anak pertama hinga bayi usia 30 bulan.
Kekhawatiran pada bayi yang baru dilahirkan akan berkurang setelah
beberapa hari dan ibu dan ayah akan berselisih terhadap peran-peran yang
telah dipercayakan pada ibu dan ayah. Peran baru yang didapatkan pda
mulanya sulit karean perasaan ketidakadekuatn menjadi orang tua baru,
berkurang bantuan dari keluarga dan teman-teman, nasihat yang
menimbulkan konflik dari keluarga, teman-teman, selain seorang bayi yang
baru saja dilahirkan , seorang ibu, seorang ayah, kakek, nenekpun lahit. Istri
harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup.
Tugas perkembangan keluarga yang sedang mengasuh anak yaitu suami, istri,
anak belajar peran-peran baru dan unit keluarag memperluas fungsi dan
tanggung jawab meliputi pengabungan tugas perkembangan yang terus
menerus dari setiap anggota kelurga secara keseluruhan. Fungsi-fungsi
pasangnan suami istri haru dibedakan untuk memenuhituntutan-tuntutan baru
parawatan dan pengasuhan. Sementara pemenuhan tanggung jawab bervariasi
tergantung posisi social budaya suami istri,sebuah pola umum agar orang tua
meneriam peran-peran tradisional atau pembagian tangungjawab. Perubahan-
perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggung jawaborang tua yang baru
bia lebih cepat dari pad ayah. Ibu dan yah menumbuhkan dan
mengembangkan peran orangtua dalm berespon terhdap tuntutan-tuntuta yang
berubah terus menerus dan tugas perkembangan dari orang muda yang sedang
tumbuh, keluarga secara keseluruhan dan pasangan suami istri. Kelurga
melewati tahap perkembangan secra brturut-turut. Tahp pertama:selam masa
bayi orangtua memepelajari arti dari isyarat yang di ekspresikan oleh bayi
untuk mengutarakan kebutuhan, oran tua akan menyesuaikan terhapa tahap-
tahap perkembangan bayinya. Tahap kedua: belajar untuk meneriam
pertumbuhan dan perkembangan anak yan terjadi dalam usia bermain,
kebutan nak keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air besar secara
mendiri pada anak. Pementuka pola-pola komunikasi yang memuaskan
termasuk masalah perasaan pribadi, perkawianan. Pasangan harus terus
menerus memahami kebutuhan-kebutuhan pasangannya satu sama lain.
Tahap III: Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah
Tahap perkembangan yang ketiga dimulai dari anak pertama berusia 2 ½
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Anak-anak prasekolah harus
banyak belajar kemandirian dan mencapai otonomi yang cukup dan mampu
memnuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani masalah yang ada pada
diri anak itu sendiri tanpa campur tangan dari orangtua mereka dimana saja.
Pengalaman di kelompok bermain, taman kanak-kanak, project Head Stuart,
pusat perawatan sehari atau program-program sama lainnya merupakan cara
yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini. Peningkatan yang
5
tajam dalam IQ dan keterampilan social telah dilaporkan terjadi setelah anak
menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun(kraft et al, 1968).
Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus
kehidupan ini. Di kalangan keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan
yang timbul dari peran mengasuh anak untuk anak usia prasekolah, ditambah
lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu
yang masih remaja masih secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan
program-program perawatan anak yang lebih baik( Adams dan Adams,
1990).
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah, perlunya
anak-anak usia prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia
sekitarnya, dan kebutuhan orang tua untuk memiliki privasi sendiri
menjadikan perumahan dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama.
Mengkaji keamanan rumah merupakan hal yang penting bagi perawat
kesehatan komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu dimsukkan sehingga
orangtua dapat mengetahui risiko yang ada dan cara-cara mencegah
kecelakaan. Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan dalam tanggung
jawab rumah tangga selama tahap perkembangan keluarga ini daripada tahap
yang lain, presentase terbesar dalam tahap ini digunakan untuk perawatan
anak sehingga hubungan dengan anak usia prasekolah adalah membantu anak
mengidentifikasi jenis kelaminnya. Peran yang lebih matang juga diterima
oleh anak-anak usia prasekolah, yang secara perlahan-lahan menerima lebih
banyak tanggung jawab perawatan dirinya sendiri, plus membantu ibu atau
ayah dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Tugas utama dari keluarga
adalah mensosialisaikan anak. Tugas lain selama masa ini menyangkut
bagaimana mengintegrasikan anggota keluarga yang baru (anak kedua dan
ketiga) sementara masih memenuhi kebutuhan anak yang lebih tua.
Munculnya anggota keluarga yang baru dapat menimbulkan persaingan
dikalangan kakak beradik dan biasanya diungkapakan dengan memukul atau
berhubungan secara negative. Car terbaik menangani persaingan tersebut
adalah meluangkan waktu setiap hari untuk berhubungan lebih erat dengan
anak yang lebih tua untuk meyakinkan bahwa ia masih dicintai dan
dikehendaki. Kedua orangtua juga perlu memiliki kesenangan dan kontak di
luar rumah untuk mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat
melaksanakan berbagai tugas-tugas dan tanggung jawab di rumah.
Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah usia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan
keluarga di akhir ini (Duvall,1977). Menurut Erikson (1950), orangtua
berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dalam
mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generatif) dan
memperhatikan perkembangan mereka sendiri ; sementara anak-anak usia
sekolah bekerja untuk mengembangkan sense of industry-kapasitas untuk
menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan
rendah diri. Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi
pisah dengan, atau lebih sederhana, membiarkan anak pergi. Lama kelamaan
hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah akan
memainkan peranan yang kebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah
tersebut. Selama ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari
komunitas di luar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar
keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan diri dengan
standar-standar komunitas bagi anak. Kecacatan pada anak-anak akan
ketahuan selam periode kehidupan anak ini. Para perawat sekolah dan guru
akan mendeteksi banyak defek penglihatan, pendengaran, wicara, selain
kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak
adekuat, penganiayaan anak, penyalahguanaan zat, dan penyakit menular
(Edelman dan Mandle, 1968). Ada banyak keadaan cacat yang terdetekdi
selama tahun-tahun sekolah, termasuk epilepsy, serebral palsi, retardasi
mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi uatam perawat kesehatan
disamping fungsi rujukan, mengajar, dan memberikan konseling kepada
orangtua mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan
7
koping sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebut pada keluarga
dapat diminimalkan.
Tugas perkembangan keluarga yang sangat penting adalah
mensosialisasikan anak pada saat ini meliputi meningkatkan prestasi anak
disekolah. Tugas keluarga yang signifikan lainnya adalah mempertahankan
hubungan perkawinan yang bahagia.
Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19
atau 20 tahun. Preto (1988), dalam membahas tentang tranformasi sistem
keluarga dalam mas remaja, meguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi.
Metamorfosis ini meliputi”pergeseran yang luar biasa pada pola-pola
hubungan antar generasidan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai
dengan kematangan fisik remaj, pergesran ini sering sekali sejalan dan
bertepatan dengan perubahan pada orangtua karena mereka memasuki
pertengahan hidup dan dengan transformsi utam yang dihadapi oleh kakek-
nenek dalam usia tua. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses
perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian yakni,
emasipasi(otonomi yang meningkat), budaya orang muda, kesenjangan antar
generasi(perbedan nilai-nilai dan norma-norma antara orangtua dan remaja).
Tugas perkembangan keluarga yang pertama dan utam adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan
semakin mandiri. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama
tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orang tua harus membuat”
perubahan sistem utama yaitu membentuk peran-peran dan norma-norma
bary dan membiarkan remaja. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi
pasangan suami-istri adalah memfokuskan kembali hubungan
perkawinan(Wilson, 1988). Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang
mendesak adalah para angggota keluarga, khusunya orangtua dan remaja,
untuk berkomunikasi terbuka. Karena adanya kesenjangan antar generasi,
komunikasi terbuka sering kali hanya merupakan cita-cita, bukan suatu
realita. Mempertahankan etika dan stansar moral keluarga merupakan tugas
perkembangan keluarga lainnya(Duval dan Miller, 1985).
Tahap VI : Keluarga Yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda.
Permulaan dari fase kehidupan ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika
anak teakhir meninggalkan rumah. Thap ini dapat singkat dan agak panjang,
tegantung pada beberapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa
banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat
dari SMA dan perguruan tinggi. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak
persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang amndiri.
Tugas-tugas perkembangan menjadi penting ketika sebuah keluarga tersebut
berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke sebuah rumah tangga
yang hanya terdiri dari sepasang suami dan istri. Tujuan utama keluarga
adalah reoarganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan
sementara melepaskan anak-anak yang dewasa ke dalam kehidupan
sendiri(Duvall, 1977). Selam tahap ini pasangan tersebut mengambil peran
kakek-nenek perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.
Tugas-tugas perkembangan keluarga membantu anak tertua dalam
melepaskan diri, orangtua juag membantu anak mereka yang lebih kecil agar
mandiri. Dan ketika anak laki-laki atau perempuan yang dilepas menikah
tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga denagn memasukkan
anggota keluarga baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya
hidup dari pasangan itu sendiri. Tugas perkembangan selanjutnya adalah
melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuiakan kembali hubungan
perkawinan. Dengan rumah yang telah kosong, orangtua memiliki waktu
lebih untuk mencurahkan perhatian pada kegiatan-kegiatan dan hubungan-
hubungan lain. Mereka tidak tumbuh saling berjauhan dari satu sam lain di
mana mereka tidak dapat melembagakan atau membentuk kembali peran
suami dan istri yang pernah mereka lakukan. Tahap perkembangan penting
9
lainnya dari keluarga dengan usia pertengahan adalah membantu mertua dari
suami dan istri yang lanjut usia dan sakit-sakitan.
Tahap VII : Orang Tua Usia Pertengahan.
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pension atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasana dimulai ketik orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
saat seorang pasangan pension, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya
pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga
inti meskipun masih berinteraksi denghan orangtua mereka yng lanjut usia
dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota kelurag
dari hasil perkawinan keturunannya. Tahun pertengahan meliputi perubahan-
perubahan pad penyesuaian perkawinan, pada distribusi kekuasaan antara
suami dan istri dan pada peran(Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak
keluarga yang kepusan maupun status ekonominya meningkat(Rollins dan
Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehiduapan yang
paling baiak.
Tugas-tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah
penentuan lingkungan yang sehat. Dalam masa inilah upaya untuk
melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan,
meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melkukan kebiassaan-
kebiasaan yang sifatnya merusak diri selam 45-65 tahun. Tugas
perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan hubungan
ang penuh arti dan memuaskan antara orangtua yang lanjut usia dengan anak-
anak. Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka ke dalam
keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini
dapat mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977). Tugas
perkembangan yang ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas
memperkokoh hubungan perkawinan. Wrigt dan Leahey (1984) melukiskan
tugas perkembangan ini sebagai ”reinventasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independent yang terjadi secara bersamaan”.
Tahap VIII : Keluarga Dalam Masa Pensiun Dan Lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pension, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninngal dan berakhir dengan pasangan yang lain
meninggal(Duvall dan Miller, 1985). Persepsi tahap siklus kehidupan ini
sangat berbed di kalangan keluarga lanjut usia. Beberapa orang merasa
menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan tahun-tahun
terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tegantung pad sumber-
sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang
memuaskan dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri
karena sakit, umumnya memilki moral yang rendah; kesehatan fisik yang
buruk sering merupakan antesenden penyakit mental di kalangan lansia
(Lowentahl. 1972). Karena proses menu berlangsung dan masa pension
menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai macam stressor atau kehilangan-
kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang
mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi: ekonomi, perumahan,
social, pekerjaan, kesehatan.
Tugas-tugas perkembangan keluarga, yang pertama yaitu mempertahan
kan pengaturan hidup yang memuaskan. Pengaturan hidup seseorang
merupakan suatau predictor kesejahteraaan yang ampuh dikalangan lansia
(Berresi et al, 1984). Tugas perkembangan yang kedua bagi keluarga lansia
adalah penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun. Ketika pension,
terjadi penurunan pendapatan secara tajam, dan seiring berlalunya tahun
pendapatanpu semakin menurun dan semakin tidak memadai karena terus
naiknya biaya hidup dan terkurasnya tabungan. Mempertahankan hubungan
perkawinan yang merupakan tugas yang ketiga, menjadi penting dalam
kebagian keluarga. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan, yang
merupakan tugas perkembangan yang keemapat, secar umum merupakan
tugas perkembangan yang paling traumatis. Tugas perkembangan yang
kelima meyangkut pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi. Meskipun ada
sesuatu kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari hubungan
11
social, keluarga tetap menjadi focus interaksi-interaksi social lansia dan
sumber utam dukungan social. Tugas perkembangan yang keenam yaitu
meneruskan untuk memahami eksitensi mereka(penelaahan dan integrasi
hidup).
13
perkembangan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Konsep keperawatan kesehatan keluarga yang ada di Indonesia pada saat
ini menggabungkan beberapa teori, yang umum digunakan adalah teori Bailon
dan Maglaya digabung dengan teori Friedman. Bailon dan Maglaya (1978)
menuliskan penggolongan kesehatan keluarga ke dalam tiga jenis :
Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga.
Keadaan di rumah maupun di lingkungan yang dapat membawa peningkatan
kesehatan.
Sifat-sifat keluarga, dinamika atau tingkat kesanggupan keluarga yang dapat
membawa perkembangan keluarga.
Friedman (1998) menyatakan untuk menetapkan status kesehatan keluarga
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi enam kelompok data yaitu karakteristik
keluarga, tahap perkembangan dan riwayat perkembangan keluarga, data
lingkungan , struktur keluarga, fungsi keluarga, koping keluarga
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Data Umum
Nama Kepala Keluarga (KK) : Bp. A
Umur KK : 39 tahun
Alamat dan nomer telepon : JL. Dr. Wahidin 9 11/21 Jember
Pekerjaan KK : Pedagang
Pendidikan KK : SLTP
Agama KK : Islam
Suku bangsa KK : Madura
Komposisi keluarga : Ayah, Ibu dan 3 Anak
Genogram
15
Keterangan:
` : Laki-Laki
: Perempuan
: Aborsi/Keguguran
: Meninggal
: Sakit Tipoid
: Tinggal Serumah
Tipe keluarga
Tipe keluarga dari Bp. A adalah the nuclear family yaitu keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Suku bangsa
Bp A dan Ibu I mengatakan Bp A dan Ibu I berasal dari kota Bangkalan
Madura. Bahasa yang digunakan sehari-harinya dirumah adalah bahasa
Madura dan bahasa Indonesia.
Agama
Bp A dan Ibu I mengatakan kepercayaan yang dianut oleh Bp A dan Ibu I
adalah Islam. Ibu I mengikuti pengajian di lingkungan tempat tinggalnya
yang diadakan setiap seminggu sekali dan Bp A selalu melakukan ibadah
(apabila sedang ada dirumah) di mushola dekat rumah keluarga. An.F dan
An. A menjalankan ibadah di mushola yang berada didalam rumah. Ketika
Ibu I melaksanakan ibadah biasanya An M mengikuti dari belakang.
Keluarga Bp A jarang melakukan ibadah bersama dikarenakan kesibukan
dalam pekerjaan.
Status sosial dan ekonomi keluarga
Bp A mengatakan ia bekerja sebagai pedagang di pasar, Bp A juga dibantu
oleh Ibu I, mereka saling bergantian dalam menjaga warungnya. Waktu
sehari-hari hampir dihabiskan untuk berdagang. Setiap hari mulai pukul
09.00 pagi Bp A membeli barang dagangan yang akan dijual di tengkulak,
hingga pukul 11.00 WIB, barulah Bp A membuka toko dibantu oleh Ibu I.
Setelah selesai membuka toko Ibu I pulang untuk menjaga anak-anak. Pukul
04.00 sore Ibu I akan menggantikan Bp.A sampai pukul 08.00 malam.
Mulai pukul 08.00 malam hingga pukul 06.00 Bp. A yang bertugas menjaga
toko. Hampir seluruh kegiatan rumah tangganya dilakukan di pasar. Bp A
mengatakan bahwa penghasilan dari berdagang tidak tentu tiap bulannya
namun rata-rata berkisar sampai Rp. 500.000,00 dan dengan penghasilan
tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari serta
menyekolahkan ketiga anaknya. Pengeluaran keluarga Bp A berkisar sampai
Rp. 350.000,00 perbulan. Bp A mengatakan jika ada sisa pemasukan yang
didapat maka maka keluarga akan menyimpannya untuk digunakan sewatu-
waktu apabila ada keperluan yang tak terduga seperti anggota keluarga yang
sakit.
17
Aktivitas Rekreasi keluarga
Bp. A dan Ibu I mengatakan setiap pagi dan sore berkumpul bersama
dirumah, kecuali jika anak sekolah dan bapak bekerja. Biasanya untuk
mengisi waktu luiang keluarga menonton televisi bersama di rumah.
3. Data Lingkungan
Karakteristik Rumah
19
Denah Rumah Keluarga Bp A
21
nya Bp. A kepasar dengan menggunakan sepeda motor. Sedangkan Ibu I
untuk mengantar kan An.R sekolah cukup dengan berjalan kaki dan sekolah
An. R berdekatan dengan sekolah An. A
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Bp. A mengatakan keluarga ikut terlibat apabila ada kegiatan dimasyarakat.
Dan Ibu I juga berinteraksi dengan masyarakat setempat ketika pengajian
setiap seminggu sekali.
System pendukung keluarga dan ecomap
Keterangan:
: Hubungan Relatif Jarang
: tidak terlalu dekat
: sangat dekat
4. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi
Bp. A mengatakan komunikasi dengan Ibu I cukup terbuka namun ketiga
anaknya lebih sering berkomunikasi dengan Ibu I dari pada dengan Bp. A
dikarenakan Bp. A sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu untuk ketiga
anak nya sedikit. Apabila ketiga anaknya menginginkan sesuatu maka
ketiga anaknya terlebih dulu berbicara dengan Ibu I baru dan nantinya Ibu I
yang menyampaikan keingingan ketiga anaknya kepada Bp. A.
Struktur kekuatan/kekuasaan keluarga
Ibu I mengatakan jika ada sesuatu masalah dalam keluarga pengambilan
keputusan dilakukan oleh Bp A, tetapi terkadang Bp A meminta pendapat
dari Ibu I tanpa melibatkan ketiga anaknya. Keputusan yang dibuat
biasanya akan dihormati oleh seluruh keluarga karena sudah dianggap
keputusan yang baik.
Struktur peran
Bp.A dan Ibu I mengatakan Bp A sebagai kepala keluarga dan Ibu I sebagai
istri dan ibu untuk ketiga anaknya. Secara Informal Ibu I juga sebagai
pemberi kasih sayang kepada semua keluarganya. Ibu I juga sebagai tempat
curahan hati bagi anak-anaknya. Setiap harinya Ibu I mengantarkan Anak
ketiga nya yaitu An. M ke sekolah taman kanak-kanak dan menunggu di
sekolahnya hingga jam sekolah berakhir. Setelah anak keduanya jatuh sakit
maka terjadilah pengaturan peran-peran baru dalam keluarga Bp.A. Ibu I
yang setiap harinya mengantar anak ketiganya sekolah sekarang Ibu I
menjaga An. A dipuskesmas. Selama Ibu I di Puskesmas menjaga An. A,
peran Ibu I dalam merawat An. M digantikan oleh sepupu dari Ibu. I yang
telah memiliki keluarga dan 1 orang anak berumur 2 tahun. Setiap pagi Bp.
A harus mengantarkan An. M ke sekolah dan menjemputnya ketika pulang
sekolah, setelah Bp.A mengantarkan An. M, Bp. A juga mengantar kan An
F ke Madrasah karena selama An.A sakit, anak kedua Bp. A setiap hari
pulang kerumah. Sebelumnya anak kedua Bp. A selalu tinggal di
pondoknya. Bp. A hampir menghabiskan waktunya di pasar sekarang harus
kesana kemari untuk menemani Ibu I di Puskesmas. Ibu I mengatakan
semua keluarga bisa menyesuaikan dengan perubahan peran, terutama An.
M yang sebelum nya tidak mau tidur bersama sepupu Ibu I namun setelah
mengetahui An. A sakit, An. R mau tidur bersama sepupu dari Ibu I.
23
Nilai dan norma keluarga
Bp A mengungkapkan bahwa jika mengalami gangguan kesehatan misalnya
pusing ataupun demam, akan diobati sendiri dengan obat-obat yang dapat
dibeli ditoko. Keluarga Bp A juga masih meyakini khasiat dari obat-obatan
tradisonal dan terkadang menggunakan obat-obat tradisional jika
diperlukan.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif
Bp A dan Ibu I mengatakan mereka mengerti apabila anaknya
menginginkan sesuatu dan langsung menanyakan ap yang dibutuhkan anak
tersebut. Anak-anaknya saling peduli dengan saudara maupun dengan
orang tuanya dan akrab satu sama lain. Hubungan antar anggota keluarga
berjalan baik, Bp A senantiasa memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan
anak-anaknya, dan anak-anak keluarga Bp A sangat menghormati orang
tuanya.
Keterangan :
: Biasa
: Dekat
: Sangat Dekat
Fungsi sosialisasi
Bp A mengungkapkan bahwa anaknya yang tertua dilarang membawa
teman sekolahnya kerumah, kecuali ada kepentingan yang berhubungan
dengan sekolahnya. Bp a dan Ibu I selalu membiasakan anaknya untuk
mandiri. Bp A mengatakan apapun yang dilakukan pada anaknya
merupakan upaya agar anknya menjadi lebih baik. Meskipun hanya seorang
pedagang Bp. A selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-
anaknya, Bp A mengatakan kebutuhan anaknya adalah yang terpenting.
Anak-anak keluarga Bp A mempunyai teman bermain yang ada di
lingkungan sekitar rumahnya. Bp A menyadari keterbatasan tempat bermain
bagi anaknya, karena memang rumah yang sederhana dan berada di
kawasan yang padat sehingga anak Bp A bermain dengan fasilitas yang ada
dirumah.
Fungsi perawatan kesehatan
Bp A dan keluarga mengatakan bahwa mereka banyak mengkonsumsi air
putih tiap hari. Bp A mengutarakan bahwa jika ada anggota keluarga yang
sakit maka akan dirawat sendiri, namun apabila penyakit cukup serius
keluarga akan membawa anggota yang sakit ke pelayanan kesehatan.
Keluarga Bp A tidak pernah melakukan chek-up kesehatan secara rutin.
Disamping pertimbangan biaya, Bp A mengatakan bahwa tidak punya
waktu untuk melakukan chek-up meskipun sebenarnya tahu pentingnya
pemeriksaan rutin. Ibu I mengatakan anak-anaknya diberikan imunisasi
lengkap dan diberikan ASI selama 2 tahun, kecuali An. M lebih dari 2
tahun. Ibu I mengaku semua anaknya ketika berumur <6 bulan sudah diberi
makanan berupa serelac. Menurut Ibu I makan yang bergizi untuk makan
balitanya adalah pisang dan nasi lembut yang dihaluskan. Bp A juga
mempunyai kebiasaan merokok dia mengatakan bahwa apabila tidak
merokok merasa kurang enak, dan biasanya harus disertai minuman berupa
kopi yang menurut Bp A merupakan jamu/obat untuk rokok. Bp A
mengatakan bahwa apabila tidak merokok merasa kurang enak, dan
biasanya harus disertai minuman berupa kopi yang menurut Bp A
merupakan jamu/obat untuk rokok. Bp A mengungkapkan bahwa dia tahu
akibat yang dapat ditimbulkan dari merokok, Bp. A mengatakan sekarang
merokok hanya satu bungkus tidak seperti dulu bisa menghabiskan lebih
dari satu bungkus rokok. Bp. A mengatakan apabila dia merokok An. F dan
an. A selalu menyuruh Bp. A keluar rumah.
Fungsi reproduksi
25
Bp A dan Ibu I mengungkapkan bahwa mereka mempunyai 5 orang anak,
namun anak pertama meninggal dan pada saat mengandung anak keempat
Ibu I mengalami keguguran. Bp A mengatakan bahwa tidak mempunyai
rencana untuk menentukan berapa jumlah anak yang diinginkan, “kita jalani
apa adanya saja...” kata Bp A.
7. Pemeriksaan Fisik
Komponen Bp. A Ibu I An. F An. A An. M
Kepala Rambut Rambut ikal, Rambut Rambut
lurus,
hitam ikal, bersih, tipis, hitam ikal, bersih, tidak
bersih, tidak melebihi bersih, tidak ada
ada kelainan bahu ada kelainan,
sebahu kelainan
27
kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar tiroid
kurang
8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap apabila akan melakukan perawatan pada pasien maka harus
diperhatikan terlebih dahulu pasien yang dihadapi balita, anak-anak, atau dewasa.
Analisa Data
Data Diagnosa
Keperawatan
TAHAP I Pemeliharaan
Data Objektif kesehatan tidak
Keluarga Bp A tidak pernah melakukan chek-up efektif pada keluarga
kesehatan secara rutin Bp A berhubungan
Data Subjektif dengan
Bp A mengatakan bahwa kalau tidak sakit buat apa ketidakmampuan
29
periksa. keluarga memutuskan
Bp A mengatakan bahwa disamping pertimbangan biaya, masalah mengenai
keluarga tidak punya waktu untuk melakukan chek-up pentingnya
rutin pemeriksaan
TAHAP II kesehatan secara
Keluarga Bp A mengenal masalah mengenai pentingnya teratur.
pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Keluarga tidak mampu memutuskan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin.
TAHAP I Potensial peningkatan
Data Objektif pemeliharaan
Selama beberapa kali dilakukan pengkajian Bp. A tidak kesehatan keluarga
merokok. khususnya pada Bp A
Data Subjektif
Bp A mengatakan sekarang merokok hanya satu bungkus
tidak seperti dulu bisa menghabiskan lebih dari satu
bungkus rokok
Bp. A mengatakan apabila saya merokok An. F dan an. A
selalu menyuruh Bp. A keluar rumah
TAHAP II
Bp.A dan Ibu I mengetahui akibat apabila merokok
Anak Bp A tidak menyukai Apabila Bp A merokok dalam
rumah.
Bp A secara sadar mengurangi konsumsi rokok.
TAHAP I Kerusakan
Data Objektif komunikasi verbal
Selama pengkajian ketiga anak Bp A jarang berhubungan dengan
berkomunikasi dengan ayahnya ketidakmampuan
Data Subjektif keluarga mengenal
Bp A mengatakan ketiga anaknya jarang berkomunikasi masalah mengenai
dengan dia. komunikasi yang baik
Bp A mengatakan apabila ketiga anaknya menginginkan
sesuatu maka mereka akan mengungkapkan lebih dulu dalam keluarga.
pada Ibu I kemudian Ibu I yang menyampaikan pada Bp
A.
TAHAP II
Keluarga tidak mengetahui pentingnya komunikasi
efektif dalam keluarga
Keluarga tidak bisa melakukan teknik komunikasi yang
baik dalam keluarga.
Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan
Perubahan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memutuskan masalah mengenai pentingnya
pemeriksaan kesehatan secara teratur.
31
masalah diubah: secara teratur
sebagian:1
3. Potensi masalah 1 1/3x1=1/3 Sudah biasa tidak
dicegah: memeriksakan kesehatan secara
Rendah:1 teratur
Diagnosa Keperawatan
Potensial peningkatan kesehatan keluarga khususnya pada Bp A
No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 1/3x1=1/3 Keluarga tidak mengeluhkan
Krisis:1 adanya gangguan karena
kebiasaan Bp A
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Bp A mengatakan porsi
masalah diubah: merokok sudah dikurangi, yang
tadinya 2 bungkus dalam sehari
Sebagian:1
sekarang menjadi 1 bungkus
3. Potensi masalah 1 2/3x1=2/3 Anggota keluarga tidak
dicegah: menyukai jika Bp A merokok.
cukup:2
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah mengenai komunikasi yang baik dalam keluarga.
No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 1/3x1=1/3 Keluarga menganggap hal
Krisis:1 tersebut wajar
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Ibu I memberitahu Bp A
masalah diubah: apabila anaknya
memnginginkan sesuatu
Sebagian:1
3. Potensi masalah 1 1/3x1=1/3 Bp A jarang berkomunikasi
dicegah: dengan anaknya karena
kesibukan
rendah:1
4. Menonjolnya 1 1/2x1=1/2 Anak-anak keluarga Bp A
33
masalah: sudah terbiasa dengan hal
Ada masalah tapi tersebut
tidak perlu
ditangani: 1
Jumlah 2 1/6
35
perilaku hidup sehat.
37
merokok meningkatkan
kesehatan sehingga
Bp. A mampu
mempertahankan
upayanya sebagai
respon timbal balik
terhadap keluarganya
3. Kerusakan Setelah Setelah pertemuan
komunikasi verbal dilakukan 2x30 menit dapat
berhubungan dengan asuhan menunjukkan
ketidakmampuan keperawatan Keluarga mampu
keluarga mengenal selama satu menyampaikan Respon Anggota keluarga Anjurkan keluarga untuk
masalah mengenai minggu maka keinginan verbal dapat menyampaikan mengekspresikan
komunikasi yang baik keluarga Bp. A secara terbuka keinginannya secara perasaaan.
dalam keluarga. mampu pada anggota verbal
mengenal keluarga Anjurkan verbalisasi dari
komunikasi yang Keluarga mampu perasaan, persepsi dan
baik dalam mengenali ketakutan
keluarga respon verbal Respon Permasalahan pada
dan non verbal verbal anggota keluarga jika Memfokuskan interaksi
apabila terdapat disimpan sendiri dan dengan mengesampingkan
masalah pada tidak dikomunikasikan prasangka, asumsi, dan
masing-masing dengan anggota yang berfokus pada anggota
anggota lain dapat menjadi keluarga.
keluarga penyebab komunikasi
Keluarga memiliki yang tidak efektif Klarifikasi setiap pesan
waktu atau ungkapan dengan
berkumpul Demonst Waktu berkumpul menanyakan kembali dan
untuk rasikan keluarga merupakan meminta feedback.
berkomunikasik salah satu cara untuk
an dengan dapt menggali Ciptakan lingkungan
keluarga permasalahan dan keluarga yang dapat
menciptakan rasa percaya
menciptakan
tiap anggota keluarga.
komunikasi yang baik
dalam keluarga .
39
Implementasi Dan Evaluasi
Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Tanda tangan Evaluasi
41
digunakan) yang dapat
meningkatkan atau
menurunkan motivasi perilaku
hidup sehat.
BAB 4. PEMBAHASAN
43
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses pemberian asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa, penyusunan intervensi dan implementasi dari intervensi
yang diibuat serta evaluasi dari tindakan yang dilakukan. Fokus pemberian asuhan
keperawtan keluarga adalah semua anggota keluarga, bukan individu. Masalah
yang akan diatasi berdasarkan diagnosa yang disusun, diprioritaskan sendiri oleh
keluarga bersama dengan perawat. Perlu dilakukan follow-up terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan untuk mengetahui apakah diperlukan
perencanaan lebih lanjut terhadap masalah yang dihadapi keluarga hingga
keluarga dapat secara mandiri melakukan tugas kesehatannya.
5.2 Saran
Saran dari kami adalah semoga pemberian asuhan keperawatan pada keluarga
dapat lebih ditingkatkan lagi, agar dapat meningkatkan kemandirian keluarga
untuk melakukan tugas kesehatannya sehingga akan mendukung produktifitas
masyarakat sekitarnya dan produktifitas nasional pada umumnya. Disamping itu
dapat menjadi media untuk mengenalkan profesi keperawatan pada masyarakat.