Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN LABORATORIUM TEKNIK KIMIA II

ABSORBSI GAS










KELOMPOK 4
KELAS A

ADI MAULANA PUTRA (1107136518)
ANDI MULYA ADHA (1107111940)
ANNA APRYANA (1107114305)
NURUL AFIFAH (1107120009)



JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan jumlah gas CO
2
yang terabsorbsi, baik pada masing-masing
packing maupun secara keseluruhan, pada berbagai komposisi gas CO
2
dalam udara dan laju alir absorban (air).
2. Membandingkan hasil analisa gas CO
2
dalam udara yang diukur
berdasarkan Hempl Analisis dengan yang berdasarkan pengukuran laju
alir.
3. Membandingkan jumlah CO
2
yang terabsorbsi hasil percobaan dengan
yang diperoleh dari neraca massa.

1.2 Dasar Teori
1.2.1 Proses Transfer Massa
Transfer massa merupakan migrasi suatu komponen dari campuran yang
terjadi karena adanya perubahan dalam keseimbangan sistemnya yang disebabkan
karena adanya perbedaan konsentrasi. Adanya perbedaan konsentrasi zat kimia
antara bahan dan lingkungan disebut sebagai driving force atau gaya penggerak
dari proses transfer massa. Perpindahan tersebut dapat terjadi dalam satu fase
maupun antara satu fase dengan fase lainnya (Singh and Heldman, 2001).
Proses transfer massa dipengaruhi oleh:
1 Luas permukaan kontak bahan dengan air perendam
Semakin besar luas permukaan kontak bahan dengan air perendam maka
transfer massa yang terjadi semakin banyak.
2 Kadar air di dalam bahan
Makin tinggi kadar air bahan, maka makin lambat pula kecepatan
difusinya.
3 Konsentrasi
Semakin besar perbedaan konsentrasi, maka transfer massa semakin cepat.
4 Jarak dari permukaan ke pusat bahan
Semakin besar jarak dari permukaan ke pusat bahan maka transfer massa
terjadi semakin lama karena untuk mencapai kesetimbangan yang merata
dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya.
5 Waktu
Semakin lama waktu perendaman, laju pergerakan transfer massa semakin
lambat karena perbedaan konsentrasi semakin kecil (hampir mencapai
kesetimbangan).
6 Karakteristik bahan (hubungannya dengan koefisien difusi bahan).
Semakin besar difusivitas maka transfer massa semakin cepat
7 Suhu
Semakin tinggi suhu maka pori-pori semakin besar karena protein pada
membran rusak (terdenaturasi) dan proses difusivitas semakin cepat.
8 Tekanan osmosis
Semakin tinggi tekanan osmosis maka transfer massa semakin cepat.
9 Porositas
Semakin besar/semakin banyak pori pada bahan maka semakin cepat
transfer massa (Singh and Heldman, 2001).
Perpindahan massa berlangsung melalui proses difusi, maka proses-proses
pemisahan yang melibatkan proses difusi juga disebut sebagai operasi difusional.
Difusi terjadi apabila fasa-fasa yang ada tidak berada dalam kesetimbangan, dan
akan berakhir saat kesetimbangan sudah tercapai. Hampir semua proses
pemisahan dengan difusi terjadi melalui kesetimbangan antara dua fasa yang tidak
saling melarutkan yang mempunyai perbedaan komposisi pada saat
kesetimbangan. Difusi adalah perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke
rendah. Ini berarti perpindahan komponen/molekulnya terjadi karena adanya
perbedaan konsentrasi (Singh and Heldman, 2001).
Proses difusi itu terbagi ke dalam 3 jenis yaitu :
1. Difusi cair
Dikatakan difusi cair jika terjadi perpindahan molekul cairan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya yaitu ketika kita
merendam kedelai dalam air saat pembuatan tempe. Selama perendaman
akan terjadi difusi air dari lingkungan luar (yang kadar airnya tinggi) ke
dalam kedelai (yang kadar airnya rendah).
2. Difusi padat
Dikatakan difusi padat jika terjadi perpindahan molekul padatan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya yaitu ketika kita
melakukan perendaman buah dengan larutan gula dalam pembuatan
manisan buah. Selama perendaman selain terjadi difusi air dari lingkungan
luar ke dalam buah juga terjadi difusi molekul gula (molekul padatan) ke
dalam buah dan ini berarti difusi padatan juga terjadi dalam pembuatan
manisan buah ini. Selama ini batasan antara kapan terjadinya difusi air
dengan difusi padatan masih belum jelas karena prosesnya sering terjadi
bersamaan dan susah untuk dibedakan.
3. Difusi gas
Dikatakan difusi gas jika terjadi perpindahan molekul gas dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya yaitu difusi O
2
pada pengemas
plastik. Ketika kita menggunakan pengemas plastik untuk membungkus
suatu bahan, maka selama penyimpanan akan terjadi difusi oksigen dan uap
air dari lingkungan luar ke dalam plastik pengemas. Jumlah oksigen dan uap
air yang dapat masuk ke dalam plastik pengemas bervariasi tergantung
permeabilitas dari plastik pengemas tersebut. Semakin banyak jumlah
oksigen dan uap air yang dapat masuk ke dalam plastik pengemas
berarti kualitas plastik pengemasnya semakin buruk. Disini, difusi oksigen
merupakan difusi gas dan difusi uap air merupakan difusi cair.
Salah satu proses yang menggunakan prinsip transfer massa adalah
perendaman. Perendaman biasanya dilakukan pada tahap pertama pengolahan
pangan yang bersumber dari bijibijian. Tujuan Perendaman salah satunya untuk
menggelatinisasi pati yang terdapat dalam bahan dengan mengkondisikan
bahan tersebut tetap berada di bawah suhu gelatinisasi. Dengan mengetahui lebih
banyak tentang proses absorpsi air pada bahani\ selama perendaman, maka dapat
ditentukan tahapan proses mana yang selanjutnya akan dipilih dan pada akhirnya
sangat menentukan kualitas dari produk yang dihasilkan. Hal inilah yang
menyebabkan dilakukannya berbagai macam pendekatan baik secara empiris
maupun teoritis dalam permodelan transfer air.
1.2.2 Absorpsi Gas
Absorpsi gas adalah proses pemisahan gas yang tidak diinginkan dari
campurannya. Proses kontak antara campuran gas dan cairan bertujuan untuk
menghilangkan salah satu komponen gas dengan cara melarutkannya
menggunakan cairan yang sesuai. Proses absorbsi ini melibatkan difusi partikel-
partikel gas ke dalam cairan. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi adalah kelarutan (solubility) gas dalam pelarut dalam kesetimbangan,
tekanan operasi, serta temperatur. Pada umumnya, naiknya temperatur
menyebabkan kelarutan gas menurun (Kartohardjono, 2007).
Pada absorpsi gas, uap yang dapat larut diserap dari campuranya dengan
gas tak aktif atau gas lembam (inert gas) dengan bantuan zat cair dimana gas
terlarut (solute gas) dapat larut, banyak atau sedikit. Pada absorpsi gas CO
2

menggunakan pelarut air, CO
2
bereaksi dengan air melalui persamaan sebagai
berikut:

CO
2
+ H
2
O H
2
CO
3
H
+
+ HCO3
Reaksi CO
2
dengan air tersebut merupakan reaksi kesetimbangan, di mana
konstanta kesetimbangannya sangat kecil sehingga pembentukan H
+
dan HCO
3
-
juga sangat kecil. Karena itu, proses absorbsi CO
2
dengan air lebih dinyatakan
sebagai absorbsi fisika, bukan absorbsi kimia (Kartohardjono, 2007).
Jenis-jenis bahan yang sering digunakan sebagai absorban adalah air
(untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan
asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Berikut ini beberapa fungsi absorbsi didalam industi:
1. Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan
formalin Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor.
Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 182
0
C
didinginkan pada kondensor hingga suhu 55
0
C,dimasukkan ke dalam
absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan
formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 40%. Bagian terbesar dari
metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian
dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid
dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact
dengan air proses.
2. Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO
2
). Proses pembuatan asam
nitrat Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam
kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO
menjadi NO
2
dan reaksi absorpsi NO
2
oleh air menjadi asam nitrat. Kolom
absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks
masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam
lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom
absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60
% berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
Salah satu contoh absorpsi disertai kimia yang diapilkasikan didalam
industri adalah absorpsi CO
2
kedalam larutan potassium karbonat dengan reaksi
stoichiometri sebagai berikut,
CO
2

(g)
CO
2

(aq)
CO
2

(aq)
+K
2
CO
3

(aq)
+H
2
O
(l)
2KHCO
3

Reaksi yang menentukan kecepatan reaksi adalah:
CO
2
(aq) + OH
-
HCO
3
-

Didalam larutan juga terjadi reaksi-reaksi kesetimbangan berikut,
CO
2
+ H
2
O H
+
+ HCO
3
-
HCO
3
-
H
+
+ CO
3
2-

1.2.3 Kolom Absorpsi dan Hempl Analysis
Kolom aborbsi merupakan suatu kolom atau tabung tempat terjadinya
proses pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fasa cair dari komponen tersebut.

Gambar 1.1 Kolom Absorbsi Beserta Hempl Analisis
Prinsip Kerja Kolom Absorbsi :
1. Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fasa
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia
ditransfer dari satu fasa cairan ke fasa lainnya, terjadi hampir pada setiap
reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorbsi gas, destilasi, pelarutan
yang terjadi pada semua reaksi kimia.
2. Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan
kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa
yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional
dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang
diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada
sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat.
Analisa Hempl :
Dalam skala laboratorium, peralatan kolom absorbsi gas biasanya sudah
dilengkapi dengan peralatan analisa sampel gas (hempl Analysis) mapun analisa
cairan (titrasi). Perangkat peralatan analisa gas Hempl berisi larutan NaOH yang
reaksinya dengan CO
2

O H CO Na NaOH 2 CO
2 3 2 2

dimana jumlah CO
2
yang diserap sebanding dengan pertambahan volume larutan
dalam peralatan analisa tersebut.
Gambar 1.2 Alat Hempl Analysis
1.2.4 Perhitungan Dasar Neraca Massa
Ditinjau suatu operasi transfer massa dalam keadaan tetap secara arus
berlawanan, dimana fase-fase yang berkonyak dan saling tidak dapat larut adalah
fase Gas (G) dan Liquid (L) seperti terlihat pada Gambar 1.3 berikut. Di dalam
diagram tersebut Ls dan Gs adalah arus I dan G dengan dasr bebas solute,
sehingga Ls dan Gs adalah arus-arus dari komponen yang tidak berdifusi dalam
arus L dan G sedangkan x dan y masing-masing adalah fraksi mol A di dalam fase
L dan G. Apabila dibuat neraca bahan komponen A disekitar alat transfer massa,
maka diperoleh :

G
1
y
1
+ L
2
x
2
= G
2
y
2
+ L
1
x
1
..(1)
atau
G
1
y
1
G
2
y
2
= L
1
x
1
L
2
x
2
...(2)
Hubungan yang lebih sederhana akan diperoleh, apabila tidak digunakan
konsentrasi fraksi mol, tetapi digunakan konsentrasi dengan dasar babas solute.
Hubungan antara konsentrasi dengan dasar bebas solute dan fraksi mol adalah
sabagai berikut :

...(3)

...(4)
Dengan konsentrasi dasar bebas solute, maka kecepatan aliran yang
digunakan sekarang adalah kecepatan aliran dengan babas solute yaitu Ls dan Gs,
sehingga persamaan (2) menjadi :
Gs ( Y
1
-Y
2
) = Ls ( X
1
-X
2
)(5)

Gambar 1.3 Transfer Massa Dalam Keadaan Tetap Arus Berlawanan

1.2.6 Peristiwa Absorbsi
Ada tiga teori dasar yang menjelaskan tentang peristiwa absorbsi, yaitu
antara lain :
1. Teori Dua Film (Double Film Theory)
Pada berbagai proses pemisahan, materi berdifusi dari satu fase ke fase
lainnya, dan laju difusi di dalam kedua fase tersebut mempengaruhi laju
perpindahan massa keseluruhan. Dalam teori ini Whitman menyatakan bahwa
kesetimbangan diasumsikan terjadi pada permukaan batas (interface) antara fase
gas dan cairan sehingga tahanan perpindahan massa pada kedua fase ditambahkan
untuk memperoleh tahanan keseluruhan. Model ini menggambarkan tentang
adanya lapisan difusi. Perpindahan massa yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi
dan jarak perpindahan massa, yaitu ketebalan film tersebut.
Proses difusi berlangsung efektif bila lapisan film tipis. Lapisan film yang
tipis akan meniadakan terjadinya tahanan dari lapisan itu (tahanan makin kecil),
sehingga proses perpindahan massa tidak terganggu. Untuk mendapatkan lapisan
yang tipis, kondisi dari kedua aliran fase harus diatur yaitu diusahakan membuat
aliran yang turbulen, karena pada lapisan film yang tipis akan diperoleh gradien
konsentrasi yang kecil, sehingga proses absorpsi berjalan sangat cepat dengan
keadaan menjadi steady state.
Untuk sistem dimana konsentrasi solute dalam gas dan liquid adalah kecil,
maka laju transfer massa dapat dinyatakan oleh persamaan yang memperkirakan
laju transfer massa yang sebanding dengan perbedaan diantara
konsentrasi bulk dan konsentrasi dalam interface gas-liquid.
Secara umum, proses absorpsi gas CO
2
ke dalam larutan NaOH yang
disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa
CO
2
melalui lapisan gas menuju lapisan antar fase gas-cairan, kesetimbangan
antara CO
2
dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO
2
dari
lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO
2
terlarut dengan
gugus hidroksil (OH
-
). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.4

Gambar 1.4 Mekanisme absorpsi gas CO
2
dalam larutan NaOH (Perry, 1984)

P
AG

C
AI

C
AL

P
AI

Film
Gas
Film
Liquid
Konsentrasi
zat A di
dalam fasa
cair
Tekanan
parsial
gas A
Berdasarkan pada fase interface (antara liquid dan gas) pada kondisi
steady state, digunakan overall mass transfer coefficient (K), maka rumusan untuk
menghitung fluk liquid yaitu
N
i
l
= K C
l
. (6)
Fluk pada fasa gas adalah :
N
i
G
= k
p
(P
G
-P
i
)..(7)
Fluk pada fasa liquid :
N
i
l
= k
l
(C
G
-C
i
)... (8)
Pada kondisi steady state, N
i
G
= N
i
l
, maka

... (9)
Namun, kita tidak bisa menghitung komposisi pada bagian interface (Pi
dan Ci), sehingga persamaan diatas tidak bisa digunakan sehingga muncullah
hukum Henry yang menggambarkan hubungan antara tekanan parsial dengan
konsentrasi yang berbunyi: konsentrasi gas terlarut dalam suatu larutan
berbanding lurus dengan tekanan parsial gas yang berada diatas larutan (Bailey
and Ollis, 1977). Jadi semakin besar konsentrasi gas terlarut maka semakin besar
tekanan parsial nya dan sebaliknya semakin kecil konsentrasi maka semakin kecil
tekanan parsial dengan persamaan :
P
i
= H C
i
. (10)
Dengan :
P
i
= tekanan parsial komponen pada fasa interface
H = konstanta Henry
C
Ai
= konsentrasi komponen pada fasa interface
2. Teori Penetrasi
Teori penetrasi ini dikemukakan oleh Higbie, teori ini menyatakan
mekanisme perpindahan massa melalui kontak antara dua fasa, yaitu fasa gas dan
fasa liquid. Dalam pernyataannya, Higbie menekankan agar waktu kontak lebih
lama, Higbie untuk pertama kalinya menerapkan teori ini untuk absorpsi gas
dalam liquida yang menunjukkan bahwa molekul-molekul yang berdifusi tidak
akan mecapai sisi lapisan tipis yang lain jika waktu kontaknya pendek.
Teori Higbie ini menyebutkan bahwa turbulensi akan menaikkan
difusivitas pusaran, hal ini akan menentukan waktu kontak perpindahan massa
yang terjadi untuk setiap keadaan massa. Difuivitas pusaran ini terjadi dalam
keadaan setimbang antara fase gas dan liquid.
Teori penetrasi juga dikembangkan oleh Danckwerts yang menyatakan
bahwa unsur-unsur fluida pada permukaan secara acak akan diganti oleh fluida
lain yang lebih segar dari aliran tindak. Teori ini digunakan dalam keadaan khusus
di mana dianggap massa difusivitas pusaran berlangsung dalam waktu yang
bervariasi dan dianggap laju perpindahan massa tidak tergantung dari waktu
perpindahan unsur dalam fase cairan tindak pada keadaan stagnan. Sehingga
perpindahan massa yang terjadi di interface merupakan harga dari jumlah zat yang
terabsorpsi. Jadi dianggap bahwa perpindahan unsur secara tindak fase cairan
menuju interface tidak akan mempengaruhi kecepatan perpindahan massanya.
Packed column digunakan untuk proses absorpsi pada kontak antara liquid
dan gas secara countercurrent ataupun kontak antara vapor dengan liquid dalam
proses distilasi. Dalam tower-nya terdiri dari column silinder yang berisikan gas
masuk dari bagian bawah dan liquid masuk pada bagian atas. Di packed dalam
tower memungkinkan permukaan yang luas untuk kontak liquid dengan gas
sehingga efektifitas absorpsi semakin besar
Kecepatan absorpsi yang terjadi pada packed tower yang dipengaruhi oleh
ukuran packing-nya, dengan koefisien perpindahan massa keseluruhan ditentukan
berdasarkan luasan bagian dalam atau bagian luar dari film.
1.2.5 Menara Isian
Kebanyakan isian menara terbuat dari bahan-bahan yang murah, tidak
bereaksi dan ringan, seperti lempung porselen, dan berbagai jenis plastik. Kadang-
kadang cincin-cincin logam berdinding tipis yang terbuat dari baja atau
aluminium. Ruang-ruang kosong dan laluan-laluan yang cukup besar untuk
lewatnya fluida dibuat dengan membuat isian itu berbentuk tak beraturan atau
bolong, sehingga mereka tersusun dalam suatu struktur terbuka dengan porositas
60 sampai 95 persen.








Gambar 1.5 Jenis-Jenis Isian (a) Raschig rings (b) Pall rings (c) Berl saddle
ceramic (d) Intalox saddle ceramic (e) Metal Hypac ( f ) Ceramic

Dalam menara yang berisi isian tertentu dan dialiri dengan aliran fluida
tertentu, terdapat suatu limit atas bagi aliran gas. Kecepatan gas yang sehubungan
dengan limit ini disebut kecepatan pembanjir (flooding velocity). Besarnya dapat
ditentukan dengan memeriksa hubungan penurunan tekanan melalui hamparan
isian, dengan laju aliran gas, atau dengan mengamati holdup zat cair, dan dari
penampilan visual isian tersebut. Karakteristik fisik berbagai isian itu didaftarkan
pada Tabel 1.1 (Mc Cabe et al, 1981).









Tabel 1.1 Sifat-sifat menara isian
Jenis Bahan
Ukur
an
Kecil
, in.
Densitas
Bulk,
*lb/ft
3
Luas
Total,
lb/ft
3
Rembesan

Faktor isian **
F
p
f
p
Pelana
berl
Keramik

1
1
54
45
40
142
76
46
0,62
0,68
0,71
240
110
65
1,58
1,36
1,07
Pelana
intalok
Keramik

1
1
2
3
46
42
39
38
36
190
78
59
36
28
0,71
0,73
0,76
0,76
0,79
200
92
52
40
22
2,27
1,54
1,18
1,0
0,64
Cincin
raschin
g
keramik

1
1
2
55
42
43
41
112
58
37
28
0,64
0,74
0,73
0,74
580
155
95
65
1,52
1,36
1
0,92
Cincin
pall
Baja


Polipro-
pilen
1
1
2
1
1
30
24
22
5,5
4,8
63
39
31
63
39
0,94
0,95
0,96
0,90
0,91
48
28
20
52
40
1,54
1,36
1,09
1,36
1,18
* Densitas bulk dan luas total memberikan volume per satuan kolom.
** Faktor F
p
adalan faktor penurunan tekanan dan f
p
adalah koefisien
perpindahan massa relatif
Berdasarkan data NH
3
-H
2
O; faktor lain berdasarkan data CO
2
-HaOH
Sumber: Mc Cabe, 1984.

1.2.6 Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorbsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh absorben adalah sebagai berikut:
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorbsi yang besar,
tujuannya agar gas yang berada dalam campurannya dapat diserap
oleh absorban dengan baik.
2. Memiliki tekanan uap yang rendah, hal ini diperlukan agar absorban
yang digunakan tidak mudah menguap. Jika absorban mudah
menguap maka absorban tersebut akan mudah teruapkan dan ikut
bersama campuran gas yang akan dipisahkan.
3. Tidak korosi, hal ini dimaksudkan agar kolom absorbsi dapat
digunakan dalam jangka panjang.
4. Mempunyai viskositas yang rendah, agar absorban dapat mengalir dan
dapat terkontakan dengancampuran yang akan dipisahkan.
5. Murah dalam pembeliannya agar menghemat biaya dalam operasi
absorbsi gas.
6. Tidak beracun, tidak mudah terbakar, stabil, dan memiliki titik beku
yang rendah (Treybal,1981)



















DAFTAR PUSTAKA

Bailey D.F., Ollis, James, E. 1977. Biochemical Engineering Fundamental, 2
nd

edition (pg. 180), Mc Graw Hill: New York.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operations, 3rd Edition.
Prentice-Hall : India.
Hardjono.1989. Operasi Teknik Kimia II, Edisi Pertama. Yogyakarta.
Kartohardjono, S. 2007. Absorbsi CO
2
dari Campurannya dengan CH
4
atau N
2

melalui Kontaktor Membran Serat Berongga Menggunakan Pelarut air.
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia: Depok
Mc Cabe,W.L., Smith, J.C and P. Harriot.1981. Operasi Teknik Kimia Jilid 2.
Erlangga: Surabaya.
Mc. Cabe, W.L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering, 5
th
edition, Mc
Graw Hill Book Co.Inc: New York.
Perry, R.H, and Green, D.W. 1973. Chemical Engineers Handbook. 5
th
ed.
McGraw-Hill.
Perry, R.H. 1984. Chemical Engineering Handbook. 6
th
edition. Mc Graw Hill
Book: Singapore.
Singh, R.P, and Heldman, D.R. 2001. Introduction to Food Engineering, 3
rd
edition. Academic Press : California, USA.
Sinnot, R.K. 2000. Coulson & Richardsons Chemical Engineering, Vol. 6, 3
rd

Edition. Great Brittain: Buterworth-Heinemann.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II.
Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau
Pekanbaru
Treybal, R. 1981.Mass-Transfer Operation, 3rd edition. McGraw-Hill: Singapore

Anda mungkin juga menyukai