Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MODUL RHEUMATOMUSCULOSKELETAL
Pemuda dengan Keluhan Terkena Sengatan Listrik Tegangan Tinggi
Kelompok 7

Ishvara Riddhi P 030.06.130
Dika Astriava K 030.07.067
Linta Isna H 030.07.144
Novi Elis Khumaesa 030.07.190
M. Fitri bin Mohamed 030.07.300
Salwana Jaafar 030.07.336
Melly Utami 030.09.151
Michael Wong 030.09.153
M. Rifki Maulana 030.09.155
Monica Raharjo 030.09.157
Muthi Melatiara 030.09.161
Nabila Syafira Audi 030.09.163
Neneng Maya 030.09.169
Ni Nyoman Nami A 030.09.171
Noviana Sie 030.09.173





FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 15 Oktober 2010
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya. Anak
kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka
bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka
bakar (Smeltzer, 2001 : 1911). Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun terdapat
sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus
luka bakar. Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat
perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di amerika.








3
BAB 2
LAPORAN KASUS
Seorang pemuda datang ke UGD dengan keluhan terkena sengatan listrik
tegangan tinggi jam yang lalu pada telapak tangan dan lengan bawah kanan.
Saat naik di atap kereta, pasien tanpa sengaja menyentuh besi yang mengandung
listrik tegangan tinggi. Pasien langsung terlempar ke belakang namun masih tetap sadar.
Kepala tidak terbentur, tidak mengalami muntah dan mual. Pasien tetap sadar tetapi
lemah, tampak syok, sehingga tidak mampu jalan.
I. ANAMNESIS
Biodata Pasien
Nama : Ahmad
Usia : 27 tahun
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Status : Belum Menikah
Keluhan Utama
Terkena sengatan listrik tegangan tinggi pada telapak tangan dan lengan bawah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
- pasien terlempar ke belakang
4
- tampak syok
- tidak mampu jalan
Riwayat Penyakit Dahulu (-)
Riwayat Keluarga (-)
Riwayat Kebiasaan (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
- Airway : bebas
- Breathing : spontan 20 x/menit
- Circulation : akral hangat
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 110 x/menit (takikardi) kompensasi, akibat syok yang dialami
pasien.
- Disability : compos mentis
- Jantung Paru : dalam batas normal
- Ekstremitas : motorik dan sensorik dalam batas normal

5
Status Lokalis
Pada sebagian area palmar manus dextra tampak luka bakar kehitaman, kering, di
sekitarnya sampai lengan tampak oedem hiperemis dan bullae (+). Pada area kehitaman
tes pinprick (-).
Pada kasus diketahui area yang terkena luka bakar di daerah palmar manus dan
lengan bawah 3% berdasarkan Rule of Nines. Pada lengan bawah terdapat bullae yang
berisi cairan eksudat dan adanya oedem akibat gangguan permeabilitas kapiler sehingga
cairan intravaskuler keluar ke intersitial.
Tes pinprick adalah tes untuk mengetahui apakah ada gangguan pada syaraf atau
tidak. Jika hasil (+) maka syaraf pada daerah itu masih tersensitisasi sehingga terasa nyeri
dan jika hasil (-) maka syaraf sudah tidak tersensitisasi sehingga sudah tidak ada rasa
nyeri pada daerah tersebut. Cara tes tersebut adalah dengan menusukkan sebuah jarum.

Pemeriksaan Penunjang
- EKG : normal
- Lab. Darah :
Pemeriksaan Nilai yang
didapat
Nilai Normal Keterangan
Hb 13 mg/dL 13,5-18 mg/dL Normal
6
Leukosit 10.000 4000-11.000 Normal
Eritrosit 4,5 juta 4,5-6,2 juta Normal
Trombosit 250.000 150.000-350.000 Normal
SGOT 17 1-40 IU/L Normal
SGPT 15 5-40 IU/L Normal
Kreatinin 1 0,7-1,5 mg/dL Normal
Ureum 27 15-40 Normal
Albumin 3,5 3,0-5,5 g/dL Normal
K 4 3,5-5,5 mEq/L Normal
Na 138 135-145 mEq/L Normal

Pada pemeriksaan laboratorium darah terlihat semua dalam keadaan normal,
kemungkinan pasien ini hanya mengalami luka bakar saja, belum ditemukan adanya
infeksi ataupun gangguan elektrolit.
- Lab. Urine :
Makroskopis : jernih kemerahan normal : jernih kekuningan
Eritrosit, leukosit, dan glukosa (-) normal
Mioglobin dan Hb (+) adanya kerusakan pada jaringan otot, normal : (-)
7

HIPOTESIS PENYEBAB
Kemungkinan yang terjadi pada pasien adalah terjadinya trauma akibat listrik
tegangan tinggi yang mengakibatkan lengan dan telapak tangan kanan pasien luka bakar.
Energi listrik yang bertegangan tinggi akan mengakibatkan pemanasan pada kulit
yang terkontak dengan aliran listrik, pemanasan tersebut menyebabkan nekrosis
koagulatif, kerusakan membran sel dan paling besar kerusakan pada sel syaraf, pembuluh
darah dan otot. Karena sel syaraf, pembuluh darah dan otot adalah penghantar listrik
yangt baik. Kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan
membakar jaringan melalui panas yang ditimbulkan akan mengakibatkan kerusakan
jaringan dan gangguan fungsi suatu organ.
Luka yang diakiobatkan oleh trauma listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh
kecelakaan dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC). Kerusakan
yang diakibatkan oleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme yaitu terjadinya
pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan.
Pada arus arah DC biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara tidak sengaja
menyentuh rel kereta api dari sebuah kereta listrik yang sedang berjalan. Biasanya jika
terkena arus DC sering dapat selamat.
Pada kasus ini pasien kemungkinan pasien terkena setruman listrik bertegangan
tinggi dengan arus searah atau DC, sehingga pasien terlempar dan masih dalam keadaan
sadar.
8
DIAGNOSIS
Luka bakar berat (30 %) dengan derajat 2 pada 2/3 distal antebracii dextra dan
derajat 3 pada palmar manus dextra et causa electrical injuri.
Diagnosis yang ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesis bahwa pasien
tersetrum listrik bertegangan tinggi saat berada diatap rel kereta api, kemungkinan yang
pasien naiki adalah kereta api listrik. Lalu pada pemeriksaan didapatkan Pada sebagian
area palmar manus dextra tampak luka bakar kehitaman, kering, di sekitarnya sampai
lengan tampak oedem hiperemis dan bullae (+). Pada area kehitaman tes pinprick (-).
PENATALAKSANAAN
1. Periksa tanda kegawat daruratan dengan cara ABC ( airway, breathing, circulation
) dan tanda vital ( tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan )
Status ABC dan tanda vital pada pasien ini termasuk dalam batas normal.
Tidak dilakukan tindakan untuk menanggulangi AB. Pada circulation luka bakar
menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. Manajemen
cairan pada kasus luka bakar dapat diberikan Formula Baxter.
Formula Baxter :
1. Total cairan = 4cc x kg/berat badan x luas luka bakar
- Total yang harus di berikan pada pasien ini tidak di ketahui karena
berat badan pada pasien ini tidak diketahui. Maka di perlukan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui berat badan pasien.

9
2. Berikan 50 % dari total cairan dalam 8 jam pertama dan sisanya dalam 16
jam berikutnya.

2. Pemberian cairan infus
Pada pasien ini tidak di berikan, karena pemberian cairan infus diberikan bila luka
bakar derajat 2 atau 3 lebih dari 25 %

3. Penatalaksanaan luka
4 prinsip :
1. Menutup lesi sesegera mungkin untuk menghindari infeksi
Cuci luka dengan savlon NaCl + buang jaringan
nekrotik
Berikan cream silver sulvadiazine 1% ( Burnazin )
Tutup dengan kasa steril dan lembab
2. Mencegah terjadinya infeksi
Diberikan antibiotika untuk mencegah terjadinya
infeksi lebih lanjut
3. Mengurangi rasa sakit
Bisa diberikan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
yang di rasakan oleh pasien.
Pemberian salep bioplacenton dan sulvadiazine bisa
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan karena rasa
dingin yang di berikan oleh kedua obat tersebut
10
4. Meminimalkan jaringan parut
4. Suntik anti tetanus
Suntik tetanus ditujukan untuk menghindari kemungkinan masuknya bakteri
tetanus pada pasien setelah terjadinya luka bakar.
5. Rujuk dokter bedah plastik
Rujukan di tujukan agar jaringat parut yang terbentuk akibat luka bakar dapat
dikurangi dan dapat memaksimalkan fungsi dari organ setelah terjadinya luka
bakar.
KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada luka bakar :
1. Rhabdomyolisis
2. Sindroma compartment
3. Gagal ginjal
4. Infeksi Staphylococcus aureus

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : bonam
Ad cosmetikum : dubia ad malam
11
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan
yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan
kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki
penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat
keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak
jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan
kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang
korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk
diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit)
dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar
dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat
dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).
Luka bakar dangkal dan ringan (superficial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak
menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka
penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin
besar serta kecacatan dapat terjadi.Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua,
harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama
pada anak-anak.
Epidemiologi
12
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien
luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara
1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat
di 100 rumah sakit di amerika.
Klasifikasi luka bakar
Penanganan luka bakar di luar rumah sakit dibagi menjadi dua. Yaitu fase akut
dan fase lanjutan (follow up). Pada fase akut, ada 3 hal yang harus dilakukan. Pertama,
menentukan apakah luka bakar perlu di rujuk ke rumah sakit atau tidak. Kedua,
mengurangi rasa sakit dan ketiga, mencegah terjadinya infeksi dan perburukan serta
mengusahakan penyembuhan. Pada fase lanjutan, penanganan ditujukan untuk
rehabilitasi dan pencegahan kecacatan (kekakuan/kontraktur). Pada fase akut perlu
pengetahuan untuk menetukan luas area luka bakar, kedalaman luka bakar karena dua
faktor ini yang secara dominan menentukan perlu tidaknya perawatan rujukan di fasilitas
yang lebih lengkap. Rujukan ke fasilitas lebih lengkap juga dipengaruhi lokasi luka
bakar, usia pasien, dan kondisi yang menyertai luka bakar.
Dalamnya luka bakar
Dalamnya luka bakar dilihat dari dalamnya jaringan kulit yang terkena pegaruh
luka bakar. Hal ini dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan pada permukaan luka bakar.
Untuk klasifikasi dalam luka bakar dan penilaiannya dapat dilihat pada tabel 1.
Klasifikasi kedalaman luka bakar.
13
karakteristik
klasifikasi penyebab Penampakan
luar
Sensasi Waktu
penyembuhan
Jarungan
parut
Luka bakar
dangkal
(superficial
burn)
Sinar UV,
paparan
nyala api
Kering dan
merah;
memucat
dengan
penekanan
nyeri 3 6 hari Tidak terjadi
jaringan
parut
Luka bakar
sebagian
dangkal
(superficial
partial-
thickness
burn)
Cairan atau
uap panas
(tumpahan
atau
percikan),
paparan
nyala api
Gelembung
berisi cairan,
berkeringat,
merah;
memucat
dengan
penekanan
Nyeri bila
terpapar
udara dan
panas
7-20 hari Umumnya
tidak terjadi
jaringan
parut;
potensial
untuk
perubahan
pigmen
Luka bakar
sebagian
dalam (deep
partial-
thickness
burn)
Cairan atau
uap panas
(tumpahan),
api, minyak
panas
Gelembung
berisi cairan
(rapuh);
basah atau
kering
berminyak,
berwarna
dari putih
sampai
merah; tidak
memucat
dengan
penekanan
Terasa
dengan
penekanan
saja
>21 hari Hipertrofi,
berisiko
untuk
kontraktur
(kekakuan
akibat
jaringan
parut yang
berlebih)
Luka bakar Cairan atau Putih Terasa Tidak dapat Risiko
14
seluruh
lapisan (full
thickness
burn)
uap panas,
api, minyak,
bahan kimia,
listrik
tegangan
tinggi
berminyak
sampai abu-
abu dan
kehitaman;
kering dan
tidak elastis;
tidak
memucat
dengan
penekanan
hanya
dengan
penekanan
yang kuat
sembuh (jika
luka bakar
mengenai
>2% dari
TBSA)
sangat tinggi
untuk terjadi
kontraktur

Luas daerah
Selanjutnya dilakukan penilaian mengenai luas daerah yang terena (TBSA-total
body surface area). Derah yang hanya mengalami eritema (kemerahan) tanpa adanya
gelembung cairan (blister) tidak termasuk dalam penghitungan. Untuk menilai luas luka
bakar dapat digunakan metode Lund-Browder. Metode ini berlaku untuk semua usia dan
merupakan metode yang akurat untuk diterapkan pada anak-anak. Metode rules of nine
merupakan metode yang sesuai untuk dewasa dan dapat dipakai untuk melakukan
penilaian cepat pada anak-anak. Metode Lund-Browder dapat dilihat pada tabel 2.
Penilaian luas area tubuh menurut Lund-Browder.
15

Rules of Nines
a. Dewasa
Kepala bagian depan : 4,5%
Kepala bagian belakang : 4,5 %
Dada : 9 %
Punggung atas : 9%
Perut : 9 %
Punggung bawah : 9%
Kelamin : 1%
Lengan atas depan : 4,5 %
16
Lengan atas belakang : 4,5 %
Tungkai depan : 9 %
Tungkai belakang :
Total: 100%
b. Bayi
Kepala dan Leher : 21%
Badan bagian depan :13%
Badan bagian belakang :13%
Lengan :10%
Tungkai :13,5%
Bokong :5%
Alat kelamin :1%
Rujukan
Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk dirujuk :
Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka
bakar yang sangat superfisial
Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki,
genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
17
Luka bakar yang melingkar
Luka bakar oleh cairan kimia
Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan
dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
Luka bakar yang mencederai saluran napas
Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan
Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak
yang berisiko tinggi
Tipe luka bakar untuk derajat beratnya dan indikasi rawat inap di rumah sakit dapat
dilihat pada tabel 3. Derajat Berat Luka Bakar dan Kriteria Rawat.
Tatalaksana
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas
kesehatan
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning.
Cooling : - Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
18
kejadian luka bakar - Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif
tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka
dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di
daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih.
Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan
lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal
pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan
pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi
dengan bayi kurang dari 2 bulan
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat
luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan
lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk
mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat
luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
19
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tana bahaya dari ABC
(airway, breathing, Circulation)
Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah
orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas
ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap
terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila
luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik
melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan
mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar
20
pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini
terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam
pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan
mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24
jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2
(11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx
kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya
dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari
produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.
Tatalaksana luka bakar minor
Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat
membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan awal.
Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut
dan bidai
Pemeriksaan status tetanus pasien
Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang
keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan
21
Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit bila
tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di
dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan.
Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus dipecah dan
dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah beberapa hari
menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.
Luka bakar superfisial / dangkal
Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya
gelembung cairan atau penggarukan dapat dittup perban untuk proteksi.
Luka bakar sebagian (partial thicknes)
Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang
mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine
0,1% lalu dengan salin.
Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak
menempel lalu dibalut atau di plester
Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak
lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin
Follow up
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-
tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan.
22
Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus
dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.
Luka bakar mayor
Airway and breathing (jalan napas dan pernapasan) Apabila ada tanda-tanda luka bakar
pada saluran napas atau cedera pada paru-paru maka intubasi dilakukan secepatnya
sebelum pembengkakan pad jalna napas terjadi.
Cairan
Jika luas area luka bakar >10% maka lakukan resusitasi cairan dan lakukan penghitungan
cairan dari saat waktu kejadian luka bakar. Pasang kateter urin jika luka bakar>15% atau
luka bakar daerah perineum NGT-pipa nasogastrik dipasang jika luka bakar>10% berupa
deep partial thickness atau full thickness, dan mulai untuk pemberian makanan antara 6-
18 jam
Pemberian anti tetanus diperlukan pada luka-luka sebagai berikut :
Disertai patah tulang
Luka yang menembus ke dalam
Luka dengan kontaminasi benda asing (terutama serpihan kayu)
Luka dengan komplikasi infeksi
Luka dengan kerusakan jaringan yang besar (contoh luka bakar)
Luka dengan kontaminasi tanah, debu atau produk cairan atau kotoran kuda
Implantasi ulang dari gigi yang tanggal.
23
Pemberian anti tetanus dapat dilihat pada tabel 4.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk
menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang
lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus
dikenali sehingga bisa diatasi secepat mungkin.Pemeriksaan yang dapat dilakukan
:Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah, kadar COHb dan kadar
sianida (pada luka bakar akiibat kebakaran di ruangan).
Pencegahan luka bakar
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah erjadinya luka bakar bagi anak-anak di
rumah :
I. dapur
Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di
sekitarnya untuk anak-anak
jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah
membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika
ada anak-anak di sekitar anda
jangan masukkan botol susu anank ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan
daerah yang panas
cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan
24
singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang seang belajar
merangkak
jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan
luka bakar kimia.
simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala
tanpa pengawasan.
Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau
menggantung.
II. Kamar mandi
Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak
Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120F (48,8C) atau lebih rendah.
Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100F
(37,7C). Jangan biarkan anak bermain degan keran atau shower.
III. Di setiap ruangan
Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi
Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali



25

BAB 4
KESIMPULAN
Trauma bakar adalah suatu trauma yang dapat disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang berada di
dalamnya. Cedera akibat luka listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar, merusak jaringan ataupun
menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ yang terkena.
Jika seseorang mengalami luka bakar akibat trauma listrik sebaiknya cepat
ditangani karena akan berakibat fatal. Dan penanganannya juga tergantung dari berat atau
ringannya luka bakar tersebut. Setelah ditangani dengan baik jangan lupa untuk
mengembalikan fungsi dari organ yang terkena luka bakar tersebut jika terkena di area
seperti : tangan, kaki, muka dll.







26
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol
20;1999
2. Sabiston David C.Buku Ajar Bedah Bagian 1.Jakarta:EGC.1995.hlm.152-160
3. Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia, Critical
Care&Pain. British Journal of Anasthesia. 2007
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American
association of family Physician, 2000.
5. Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001.
6. Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ
2004;328;1487-9.
7. Burns. Clinical practice Guidelines. Royal Children Hospital Melbourne. 2007
8. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian
journal of Surgery;2006;4;272-7

Anda mungkin juga menyukai