Anda di halaman 1dari 3

Pengelihatan stereoskopis memungkinkan kita untuk melihat suatu

obyek dalam bentuk 3 dimensi dari dua perspektif yang berbeda, seperi
foto udara yang diambil dari kedudukan kamera yang berbeda.
Syarat pengamatan stereoskopik antara lain adanya daerah yang
bertampalan dan adanya paralaks pada daerah yang bertampalan.
Paralaks ialah perubahan letak obyek pada citra terhadap titik atau
sistem acuan. Pada umumnya disebabkan oleh perubahan letak titik
pengamatan. Titik pengmatan ini berupa tempat pemotretan.
Pertampalan pada foto udara berupa pertampalan depan (endlap) dan
pertampalan samping (sidelap). (Sutanto, 2008)
Hardjoprajitno dan Sutarahardja (1997) menyatakan faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam pemotretan adalah besarnya overlap (end
lap dan side lap) yang biasa dinyatakan dalam persen (%). Besar
kecilnya overlap menentukan jumlah potret yang akan diperoleh agar
mencakup seluruh areal yang telah ditentukan. End lap harus dibuat 55%
agar semua daerah yang dipotret dapat dilihat secara stereoskopis. Adapun
data besarnya nilai end lap dan seide lap pada pengamatan yang dilakukan
secara berurut yaitu 65,87% (15,75 cm) dan 30 % (7 cm /3,5 cm pada bagian
atas maupun bawah hasil potret udara/)
Foto Base merupakan jarak antara dua pemotretan berurutan dalam
skala potret udara (bukan skala sebenarnya), sedangkan End base
merupakan jarak antara dua pemotrtan berurutan dalam skala
sebenarnya, sehingga dibutuhkan faktor skala dalam perhitungannya.
(Kiefer 2009). Hasil perhitungan pada data yang telah didapat
menunjukkan bahwa besarnya nilai foto base yaitu 8,3 cm. Hal ini
menunjukkan kenampakan adanya pergeseran titik pusat foto satu
dengan foto berikutnya sebesar 8,3 cm pada skala potret udara yang
digunakan (1:5000.), sehingga besarnya nilai end base yaitu 415m yang
merupakan hasil dari besaran nilai foto base dikalikan terhadap faktor
skala.
Jarak lapangan antara pusat pusat foto udara pada saat pemotretan
disebut (air base)
????????????????????????????????????????
Daerah efektif adalah daerah yang terdapat di tengah potret udara dan
merupakan bagian dari daerah overlapping. (Departemen
Kehutanan.1997). Pada data yang didapat luas daerah efektif baik pada
potret udara I maupun II memiliki nilai yang sama yaitu 128 cm atau
160000m2(16 Ha). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada luasan
tersebut dapat dilihat secara tiga dimensi karena terdapat pada
arah overlap dan pengukuran-pengukuran pada potret udara dapat
dilakukan pada daerah efektif.
KESIMPULAN
besarnya nilai end lap, seide lap, dan daerah efektif pada pengamatan yang
dilakukan secara berurut yaitu 65,87%, 30 % dan 16 Ha. Pengukuran-
pengukuran pada potret udara dapat dilakukan pada daerah efektif.

DAPUS
Sutanto. 2008. Penginderaan jauh Jilid I. Fakultas Geografi. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada
University Press

Lillesand, Kiefer. 2009. Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra. Yogyaarta (ID) : Gajah Mada
University Press

Departemen Kehutanan. 1997. Manual Kehutanan. Edisi kedua.
KOPKARHUTAN. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press

Hardjoprajitno, S dan Sutarahardja, S. 1997. Teknis Penggunaan Metoda
Double Sampling Dalam Inventarisasi Hutan Untuk Pendugaan Volume
Tegakan dengan Bantuan Potret Udara. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID): IPB-
Press.

Anda mungkin juga menyukai