Anda di halaman 1dari 87

Ilmu Gaya

Reaksi Perletakan pada balok di


atas dua tumpuan
Kuliah keempat


Tujuan Kuliah
Memberikan pengenalan dasar-dasar ilmu gaya
dan mencari reaksi perletakan balok di atas dua
tumpuan
Diharapkan pada kuliah keempat mahasiswa
mengenali konsep dasar superposisi gaya-gaya yang
bekerja sejajar dan menguraikan satu gaya menjadi
dua gaya sejajar
Materi kuliah : konsep dasar tentang superposisi gaya-gaya yang
bekerja sejajar dan menguraikan satu gaya menjadi dua gaya
yang bekerja saling sejajar, konsep dasar mencari reaksi
perletakan balok yang ditumpu pada dua tumpuan
Superposisi gaya dapat dilakukan
pada beberapa gaya yang

1. Garis kerjanya sama / berimpit
(colinear / segaris))
2. Garis kerjanya tidak sama tetapi
mempunyai titik tangkap sama
(concurent / konkuren)
3. Garis kerjanya tidak sama dan titik
tangkap gayanya tidak sama
(coplanar / koplanar / sebidang)
4. Garis kerjanya sejajar.
Pada kedua ujung
balok bekerja beban
sama W1 = W2 = 10
kN

Jarak beban ke as
tumpuan a1 = a2 =
300 cm

Balok akan tetap
mendatar karena pada
balok terjadi
keseimbangan
R = resultante gaya
W1 dan W2
RW = reaksi akibat
beban W1 dan W2

R = W1 + W2
RW = R
M1 = M2 = 30 kN m
Benda akan seimbang dan
garis kerja resultante gaya W1
dan W2 akan mempunyai garis
kerja yang sama dengan garis
kerja gaya RW (R dan RW
mempunyai garis keja yang
sama dan arahnya
berlawanan.
Jika pada balok
bekerja dua gaya W1
dan W2 masing-
masing dengan berat
10 KN, maka balok
akan berdiri
seimbang.

Posisi resultante dari
kedua gaya W1 dan
W2 yaitu R akan
terletak di tengah
bentang balok atau
pada posisi titik
penumpu.
Jika ada dua gaya
bekerja sejajar dengan
besar gaya sama, maka
posisi resultante di
tengah-tengah antara
kedua beban. Besar
Resultante = jumlah
kedua beban
Pada uraian di atas
cara mencari posisi
resultante gaya W1
dan W2 dicari dengan
keseimbangan
momen kiri (M1) dan
momen kanan (M2)
yang terjadi pada
garis kerja atau posisi
tumpuan.

Cara lain juga dapat
dilakukan dengan
mencari
keseimbangan
momen di titik 1 atau
titik 2 atau di titik
mana saja pada
balok.
Jika kita kembali pada
konsep keseimbangan
struktur maka
keseimbangan akan
terpenuhi jika memenuhi 3
syarat :

V = 0
H = 0
M = 0
Pada contoh balok di samping,
akibat kedua gaya W1 dan W2
maka akan timbul reaksi RW
yang nilainya sama dengan W1
+ W2 (Gaya-gaya seimbang
pada arah vertikal V = 0.

Karena pada balok tidak ada
gaya horizontal, maka H = 0.

Jika ditinjau keseimbangan
gaya-gaya pada titik 1, maka
pada balok bekerja dua
momen M2 dan MW.
M2 = W2 * 600 = 10 kN * 6 m
= 60 kNm
MW = RW * 300 = 20 kN * 3 m
= 60 kNm
M2 = MW
M = 0.


Jika ditinjau keseimbangan
gaya gaya pada titik 2
Pada balok bekerja dua
momen M1 dan MW.
M1 = W1 * 600 = 10 kN * 6
m = 60 kNm
MW = RW * 300 = 20 kN * 3
m = 60 kNm
M1 = MW
M = 0.
Jika ditinjau keseimbangan
pada titik 3

Pada balok bekerja tiga
momen M1, M2 dan MW.
M1 = W1 * 150 = 10 kN *
1.5 m = 15 kNm
M2 = W2 * 450 = 10 kN *
4.5 m = 45 kNm
MW = RW * 150 = 20 kN *
1.5 m = 30 kNm
M1 + MW = M2
M = 0.


G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

W
1
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a
W
2
1
2
H
Garis Kerja Gaya H
W1 = 10 kN
W2 = 10 kN
RW1H
Garis Kerja Gaya RW1H
TW1W2
RW2H
H
RW1H
RW2H
K
RW1W2
4
0
RW1W2
20.00
Skala 20 mm = 10 kN
2
0
.
0
0
2
0
.
0
0
600
300 300
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

R
W
1
W
2
Garis Kerja Gaya RW2H
Pengantar
Menentukan
Resultante Gaya-
Gaya Sejajar Secara
Grafis
Disamping cara analitis
tersebut, untuk mencari
posisi gaya resultante juga
dapat dilakukan dengan cara
grafis.
Buat gaya bantu H sebarang (mis 12.75
kN) pada dua titik 1 dan 2 dengan arah
saling berlawanan. Pada titik 1 arah
gaya H kekanan dan pada titik 2 arah
gaya H kekiri
Buat resultante gaya W1 dan H (RW1H) di titik 1.
Buat resultante gaya W2 dan H (RW2H) di titik 2.
Kedua garis kerja gaya RW1H dan RW2H
berpotongan pada titik TW1W2.
Melalui titik TW1W2 buat resultante gaya RW1H
dan RW2H menjadi RW1W2. Garis kerja RW1W2
akan memotong garis kerja H di titik K.
Titik K mempunyai jarak 300 cm dari titik 1 dan
300 cm dari titik 2
RW1W2 merupakan resultante dari gaya W1, dan W2. Panjang
vektor gaya RW1W2 = 40 mm
RW1W2 = 40/20*10 kN = 20 kN
Bagaiman jika beban W1 dan W2 tidak
mempunyai berat yang sama. Bagaimana
cara menentukan posisi dari garis kerja
resultante kedua gaya tersebut dengan cara
analitis dan grafis ?
Pada kedua ujung balok
bekerja beban W1 = 10 kN
dan W2 = 20 kN

Jarak beban ke as tumpuan a1
= a2 = 300 cm

RW = W1 + W2 = 30 kN
M1 = 30 kN m
M2 = 60 kN m
Karena M1 < M2 maka akan
terjadi ketidak-seimbangan
gaya yang bekerja pada
benda.
Benda akan berputar searah
perputaran jarum jam

Jika posisi tumpuan
dipindahkan ke kanan
sejarak 1 m, maka :
Pada kedua ujung balok
bekerja beban W1 = 10
kN, W2 = 20 kN

Jarak beban ke as
tumpuan
a1 = 4 m
a2 = 2 m

RW = W1 + W2
M1 = 40 kN m
M2 = 40 kN m
M1 = M2
MR = 0
Akibat adanya momen
MR = 0 kN m, maka
benda seimbang.
Keseimbangan benda
akan terjadi jika garis
kerja RW berimpit
dengan garis kerja
resultante gaya W1 +
W2.
Untuk mencari posisi R dapat
dilakukan dengan menggeser posisi
tumpuan sedemikian rupa sehingga
M pada balok = 0
Cara penyelesaian secara Analitis:
Jika jarak garis kerja beban W1 ke garis kerja gaya R = X
Jarak garis kerja beban W2 ke garis kerja gaya R = (600 X)
Posisi garis kerja R harus sedemikian rupa sehingga M1 = M2
M1 = W1 * a1 = W1 * X
M2 = W2 * a2 = W2 * (600 X)
M1 = M2
W1 * X = W2 * (600 X)
10 * X = 20 * (600 X)
30 X = 12000
X = 400 cm
Untuk menentukan posisi dari garis kerja R juga dapat dilakukan
dengan cara lain yaitu dengan menghitung momen pada titik 1
Posisi garis kerja R harus sedemikian rupa sehingga MRW = M2
MRW = RW * X = R * X
M2 = W2 * 600
MRW = M2
RW * X = W2 * 600
30 * X = 20 * 600
30 X = 12000
X = 400 cm
Cara penyelesaian secara Analitis:
Dengan cara yang sama posisi dari garis kerja R juga dapat
dilakukan dengan cara lain yaitu dengan menghitung momen
pada titik 2
Posisi garis kerja R harus sedemikian rupa sehingga MRW = M1
MRW = RW * (600-X) = R * (600-X)
M1 = W1 * 600
MRW = M1
R * (600-X) = W1 * 600
30 * (600-X) = 10 * 600
30 X = 18000 6000 = 12000
X = 400 cm
Cara penyelesaian secara Analitis:
Buat gaya bantu H sebarang (mis 12.75
kN) pada dua titik 1 dan 2 dengan arah
saling berlawanan. Pada titik 1 arah
gaya H kekanan dan pada titik 2 arah
gaya H kekiri
Pemberian dua gaya H yang saling
berlawanan dengan garis kerja yang
sama pada titik 1 dan 2 tidak merubah
kondisi awal karena kedua gaya ini akan
saling menghilangkan.
RW1W2 merupakan resultante dari gaya W1 dan W2.
Panjang vektor gaya RW1W2 = 60 mm
RW1W2 = 60/20*10 kN = 30 kN
Buat resultante gaya W1 dan H (RW1H) di titik 1.
Buat resultante gaya W2 dan H (RW2H) di titik 2.
Kedua garis kerja gaya RW1H dan RW2H
berpotongan pada titik TW1W2.
Melalui titik TW1W2 buat resultante gaya RW1H
dan RW2H menjadi RW1W2. Garis kerja
RW1W2 akan memotong garis kerja H di titik K.
Titik K mempunyai jarak 400 cm dari titik 1 dan
200 cm dari titik 2
Cara penyelesaian secara Grafis:
RW1W2 merupakan resultante dari gaya W1 dan W2.
Panjang vektor gaya RW1W2 = 60 mm
RW1W2 = 60/20*10 kN = 30 kN
Cara penyelesaian secara Grafis:
Melalui titik TW1W2 buat resultante gaya RW1H
dan RW2H menjadi RW1W2. Garis kerja
RW1W2 akan memotong garis kerja H di titik K.
Titik K mempunyai jarak 400 cm dari titik 1 dan
200 cm dari titik 2
Buat resultante gaya W1 dan H (RW1H) di titik 1.
Buat resultante gaya W2 dan H (RW2H) di titik 2.
Kedua garis kerja gaya RW1H dan RW2H
berpotongan pada titik TW1W2.
Cara yang sama juga dapat dilakukan
dengan membuat gaya bantu H sebarang
(mis 12.75 kN) pada titik 1 arah gaya H
kekiri sedangkan pada titik 2 arah gaya H
kekanan.
Cara penyelesaian secara Grafis:
Cara penyelesaian secara Grafis:
Bagaimana jika ada 3 gaya sejajar : Cara penyelesaian secara Grafis:
Buat gaya bantu H1 sebarang (mis
12.75 kN) pada dua titik 1 dan 2 dengan
arah saling berlawanan. Pada titik 1 arah
gaya H1 kekiri dan pada titik 2 arah gaya
H1 kekanan
Buat resultante gaya W1 dan H1 (RW1H1) di titik 1.
Buat resultante gaya W2 dan H1 (RW2H1) di titik 2.
Kedua garis kerja gaya RW1H1 dan RW2H1
berpotongan pada titik TW1W2.
Melalui titik TW1W2 buat resultante gaya RW1H1
dan RW2H1 menjadi RW1W2. Garis kerja
RW1W2 akan memotong garis kerja H di titik K.
Titik K mempunyai jarak 400 cm dari titik 1 dan
200 cm dari titik 2
Cara penyelesaian secara Grafis:
Buat gaya bantu H2 sebarang (mis
12.75 kN) pada dua titik 3 dan K dengan
arah saling berlawanan. Pada titik 3 arah
gaya H2 kekiri dan pada titik K arah
gaya H2 kekanan
Buat resultante gaya W3 dan H2 (RW3H2) di titik 3.
Buat resultante gaya RW1W2 dan H2 (RW1W2H2) di titik K.
Kedua garis kerja gaya RW3H2 dan RW1W2H2
berpotongan pada titik TW1W2W3.
Melalui titik TW1W2W3 buat resultante gaya RW3H2
dan RW1W2H2 menjadi RW1W2W3. Garis kerja
RW1W2W3 akan memotong garis kerja H di titik L.
Titik K mempunyai jarak 311.25 cm dari titik 1 dan
288.75 cm dari titik 2
RW1W2W3 merupakan resultante dari gaya W1, W2 dan W3.
Panjang vektor gaya RW1W2W3 = 100 mm
RW1W2 = 100/20*10 kN = 50 kN
Mencari resultante
gaya-gaya sejajar
dengan menggunakan
diagram kutub.
W1 = 10 kN
W2 = 20 kN
20.00
Skala 20 mm = 10 kN
600
1
2
Teknik mencari resultante dua
gaya sejajar dengan diagram
kutub
W1
W2
600
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

W
1
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

W
2
W1
W2
1'
2'
3'
0'
A
I
II
T12
400 200
/
/

0
'
1
'
/
/
0
'2
'
/
/

0
'
3
'
K
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

R
R
Melalui titik A (sebarang) tarik
garis // 0'1' hingga memotong garis
kerja gaya P1 di titik I.
Melalui titi I tarik garis // 0'2'
hingga memotong garis kerja gaya
P2 di titik II.
Melalui titik II tarik garis // 0'3'
hingga memotong sambungan dari
garis AI (// 0'1') dititik T12.
Melalui titik T12 tarik garis // 1'3'
dan memotong garis penghubung
titik 1 dan 2 di titik K. Garis yang
melalui titik T12 dan K merupakan
garis kerja Gaya R.
Mencari resultante
gaya-gaya sejajar
dengan
menggunakan
diagram kutub.
Susun gaya-gaya W1 dan W2 secara
berurutan. Tentukan titik sebarang 0'.
Hubungkan titik 0 dan 1'. Hubungkan titik
0'dan 2'. Hubungkan titik 0'dan 3'. Cara ini
dikenal dengan Lukisan Kutub Gaya dengan
titik 0' disebut titik kutub
Dikethui dua gaya sejajar
W1 dan W2 masing-masing
10 kN dan 20 kN dengan
jarak 600 mm
Diagram
Kutub
Jika segitiga 0'1'2' dianggap
sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W1, P1'0'
dan P2'0', maka gaya P1'0' dan
P2'0' merupakan uraian gaya W1.
Jika segitiga 0'2'3' dianggap
sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W2, P2'0'
dan P3'0', maka gaya P2'0' dan
P3'0' merupakan uraian gaya W2.
Gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'1'2' mempunyai besar yang
sama dengan gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'2'3'. Kedua
gaya tersebut mempunyai arah yang saling berlawanan
sehingga bisa saling menghilangkan.
Karena kedua gaya tersebut saling menghilangkan maka
tinggal menyisakan gaya-gaya W1, W2, P1'0' dan gaya P3'0'.
Jika gaya W1 dan W2 diketahui, maka kita dapat
menguraikan resultante gaya (W1 + W2) menjadi gaya-gaya
P1'0' dan P3'0'.
Atau sebaliknya jika dua gaya P1'0' dan P3'0' diketahui
besar dan arah dan garis kerjanya, maka kita dapat mencari
resultante dari gaya (W1 + W2).
Posisi
resultante
dapat dicari
dengan
bantuan
diagram
kutub
W1 + W2 = R
Segitiga gaya yang tersusun dari gaya-gaya W1, W2, P1'0'
dan P3'0' sama dengan segitiga gaya yang tersusun dari R,
P1'0' dan P2'0'.
Jadi jika gaya P1'0' dan P3'0' diketahui besar, arah dan garis
kerjanya, maka kita dapat menentukan besar, arah dan letak
garis kerja dari gaya R yang merupakan resultante dari gaya
W1 dan W2
Jadi R juga merupakan resultante dari gaya P1'0' dan P3'0'.
Mengapa kita dapat
menggunakan pendekatan
diagram kutub untuk mencari
resultante gaya-gaya yang
sejajar ? (dapat pula digunakan
untuk gaya-gaya yang tidak
sejajar)
Jika kita perhatikan titik I dan II
Pada titik I bertemu tiga garis yaitu Garis I-T12, I-II dan garis
kerja gaya W1.
Pada titik II bertemu tiga garis yaitu Garis I-II, T12-II dan garis
kerja gaya W2.
Pada segitiga gaya W1, P10,P20 (segitiga o12) gaya W1
diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20.
Pada titik I juga dapat disusun tiga gaya W1, P10 dan P20. gaya
W1 diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20.
Pada segitiga gaya W2, P20,P30 (segitiga o12) gaya W2
diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30.
Pada titik II juga dapat disusun tiga gaya W2, P20 dan P30. gaya
W2 diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30.
Gaya P20 dan P30 bekerja pada garis kerja gaya yang sama yaitu
garis I-II dan panjang vektor kedua gaya tersebut sama dengan
arah berlawanan, sehingga kedua gaya tersebut bisa saling
menghilangkan.
Gaya W1 dan W2 dapat diuraikan menjadi dua gaya P10 dan
P30. Garis kerja kedua gaya tersebut bertemu pada titik T12.
Jika dilihat terhadap konsep resultante dua gaya, maka gaya (W1
+ W2) merupakan resultante dari gaya P10 dan P30.
R = W1 + W2
Jadi dengan menggunakan
bantuan diagram kutub kita
dapat menentukan besar dan
titik tangkap resultante dua
gaya yang bekerja sejajar.
Jadi dengan menggunakan
bantuan diagram kutub kita
dapat menentukan besar dan
titik tangkap resultante dua
gaya yang bekerja sejajar.
Catatan :
dengan diagram
kutub juga dapat
dicari resultante
gaya-gaya yang
bekerja tidak sejajar.
Bagaimana caranya?
Menentukan resultante tiga
gaya sejajar dengan
menggunakan diagram kutub
gaya
1. Susun gaya-gaya W1, W2 dan W3 dan beri
nama titik awal gaya 1, 2, 3 dan 4
2. Tentukan titik pole 0 dan hubungkan
dengan titik 1, 2, 3 dan 4 membentuk
diagram kutub
Diagram
Kutub
(1)
(2)
3. Tarik garis sembarang //10 dan akan
memotong garis kerja W1 di titik I.
4. Melalui titik I tarik garis // 20 dan memotong
garis kerja W2 di titik II
5. Melalui titik II tarik garis // 30 dan akan
memotong garis kerja W3 di titik III
6. Melalui titik III tarik garis // 40 dan akan
berpotongan dengan garis //01 ditik T123
Diagram
Kutub
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
7. Melalui titik T123 tarik garis // garis 14 yang
merupakan garis kerja gaya R dan akan
memotong haris horizontal di titik A.
8. Titik A merupakan letak titik yang akan dilewati
garis kerja resultante R.
9. Ukurkan panjang vektor gaya R melalui A.
Diagram
Kutub
(1)
(2)
(3)
(4) (5)
(6)
Pengontrolan keseimbangan
gaya-gaya dengan
menggunakan segitiga gaya
Mencari resultante gaya-gaya sejajar
dapat dilakukan dengan urutan yang
berbeda.
Perhatikan cara penentuan urutan
penarikan garis dengan urutan /
susunan gaya yang berbeda.
Latihan : tentukan resultante gaya-
gaya yang sama di depan (3 gaya)
dengan urutan susunan diagram
kutub adalah W3-W1-W2.
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
Jika diketahui gaya P1 bekerja
pada garis (b) dengan panjang
vektor gaya (misal panjang vektor
60 mm = 6 kN) akan diuraikan
menjadi dua gaya yang garis
kerjanya menurut garis (a) dan
garis (c). Pada contoh ini posisi
kedua garis (a) dan garis (c)
berjarak 40 cm dan 60 cm
terhadap garis (b). P1, garis (a),
garis (b) dan garis (c) dikethui.
Gaya P1 akan diuraikan menjadi
gaya-gaya P2 yang bekerja pada
garis (a) dan gaya P3 yang bekerja
pada garis (c).
Teknik menguraikan satu gaya menjadi
dua gaya sejajar dengan menggunakan
diagram kutub
P1
6
0
.
0
0
40.00
Skala 40 mm = 4 kN
G
a
r
i
s

k
e
r
j
a

P
1
1'
2'
P1
0'
G
a
r
i
s

(
a
)
G
a
r
i
s

(
c
)
40.00 60.00
1
/
/

0
'1
'
2
// 0
'2
'
3
// 13 3'
P2
P3
3
6
.
1
2
2
3
.
8
8
P2
P3
Panjang vektor gaya
13 merupakan besar
gaya P2
Panjang vektor gaya
32 merupakan besar
gaya P3
Garis (b)
merupakan
garis kerja gaya
P1
Untuk mencari besarnya gaya P2 dan
P3, pertama-tama dibuat diagram
kutub gaya 012.
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
1. Melalui titik 1 sebarang di garis (a) tarik garis sejajar dengan 10. Garis ini
akan memotong garis (b) di titik 2.
2. Melalui titik 2 tarik garis sejajar 20 yang memotong garis ( c ) di titik 3.
3. Hubungkan titik 1 dan 3.
4. Melalui titik 0 pada diagram kutub tarik garis sejajar 13. Garis ini akan
memotong garis 12 di titik 3.
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
Cara grafis ini merupakan kebalikan dengan mencari resultante
dua gaya sejajar.
Menurut cara uraian gaya
sebagaimana diterangkan di depan,
maka vektor gaya 13 ekivalen
dengan gaya P2 dan vektor gaya 32
ekivalen dengan gaya P3.
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
Dengan cara analitis maka dapat dicari besarnya gaya P2 dan P3.
Kedua gaya tersebut dimomenkan ke titik B.
M2 = P2 * a1
M3 = P3 * a2 = (P1 P2) * a2
P2 * a1 = (P1 P2) * a2
P2 = (a2/(a1+a2) )* P1
P3 = (a1/(a1+a2)) * P1
Secara grafis :
Besarnya gaya P2 = panjang vektor h1
Besarnya gaya P1 = panjang vektor h2
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
Contoh :
Dengan cara grafis diperoleh
panjang P2 = 36.12 mm = 3.612 kN.
Panjang P2 = 23.88 mm = 2.388 kN
Dengan cara analitis :
P2 = 60/(60+40) * 6 kN = 3.6 kN
P3 = 40/(60+40)* 6 kN = 2.4 kN.
P1 = 6 kN bekerja pada garis (a) akan
diuraikan menjadi dua gaya P2 dan P3
yang bekerja pada garis (a) dan garis ( c)
yang berjarak 40 cm dan 60 cm dari
garis (b).
Catatan : semua ukuran panjang
pada pengukuran dilakukan oleh
komputer. Jika menggunakan
penggaris maka perlu
memperhatikan skala terkecil dari
penggaris.
Pada beberapa contoh tentang uraian satu
gaya menjadi dua gaya yang bekerja sejajar
dilakukan pada gaya-gaya dengan arah
vertikal. Cara ini juga dapat dilakukan untuk
gaya-gaya yang bekerja dengan arah miring
atau membentuk sudut tertentu terhadap garis
horizontal.
P = 70 mm = 70/20 * 2 kN = 7 kN
Pa = 41.93 mm = 41.93 / 20 * 2 kN = 4.193 kN
Pb = 28.09 mm = 28.09/20 * 2 kN = 2.809 kN
Secara Grafis:
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
Untuk mencari uraian gaya P menjadi dua gaya Pa dan
Pb secara analitis, maka momen Ma dan Mb dihitung
sebagai berikut :
Ma = Pa * 60 cos 26.5
o
Mb = Pb * 90 cos 26.5
o
Ma = Mb
Pa * 60 cos 26.5
o
=

Pb * 90 cos 26.5
o
Pa = 90/60 * Pb
Pa = 90/60 * (P Pa)
150/60 Pa = 90/60 P
Pa = 90/150 P
Pb = 60/90 * 90/150 Pa = 60/150 P
Pa = 90/150 P = 4.2 kN
Pb = 60/150 P = 2.8 kN
Secara Analitis:
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
Jika kita melihat kembali konsep resultante dari
beberapa gaya baik yang bekerja konkuren
maupun sejajar, maka gaya resultante
merupakan satu gaya fiktif yang menggantikan
bekerjanya beberapa gaya pada satu benda yang
sama. Jika konsep ini kita aplikasikan pada
persoalan mencari uraian beberapa gaya
menjadi dua gaya, maka gaya-gaya yang akan
diuraikan pertama-tama harus dicari
resultantenya. Gaya resultante dari beberapa
gaya kemudian diuraikan menjadi dua gaya yang
garis kerjanya telah diketahui.
Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya
dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertama-
tama dibuat diagram kutub untuk mencari resultante R yang
merupakan resultante dari gaya P1 dan P2. Diagram kutub
oabc digunakan untuk mencari resultante R.
Dengan menggunakan gaya resultante R kemudian dibuat
diagram kutub 01'2'. Diagram kutub 0'1'2' digunakan untuk
mencari gaya Pa dan Pb
Secara Grafis:
Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya
dengan garis kerja menurut garis a dan garis b dibuat
diagram kutub 0'1'2'3'.
Melalui titik 1 (sebarang) pada garis a tarik garis //0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 dibuat
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 ditarik garis // 0'3' yang memotong garis b di
titik 4.
Hubungkan titik 1 dan 4.
Melalui titik 0' tarik garis //14 yang memotong garis 1'3' di
titik 4'.
Komponen garis 1'4' merupakan komponen vektor gaya Pa
dan garis 4'3' merupakan komponen vektor gaya Pb.
Panjang Pa = 57 mm = 5.7 kN
Panjang Pb = 33 mm = 3.3. kN
Secara Grafis (cara lain) :
Secara Analitis:
Untuk mencari besarnya uraian gaya P1 dan
P2 ke titik A dan B maka dilakukan cara
superposisi (penjumlahan) dari uraian akibat
gaya P1 dan akibat P2 masing-masing
terhadap titik A dan B (Lihat materi kuliah
5).
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1

Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2

Pa = 75/100 * 6 + 40/100 * 3 = 5.7 kN
Pb = 25/100 * 6 + 60/100 * 3 = 3.3 kN

Pa = 5.7 kN
Pb = 3.3 kN
Secara Grafis:
Untuk mencari uraian gaya P1, P2 dan P3 menjadi dua gaya
dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertama-
tama dibuat diagram kutub 0'1'2'3'4'
Melalui titik 1 sebarang pada garis a tarik garis // 0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 tarik
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 tarik garis // 0'3' yang memotong garis kerja
gaya P3 di titik 4. Melalui titik 4 tarik garis // 0'4' yang
memotong garis b di titik 5. Hubungkan titik 1 dan 5. Pada
diagram kutub, melalui titik 0' tarik garis // 15. Garis ini akan
memotong garis 1'2'3'4' di titik 5'.
Komponen garis 1'5' merupakan vektor gaya Pa dan
komponen garis 5'4' merupakan vektor gaya Pb.
Pa = 74 mm = 7.4 kN
Pb = 66 mm = 6.6 kN
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1

Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2

Akibat P3:
Pa = 25/100 * P3
Pb = 75/100 * P3

Pa = 75/100 * 6 + 55/100 * 3 + 25/100 * 5 =
7.4 kN
Pb = 25/100 * 6 + 45/100 * 3 + 75/100 * 5 =
6.6 kN

Pa = 7.4 kN
Pb = 6.6 kN
Secara Analitis:
Pada kuliah ini sudah dibahas konsep uraian satu gaya
menjadi dua gaya yang memiliki garis kerja yang
sejajar. Dasar analisis yang digunakan pada uraian satu
gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar
mengilhami analisa penting pada rekayasa struktur
yaitu perhitungan reaksi tumpuan pada struktur.
Sebagaimana halnya pada analisa gaya (resultante,
uraian dan keseimbangan gaya) maka perhitungan
reaksi tumpuan pada struktur dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu cara analitis dan cara grafis.
Secara umum perhitungan reaksi tumpuan pada
struktur selalu akan menggunakan analisa resultante
gaya, uraian gaya dan keseimbangan gaya.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Untuk menghitung reaksi
tumpuan pada balok
yang ditumpu di dua
tumpuan, maka perlu
dihitung distribusi beban
P pada posisi as
tumpuan. Perhitungan
distribusi beban ini
dilakukan dengan prinsip
uraian satu beban
menjadi dua beban yang
bekerja sejajar.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Jika P1 dan P2 adalah
distribusi beban P pada
kedua as tumpuan, maka
reaksi RB1 dan RB2
dihitung dengan konsep
keseimbangan dua gaya
pada garis kerja yang
sama.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Menurut cara grafis
RB1 = P1 = 56 mm =
56/80 * 10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 24 mm =
24/80 * 10 kN = 3 kN.
Menurut cara analitis
RB1 = P1 = 140/200 *
10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 60/200 * 10
kN = 3 kN = 3 kN.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan akibat gaya P akan
menimbulkan reaksi tumpuan
RB1 dan RB2. Atau secara
umum pada balok sekarang
bekerja 3 gaya yaitu P, RB1 dan
RB2. Ketiga gaya tersebut
harus bekerja secara seimbang
agar struktur tetap seimbang
atau ketiga gaya tersebut harus
memenuhi persamaan
keseimbangan yaitu
V=0, H=0 dan M=0
Jika kita melihat kembali keseimbangan pada balok di atas, maka :
Berdasarkan V=0, maka akan menghasilkan persamaan RB1 + RB2 = P
Berdasarkan H=0, karena tidak ada gaya horizontal, maka H=0
Berdasarkan M=0, maka
MRB1 = MRB2 atau
RB1 * 60 = RB2 * 140
RB1 = 140/60 * RB2
RB1 = 140/60 * (P-RB1)
RB1 (1 + 140/60) = 140/60 * P
RB1 * 200/60 = 140/60 * P
RB1 = 140/200 * P

RB1 = 140/200 * P
RB2 = 60/200 * P
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Pada perhitungan reaksi
perletakan RB1 dan RB2
dengan cara analitis di
depan digunakan
keseimbangan momen di
posisi beban P.
Perhitungan reaksi
perletakan juga dapat
dilakukan dengan cara
yang sama tetapi
menggunakan
keseimbangan momen di
titik tumpuan kiri dan
kanan.
Menurut cara analitis
SM1 = 0 MP MRB2 = 0
10 * 60 RB2 * 200 = 0
RB2 = 60/200 * 10 kN = 3 kN.
Menurut cara analitis
SV = 0 RB1 + RB2= P
RB1 = P RB2 = 10 3 = 7 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Menurut cara analitis
SM2 = 0 MP MRB1 = 0
10 * 140 RB1 * 200 = 0
RB1 = 140/200 * 10 kN = 7 kN.
Menurut cara analitis
SV = 0 RB1 + RB2= P
RB2 = P RB2 = 10 7 = 3 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Dari uraian keseimbangan gaya
sebagaimana telah di sampaikan
di depan maka M = 0 harus
berlaku untuk sebarang titik di
balok.
Jika dicari keseimbangan pada
titik kiri dari balok (titik A)
diperoleh
MP - MRB2 = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat
dituliskan
MA = MP MRB2 = 0
P * a RB2 * L = 0
RB2 = P*a/L
Jadi dengan menggunakan
rumus
MA = 0
Dapat dicari reaksi RB2
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Dengan cara yang sama :
Jika dicari keseimbangan pada
titik kanan dari balok (titik B)
diperoleh
MRB1 - MP = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat
dituliskan
MB = MRB1 MP = 0
RB1 * L P * b = 0
RB1 = P*b/L
Jadi dengan menggunakan
rumus
MB = 0
Dapat dicari reaksi RB1
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
RA = 52 mm = 52/40 * 10 kN = 13 kN
RB = 48 mm = 48/40 * 10 kN = 12 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN
SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10 * 140 + 15 * 80)/200 = 13 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN
SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN
Tugas 1 Statika:
Soal No 1 :
Sebuah benda dengan bentuk bujur
sangkar menderita 4 gaya P1, P2, P3
dan P4. Titik tangkap masing-masing
gaya dapat dilihat pada gambar di
samping.
P3 = .. kN
= ..
o
Tentukan :
1.Besar dan arah dari resultante gaya-
gaya pada benda dengan
menggunakan poligon gaya
2.Besar , arah dan garis kerja
resultante gaya-gaya pada benda
dengan menggunakan segitiga gaya
secara grafis
X
Y
P1 = 4 kN
P3
P
4

=

3

k
N

(80,80)
(-80,80)
(-80,-80)
(80,-80)
P2 = 5 kN
45.0
Tugas 1 Statika :
Soal No 2 :
Diketahui 4 (empat) gaya dengan arah vertikal dan posisi seperti terlihat pada gambar di
atas.
P3 = .. kN

Tentukan :
Besar, arah dan letak garis kerja resultante gaya-gaya dengan menggunakan cara
analitis dan grafis
P1 = 4 kN
P2 = 6 kN
P3
P4 = 5 kN
80 cm 100 cm 100 cm
Tugas 1 Statika :
Soal No 3 :
Diketahui 4 (empat) gaya dengan arah dan posisi seperti terlihat pada gambar di atas.
P3 = .. kN; a = cm

Uraikan keempat gaya-gaya tersebut di atas sesuai dengan garis kerja (a) dan garis
kerja (b) secara analitis dan grafis
P
2

=

6

k
N
P
1

=

6

k
N
60.00 60.00
P
3

P
4

=

8

k
N
G
a
r
i
s

k
e
r
j
a

(
a
)
G
a
r
i
s

k
e
r
j
a

(
b
)
300.00
60.00
a
Tugas 1 Statika :
Soal No 4 :
Diketahui balok di atas dua tumpuan menderita 3 (tiga) beban terpusat vertikal P1, P2,
P3 sebagaimana terlihat pada gambar.
P1 = .. kN; a1 = .. m
P2 = .. kN; a2 = .. m
P3 = .. kN; a3 = .. m
L = . m
Hitung reaksi perletakan RA dan RB dengan cara analitis dan grafis.
L
P1
a1
a3
RA
RB
a2
P2
A B
P3
Tugas 1 Statika:
Tugas dikumpulkan kepada masing-masing asisten paling lambat 2
(dua) minggu setelah tanggal pemberian soal.
Tugas diberikan pada :

Nama : ..

NIM : .

Tanggal : .

Tanda Tangan Assisten :

Anda mungkin juga menyukai