Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 1
BAB III
RENCANA DETAIL TATA
RUANG KOTA BWK I (PUSAT
KOTA BATU)
3.1. Rencana Struktur Ruang BWK I
truktur ruang dalam kaidah keplanologian adalah suatu
sistemhirarki berjenjang yang mewadahi kegiatan kota baik
itu secara spatial maupun non spatial. Pembentukan
struktur ruang ini memerlukan beberapa preparat ukur
antara lain yaitu ; kependudukan, kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas.
Berdasarkan hal tersebut maka dihasilkan wilayah yang dijadikan pusat orientasi
pergerakan dengan skala luas dan wilayah di bawahnya yang merupakan
wilayah pengaruh. Struktur ruang yang ada di BWK I adalah sebagai berikut ;
3.1.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan BWK
Berdasarkan kondisi eksisting, pusat pelayanan yang sudah terbentuk di
wilayah perencanaan terdapat di sekitar Alun alun dengan konsentrasi di sepanjang
koridor J alan Diponegoro, Gajah Mada, dan Panglima Sudirman dengan adanya
S
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 2
kegiatan perkotaan skala kota yang mengelompok di sekitar koridor jalan tersebut.
Pengembangan lebih lanjut pusat pelayanan yang ada saat ini dipertahankan dengan
pengembangan pada kegiatan perkotan yang melengkapi dari yang ada.
Menyesuaikan dengan konsep pengembangan yang menggunakan konsep
multiple nucklei maka untuk wilayah yang lain akan diarahkan sebagai Unit Lingkungan
yang juga memiliki pusat. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai struktur pusat
pelayanan BWK I adalah sebagai berikut ;
1. Kelurahan Sisir Unit Lingkungan I dengan Pusat di Krajan
2. Kelurahan Temas Unit Lingkungan II dengan Pusat Genengan
3. Kelurahan Songgokerto Unit Lingkungan III dengan Pusat di Songgoriti
4. Kelurahan Ngaglik Unit Lingkungan IV dengan Pusat di Ngalik Utara dan Selatan
5. Desa Pesanggrahan Unit Lingkungan V Pusat di Srebet
6. Desa Oro-oro Ombo Unit Lingkungan VI Pusat di Oro Oro Ombo
Untuk lebih mengefesienkan struktur pelayanan dan juga dalam proyeksi
kebutuhan nantinya, maka pusat Unit Lingkungan yang berdekatan dengan pusat
kota/BWK peletakkannya diintegrasikan ke dalampusat BWK tersebut. Adapun pusat
yang dimaksud adalah pusat Unit Lingkungan I dan Unit Lingkungan IV. Hal ini
dimungkinkan karena wilayah Krajan (UL I) dan Ngaglik Utara serta Selatan (UL IV)
masih merupakan pusat BWK/kota. Tujuan dari arahan struktur pusat pelayanana ini ;
Untuk lebih mengintegralkan wilayah BWK I ke dalamkesatuan ruang yang memilki
efesiensi pergerakan baik itu barang maupun manusia sehingga diharapkan
akan relatif mampu untuk meminimalisasi konflik lalu-lintas.
Memberikan arahan pengembangan kota yang disesuaikan dengan
kemampuan daya dukungnya. Sehingga diharapkan akan relatif mampu
untuk memberikan keseimbangan ekologis
Relatif akan lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih merata, karena
pusat pusat pelayanan telah terdistribusikan sampai pada unit yang tekecil.
Masyarakat akan lebih dapat mengakses dengan lebih mudah terhadap
fasiltias yang ada pada pusat pelayanan tersebut.
Dapat menjadi embrio bagi perkembangan wilayah tersebut baik dari segi
spatial maupun dari segi non spatial.
Mengurangi beban pusat kota sebagai pusat pelayanan skala kota, karena
ada beberapa fungsi pelayanan yang telah ada pada tingkat lingkungan.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan struktur pelayanan dapat dilihat pada
skema berikut dan peta 3.1.
Skema Struktur Pusat Pelayanan BWK I (Pusat Kota Batu)
Keterangan ;
I. Pusat BWK , Pusat Kota, dan pusat unit lingkugan I Krajan, Unit Lingkungan IV
Ngalik Utara dan Selatan
II. Pusat Unit Lingkungan II Genengan
III. Pusat Unit Lingkungan III Songgoriti
V. Pusat Unit Lingkungan V Srebet
VI. Pusat Unit Lingkungan VI Oro Oro Ombo
Adapun luasan dari masing masing desa dan kelurahan tersebut adalah
sebagai berikut ;
I
II
VI
V
III
Ke Desa Beji
Ke Desa Beji
Ke Desa Sidomulyo
Ke Desa Sumberejo
Ke Pujon
I
IV
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 3
Peta 3.1. rencana struktur ruang
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 4
TABEL 3.1.
LUAS DESA DAN KELURAHAN DI BWK I
1 UL I (Kelurahan Sisir) 263.40
2 UL II (Kelurahan Temas) 461.05
3 UL III (Kelurahan Songgolerto) 566.86
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 320.27
5 UL V (Desa Pesangrahan) 699.40
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1691.63
4002.61 Total
No. BWK/UL
LUAS
(Ha)
Sumber ; RTRW Kota Batu
3.1.2. Rencana Struktur Kegiatan Fungsional
Sebagai suatu pusat kota maka akan terjadi bayak konsentrasi atau
aglomerasi kegiatan di dalamnya. Kegiatan ini jika tidak diberi arahan yang
sistematis akan berpotensial menimbulkan inefesiensi keruangan. Dampak
berikutnya lagi akan dapat menurunkan tingkat kemampuan pelayanan dari
pusat kota.
Salah satu solusi yang ditawarkan disini adalah memberikan suatu
arahan sistematis agar struktur fungsional kota dapat berjalan dengan baik
sampai pada Unit Lingkungan. Arahan struktur kegiatan fungsional ini
diupayakan untuk dapat terdistribusikan secara berjenjang disesuaikan dengan
skala pelayanannya.
Adapun arahan terhadap rencana struktur kegiatan fungsional di
wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai berikut ;
F 1 (Fungsi Primer )
F 1.1. Pariwisata
F 1.2. Perdagangan dan J asa
F 1.3. Pendidikan
F 1.4. Kesehatan
F 1.5. Perkantoran
F 2 (Fungsi Sekunder )
F 2.1. Perdagangan dan J asa
F 2.2. Pendidikan
F 2.3. Kesehatan
F 2.4. Permukiman
F 2.5. Transportasi
Pembagian menjadi dua fungsi pokok ini dimaksudkan agar terjadi
pengkhususan fungsi dalam lingkup skala pelayanan yaitu skala kota / BWK dan
skala pelayanan Unit Lingkungan. Aktualisasinya akan teraplikasikan pada
arahan pengembangan fasilitas kegiatan fungsional yang tentunya akan terjadi
pembedaan antara fasilitas skala pelayanan kota / BWK dengan fasilitas skala
unit llingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan pengembangan kegiatan
fungsional dapat dilihat pada peta 4.2 berikut.
Berdasarkan kegiatan dan pembagian Unit Lingkungan yang ada di BWK I
Pusat Kota Batu maka arahan kegiatan fungsional masing masing Unit
Lingkungan dijabarkan dalam dua kegiatan utama, yaitu :
Kegiatan Primer, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan
pelayanan kota dan regional dengan didukung potensi, daya dukung
lahan, sosial budaya dan sistem jaringan jalan yang ada maupun yang
akan dikembangkan.
Kegiatan Sekunder, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan
pelayanan terbatas pada penduduk yang ada di kota maupun di Bagian
Wilayah Kota (BWK) dan Unit Lingkungan (BWK).
Dari dua dua jenis kegiatan tersebut, pusat-pusat pelayanan yang telah
ditetapkan dikembangkan kegiatan sebagai berikut :
Kegiatan Primer
Pasar Induk (F 1.2) arahan pada pasar induk ini berupa kegiatan
perdagangan dengan skala aktifitas tingkat grosir dan juga eceran
dengan jenis komoditi sembilan bahan pokok. Sentra pasar induk ini
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 5
dikembangkan dengan mempertahankan eksistensi pasar di J alan
Dewi Sartika.
Pusat Perdagangan dan J asa (Kawasan Komersial) (F 1.2) arahan
fungsi ini berupa pengembangan kawasan komersial dengan komoditi
jual berupa sandang, pangan dan papan, serta pelengkap.
Konsentrasi kegiatan ini di sepanjang ruas jalan Patimura,
Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman bagian bawah sebelum
fasilitas pendidikan Yayasan Sang Timur.
Obyek Wisata Rekreasi dan Pusat Pelayanan Usaha J asa Wisata
(F1.1) arahan fungsi ini berupa pengembangan kawasan wisata di
lokasi J atim Park, Agro Wisata, dan Songgoriti.
Fasilitas Umum dan Sosial skala Kota dan BWK (F 1.3, F 1.4, F 1.5)
arahan fungsi ini berupa pengembangan fasilitas umum yang
diperuntukkan bagi warga Kota Batu secara keseluruhan termasuk
wilayah BWK I. Konsentrasi fasilitas ini di J alan Panglima Sudirman,
Sultan Agung, Agus Salim, Samadi, Ikhwan Hadi, WR Supratman, dan
seterusnya.
Kegiatan Sekunder
Perdagangan dan J asa (F 2.1) arahan fungsi sekunder perdagangan
dan jasa berupa pengembangan fasilitas ini dengan konsentrasi skala
pelayanan hanya pada tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).
Fasilitas Umum dan Sosial (F 2.2, F 2.3) arahan fungsi ini berupa
pengembangan fasilitas antara lain berupa perkantoran permerintah
(keluruhan/desa), pendidikan (TK, SD), Kesehatan (Balai Pengobatan,
Praktek Dokter), dan fasilitas lain dengan skala pelayanan hanya pada
tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).
Sub Terminal (F2.5) arahan pengembanganya berupa pengembangan
sub terminal baru di Songgorit (J alan Arum Dalu) dan mengubah
status terminal Batu menjadi Sub Terminal Temas.
Permukiman Intensitas RendahTinggi (F2.4) arahan
pengembanganya berupa alokasi lahan bagi fasilitas ini di tiap unit
lingkungan.
Sedangkan untuk pusat pelayanan Unit Lingkungan dikembangkan kegiatan
sebagai berikut :
1. UL I (Kelurahan Sisir), pusat pelayanan di Krajan ditandai dengan
keberadaan Kantor Kelurahan, tempat ibadah, pendidikan, dan
perdagangan dan jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan I :
Perdagangan dan J asa Intensitas sedang-tinggi berada di
sepanjang koridor J alan Diponegoro, dan sebagian Gajah Mada.
Fasilitas Umum dan Sosial berada di Agus Salim, Sultan Agung,
Bromo, Semeru, Arjuno.
Permukiman Intensitas Tinggi berada di wilayah Meduran dan
Kaliputih.
Wisata dan Rekreasi di J atim Park, dan Alun - Alun
2. UL II (Kelurahan Temas), pusat pelayanan di Genengan ditandai dengan
keberadaan pasar Induk Batu di J alan Dewi Sartika, tempat peribadatan,
perkantoran, terminal, dan perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di
Unit Lingkungan II :
Pasar Induk berada di J alan Dewi Sartika
Perdagangan dan J asa intensitas sedang - tinggi berada di J alan
Patimura, Dewi Sartika, Imam Bonjol.
Fasilitas Umum dan Sosial berada di J alan Wukir, Dewi Sartika.
Sub Terminal berada di J alan Dewi Sartika.
Permukiman Intensitas Sedang -Tinggi di wilayah, Raya Oro Oro
Ombo, Gelonggong, Besul, Temas Barat, Genting.
3. UL III (Kelurahan Songgokerto), pusat pelayanan di Songgoriti ditandai
dengan keberadaan obyek wisata permandian, hotel, villa, pasar wisata,
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 6
tempat ibadah, dan pendidikan. Pengembangan kegiatan di Unit
Lingkungan III :
Wisata Songgoriti dan Pasar Wisata di J alan Songgoriti.
Pendaratan Paralayang Gunung Banyak.
Perdagangan dan J asa intensitas sedang di J alan Songgoriti, dan
Arum Dalu
Fasilitas Umum dan Sosial di J alan Arum Dalu, dan Songgoriti
Usaha J asa Wisata secara terbatas Intensitas sedang di J alan
Arum Dalu, dan J alan Songgoriti.
Sub Terminal di J alan Arum Dalu.
Permukiman dan Villa Intensitas sedang di J alan Arum Dalu, dan
J alan Songgoriti.
4. UL IV (Kelurahan Ngaglik), pusat pelayanan di Ngaglik Utara dan
Selatan ditandai dengan keberadaan fasilitas Kesehatan, Peribadatan,
Pendidikan, Perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di Unit
Lingkungan IV :
Perdagangan dan J asa intensitas sedang-tinggi di J alan Gajah
Mada, sebagian J alan Panglima Sudirman, Brantas.
Wisata Rekreasi di Agro Wisata.
Fasilitas Umum dan Sosial di J alan Panglima Sudirman, Ikhwan
Hadi.
Permukiman dengan intensitas sedang-tinggi di wilayah Ngalik
Utara, Ngalik Selatan, dan Ngemul.
5. UL V (Desa Pesanggrahan), pusat pelayanan di Srebet ditandai dengan
keberadaan Kantor Desa, tempat peribadatan, dan pendidikan.
Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan V :
Perdagangan dan J asa intensitas rendah sedang di Suropati,
Hasanuddin,
Usaha J asa Wisata Intensitas sedang di J alan Panglima Sudirman,
Hasanuddin, dan Indragiri.
Fasilitas Umum dan Sosial di J alan Suropati, Samadi,
Permukiman dan Villa dengan intensitas sedang di J alan Anggrek
dan Mawar.
6. UL VI (Desa Oro-oro Ombo), pusat pelayananan di Oro-oro Ombo di
tandai dengan keberadaan Kantor Desa, pendidikan, dan tempat
peribadatan. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan VI :
Perdagangan dan J asa intensitas rendah-sedang di J alan Oro
Oro Ombo Raya, dan Dresel, serta Gondorejo.
Obyek Wisata Coban Rais di Gunung Panderman
Fasilitas Umum dan Sosial di J alan Gondorejo, dan Oro Oro
Ombo raya sert Dresel.
Permukiman dan Villa dengan intensitas rendah sedang di J alan
Gondorejo, Dresel, dan Oro Oro Ombo Raya.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur kegiatan fungsional dapat
dilihat peta 3.2 berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 7
Peta 3.2 struktur kegiatan fungsional
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 8
3.2. Rencana Proyeksi dan Distri busi Penduduk
Perkembangan suatu kota salah satu indkatornya adalah terlihat dari
bertambahnya jumlah penduduk. J umlah penduduk di wilayah rencana sampai
tahun akhir perencanaan 2008 sejumlah 73.800 jiwa. Distribusi terbesar sampai
tahun 2008 teralokasikan di Unit Lingkungan Sisir sebesar 21.579 jiwa
sedangkan yang terkecil di Unit Lingkungan Songgokerto sejumlah 6.622 jiwa.
Untuk kepadatan yang tertinggi diarahkan di Unit Lingkungan Sisir
sejumlah 81 jiwa/ha, sedangkan yang terendah di arahkan pada Unit Lingkungan
Oro-oro Ombo sejumlah 5 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ;
TABEL 3.2.
JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI BWK I
TAHUN 2003 - 2008
2001 2003 2008 2003 2008
1 UL I (Kelurahan Sisir) 263.40 18,593 19,344 21,358 73.44 81.08
2 UL II (Kelurahan Temas) 461.05 12,493 12,998 14,351 28.19 31.13
3 UL III (Kelurahan Songgolerto) 566.86 5,765 5,998 6,622 10.58 11.68
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 320.27 10,285 10,701 11,814 33.41 36.89
5 UL V (Desa Pesangrahan) 699.40 10,197 10,609 11,713 15.17 16.75
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1691.63 6,914 7,193 7,942 4.25 4.69
4002.61 64,247 66,843 73,800 27.51 30.37
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Total
Kepadatan (Jiwa/Ha)
No. BWK/UL
LUAS
(Ha)
Sumber ; Hasil rencana
3.3. Rencana Penggunaan Lahan
3.3.1. Rencana Kawasan Lindung Non Budidaya
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan mempunyai fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa bagi
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Termasuk dalam fungsi kawasan
lindung adalah kawasan yang memberi perlindungan bagi kawasan bawahannya
(kawasan hutan lindung, kawasan resapan air); kawasan perlindungan setempat
(kawasan sekitar sumber mata air, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar
waduk atau danau, kawasan terbuka hijau); kawasan pelestarian alam dan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan tak terbangun dibagi dalam dua, yaitu kawasan lindung meliputi
kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya (hutan dan gunung);
Kawasan perlindungan setempat (sumber mata air dan kawasan sempadan
sungai); kawasan rawan bencana (banjir, longsor dan letusan gunung berapi,
kebakaran hutan); kawasan ilmu pengetahuan dan cagar budaya (nilai sejarah,
balai penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan) dan kawasan budidaya
tidak terbangun semak, sawah, tegalan, perkebunan, lahan kosong dan ruang
terbuka hijau.
Berdasarkan kriteria yang telah dianalisa pada pembahasan sebelumnya,
dan arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu maka kawasan lindung
di wilayah perencanaan BWK I adalah sebagai berikut ;
3.3.1.1. Kawasan Perlindungan Bawahannya
A. Kawasan Hutan Wisata
Kawasan hutan wisata merupakan fungsi hutan produksi atau hutan
lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat berupa olahraga,
penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan alam laiinya. Hutan
wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini digunakan untuk
pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan pegunungan.
Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian menuju ke
puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto, sebagai desa
terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa pesanggrahan, Desa
Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.
Taman wisata Songgoriti sebagai daerah peristirahatan dan area rekreasi
dimana daerah sekelilingnya sebelah Utara dan Barat merupakan kawasan
hutan produksi sehingga memiliki kawasan alam yang indah, sedangkan sebelah
Barat dan sekelilingnya merupakan kawasan pertanian hortikultura.
Kawasan Air terjun Coban Rais terletak di Desa Oro-Oro Ombo, termasuk
area hutan wisata dimana kondisi sekitarnnya dapat digunakan untuk penelitian,
olahraga dan camping. Kawasan ini sering digunakan untuk jogging dengan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 9
pemandangan hutan Pinus di sekitar area tersebut. Kesegeran dan nuansa
alami merupakan bagian dari ciri hutan wisata yang berfungsi sebagai daerah
penyangga kawasan sekitarnya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan
wisata alam.
Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu untuk kawasan Hutan Wisata di
wilayah perencanaan di arahkan wilayahnya pada Kawasan Wisata Gunung
Panderman.
Pemanfaatan kawasan hutan wisata pada saat ini merupakan fungsi hutan
produksi atau hutan lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat
berupa olahraga, penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan
alam lainya. Hutan wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini
digunakan untuk pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan
pegunungan. Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian
menuju ke puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto,
sebagai desa terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa
pesanggrahan, Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.
Permasalahan saat ini adalah penggunaan kawasan ini untuk budidaya
pertanian sayuran dan perladangan. Hal ini dapat membahayakan karena jenis
komoditi yang ditanam memiliki perakaran yang kurang kuat kuat sehingga pada
musim penghujan akan rawan terjadi erosi.
Arahan Pengendalian dari kondisi ini perlu dilakukan pendekatan yang
kontinu dan humanis mengingat petani yang menggarap lahan di kawasan ini
menjadikannya sebagai mata pencaharian pokok. Sistem kerja sama yang saling
menguntungkan antara petani, dan pemerintah dalam hal ini Perhutani, Dinas
Pertanian, dan Pemda Kota perlu dilakukan. Langkah strategis seperti
penerapan pola sistem tumpang sari antara tanama sayuran dengan tanaman
yang memiliki perakaran kuat dapat dijadikan alternatif termasuk juga
penerapan sistem bertani terasering yang relatif mampu memperlambat laju run
off air hujan dengan harapan tingkat erosi dapat ditekan. Pola ini diharapkan
akan merupakan solusi yang saling menguntungkan dimana petani mengarap
lahan tetapi pengawasan dan rehabilitasi lahan akan tetap berjalan seiring.
Pembukaan areal baru untuk lahan budi daya dilarang dan arel yang telah ada
diawasi dengan ketat. Pengawasan dan pengendalian ketat diberlakukan pada
kawasan ini bekerja sama dengan pihak Perhutani sebagai lembaga teknis dan
perangkat legalisasi Perda oleh Pemda Kota Batu.
B. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Hutan Lindung di wilayah berdasarkan kriteria diatas dan arahan
dari RTRW Kota Batu dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I
Pusat Kota Batu diarahkan pada wilayah ;
Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum Perhutani) yaitu
di kawasan Gunung Srandil, dan Gunung Panderman.
Kawasan hutan lindung terdapat di kawasan sekitar Gunung Panderman
dan Gunung Srandil dengan kemiringan lahan >40% dan ketinggian >2000 M.
Pemandangan di kawasan ini sangat indah karena dapat melihat Kota Batu
secara keselurahan dengan pemandangan yang indah pada malam hari.
Kawasan hutan lindung di Gunung Panderman termasuk Desa Pesanggrahan
dan Desa Oro-Oro Ombo. Fungsi dan kedudukan kawasan hutan lindung
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kedudukan BWK Pusat Kota Batu
karena sebagai daerah resapan, penyangga dan penyeimbang bahkan Kota
Batu secara keseluruhan.
Permasalahan sama seperti kawaan hutan wisata, yaitu pemanfaatan
kawasan untuk lahan budidaya pertanian berupa tegalan dengan komoditi
saryuran dan juga digunakan sebagai areal villa estate Panderman Hill.
Arahan pengendalian untuk kegiatan perladangan sama seperti pada
penanganan kawasan hutan wisata. Sedangkan untuk kawasan villa estate
Panderman Hill akan dibatasi pengembangannya secara ketat, dan mewajibkan
untuk melakukan penanaman vegetasi dengan perakaran yang kuat pada
kavling yang belum dibangun. Mengingat pada saat ini banyak kavling yang
belum dibangun dan dibiarkan kosong tanpa vegetasi penyanggaa. Pola
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 10
penanaman vegetasi dapat diatur sinergi dengan rencana pertamanan villa
tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta 3.3 arahan kawasan lindung ;
C. Kawasan Peresapan Air
Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu dan berdasarkan kriteria
kawasan peresapan air adalah kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur
tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran. Maka arahan Rencana Detail Tata
Ruang Kota BWK I Pusat Kota Batu untuk kawasan ini adalah ;
Sebelah Barat Daya wilayah perencanaan di lereng Gunung. Srandil dan
Gunung Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, dan Desa
Oro-oro Ombo.
Permasalahan mengingat kawasan resapan air ini lokasinya integral
dengan kawan hutan wisata, dan hutan lindung maka memiliki permasalahan
yang sama. Untuk itu arahan pengendaliannya juga menerapkan pola yang
sama dengan dua kawasan sebelumnya.
3.3.1.2. Kawasan Perlindungan Setempat
A. Sumber Mata Ai r
Kawasan sekitar sumber mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian mata air.
Kawasan ini ditentukan sekurangnya dalam radius 200 m sekitar mata air.
Sumber mata air yang ada di Pusat Kota Batu jumlahnya 27 sumber yang
tersebar di seluruh kawasan ini. Untuk lebih spesifik sumber mata air ini
dideskripsikan berdasarkana administrasi di BWK Pusat Kota Batu, yaitu :
1. Kelurahan Sisi r
Sumber mata air yang ada tersebar di beberapa titik, yaitu Sumber
Pingkan, Sumber Kauman, Sumber Pendem, Sumber Torong I, II, III. Sumber
Pingkan dan Kauman berada di daerah permukiman penduduk di Krajan;
sedangkan Sumber Pendem, Sumber Belik dan Sumber Torong berada di
daerah pertanian sawah, Kaliputih.
2. Kelurahan Temas
Sumber mata air terdapat di beberapa titik yaitu, Sumber Genting, Sumber
Wunut, Sumber Tulus, Sumber Torongkubo, Sumber Ceprik, Sumber
Trenggolan, Sumber Ledok, Sumber Kandang, Sumber Genenggal, Sumber
Kampungteh, dan Sumber Reco
Sumber Genting, Wunut, Tulus, Torongtubo, Kampungteh, dan Ceprik
berada di daerah pemukiman penduduk; sedangkan Sumber Trenggolan, Ledok,
Kandang, dan Genenggal, di daerah pertanian sawah.
3. Kelurahan Nganglik
Sumber mata air di Kelurahan Ngaglik hanya satu, yaitu Sumber Belik
Ciduk. Sumber air yang berada di daerah pemukiman dan dalam kondisi baik.
Letaknya di Ngaglik Utara.
4. Kelurahan Songgokerto
Sumber mata air yang ada di daerah ada di beberapa titik, yaitu sumber
Torengdadap, Sumber Kasinan, Sumber Torongbelok, dan Sumber Karang
Wlico. Sumber Kasinan berada di daerah pertanian hortikultura, sedangkan
Torongbelok, Torengdadap dan Karang Wlico berada di kawasan hutan. Sumber
Karang wlico dan Kasinan dimanfaatkan untuk sumber air bersih bagi penduduk
setempat. Debit dan kondisinya masih sangat baik sebagai sumber untuk
kepentingan penduduk.
5. Desa Pesanggrahan
Sumber air yang terdapat di Unit Lingkungan ini ada 2, yaitu Sumber
Seruk dan Sumber Belik Belur. Sumber Seruk berada di daerah pertanian
hortikultura dan telah dibuatkan bak penampung air yang ada dan kadang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mandi. Kondisi debit air keduanya cukup
baik.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 11
Peta 3.3. kaw lindung
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 12
6. Desa Oro-Oro Ombo
Sumber yang terdapat di unit linkungan ini ada 3, yaitu Sumber Andong,
Gondorejo dan Sumber Dami. Sumber Andong dan Gondorejo berada di daerah
tegalan Gondorejo; sedangkan Sumber Darmi di kawasan hutan Lindung dekat
air terjun Coban Rais.
Sumber mata air yang ada di wilayah rencana, secara kaidah tata ruang
akan ditetapkan memiliki sempadan seperti yang telah disebut diatas, apabila
pada saat ini telah terdapat kegiatan budi daya pada areal sempadan tersebut
maka perkembangnnya akan dibatasi secara ketat terutama untuk pengunaan
lahan katagori areal terbangun. Sedang pada areal mata air yang masih alami
kawasan sempadan akan berlaku secara mutlak.
B. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan
sungai, termasuk sungai buatan./kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Kriterianya adalah :
sungai besar di luar kawasan pemukiman selebar minimal 100 m
anak sungai di luar kawasan permukiman selebar 50 m
sungai di kawasan permukiman selebar 15 m
sungai bertanggul sempadannya diukur dari kiri-kanan kaki tanggul bagian
luar sempadan tanggul sungai.
Sungai tidak bertanggul diukur dari titik banjir tertinggi ke arah darat.
Permasalahan di beberapa lokasi sungai seperti sungai Brugan, Clumprit,
Curah Krikil dan Mranak ada sempadan yang digunakan sebagai permukiman.
Untuk Sungai Brugan di wilayah Songgoriti, untuk Sungai Clumprit di wilayah
Sukomulyo, Besul dan Glonggong, Sungai Curah Krikil di wilayah Glonggong,
Sungai Mranak di wilayah Genengan.
Arahan pengendalian bagi kondisi ini adalah pengendalian ketat dengan
membatasi secara ketat pembangunan di sekitar sempadan ini Sedangkan untuk
sempadan sungai yang penggunaan sempadannya masih didominasi oleh
kegiatan non terbangun seperti di pinggir Sungai Brantas (batas Utara wilayah
perencanaan) maka akan tetap dipertahankan dan pemberlakuan ketetapan
sempadan sungai berlaku mutlak.
Adapun arahan pengendalian untuk pengaturan sempadannya adalah
sebagai berikut ;
1) Sungai Brantas yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter untuk
sempadan sungainya ditetapkan :
Sungai Brantas yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai.
Sungai Brantas yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman
sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
2) Sungai kecil yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter di wilayah
BWK I Pusat Kota terdapat pada Kali Klumprit, Kali Mranak, Kali Brugan dan
Kali Curah Krikil sempadan sungainya ditetapkan :
Sungai yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai.
Sungai yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman sempadan
sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
3) Untuk anak sungai yang mengalir ke sungai kecil yang biasanya dimanfaatkan
untuk irigasi (pengairan) dan drainase sekunder untuk yang bertanggul
ditetapkan garis sempadan 1 (satu) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul untuk yang berada di dalam kawasan permukiman. Dan 3 meter
untuk yang tidak bertanggul dihitung dari tepi sungai.
C. Sempadan SUTT dan SUTET.
Keberadaan Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi yang
berada di wilayah perencanan perlu mendapat perhatian mengingat cukup
tinginya perkembangan penggunaan lahan yang dikhawatirkan dapat juga
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 13
menggunakan lahan di bawah SUTT dan SUTET. Untuk mengatur hal tersebut
beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan adalah sebagai berikut ;
TABEL3.3
JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET
DENGAN TANAH DAN BENDA LAINNYA
No Lokasi
SUTT 66
kV
SUTT
150 kV
SUTET 500 kV
(m) (m)
Sirkit-
ganda (m)
Sirkit-
tunggal (m)
1. Lapangan terbuka pada luar
kota
6,5 7,5 10 11
2. J alan raya 8 9 15 15
3. Pohon-pohon pada umumnya
3,5
4,6
8,5
8,5
4. Bangunan tidak tahan api dan
lapangan olah raga
12,5
13,5
14
15
5. Bagian bangunan yang tahan
api
3,5 4,5 8,5 8,5
6. SUTT lainnya: penghantar
udara tegangan rendah,
jaringan telekomunikasi dan
kereta gantung
3
4
8,5
8,5
7. Rek kereta biasa 8 9 15 15
8. J embatan besi, rangka besi
penahan penghantar kereta
listrik terdekat dan sebagainya
3
4
8,5
8,5
9. Titik tertinggi tiang kapal pada
kedudukan air
pasang/tertinggi pada lalu
lintas air
3
4
8,5
8,5
Sumber : Peraturan instalansi listrik tahun 1987
J aringan SUTT/SUTET di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu
berada dari arah Selatan melalui Kelurahan Temas (dusun Kampungteh),
Kelurahan Sisir (dusun Genengan jalan Sultan Agung dusun Kampung
Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (dusun Srebet).
Permasalahan terdapat sempadan SUTT/SUTET yang peruntukkannya
digunakan sebagai lahan terbangun yaitu berada di wilayah Kampung Teh,
Genengan dan Kampung Anyar.
Arahan Pengendalian untuk wilayah Kampung Teh, dan Genengan
pelarangan pembangunan secara ketat terutama secara vertikal, maupun
horizontal. Sedangkan untuk Kampung Anyar segera diupayakan semacam jalur
larangan membangun mengingat masih ada lahan kosong di wilayah ini tepat di
bawah jaringan. Penyusunan Perda oleh Pemda dan Peraturan dari PLN
mengenai jalur larangan ini perlu segara di lakukan sebelum lahan kosong
tersebut berubah fungsi. Selanjutnya setelah pembebasan areal tersebut dapat
difungsikan dengan fungsi lahan non terbangun yang dikelola oleh Pemda
ataupun oleh PLN. Sedangkan perlakuan fisik konservasi pada daerah yang
dilalui SUTT/SUTET diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di
jalan kembar Sultan Agung akan tetap dipertahankan. Sedangkan untuk
SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya dibuat jalan diarahkan untuk
dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri dari pulau-pulau taman. Untuk
lebih jelasnya lihat peta 3.4 arahan perlindungan setempat (kawasan konservasi)
3.3.2. Kawasan Cagar Budaya dan Il mu Pengetahuan
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di wilayah perencanaan
BWK I terdapat di beberapa lokasi yaitu di Songoriti, dan J alan Panglima
Sudiman, serta WR. Supratman.
Dari dua lokasi tersebut dapat dibagi menjadi dua spesifikasi yaitu
kawasan budaya peninggalan jaman kerajaan berupa keberadaan bangunan
Candi di Songgoriti, dan kawasan budaya peninggalan jaman Kolonial Belanda
yang dintandai dengan keberadaan bangunan arsitektural Kolonial.
Bila dilihat dari kriterianya suatu kawasan disebut memiliki potensi
dikembangkan sebagai kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan apabila ;
kawasan yang dimaksud merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia
yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 14
peta 3.4 arahan perlindungan setempat (konservasi)
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 15
Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu, untuk kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu diarahkan pada ;
1. Candi Songgoriti atau Candi Supo
2. Bangunan-bangunan Kuno peninggalan dari Belanda pada masa penjajahan
yang ada di jalan Panglima Sudirman dan jalan WR. Supratman yang banyak
terdapat bangunan tempat tinggal bekas kolonial Belanda.
3. Bangunan peribadatan seperti Gereja Katolik di J alan Panglima Sudirman,
Gereja GPIB di jalan Raya Trunojoyo yang bercorak gaya kolonial.
Permasalahan secara teknis fisik bangunan untuk Candi Suko perlu
dilakukan konstruksi ulang agar tampilan candi secara utuh dapat dilihat,
sedangkan untuk bangunan dengan corak kolonial adalah masih rentanya
persepsi sejarah arsitektur bangunan oleh perubahan. Pemilik bangunan masih
sebagian masih belum menyadari bahwa bangunanya merupakan cagar budaya
sehingga jika pihak pemilik rumah ingin merenovasi secar total maka hal itu sah
saja.
Arahan Pengendalian Pemerintah Kota Batu perlu segera menetapkan
Perda yang berkaitan secara spesifik lokasi kawasan cagar budaya, berikut
pedoman peraturan yang bersisikan larangan, dan tindakan disintensif bagi
pelanggaran dan intensif bagi pihak yang telah mengikuti peraturan. Hal ini perlu
dilakukan agar salah satu identitas wajah Kota Batu tidak hilang, dan contoh
kasus di Kota Malang yaitu kawasan J alan Ijen (kawasan konservasi bangunan)
dimana perlahan tapi pasti banyak rumah yang berganti total arsitekturalnya dari
gaya Kolonial ke gaya Mediteran serta Romawi tidak terjadi di Kota Batu.
3.3.3. Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana dikategorikan seperti rawan longsor, kebakaran
hutan dan rawan banjir. Kawasan yang rawan bencana dikarenakan gundulnya
hutan dan degradasi lingkungan, berada pada kawasan konservasi dan berada
pada cekungan jurang jika dipandang dari ketinggian dan kemiringan Kota Batu.
Secara keseluruhan gundulnya hutan dan kawasan sekitarnya menjadikan
rawan bencana.
Kawasan rawan bencana longsor, berada di Dusun Toyomerto,
Panderman Hill, Songgoriti, Flamboyan dan Dresel, jalan sepanjang kawasan
Payung. J ika ditinjau dari kemiringan lahan kawasan ini berada pada ketinggian
15-40% dimana berada pada kawasan penyangga dan pengendalian ketat.
Ditambah lagi keberadaan kawasan hutan sekitarnya telah gundul dan
mengalami degradasi lingkungan yang parah. Adapun kawasan rawan bencana
tersebut terdapat pada :
Kawasan berlereng di sekitar Gunung Panderman yaitu di Dusun Toyomerto,
Oro-Oro Ombo (kawasan Villa Paderman Hill dan sekitarnya).
Payung
Permasalahan pada kawasan ini kondisi hutannya terjadi pengundulan
dan beberapa lokasi dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian sayur, tanaman
pangan dan kegiatan permukiman terutama villa.
Pengendalian pada kawasan ini berupa penghutan kembali atau reboisasi
dengan vegetasi yang memiliki perakaran kuat tetapi memiliki waktu tumbuh
yang relatif cepat. Sedangkan untuk kawasan yang telah dibudidayakan harus
diawasi dengan ketat perkembangannya, dan berupaya dilakukan pendekatan
kepada para petani agar pola tanam memanfaatkan juga komoditi tanaman yang
memiliki sifat perakaran kuat. Sistem pola tanam tumpang sari dimana tanaman
komoditi ditamam dengan tamanan dengan perarakaran kuat juga sangat
dianjurkan. Pembuatan terasiring dapat juga dilakukan dikombinasikan
penanaman tanaman pelindung dengan sistem tumpang sari.
3.3.4. Rencana Kawasan Budidaya
Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya meiliputi pemukiman,
perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, kesehatan, pariwisata,
pertanian, perindustrian, dan fasum dan fasos serta ruang terbuka hijau.
Penggunaan lahan yang paling dominan adalah untuk pertanian dibandingkan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 16
penggunaan lahan lainnya. Wilayah budidaya dibedakan dalam dua karakter di
wilayah perencanaan, yaitu karakter pedesaan dan perkotaan. Karakter
penggunaan lahan pedesaan ada di Unit Lingkungan V dan Unit Lingkungan VI,
sedangkan karakter perkotaan ada di Unit Lingkungan I, II, III dan IV. J elasnya
Kawasan permukiman dijabarkan sebagai berikut ;
3.3.4.1. Rencana Kawasan Permuki man
Berdasarkan kriteria dan arahan dari RTRW Kota Batu maka permukiman
di wilayah perencanaan masuk dalam katagori karakter perkotaan berlokasi
antara lain di ;
UNIT LINGKUNGAN I (Sisir), yaitu : J alan Diponegoro, J alan Minwarso,
J alan Kapten Ibnu, J alan Sultan Agung, J alan Diman, J alan Masowari, J alan
Basket, J alan.Kartini, J alan Tenes, J alan Sudiro.
UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : J alan Dewi Sartika, J alan Dewi
Sartika Atas, J alan Imam Bonjol, J alan Patimura.
UNIT LINGKUNGAN III (Songgokerto), yaitu : J alan Trunojoyo, J alan
Flamboyan, J alan Terusan Flamboyan, J alan Mawar.
UNIT LINGKUNGAN IV (Ngaglik), yaitu : J alan Panglima Sudirman, J alan
Ahmad Yani, J alan Ikhwan Hadi, J alan Suropati, J alan Kasiman, J alan Hadi,
J alan WR. Supratman, J alan Mustari, J alan Sudarso, J alan Kasan Kaiso,
J alan Terusan Kasiman, J alan Kasan Kaiso, J alan Abdul Rachman, J alan
Darsono, J alan Abdul J alil, J alan Abdul Gani, J alan Abdul Gani Atas, J alan
Gajah Mada.
UNIT LINGKUNGAN V (Desa Pesanggrahan), yaitu : J alan Panglima
Sudirman, J alan Samadi, J alan Sareh, J alan Sajid, J alan Suropati, J alan
Kamboja, J alan Anggrek, J alan Seruni, J alan Sakura dan J alan Melati.
Dan permukiman dengan karakter perdesaan antara lain berlokasi di ;
UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : di Dusun Temas Barat, Putuk dan
Babatan
UNIT LINGKUNGAN V (Pesanggrahan), yaitu : Dusun Toyomerto dan
Srebet
UNIT LINGKUNGAN VI (Oro-Oro Ombo), yaitu : Daerah Dresel, Gondorejo
Oro-Oro Ombo atas dan Oro-Oro Ombo Raya
Permasalahan berdasarkan kriterianya akan dibagi menjadi dua bagian
yang pertama Permukiman Perkotaan yaitu ;
Permukiman padat di wilayah perencanaan yang berada di Klumusan,
Pesantren, Ngaglik Utara, Krajan, Genteng, Putuk, Klerek, Babatan, Besul
Meduran, Toyomerto, Dresel dan Kaliputih. J ika perkembangan permukiman
padat ini tidak segera dikendalikan dan ditata, maka dikhawatirkan akan
berkembang menjadi permukiman kumuh.
Pada wilayah permukiman padat ini utilitas berupa drainase dan sistem
persampahannya masih perlu mendapat pembenahan.
Wilayah permukiman padat ini juga miskin akan tata hijau sehingga terkesan
kurang asri.
Pembangunan kawasan permukiman mewah dalam hal ini villa yang semakin
mendesak kawasan konservasi yaitu Panderman Hill, Villa Songgoriti, Villa
Batu Permai dan keberadaan villa di J alan Flamboyan.
Masih adanya minat untuk membangun permukiman skala besar di wilayah
perenanaan BWK I oleh developer karena letaknya yang strategis.
Perlahan tapi pasti akan terjadi peningkatan areal kawasan permukiman di
wilayah perencanaan sehingga akan berpengaruh pada semakin kecilnya
areal resapan hujan.
Arahan penanganan dan pengendalian adalah sebagai berikut ;
Penerapan program perbaikan kampung pada wilayah wilayah ini yang
langsung diintegralkan dengan penanganan masalah drainase dan
persampahan.
Meneruskan program P2KP sebagai salah satu akses untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat miskin kota yang nota bene tinggal di wilayah padat
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 17
sehingga memiliki pendapatan lebih dengan harapan sebagian dapat
digunakan untuk melakukan perbaikan lingkungan dan bangunannya.
Mengupayakan penghijauan dengan koordinasi tiap RT dan RW
menggunakan bahan-bahan yang sederhana misalnya kaleng bekas
dijadikan sebagai pot tanaman, ataupun swadaya dengan pengadaan pot
konvensional.
Membatasi secara ketat perkembangan villa estate dengan perangkat Perda
antara lain Perda Tata Ruang, dan Perda lainnya yang lebih teknis lagi dan
mendetail mengenai pengaturan di kawasan ini.
Pemberlakuan pelarangan pembangunan villa estate di wilayah sekitar
kawasan konservasi.
Melakukan pola disinsentif bagi kawasan yang memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi kawasan villa misalnya dengan tidak mengeluarkan
ijin peruntukan bangunan dan tidak menyediakan akses maupun fasilitas dan
uttilitas penunjangnya.
Arahan untuk pembangunan permukiman perkotaan skala besar oleh
developer diarahkan ke luar wilayah perencanaan BWK I untuk itu perlu
Perda yang menjadi landasan kuat bagi pengaturan hal ini.
Untuk pengembangan permukiman masih dapat dilakukan di wilayah BWK I
dengan syarat ; sedapat mungkin menghindari kawasan pertanian irigasi
teknis, kawasan konservasi, dan kawasan lindung lainnya. Arahan
pengembangan kawasan permukiman di wilayah perencanaan diarahkan ke
arah arah Krajan Timur dan Desa Genting, Temas Barat, Besul, Ke Selatan
Oro-Oro Ombo, Sukoarjo Utara, Jalan Indragiri dan ke arah Desa Gondorejo.
Pembuatan sumur resapan air hujan pada tiap lokasi perumahan yang baru
akan dibangun.
Untuk Permukiman dengan karakter perdesaan yang masih terdapat di
wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu Permasalahan adalah ;
Kondisi lingkungan dan bangunan yang masih kurang memenuhi standar
kesehatan seperti ada beberapa rumah yang masih berdekatan dengan
kandang ternak seperti di Desa Toyomerto dan di Dresel Desa Oro-Oro
Ombo.
Masih kurangnya utilitas berupa jaringan drainase, dan masih kurangnya
tingkat kebersihan yang terkait dengan penanganan persampahan.
Beberap unit rumah di Toyomerto dan Dresel menempati lokasi yang rawan
seperti di bawah tebing curam.
Arahan penanganan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut ;
Penerapan program pembangunan khusus untuk desa yang memiliki
ketertigalan. Dengan program ini percepatan pembangunan di wilayah desa
yang dimaksud dapat dipacu denga lebih cepat lagi. Keterlibatan peran serta
masyarakat dalam setiap aktifitas pembangunan dapat dimasukan dalam
program ini sehingga rasa memiliki terhadap apa yang telah dibangun lebih
tinggi.
Untuk lokasi rumah yang berada di daerah rawan pihak pemerintah desa
dengan pemerintah kota dapat bekerja sama dalam melakukan relokasi bila
kondisinya sudah benar benar mengkhawatirkan.
Segera melakukan sosialisasi bekerja sama dengan pihak pemerintah desa
mengenai lokasi yang tidak boleh diperuntukkan bagi bangunan.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan kawasan permukiman dapat dilihat
pada peta 3.5 berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 18
Peta 3.5 arahan kaw permuki man
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 19
3.3.4.2. Kawasan Perdagangan dan Jasa
A. Perdagangan
Pada kawasan perdagangan dan jasa yang telah ada merupakan
kawasan perdagangan dan jasa campuran antara lain supermarket (hanya di
depan Alun-alun), pertokoan, rumah makan/restauran, show room, bengkel,
bank, salon, dan lain sebagainya di Kota Batu saat ini didominasi disekitar jalan-
jalan utama antara lain di sekitar jalan Diponegoro, jalan Gajah Mada, Panglima
Sudirman bawah, WR Supratman, Kartini, Imam Bonjol, Sudiro, Dewi Sartika,
KH. Agus Salim
Arahan pengklasifikasian kawasan perdagangan jasa berdasarkan
komoditi yang dijual adalah sebagai berikut ;
Komoditi Sembako (Sembilan Bahan Pokok)
o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu J alan Dewi Sartika.
o Eceran di arahkan di J alan Dewi Sartika, Oro Oro Ombo Raya ke arah
J alan Agus Salim.
Komoditi Sandang
o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu.
o Eceran di arahkan di Gajah Mada, dan Panglima Sudirman.
Komoditi Papan (bahan bangunan)
o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu J alan Dewi Sartika.
o Eceran di arahkan di J alan Diponegoro dan Patimura.
Komoditi Pelengkap (alat listrik, kosmetik, restoran, alat tulis/perkantoran,
pecah belah, furniture, hiburan, alat elektronik dan komunikasi untuk grosir
dan eceran berada di sepanjang jalan utama.
Pola kecenderungan kuat untuk perkembangan perdagangan dan jasa,
adalah ke arah Utara J alan. Brantas, ke selatan J alan. Oro-Oro Ombo Raya dan
ke Selatan arah J alan. Patimura menuju Beji. Pola kecenderungan
perkembangan untuk perdagangan dan jasa biasanya mengikuti koridor jalan
utama atau pusat kegiatan kota. Beberapa jenis perdagangan dan jasa yang
ada di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut ;
TABEL 3.4
JENIS PERDAGANGAN DAN JASA DI BWK I
TAHUN 2003
No. Uni t Lingk Ruas Jal an Jeni s Peruntukkan
1 Kel Temas Patimura Restoran Sate Kelinci, Wartel, pembuatan
batako, panti pijat Rini J aya, restoran
Bebek Kwali, cuci mobil, wisma Madura
J aya, toko bangunan
Sumber Rejeki, bengkel las, warung makan,
Koperasi Citra Abadi, showroom, meubel Sejati
counter HP BooamCell, meubel makmur,
pecel Madiun, bengkel motor Awang, Koperasi
Pertanian Batu, Koperasi Mandiri, Yulianto Las
warung Soto Medan, warung sate hot plate,
wartel Tiara, wisma Nala
Dewi Sartika Toko eceran Family, warung, Koperasi Kusuma
J aya, bengkel, BPR Bumi Rinjani, Bank Krisna
Mandala, Bank BRI Unit Batu I, meubel sejati,
Dermaga Kencana motor, kios buah, bengkel
Honda, toko listrik cahaya abadi, dealer Kanzen
toko listrik santoso, Bank J atim, BNI,Columbia
kredit, Pegadaian, Krisna Motor, Bank Danamon
toko besi sumber jaya, Koperasi simpan pinjam
Arta Karya, bank Mandiri, toko alat rumah
tangga surya kencana, depot, sanjaya motor,
kios oleh-oleh kripik kentang super, wisma
Nala,
ImamBonjol Hotel ImamBonjol, toko Ismaniya, warung,
bengkel, toko kain Barokah, bengkel motor, wartel
kios buah, toko kain Mulyo, salon Liana
Oro-oro Ombo Toko kayu Kalimantan, warung, bengkel
Raya
Sukoharjo Warung, bengkel
Wukir Warung, bengkel
2 Kel . Sisi r Diponegoro Pembibitan kaktus, depot rejeki, BPR Pancada
na Batu, toko material 27, BRI Kacab Batu,
toko keramik Anugerah, bengkel Diponegoro,
kios oleh-oleh, toko oli mobil Diponegoro 86,
restoran rawon brintik, persewaan alat pesta
komando, warung amanda, toko oli sinar terang
wijaya motor, SPBU, restoran ayamkalasan,
subur motor, notaris Roy Pudyo,bougenville
caf resto, restoran mesir, bank Lippo, depo
material rejo agung
Agus Salim Warung, bengkel, BPR Tripakarti, Koperasi
Pegawai Negeri,wartel, salon, BPR Artorejo
toko meubel Olympic, pangkas rambut
Sultan Agung Koperasi Distribusi Langgeng,
ImamBonjol Atas Fitri Catering
Abdul Gani Atas Lesehan Pondok Bambu, Hotel Paleran Soerabaya
Gajah Mada Batu Plaza
Sudirno Pedagang Kaki Lima makanan dan minuman
WR Supratman Asuransi J iwa Sraya, bengkel, warung, toko
onderdil,
3 Kel . Ngagl ik Gajah Mada Toko baju, toko alat tulis dan kantor, restoran Bang
Mari'e, toko emas Anda, toko emas Ratna Sarie,
warung nikmat, toko alat tulis Pelajar, toko listrik
Terang, toko tekstil Santoso, toko sepatu, Bank
Sudirman BCA, restoran Pelangi, ShowroomSuzuki Hero
Sakti, BPR Dwi Cahaya Nusaperkasa, restoran
Metro, foto klasik, toko material Tunggal J aya
Makmur, warung Asri, Salon Kawi, Salon Lili, toko
Surya Indah, Pelangi motor, Kurnia Motor, Bumi
Putera, BTPN, warung
4 Desa Pesangrahan Sudirman SPBU, Mutiara Batu hotel, Metropole hotel, Apple
Green hotel, Asida hotel, Kartika Wijaya hotel,
BPR Sumber Dana Makmur,
Indragiri Orchid hotel
Hasanudin Batu Permai hotel
5 Kel . Songgokerto Trunojoyo Nirwana hotel, Batu Inn, SPBU, PKL Payung
Palemhotel, showroom, warung, bengkel
losmen wisata indah, Aster hotel
Songgoriti Kartika Raya hotel, Kami Sato hotel, permandian
air panas Songgoriti, Tirtanirwana,
6 Desa Oro-Oro Ombo Oro-Oro Ombo Raya Warung, bengkel
Sumber ; Hasil Survey
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 20
Permasalahan kawasan perdagangan dan jasa adalah ;
Masih kurangnya areal parkir off street di lokasi ruas jalan Kartini, Gajah
Mada, WR. Supratman, Panglima Sudirman Bawah, Diponegoro, Imam
Bonjol dan Dewi Sartika.
Sudah tingginya intensitas pemanfaatan lahan pada kawasan di sepanjang
koridor jalan tersebut diatas.
Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;
Keberadaan perdagangan dan jasa ini tetap dipertahankan dan dapat
dikembangkan intensitasnya dengan ketentuan perdagangan dan jasa yang
banyak menimbulkan bangkitan dan tarikan kendaraan diwajibkan memiliki
parkir sendiri di dalam bangunan perdagangan itu sendiri (parking off street).
Pembagian pengembangan intensitas pemanfaatan lahan untuk kawasan
perdagangan dan jasa ini adalah sebagai berikut ;
o Sekitar koridor jalan Patimura, Diponogoro, Dewi Sartika, Imam Bonjol,
diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang - tinggi dengan
ketentuan apabila perdagangan dan jasa tersebut menimbulkan tarikan
kendaraan cukup besar harus mempunyai parkir sendiri ( parking off
street)
o Sekitar koridor jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, jalan Abdul Gani, jalan
Hasanudin, jalan Brantas, jalan Bromo, jalan Semeru, dan jalan-jalan
utama lainnya di kawasan pusat kota diarahkan perdagangan dan jasa
intensitas sedang -rendah.
o Sekitar koridor jalan Panglima Sudirman dan J alan Sultan Agung
pengembangan perdagangan dan jasa dibatasi dan dikendalikan
secara ketat dan diarahkan untuk kegiatan permukiman dan fasilitas
umum serta sosial. Sedangkan perdagangan dan jasa yang diarahkan
intensitasnya rendah dengan lingkup pelayanan lokal.
Arahan bagi pengembangan areal perdagangan dan jasa yang baru
diarahkan ke arah Utara Jalan. Brantas, ke selatan Jalan Oro-Oro Ombo
Raya dan Jalan Patimura menuju Beji. Intensitas yang direncanakan adalah
sedang dan kecil
o Pasar Induk
Pasar Induk di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini berada
di J alan Dewi Sartika. Pengembangan lebih lanjut mengenai Pasar Induk
Kota Batu tetap dipertahankan pada tempat ini dan perlu peningkatan
mengenai kondisi bangunan dan lingkungannya yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang memadai, misalnya musholla, parkir, TPS dan
lain sebagainya.
o Pasar Wisata
Pengembangan pasar wisata di Kota Batu diutamakan pada perdagangan
hasil kerajinan (souvenir) masyarakat Kota Batu, makanan dan minuman
khas Batu, hasil pertanian (terutama tanaman hias dan bunga potong).
Pengembangan pasar wisata selain dekat dengan obyek dan kawasan wisata
juga pada kawasan strategis yang ada ada di pusat Kota Batu untuk
memudahkan para wisatawan mengunjunginya. Adapun lokasi pasar wisata
diarahkan pada :
Pasar Songgoriti
Pasar Wisata di jalan Sudiro.
Permasalahan dari pengembangan pasar wisata ini adalah sebagai
berikut ;
Pasar Songgoriti masih perlu pembenahan terutama pada penyediaan
areal parkir dan areal disekitar pasar yang masih ada yang belum
mendapat perekerasan.
Saluran drainase yang masih kurang penyediaanya
Tempat sampah yang masih kurang.
Penataan kios yang masih kurang rapi.
Untuk pasar wisata di J alan R.A Kartini masih kurang dalam penataan
pedangangnya dan tempat sampah.
Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;
Melakukan perkerasan dengan paving stone ataupun dengan conblok
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 21
Membangun saluran drainase di sepajang jalan lokasi pasar wisata
Songoriti
Menyediakan tempat sampah di kedua lokasi pasar
Penataan kios di kedua pasar agar lebih menarik dan artistik misalnya
dengan menggunakan warna tenda dan bervariasi, penataan barang
dagangan yang lebih variatif.
Membangun pasar wisata di jalan Sudiro
Untuk melaksanakan hal tersebut maka kerja sama antara Pemda Kota
dengan Paguyuban pedagang setempat diperlukan.
o Pedagang Kaki Li ma (PKL)
Pedangang kaki lima terkonsentrasi sebagian besar di ruas J alan Sudiro,
Munif, R.A Kartini dan disamping Taman Makam Pahlawan. Kondisi saat ini
untuk lokasi PKL di sekitar Alun-Alun adalah ; PKL siang hari berlokasi di
depan Gedung Ganesha berjualan dari pukul 08.00 - 17.00. Pada malam
hari lokasinya dialihfungsikan sebagai areal parkir untuk pengunjung PKL di
J alan Munif dan Sudiro.
Permasalahan dilokasi ini adalah ;
Adanya APK dokar/delman yang jaraknya berdekatan dengan lokasi PKL
di depan Gedung Ganesha sehingga bau dari aktivitas APK ini
menggangu pengunjung.
Masih kurangnya fasilitas drainase di J alan Sudiro sehingga pada saat
hujan air limpasan dengan deras menggenangi lokasi PKL di depan
Gedung Ganesha.
Masih kurangnya tempat sampah di semua lokasi PKL.
Masih dapat ditingkatkan tampilan dari PKL sehingga lebih menarik lagi
Arahan Penanganan lokasi PKL Alun Alun secara garis besar adalah ;
Pertama Menyekat antara lokasi APK dokar dengan lokasi PKL dengan
tanaman penghalang. Tanaman ini dapat di tempatkan dalam pot dengan
dimensi agak besar dan berisikan tanaman yang memiliki morfologi
dedaunan yang rimbun serta mampu meyerap bau secara maksimal.
Kedua merelokasi APK agak menjauh dari PKL kearah mendekati Alun-
Alun.
Membangun saluran drainase di J alan Sudiro yang kemudian menyatu
dengan saluran bawah tanah yang ada di depan Gedung Ganesha.
Menyediakan tempat sampah yang merata di tiap lokasi PKL
Menata tampilan PKL dengan tenda yang lebih variatif dan cara penyajian
makanan yang lebih unik serta papan nama/daftar menu yang lebih variatif
pula.
C. Jasa
J asa merupakan suatu bentuk layanan kepada konsumen dalam bentuk
non fisik. Untuk aktifitas jasa bisanya memiliki kecenderungan untuk menyatu
dengan kegiatan perdaganganl karena memiliki tipikal yang cenderung sama.
Arahan pengembangan kawasan jasa di BWK I adalah sebagai berikut ;
J asa Kursus/Pendidikan (mengemudi, computer, bahasa) diarahkan pada
J alan Imam Bonjol, WR. Supratman, J endral Sudirman.
J asa Komunikasi (wartel, Warnet) diarahkan sepanjang koridor jalan utama
untuk wartel dan J alan WR Supratman, J alan Agus Salim, serta J alan
Panglima Sudirman untuk Warnet.
J asa Percetakan (foto kopi, afdruk foto, sablon) diarahkan pada J alan
Panglima Sudirman, Gajah Mada, dan Brantas.
J asa Kecantikan (salon, pangkas rambut) diarahkan pada J alan Gajah
Mada, Agus Salim, dan Diponegoro.
J asa Hiburan (rental VCD, Play Station, Billyard) diarahkan pada J alan
Gajah Mada, Diponegoro.
J asa Kesehatan (fitness, panti pijat, pengobatan alternatif) diarahkan pada
J alan Patimura, Diponegoro.
J asa Perbengkelan mobil, motor dan alat pertanian, diarahkan pada J alan
Patimura, Diponegro, dan J alan Dewi Sartika.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.6. arahan kawasan Perdagangan
dan jasa.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 22
Peta 3.6. arahan kawasan Perdag dan jasa
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 23
3.3.4.3. Pendidikan
Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu pengembangan pendidikan
dilihat dari spatialnya di wilayah perencanaan tidak direncanakan dalam bentuk
kawasan melainkan menyebar sesuai dengan kebutuhannya terutama untuk
jenis pendidikan TK dan SD. Sedangkan pendidikan jenis SLTP dan SMU/SMK
negeri direncanakan tiap BWK terdapat pada fasilitas jenis ini
Arahan bagi pengembangan fasilitas pendidikan di wilayah perencanan
BWK I Pusat Kota Batu adalah ;
Menetapkan keberadaan fasilitas pendidikan yang telah ada sekarang.
Lebih mengarahkan pada penambahan sekolah kejuruan yang mengkhusus
pada bidang bidang aplikatif sesuai tuntutan pasar. Fasilitas ini diarahkan
pada lokasi jalan Sultan Agung.
Pengembagan BLK BLK yang berkonsentrasi pada perbengkelan dan
pertukangan, pariwisata dan sebagainya yang lokasinya dapat menyebar
sesuai dengan kondisi lahan yang ada di unit unit lingkungan.
Pengembangan fasilitas pendidikan perguruan tinggi di wilayah perencanaan
BWK I tidak direncanakan, karena faktor kedekatan wilayah rencana dengan
Kota Malang yang merupakan kota pendidikan dengan keberadaan berbagai
jenis pendidikan perguruan tinggi di Kota Malang.
3.3.4.4. Perkantoran
Arahan pengembangan perkantoran adalah sebagai berikut ;
Mempertahankan aglomerasi perkantoran yang telah ada sekarang bagi
kantor pemerintahan yang telah memiliki fasilitas gedung. Kawasan ini
berada di jalan Sultan Agung dan Panglima Sudirman.
Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu bagi instansi pemerintah yang belum
memiliki fasilitas kantor diarahkan di luar BWK I yaitu di wilayah J unrejo.
3.3.4.5. Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang ada di BWK I Pusat Kota Batu secara umum
telah memadai baik dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk skala pelayanan BWK
dan Kota memusat di alun-alun, J alan. Panglima Sudirman, J alan. Trunojoyo
dan koridor jalan utama lainnya. J uga untuk peribadatan selain Masjid pada
umumnya ada di kawasan strategis, karena jumlah umatnya tidak banyak dan
terbatas. Sedangkan untuk Masjid dan Langgar hampir tersebar di seluruh
permukiman penduduk.
Arahan bagi kawasan peribadatan tidak perlu dikelompokkan dalam satu
kawasan, dirahakan untuk terdistribusikan secara merata di tiap unit lingkungan
dan diarahkan berdekatan dengan pemukiman masyarakat.
3.3.4.6. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan berupa Rumah
Sakit Paru Paru, dan Rumah Sakit Hasta Brata yang masing masing
berlokasi di jalan A.Yani dan Puskesmas Batu di jalan Samadi. Serta beberapa
balai pengobatan swasta lainnya. Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu
pengembangan lebih lanjut mengenai fasilitas kesehatan di wilayah
perencanaan BWK I sebagai berikut :
Pengembangan Rumah Sakit Umum (RSU) dapat berlokasi di J alan Sultan
Agung
Pengembangan Puskesmas yang didalamnya dilengkapi dengan sarana dan
prasarana inap dan operasi yang memadai.
Pengembangan prakter dokter bersama pada kawasan permukiman baru
terutama pada perumahan baru yang dapat didistribusikan di tiap unit
lingkungan.
Penetapan keberadaan dan peningkatan kualitas pelayanan puskesmas
pembantu, BKIA dan posyandu.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 24
Pengembangan jumlah apotek yang akan didistribusikan di tiap unit
lingkungan
3.3.4.7. Perindustrian dan Pergudangan
Kawasan industri di wilayah perencanaan lokasinya menyebar di
beberapa tempat antara lain ; Industri Indofood Sukses Makmur di J alan
Sukoharjo, di J alan Panglima Sudirman yaitu industri tektil Wastra indah, J alan
Moh Sahar industri minuman, di J alan Sudiro industri pembuatan kompor minyak
tanah, di J alan Agus Salim industri penyamakan kulit, industri tegel di J alan
Brantas, industri genteng dan batu bata di J alan Abdul Gani, di J alan Darsono
industri makanan ringan Double G dan industri tusuk gigi terletak di J alan
Abdulgani.
Untuk pergudangan terkonsentrasi di J alan Dewi Sartika, Sudiro berupa
gundang Bawang, Moh Sahar, jalan Abdul Gani Atas, dan jalan WR.
Supratman.
Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah ;
Menyatunya lokasi industri dengan permukiman seperti industri makanan
ringan di J alan Darsono, industri kompor di J alan Sudiro.
Menyatunya lokasi industri dengan perkantoran seperti industri Wastra Indah
dengan Kantor Walikota Batu.
Kedekatan lokasi ini akan rawan menimbulkan pencemaran bagi kawasan
padat disekitarnya
Lokasi yang berdekatan juga rawan bencana misalnya kebakaran
Arahan pengedalian adalah sebagai berikut ;
Tidak memperpanjang ijin usaha bagi PT. Wastra Indah dan direlokasi di luar
BWK I.
Mempersiapkan relokasi industri ke luar wilayah BWK I dalam hal ini
berdasarkan arahan RTRW berlokasi di Giripurno.
Membatasi perkembangan industri yang sudah menyatu dengan permukiman
atau fasilitas yang lain.
Mengawasi secara ketat limbah buangan dari industri dan segera merespon
jika terjadi peningkatan limbah dalam jumlah yang besar.
Merekomendasikan dan mewajibkan penyediaan fire safety yang memadai di
tiap industri.
3.3.4.8. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya
Fasilitas umum dan sosial disini merupakan fasilitas yang memiliki skala
pelayanan kota, adalah beberapa arahan yang terkait adalah :
Alun-alun Kota
Bila dilihat dari tipologi kota yang ada di dunia maka keberadaan Alun - Alun
tidak dapat dilepaskan dalam konteks keruangan kota. Kota Batu memiliki
sebuah Alun Alun yang menjadi landmark atau tengaran kota. Lokasinya
yang berada di tengah Kota Batu menjadikan Alun Alun sangat strategis.
Mengingat hal tersebut maka arahan bagi Alun Alun ini adalah
mempertahankan keberadaanya dengan melakukan beberapa pendekatan
perencanaan berupa upaya penyatuan dalam konsep Identitas Kawasan
Pusat Kota. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada bahasan Idenitas
Kawasan.
Gedung Olah Raga (Ganesha)
Gedung olah raga Indoor di wilayah perencanaan (Kota Batu) terdapat di
J alan R.A Kartini (sebelah Barat) dan J alan Sudirno (Utara). Kondisi
bangunan saat ini sudah perlu mendapat renovasi terlebih bila dikaitkan
dengan upaya penataan Alun Alun dalam Konsep Identitas Kawasan.
Penampilan kesan arsitektural yang lebih kuat lagi sehingga identitas gedung
olah raga dapat muncul merupakan alternatif pertama yang dapat diupayakan
dalam renovasi gedung ini.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 25
Stadion Brantas
Stadion Brantas berada di J alan Stadion Barat, merupakan fasilitas umum
skala kota yang ada di BWK I. Arahan bagi fasilitas ini berupa pelengkapan
fasilitas yang ada di dalamnya berikut renovasi dan perbaikan gedung. Lahan
terbuka di sekitar stadion dapat dimanfaatkan sebagai taman atau areal
penanaman vegetasi, sehingga kesan hijau dan asri yang identik dengan
kawasan olah raga dapat diinterprestasikan secara baik.
Gedung Kesenian
Gedung kesenian tempat dimana dilakukannya acara acara pementasan
budaya baik tradisional maupun modern sudah selayaknya mulai
dikembangkan. Gedung ini diarahkan memiliki daya tampung yang cukup
banyak serta dilengkapi dengan panggung untuk pementasan, work shop dan
fasilitas pelengkap lainnya. Lokasi Gedung Kesenian ini diarahkan berada
ditempat yang strategis untuk mempermudahkan dalam pencapaiannya,
seperti di sekitar jalan Sultan Agung.
3.3.4.9. Ruang Terbuka Hij au (RTH)
Ruang terbuka hijau yang ada di wilayah BWK I Pusat Kota Batu adalah
sebagai berikut ;
Alun alun Kota Batu
Boulevard jalan Sultan Agung
Stadion Brantas
Lapangan Olah Raga
Taman pulau di perempatan J alan Agus Salim, Sultan Agung, dan Imam
Bonjol.
Makam yang ada di wilayah perencanaan (terutama Makam Pahlawan,
Makam Cina Temas, Makam Gang Karate, makam di J alan Agus Salim,
makam J alan Sakura, makam di J alan Arum Dalu, makam di belakang
Wastra Indah, makam di Kaliputih).
Permasalahan yang terkait adalah ;
Kondisi boulevard di J alan Sultan Agung masih perlu peningkatan lagi
terutama dari segi masih kurangnya vegetasi dan pengaturan pola
tamannya. Hal ini perlu ditindaklanjuti mengingat ruas jalan ini dilalui oleh
rute angkutan antar kota sehingga dapat menjadi representasi tampilan
keasrian Batu.
Ruang terbuka di sekitar Stadion Brantas masih perlu peningkatan terutama
karena masih kurangnya pengaturan pertamanan dan vegetasi tambahan
misalnya tanaman hias.
Masih kurangnya taman taman di wilayah perencanaan BWK I
Masih kurangnya perawatan taman yang ada sehingga memiliki kesan
kurang terawatt dan tampil apa adanya.
Koridor J alan Panglima Sudirman Trunojoyo perlu di tempatkan boulevard
sebagai representasi wajah Kota Batu yang asri, indah dan tertata rapi.
Pada permukiman yang padat masih sangat jarang dijumpai ruang yang
masih hijau.
Arahan penanganannya adalah sebagai berikut ;
Mempertahankan lokasi ruang terbuka hijau yang telah ada.
Mengembangkan boulevard di J alan Sultan Agung dengan penataan taman
yang lebih artistik lagi, dengan penambahan vegetasi dan pengatuan pola
pertamanan sehingga mampu memberikan kesan visual yang asri dan indah.
Mengembangkan ruang terbuka yang ada disekitar Alun-Alun dengan taman
taman bervegetasi tanaman hias dan bunga bunga.
Mengembangkan boulevard di sepanjang J alan Panglima Sudirman
Trunojoyo dengan penempatan vegetasi tanaman hias yang banyak
dibudidayakan di Kota Batu. J uga sekaligus menjadi tempat promosi bagi
komoditi tanaman hias Kota Batu.
Perawatan yang intensif dan kontinu dari semua taman sehingga tampilan
asri, terawat dan alami tetap terjaga.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 26
Untuk permukiman yang padat dapat penggunaan pot pot dapat menjadi
alternatif untuk memberikan kesan hijau dan keindahan. Penggunaan pot
tersebut dapat secara konvesional dengan pot tamanan khusus maupun
dengan memanfaatkan barang bekas. Program ini dapat dikoordinasikan
dengan seluruh RT/RW yang ada sehingga tampilan pusat kota yang asri
dan hijau tidak hanya terdapat di jalan jalan utama saja, tetapi telah merata
di seluruh wilayah perencanaan.
Adapun pemilihan vegetasi diarahkan pada vegetasi yang memiliki fungsi ;
o Dapat menjadi sarana peneduh bagi penjalan kaki.
o Mampu menjadi saran pengendali secara visual contohnya menjadi
penghalang untuk menutupi vista yang kurang baik dan menjadi pengarah
untuk vista yang lebih baik dipandang.
o Mampu sebagai pembatas antara kawasan pejalan kaki dan arus
kendaraan.
o Mampu sebagai pengedali iklim secara mikro.
o Mampu sebagai peningkat unsur estetika.
o Mampu meredam polusi baik udara, maupun suara.
3.3.4.10. Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian berupa persawahan di wilayah rencana berada di
Utara klumusan, Ngaglik Utara, Kaliputih, Genting, Besul, Babatan, Kampung
Teh, Putuk dan Gondorejo. Untuk tegalan berada di wilayah ; Oro-Oro Ombo,
Sukomulyo, Srebet Timur, dan Songgokerto
Permasalahan yang terkait untuk pertanian dengan pola persawahan yang
terkait dengan tata ruang adalah ;
Adanya pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan terbangun
Permasalahan yang terkait untuk pertanian dengan pola tegalan yang
terkait dengan tata ruang adalah ;
Lokasi tegalan yang berada di kawasan kawasan lindung
Arahan penanganannya adalah sebagai berikut ;
Untuk persawahan yang beralih fungsi menjadi lahan terbangun, diakui
adalah cukup komplek permasalahan yang dihadapi mengingat masih
jauhnya margin keuntungan antara hasil produksi pertanian dengan margin
keuntungan bila lahan pertanian tersebut dialihfungsikan misalnya untuk
permukiman. Alternatif yang dapat digunakan untuk memperlambat laju
pengalihfungsian ini adalah pemberian IMB yang sangat selektif terutama
untuk lahan pertanian yang akan diubah fungsinya, penerapan harga
pengalihfungsian dari lahan sawah menjadi lahan pekarangan (pengeringan)
yang cukup tinggi untuk per meternya, penerapan disintensif (misalnya tidak
membuka atau meningkatkan akses jalan, dan tidak memberikan pelayanan
utilitas).
Untuk tegalan yang telah menggunakan kawasan lindung, maka perlu
pembatasan yang ketat dan penerapan sistem pola tanam tumpang sari
antara tanaman komoditi dengan vegetasi yang mendukung fungsi lindung.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan penggunaan tanah dapat dilihat
pada peta 3.7 berikut ;
3.3.5. Rencana Kawasan Pengendalian Ketat (High Control Zone)
High control zone merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan
wilayah perencanaan BWK I sesuai dengan fungsi dan daya dukungnya.
Rencana kawasan pengendalian ketat di BWK I dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi untuk melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya
buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di BWK I yang perlu
dikendalikan secara ketat meliputi:
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 27
Peta 3.7 Rencana Land use 2008
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 28
a. Kawasan hutan
Untuk kawasan hutan akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan dengan
melakukan penghijauan kembali, serta melakukan kerja sama saling
menguntungkan dengan pihak yang telah terlanjur memanfaatkan sebagai
lahan pertanian dengan program pertanian yang lebih ramah lingkungan
dan tetap mengindahkan fungsi utama hutan. Arahan pengendalian ketat
untuk kawasan hutan pada ;
Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum. Perhutani)
yaitu di kawasan Gunung Srandil yang termasuk dalam wilayah Desa
Oro Oro Ombo, dan Gunung Panderman yang termasuk dalam
wilayah Desa Pesangrahan.
b. Kawasan peresapan air
Kawasan peresapan air merupakan kawasan yang memiliki kemampuan
menyerap air hujan secara maksimal dan besar besaran (masal). Hal ini
perlu diarahkan dalam rangka memberikan keseimbangan volume air
tanah yang pada akhirnya nantin akan dimanfaatkan juga. Kawasan yang
perlu dikendalikan secara ketat yaitu :
Sebelah Barat Daya BWK I di lereng Gunung Srandil dan Gunung
Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, Desa Oro-
oro Ombo dan sebelah Barat Desa Tlekung.
Dengan demikian disekitar kawasan ini tidak boleh didirikan bangunan dan
dapat ditanami dengan jenis tanaman yang sesuai dengan fungsinya
terutama tanaman keras.
c. Kawasan sempadan sungai
Sempadan sungai yang perlu dilakukan pengendalian yang ketat antara
lain sempadan Sungai Brantas yang merupakan batas Utara wilayah
perencanaan. Untuk kawasan di sekitar sempadan sungai, rencana
pengendalian kawasan terutama digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
tidak membutuhkan masa bangunan. Membatasi perkembangan lahan
terbangun pada sungai yang sempadannya dimanfaatkan untuk
permukiman tertutama di sungai Brugan, Clumprit, Curah Krikil, dan
Mranak.
d. Kawasan sumber mata air
Penetapan rencana pengendalian ketat sekitar kawasan mata air adalah
sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air diluar
kawasan permukiman dan 100 m didalam kawasan permukiman. Dengan
demikian disekitar kawasan sumber air tersebut dapat ditanami dengan
jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar
sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan. Dan untuk
mata air yang sempadannnya telah dimanfaatkan untuk kawasan
terbangun dilakukan pengawasan ketat bagi perkembannya. Di wilayah
perencanaan terdapat 27 buah mata air yang tersebar di semua unit
lingkungan.
e. Kawasan ruang terbuka hijau
Kawasan yang perlu dilakukan pengawasan ketat untuk ruang terbuka
hijau terutama di sekitar tepi sungai (garis sempadan sungai). Selain itu
juga di sekitar tepi jalan yang dapat digunakan sebagai estetika
lingkungan, sekaligus paru-paru kota untuk mengurangi terjadinya polusi.
Pengendalian ketat yang terkait dengan kawasan ini antara lain:
Pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan fungsi kawasan
sehingga tidak mengganggu atau merusak konstruksi bangunan
disekitarnya.
J enis-jenis ruang terbuka hijau disesuaikan juga dengan fungsi
kawasan.
Untuk kawasan RTH dipertahankan di lokasi Alun alun Kota Batu,
Boulevard jalan Sultan Agung, Stadion Brantas, Lapangan Olah Raga,
pulau jalan di perempatan Agus Salim Imam Bonjol Sultan Agung.
Dan makam yang ada di wilayah perencanaan yaitu ; terutama Makam
Pahlawan, Makam Cina Temas, Makam Gang Karate, makam di J alan
Agus Salim, makam J alan Sakura, makam di J alan Arum Dalu, makam di
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 29
belakang Wastra Indah, makam di Kaliputih. Serta Arahan pengembangan
di sepanjang koridor J alan Panglima Sudirman Trunojoyo.
f. Kawasan sempadan SUTT dan SUTET
J aringan SUTT/SUTET di BWK I berada Kelurahan Temas (Dusun
Kampungteh), Kelurahan Sisir (Dusun Genengan jalan Sultan Agung
Dusun Kampung Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (Dusun Srebet).
Rencana pengendalian ketat pada daerah yang dilalui SUTT/SUTET
diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di jalan kembar.
Sedangkan untuk SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya
dibuat jalan diarahkan untuk dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri
dari pulau-pulau taman.
2. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya juga perlu dilakukan pengendalian yang ketat. Kawasan-
kawasan yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah kawasan
permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan sosial
lainnya (kantor, pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan fasilitas umum lain),
kawasan wisata, kawasan industri, kawasan pertanian dan kawasan militer.
Rencana pengawasan pengendalian ketat (high control) pada kawasan
budidaya terbangun, dapat dilakukan dengan pembatasan pengembangan
pada kawasan rawan erosi, kawasan hutan lindung serta kawasan hutan
produksi.
A. Kawasan Terbangun
Untuk budidaya lahan terbangun diarahkan dengan ketat di wilayah Krajan
Timur, Meduran, Desa Genting, Temas Barat, Besul, Putuk, Klerek, Srebet
Timur, Ngemul, Ke Selatan Oro-Oro Ombo, J alan. Indragiri dan ke arah Desa
Gondorejo.
Langkah-langkah spesifik yang dapat diambil dalam rangka pengendalian
ketat kawasan budidaya terbangun di wilayah perencanaan BWK I antara lain:
Tidak berada di kawasan lindung dan pengembangan di kawasan pertanian
produktif yang pengembangannya dibatasi. Arahan pengendalian di wilayah
Krajan Timur, Meduran, Desa Genting, Temas Barat, Besul, Putuk, Klerek,
Ke Selatan Oro-Oro Ombo, J alan. Indragiri dan ke arah Desa Gondorejo.
Pengembangan permukiman diarahkan berada dikemiringan lahan 0 - 15 %
yang tidak berada pada lahan produktif untuk pertanian. Sedangkan
pengembangan permukiman pada kemiringan 25 - 40 %
dikendalikan
secara ketat atau diperuntukan untuk pengembangan pertanian tanaman
tahunan atau tanaman keras sebagai kawasan penyangga yang berfungsi
untuk menjaga atau mengamankan kawasan-kawasan lindung dari
rambahan atau pengaruh perkembangan dan pengembangan kawasan
budidaya terutama kawasan terbangun. Arahan wilayah pengendalian di
Desa Toyomerto dan Dresel Desa Oro Oro Ombo
Wilayah BWK I diarahkan untuk tidak dilakukan budidaya lahan terbangun
secara besar besaran dan diarahkan ke luar BWK.
Tidak berada pada kawasan rawan bencana (daerah yang berbahaya) serta
kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Arahan ini
dilakukan pada wilayah Desa Toyomerto dan Dusun Dresel. Bagi kawasan
permukiman yang berada di luar tanggul atau permukiman yang berada di
luar sempadan sungai 10-15 meter, dengan kondisi fisik lingkungan yang
sudah baik, maka konsep yang diterapkan disini adalah meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman dengan pola penghijauan kota dan juga
meningkatkan kesadaran masyarakat akan makna dan fungsi dari kawasan
konservasi, baik manfaat konservasi, keuntungan maupun kerugian-kerugian
yang akan dihadapi jika konservasi tidak berfungsi lagi dan dampak-dampak
lain yang timbul. Arahan ini dilakukan pada wilayah yang berdekatan dengan
sungai yaitu di Glongong, Sukomulyo, Songgoriti, Srebet Barat dan Timur,
Ngalik Utara, Kaliputih, Meduran, Genting, Putuk, Besul, Babatan, Temas
Barat, Genting.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 30
Tidak merusak lingkungan dan harus memperhatikan ketentuan tentang
bangunan, seperti Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) serta Tinggi Lantai Bangunan (TLB). Selain itu juga harus
membatasi tingkat kepadatan bangunan agar diperoleh tingkat kepadatan
bangunan ideal. Arahan ini dilakukan di wilayah Ngemul, Srebet Timur,
Srebet Barat, Kampung Anyar, Sukomulyo, Ngaglik Selatan.
Membatasi dengan ketat perkembangan industri yang ada di wilayah
perencaan antara lain ; Industri Indofood Sukses Makmur di J alan Sukoharjo,
di J alan Panglima Sudirman yaitu industri tektil Wastra indah, di J alan WR
Supratman industri Kembang Gula, J alan Moh Sahar industri minuman, di
J alan Sudiro industri pembuatan kompor minyak tanah, di J alan Agus Salim
industri penyamakan kulit, industri tegel di J alan Brantas, industri genteng
dan batu bata di J alan Abdul Gani, dan industri tusuk gigi terletak di J alan
Abdulgani. Dan sedapat mungkin mengusahakan relokasi ke luar wilayah
BWK I Pusat Kota Batu.
Untuk pergudangan terkonsentrasi di J alan Dewi Sartika, Sudiro berupa
gundang Bawang, Moh Sahar, jalan Abdul Gani Atas, dan jalan WR.
Supratman. J uga dibatasi perkembangannya dan untuk pembangunan baru
diarahkan ke luar BWK I menyatu dengan lokasi industri di Giripurno.
B. Kawasan Tidak Terbangun
Langkah-langkah spesifik lainnya dalam rangka pengendalian ketat pada
kawasan budidaya tidak terbangun adalah :
Pengembangan pertanian menggunakan sistem terasering, hal ini untuk
mengurangi terjadinya gangguan erosi. Selain itu juga sesuai dengan kondisi
topografinya. Arahan pada wilayah Desa Toyomerto, dan Dresel,
Flamboyan, Srebet Tirmur.
Pada lokasi-lokasi yang berfungsi sebagai ruang hijau ataupun yang bersifat
khusus, sebaiknya tidak dialihfungsikan untuk kegiatan terbangun sehingga
menurunkan kualitas lingkungan. Arahan pada Stadion Brantas, Alun Alun,
Taman serta Pulau jalan di J alan Agus Salim, Boullevard di J alan Sultan
Agung, Makam.
Penerapan pola intensifikasi, pertanian organic, dan diversifikasi pola serta
jenis tanaman terutama untuk jenis komoditi dengan harga jual tinggi.
Arahan untuk wilayah pertanian di Songgoriti, Utara Desa Pesanggrahan,
Utara Kelurahan Temas, Utara Kelurahan Sisir, Dusun Gondorejo dan Desa
Oro Oro Ombo.
C. Kawasan Perkotaan
Pengendalian ketat pada kawasan perkotaan terutama diarahkan untuk
kegiatan-kegiatan perdagangan dan jasa yang cenderung bersifat komersial.
Untuk wilayah perencanaan, tetap mempertahankan keberadaan perdagangan
dan jasanya saat ini (yaitu pada kawasan perkotaan). Selain itu juga dapat
dikembangkan dengan syarat, memenuhi ketentuan-ketentuan tentang
mendirikan bangunan perdagangan dan jasa serta penyediaan fasilitas
perparkiran. Khusus untuk perdagangan dan jasa di kawasan pusat kota
terutama yang ada disekitar koridor jalan-jalan utama diarahkan sebagai berikut :
Sekitar koridor jalan Patimura, Diponogoro, Dewi Sartika, Imam Bonjol,
diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang tinggi dengan
ketentuan apabila perdagangan dan jasa tersebut menimbulkan tarikan
kendaraan cukup besar harus mempunyai parkir sendiri ( parking off street)
Sekitar koridor jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, jalan Abdul Gani, jalan
Hasanudin, jalan Brantas, jalan Bromo, jalan Semeru, jalan Selecta dan
jalan-jalan utama lainnya di kawasan pusat kota diarahkan perdagangan dan
jasa intensitas sedang rendah.
Sekitar koridor jalan Panglima Sudirman dan J alan Sultan Agung
pengembangan perdagangan dan jasa dibatasi dan dikendalikan secara
ketat dan diarahkan untuk kegiatan fasilitas umum dengan skala kota
Sedangkan perdagangan dan jasa yang diarahkan intensitasnya rendah
dengan lingkup pelayanan lokal.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 31
D. Kawasan Perdesaan
Rencana high control pada kawasan pedesaan di wilayah perencanaan
BWK I diarahkan pada Desa oro-oro Ombo, dan Toyomerto. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan terkait dengan kawasan tersebut antara lain:
Mengembangkan sarana dan prasarana yang memadai, terutama yang
dapat mendukung kegiatan pertanian yang merupakan kegiatan dominan di
wilayah tersebut
Pembatasan pada pengembangan kegiatan perkotaan agar tetap berbasis
kearah kegiatan pertanian
3.3. Rencana Intensitas Bangunan
Arahan intensitas bangunan pada wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota
Batu dibagi atas ;
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu bilangan pokok atau prosentase atas
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas
kapling/pekarangan.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu bilangan pokok atas perbandingan
antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling/pekarangan.
Tinggi Lantai Bangunan, yaitu jumlah lantai bangunan.
Penetapan KDB, KLB dan TLB ditetapkan berdasarkan tiap jenis
peruntukannya yaitu :
A. Permuki man
Rencana Intensitas bangunan jenis permukiman dibedakan atas :
Rumah Kapling Besar dengan luas >500 M
2
ditetapkan KDB 40 50%,
KLB 0,4 1,5 dan TLB 1-3 lantai diarahkan berada di wilayah Kampung
Anyar, Sukomulyo, dan Oro Oro Ombo.
Rumah Kapling Sedang dengan luas 300-500 M
2
ditetapkan KDB 50 -60%,
KLB 0,4 1,2 dan TLB 1 - 2 lantai diarahkan berada di wilayah Glonggong,
Srebet Timur.
Rumah Kapling Kecil dengan luas 150 300 M
2
ditetapkan KDB 60 70%,
KLB 0,6 1,4 dan TLB 1-2 lantai diarahkan berada di wilayah Meduran,
Ngaglik Utara, Klumusan, Besul, Babatan, Genengan, Genting, dan
Gondorejo.
Rumah Sederhana dengan luas dibawah 150 M
2
ditetapkan untuk KDB 70-
80 %, KLB 0,6 -1,4 dan TLB 1-2 lantai diarahkan berada di wilayah
Medurah, Ngaglik Utara, Klumusan, Besul, Babatan, Genting, dan
Gondorejo.
Rumah Susun dengan segmen pasar menengah ke bawah ditetapkan untuk
KDB 20 30 %, KLB 0,8 1,2 dan TLB 4 lantai diarahkan berada di wilayah
Pesanggrahan, dan Temas.
B. Perdagangan dan Jasa
Intensitas Bangunan untuk jenis perdagangan dan jasa antara lain
Pertokoan, Ruko, Bank, Bengkel, Salon, Restauran dan lain sebagainya
dibedakan atas :
Perdagangan dan J asa di Kawasan Pusat BWK I dan Pusat Kota, serta jalan
jalan utama yang meliputi Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Sudirman,
dan Trunojoyo ditetapkan untuk KDB 70 90 %, KLB 0,7 3,6 dan TLB 1
3 Lantai. Untuk pengembangan kawaasan baru diarahkan pada ruas jalan
Oro Oro Ombo Raya dan Brantas ke arah Utara.
Perdagangan dan J asa di luar kawasan Pusat Kota atau di pusat pelayanan
BWK (jalan utama) dan sekitarnya ditetapkan untuk KDB 60 - 70 %, KLB 0,6
2,1 dan TLB 1 3 lantai.
Pasar ditetapkan untuk KDB 40 60 %, KLB 0,4 1,2 dan TLB 1 2 lantai
termasuk pengembangan pasar umum di Oro - Oro Ombo.
Supermarket ditetapkan KDB 40 60 %, KLB 0,4 2,4 dan TLB 1-4 lantai.
Untuk bangunan yang banyak menimbulkan tarikan kendaraan yang cukup
besar dan rawan terjadi kemacetan lalu lintas harus menyediakan parking off
sreet (parkir dalam bangunan), dimana tempat parkir tersebut masuk pada
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 32
KDB yang telah ditetapkan terutama perdagangan dan jasa yang ada di
kawasan pusat kota.
C. Fasilitas Umum dan Sosial
J enis Intensitas Bangunan fasilitas umum dan sosial ini terdapat pada
peruntukan bangunan untuk perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan,
gedung olah raga, gedung kesenian dan lain sebagainya ditetapkan untuk KDB
40-60% dan KLB 0,4 - 2,4 dan TLB 1 4 lantai. Fasilitas umum dan sosial ini
diarahkan pada lahan sekitar J alan Sultan Agung, dan lahan bekas relokasi PT.
Wastra Indah khusus untuk fasilitas pelayanan skala Kota dan BWK.
D. Industri dan Pergudangan
Industri di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu tidak
direncanakan untuk pengembangan jenis industri arahan pengembangan
diarahkan ke luar wilayah perencanaan yaitu di Giripurno. Sedangkan untuk
industri hanya diarahkan industri kecil yang lokasinya tidak memerlukan lahan
khusus. Sedangkan untuk industri yang telah terlanjur ada, pengendaliannya
seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai intensitas bangunan dapat dilihat pada
tabel berikut ;
TABEL 3.5
RENCANA INTENSITAS BANGUNAN
DI WILAYAH BWK I
NO Jenis Kegiatan KDB (%) KLB TLB
1 Permukiman
- Kapling Besar
- Kapling Sedang
- Kapling Kecil
- Rumah Sederhana
- Rumah Kampung Pada
- Rumah Susun
40 - 50
50 - 60
60 - 70
70 - 80
80 - 90
20 - 30
0,4 - 1,5
0,5 - 1,2
0,6 - 1,4
0,7 - 1,6
0,8 - 1,8
0,8 - 1,2
1 - 3
1 - 2
1 - 2
1 - 2
1- 2
4
2 Perdagangan dan J asa
- Perdagangan dan J asa
di Kawasan Pusat Kota
- Perdagangan dan J asa
di Luar Kawasan Pusat
Kota
- Supermarket
- Pasar
70 - 90
60 - 70
40 - 60
40 - 60
0,7 - 3,6
0,6 - 2,1
0,4 - 2,4
0,4 - 1,2
1 - 4
1 - 3
1 - 4
1 - 2
3 Fasilitas Umum dan
Sosial
- Perkantoran
- Pendidikan
- Kesehatan
- Peribadatan
40 - 60
40 - 60
40 - 60
40 - 60
0,4 - 2,4
0,4 - 2,4
0,4 - 2,4
0,4 - 2,4
1 - 4
1 - 4
1 - 4
1 - 4
4 Pariwisata
- Tempat Wisata (Obyek
Wisata)
- Hotel
20-30
40-60
0,2 0,6
0,4 2,4
1 2
1 - 4
5 Industri & Pergudangan 40-60 0,4 0,6 1
Sumber: RTRW Kota Batu
3.4.1. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bagunan pada prinsipnya akan menyesuaikan dengan kondisi
bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan serta tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan.
Pengaturan ketinggian bangunan-bangunan pada kawasan perencanaan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 33
Bangunan yang dikembangkan pola blok (kompleks Ruko), maka perlu
ada penonjolan atas keberadaan serta kompensasi atas rendahnya
angka KDB. Untuk itu ketinggian bangunan yang diusulkan adalah
maksimal 3 lantai. Pengembangan diarahkan pada lokasi pengembagan
perdagangan dan jasa yaitu ruas jalan Patimura ke arah Malang, J alan
Brantas dan J alan Raya Oro-Oro Ombo.
Untuk bangunan pertokoan dan bangunan grosir lain yang tidak
dikembangkan dalam bentuk blok, ketinggian bangunan yang diusulkan
adalah maksimal 3 lantai. Diarahkan di sepanjang ruas jalan Dewi
Sartika dan Oro Oro Ombo setelah persimpangan ke arah Selatan.
Untuk menciptakan kesan visual kawasan yang dinamis pada beberapa
blok kapling diperbolehkan bangunan dengan ketinggian lebih 3 lantai,
sehingga terbentuk garis langit sky line yang tidak monoton/datar.
Diarahkan sepanjang koridor J alan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,
Panglima Sudirman bawah, Brantas dan J alan Agus Salim.
Untuk bangunan dengan garis sempadan muka bangunan lebih besar 8
meter, diberikan intensif untuk membangun bangunan dengan ketinggian
4 lantai. Diarahkan pada lokasi pengembagan baru di sepanjang ruas
J alan Patimura ke arah Malang, dan J alan Raya Oro-Oro Ombo.
3.3.2. Garis Sempadan Bangunan
Garis Sempadan Bangunan adalah jarak antara as jalan dengan
tembok/bangunan terdepan. Faktor yang menentukan ukuran GSB adalah fungsi
jalan yang berada di depan suatu bangunan. Arahan GSB di wilayah
perencanaan berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengikuti pola
pembangunan terdapat dua pilihan dalam membangun, yaitu mengembangkan
secara individual atau membangun dengan pola blok. Pengaturan lebar garis
muka bangunan sebagai berikut :
Untuk bangunan individual seluruhnya dikembangkan dalam bentuk
overdeck, maka garis muka bangunannya ditetapkan maksimal 1 meter dari
batas Damija kearah jalan.
Untuk bangunan yang dikembangkan dalam bentuk blok, maka garis muka
bangunannya ditentukan maksimal 2 meter dari batas garis sempadan
bangunan yang dapat dipergunakan untuk areal pedestrian.
Dari arahan ditas maka ruas jalan yang memiliki fungsi tersebut diatas
bangunan di sisi jalan tersebut menyesuaiakan.
Pengendalian dari garis sempadan tersebut dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut ;
Untuk daerah terbangun yang sudah teratur dan permanen, namun tidak
memenuhi syarat GSB maka penerapannya dilakukan pada saat bangunan
melakukan perombakan, peremajaan, rehabilitasi atau renovasi atau pada
saat keadaan khusus misalnya pelebaran jalan.
Untuk daerah terbangun yang kurang teratur dan kondisi bangunannya
kurang baik maka penerapannya pada saat dilakukan program peremajaan
atau rehabilitasi lingkungan.
Untuk daerah yang kosong dilakukan pada saat mengajukan IMB.
Untuk lebih jelasnya mengenai KDB, KLB dan TLB dapat dilihat pada peta
3.8 intensitas bangunan berikut ;
3.5. Rencana Transportasi
Arahan rencana pengembangan transportasi akan terkait dan integral
dengan pola transportasi seluruh kota Batu dan wilayah sekitarnya. Adapun
pembagian lingkup wilayahnya adalah ;
Pengembangan transportasi regional, yaitu pengembangan sistem
transportasi wilayah BWK I terkait dengan sistem transportasi
kota/kabupaten yang ada disekitar BWK I.
Pengembangan transportasi intra BWK I yang integral dengan Kota Batu,
yaitu pengembangan transportasi yang ada di dalam wilayah perencanaan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 34
Peta 3.8. Intensias pengunaan lahan KDB KLB TLB
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 35
BWK I terkait dengan rencana struktur tata ruang dan rencana penggunaan
tanah yang akan dikembangkan di Kota Batu keseluruhan.
Arahan rencana transportasi di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota
Batu adalah sebagai berikut ;
3.5.1. Rencana Fungsi Jalan
Jalan kolektor pri mer diarahkan pada :
J aringan jalan jalan Indragiri - jalan Jalan Trunojoyo
Jalan Sekunder,
Yaitu jaringan jalan kota yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan yang
ada di Kota Batu maupun yang akan direncanakan sesuai dengan rencana
struktur tata ruang maupun rencana pemanfaatan ruang Kota Batu, meliputi :
1) Jalan Arteri Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat
kota dengan pusat pelayanan BWK atau menghubungkan antar pusat
pelayanan BWK.
Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder diarahkan pada :
Jalan Patimura Diponegoro - jalan Gajahmada jalan Panglima
Sudirman jalan Hasanuddin..
jalan raya Oro-oro ombo jalan raya Dewi Sartika jalan Sultan Agung
- jalan Abdul Gani jalan Surapati jalan Hasanudin (jalan alternatif
pengembangan Kota Batu).
Dari jalan Suropati jalan Jend. Ahmad Yani - jalan Brantas jalan
Bromo jalan jalan Semeru sampai jalan Diponegoro.
2) Jalan Kolektor Sekunder, yaitu jaringan yang menghubungkan pusat
pelayanan BWK dengan pusat pelayanan Unit Lingkungan atau antar
pusat pelayanan Unit Lingkungan.
Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder ini diarahkan pada :
Jalan Samadi, jalan WR. Supratman, jalan KH. Agus Salim, jalan Imam
Bonjol, jalan Songgoriti sampai jalan Arumdalu (jalan keluar dari
Songgoriti), jalan Ikwan Hadi.
3) Jalan Lokal Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat
pelayanan UL dengan pusat pelayanan kawasan permukiman atau antar
kawasan permukiman. J aringan jalan lokal sekunder diarahkan pada :
jaringan jalan poros desa yang menghubungkan antar pusat kawasan
permukiman atau dusun yaitu Jalan Mustari, jalan Sahar, jalan Abdul Jalil,
jalan Utomorejo, jalan Flamboyan, jalan Diran, jalan Cempaka.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan fungsi jalan dapat dilihat pada peta 3.9.
3.5.2. Rencana Di mensi Jalan
Arahan untuk dimensi J alan di wilayah perencanaan akan disesuaikan
dengan arahan dari RTRW Kota Batu. Sebelumnya kondisi eksisting dimensi
jalan di wilayah perencanaan adalah seperti pada tabel berikut ;
Adapun penentuan dimensi jalan berdasarkan rencana fungsi jalan di
Kota Batu berdasarkan kajian jalan-jalan eksisting di Kota Batu dan
pengembangan kedepan dapat dilihat pada tabel berikut ;
Tabel 3.7
1 P a n g l i m a S u d i r m a n 1 8 . 5 2 0 . 5 2 5 . 5
2 B r a n t a s 1 6 . 5 1 7 . 5 1 7 . 5
3 B r o m o 1 1 . 5 1 2 . 5 1 4 . 5
4 A g u s S a l i m 1 3 1 7 2 0
5 T r u n o j o y o 1 2 . 5 1 6 . 5 1 8 . 5
6 F l a m b o y a n 6 . 5 8 . 5 1 2 . 5
7 D i p o n e g o r o 1 4 . 5 1 7 . 5 2 1 . 5
8 P a t t i m u r a 1 5 . 5 2 1 . 5 2 6 . 5
9 H a s a n u d i n 1 2 1 4 1 6
1 0 S a m a d i 5 . 7 6 . 5 9 . 5
1 1 C e m p a k a 6 . 5 9 1 2
1 2 S a k u r a 6 . 5 9 1 2
1 3 S a j i d 6 . 5 9 1 2
1 4 M u s t a r i 6 . 5 9 1 2
1 5 S u r o p a t i 1 2 1 6 2 0
1 6 M a s o w a r i 6 . 5 9 1 2
1 7 A b d u l G a n i 8 1 0 1 2
1 8 S u l t a n A g u n g 2 6 . 5 3 0 . 5 4 0 . 5
1 9 I m a m B o n j o l 1 0 . 5 1 5 2 2
2 0 O r o - O r o O m b o R a y a 1 0 1 6 2 2
2 1 D i r a n 7 . 5 1 1 1 4
2 2 I c h w a n h a d i 6 8 1 0
2 3 A b d u l R a h m a n 8 . 5 1 1 1 5
2 4 D a r s o n o 6 . 5 9 1 2
2 5 M e l a t i 6 . 5 9 1 2
2 6 K a m b o j a 6 . 5 9 1 2
2 7 K a r t i n i 1 2 1 6 2 0
2 8 G a j a h M a d a 1 8 . 5 2 0 . 5 2 0 . 5
2 9 D e w i S a r t i k a 1 8 . 5 2 2 . 5 2 8 . 5
3 0 I n d r a g i r i 8 . 5 1 4 2 4
3 2 A r u m d a l u 8 1 2 1 7
S u m b e r : H a s i l S u r ve y
T a b e l 3 . 1 8 .
D i m e n s i J a l a n D i B W K I P u s a t K o t a B a t u T a h u n 2 0 0 3
N o R u a s J a l a n D a m a j a D a m i j a D a w a s j a
TABEL 3.6
KONDISI DIMENSI JALAN DI BWK I
TAHUN 2003
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 36
Peta 3.9. arahan Fungsi J alan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 37
TABL 3.7
RENCANA DIMENSI JALAN DI BWK I
TAHUN 2003 - 2008
No Fungsi Jalan
Badan
Jalan
Minimum
Lebar
Perkerasan
Minimum
DAMAJA DAMIJA DAWASJA
1 Arteri Sekunder 10 8 14 -20 20-35 35 - 45
2 Kolektor Primer 9 7 13-18 18 -26 .26 - 40
3 Kolektor
Sekunder
8 6 12-15 15 - 20 20 - 35
4 Lokal Primer 7 5 9-12 12-18 18 - 25
5 Lokal Sekunder 5 4 7-10 10-15 15 - 20
Sumber : Arahan RTRW Kota Batu 2003 2013
Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu tersebut maka ada beberapa
ruas jalan yang diarahkan untuk mendapatkan penyesuaian dimensi jalannya.
Arahan penyesuaian dimensi jalan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota
Batu disesuaikan dengan rencana fungsi jalan yang terdiri dari :
J alan Kolektor primer
Indragiri kondisi eksisting damaja 8,5 m, damija 14, dawasja 24.
Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.
Trunojoyo kondisi eksisting damaja 12,5 m, damija 16,5, dawasja 18,5.
Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.
J alan Arteri Sekunder
Patimura kondisi eksisting damaja 15,5 m, damija 21,5 dawasja 26,5.
Diarahkan menjadi dawasja 35 m.
Diponegoro kondisi eksisting damaja 14,5 m, damija 17,5, dawasja 21,5.
Diarahkan menjadi damija 20 m, dawasja 35 m.
Gajah Mada kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 20,5, dawasja
20,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.
Panglima Sudirman kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 20,5,
dawasja 25,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.
Hasanuddin kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Raya Oro- Oro Ombo kondisi eksisting damaja 10 m, damija 16 dawasja
22. Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Dewi Sartika kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 22,5 dawasja 28,5
m. Diarahkan dawasja 35 m.
Sultan Agung kondisi eksisting damaja 26,5 m, damija 30,5 dawasja
40,5. Diarahkan untuk tetap dipertahankan dimensinya.
Abdul Gani kondisi eksisting damaja 8 m, damija 10 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Surapati kondisi eksisting damaja 12 m, damija 16 dawasja 20.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
A. Yani kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Bromo kondisi eksisting damaja 11,5 m, damija 12,5 dawasja 14,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Semeru kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 10,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
J alan Kolektor Sekunder
Samadi kondisi eksisting damaja 5,7 m, damija 6,5 dawasja 9,5.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
WR. Supratman kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.
9,5. Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Agus Salim kondisi eksisting damaja 13 m, damija 17 dawasja 20.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Imam Bonjol kondisi eksisting damaja 10,5 m, damija 15 dawasja 25.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja tetap.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 38
Songgoriti kondisi eksisting damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Arum Dalu kondisi eksisting damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Ikhwan Hadi kondisi eksisting damaja 8 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
J alan Lokal Sekunder
Mustari kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12. Diarahkan
menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Sahar kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 10 dawasja 12. Diarahkan
menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Abdul J alil kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Utomorejo kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Flamboyan kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 8,5 dawasja 12,5.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Cempaka kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Untuk jaringan jalan eksisting yang sekitar koridornya jalannya terdapat
permukiman padat dan tidak memungkinkan untuk pengembangan dimensi
jalan sebagaimana yang telah ditetapkan, maka lebih diutamakan pada
penentuan dimensi jalan Daerah Milik J alan (Damija) dengan lebar minimum.
Untuk jalan eksisting yang kondisi dimensinya terutama damija melebihi
dari ketetapan minimum sebagaimana tabel diatas maka dimensi jalan yang
digunakan adalah dimensi jalan eksisting.
3.5.3. Rencana Sirkulasi Lalu Lintas
3.5.3.1. Rencana Sirkulasi
Arus sirkulasi di wilayah perencanaan akan diarahkan sebagai berikut ;
Arus dua arah pada ruas J alan Patimura Diponegoro akan tetap
dipertahankan.
Arus pada J alan Gajah Mada akan diarahkan satu arah dengan arah arus
dari Malang Kediri/J ombang.
Arus pada ruas jalan Panglima Sudirman Trunojoyo akan tetap
dipertahankan dua arah.
Khusus sirkulasi di wilayah obyek wisata Songgoriti akan memiliki arahan
sebagai berikut ;
o Khusus untuk kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat,
Entering Gate (gerbang masuk) diarahkan pada gerbang keluar saat ini.
Arus lalu lintas masuk melalui J alan Arum Dalu J alan Songgoriti dan
keluar (Exiting Gate) melalui gerbang masuk saat ini.
o Khusus untuk angkutan umum diberlakukan dua arah, dalam arti
kendaraan dari arah Kota Batu arah masuk melewati gerbang masuk
saat ini di J alan Songgoriti kemudian J alan Arum Dalu (Sub Terminal
Songgoriti) lalu keluar dengan melewati gerbang keluar saat ini.
o Untuk mencegah terjadinya pemberhentian yang cukup lama di obyek
wisata permandian Songgoriti, maka perlu diarahkan penempatan rambu
peraturan waktu berhenti dan penempatan petugas.
Arus kendaraan berat yang akan melewati BWK I akan diarahkan sebagai
berikut ;
o Kendaraan dari arah Kediri/J ombang diarahkan melewati ruas jalan
Trunojoyo Indragiri ke arah Utara (Talangsari).
o Kendaraan dari arah Pasuruan/ Surabaya diarahkan melewati ruas jalan
Giripurno Raya Dieng Raya Sidomulyo Raya Punten ke arah
barat sampai dengan jalan Indragiri J l. Trunojoyo.
o Kendaraan dari arah Malang lewat jalan Raya Oro Oro Ombo Sultan
Agung Abdul Gani Suropati Hasanuddin Trunojoyo.
Untuk lebih jelas mengenai arahan pengembangan sirkulai lihat peta 3.10
berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 39
Gambar dimensi jalan 3.1
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 40
Gambar dimensi jalan 3.2
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 41
Peta 3.10. arahan sirkulasi lalu lintas
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 42
3.5.3.2. Rencana Sirkulasi Persi mpangan
Sirkulasi lalu lintas tidak selalu dalam lintasan yang lurus dan dalam satu
lintasan saja. Sangat dimungkinkan terjadi persilangan arus lalu lintas
terutama di persimpangan. Persilangan arus lalu lintas ini dapat menjadi
sumber dari terjadinya konflik yang berakibat pada kemacetan atau setidaknya
perlambatan arus lalu lintas.
Wilayah perencanaan BWK I yang terletak di pusat kota sangat rawan
akan terjadinya konflik di persimpangan jalan. Hal ini dimungkinkan mengingat
BWK I merupakan sentra aktifitas termpat teraglomerasinya fasilitas pelayanan
skala kota. Kondisi ini menimbulkan tarikan lalu lintas dalam jumlah yang besar
dibandingkan wilayah BWK yang lain.
Persimpangan yang rawan titik konflik di wilayah perencanaan BWK I ;
Persimpangan J alan Imam Bonjol Sultan Agung Agus Salim.
Marka Timbul / Pemisah J alan di J alan Patimura Glonggong (Temas).
Persimpangan J alan Dewi Sartika Patimura.
J embatan J alan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq).
Arahan rencana penanganan untuk sirkulasi pada tiga persimpangan
tersebut adalah sebagai berikut ;
A. Persimpangan J alan Imam Bonjol Sultan Agung Agus Salim
Memperpanjang dimensi boulevard J alan Sultan Agung.
Perlebaran dimensi jalan, dan mengurangi taman jalan.
Memasang rambu pengatur lalu lintas pada ruas jalan Imam Bonjol,
Raya Oro Oro Ombo, dan Sultan Agung.
B. Marka Timbul / Pemisah J alan di J alan Patimura Glonggong (Temas)
Memotong marka timbul 20 m agar persimpangan jalan yang menuju
perkempungan Temas dapat bebas.
Pemasangan marka dan rambu rambu.
C. Persimpangan J alan Dewi Sartika - Patimura
Peningkatan daya dukung jembatan sebelah Barat.
Menggeser Pos Polisi ke sebelah Barat.
Membangun pulau jalan di bekas Pos Polisi.
Pemasangan rambu dan marka.
D. J embatan J alan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq)
Membongkar jembatan dan menyatukannya dengan ruas J alan Agus
Salim.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan penanganan permasalahan
persimpangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ;
3.5.3.3. Rencana Sirkulasi Angkutan Kota
Pengembangan angkutan perkotaan sudah mulai diupayakan untuk
dikembangkan. Hal ini perlu mengingat perkembangan Kota Batu umumnya dan
BWK I khsususnya akan ditunjang oleh keberadaan angkutan kota yang terarah.
Keberadaan angkutan kota dapat menjadi akses pembuka bagi perkembangan
suatu wilayah secara spatial.
Beberapa kondisi yang perlu diperhatika dalam pengembangan angkutan
perkotaan adalah ;
1. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan dengan simpul
simpul pusat orientasi pergerakan dalam kota.
2. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan pusat bangkitan
(permukiman) dengan pusat pusat tarikan (pendidikan, perdagangan dan
jasa, rekreasi dan hiburan, peribadatan, perkantoran)
3. Arahan untuk kawasan permukiman sebaiknya jarak maksimum yang
ditempuh adalah 250 meter menuju ke salah satu jalur angkutan umum.
4. Diupayakan untuk dapat menghubungkan antar pusat pusat pelayanan
yang ada di BWK I dengan permukiman yang ada.
6. Melakukan arahan pengembangan berupa pengadaan halte sebagai titik
pemberhentian dengan lokasi pada sentara sentra bangkitan dan tarikan.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 43
Gambar persimpangan 3.4.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 44
Gambar persimpangan 3.5.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 45
Arahan pengembangan sirkulasi angkutan kota di BWK I akan integral dengan
pengembanan sirkulasi angkutan Kota Batu secara umum. Adapun arahanya
ruas jalan yang akan dilalui angkutan umum adalah ;
Rute A melewati ; Sub Terminal Temas (J alan Dewi Sartika) Patimura
Imam Bonjol - Sultan Agung Abdul Gani Suropati Hasanuddin
Trunojoyo Arum Dalu Sub Terminal Songgoriti J alan Songgoriti
Trunojoyo Panglima Sudirman Brantas Bromo Semeru Diponegoro
Dewi Sartika (Sub Terminal Temas ).
Rute B melewati ; Sub Terminal Temas (J alan Dewi Sartika) - Oro Oro Ombo
Raya Agus Salim WR. Supratman A. Yani Panglima Sudirman -
Trunojoyo Arum Dalu Sub Terminal Songgoriti J alan Songgoriti
Trunojoyo Samadi Suropati Abdul Gani Sultan Agung Oro Oro
Ombo Raya - Sub Terminal Temas (J alan Dewi Sartika).
Rute C melewati ; Sub Terminal Temas (J alan Dewi Sartika) Patimura
Diponegoro Gajah Mada A. Yani W R. Supratman Agus Salim
Imam Bonjol Wukir - Putuk Babatan Besul - Patimura - Sub Terminal
Temas (J alan Dewi Sartika).
Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.11 arahan lokasi terminal dan rute angkutan
umum ;
3.5.4. Rencana Prasarana Perangkutan
Di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini memiliki 1 unit
Terminal di jalan Dewi Sartika. J umlah prasaran terminal yang terbatas ini
mengharuskan Kota Batu umumnya masih tergantung dengan fasilitas terminal
yang ada di Malang yaitu Terminal Arjosari dan Terminal Landungsari. Dari
kedua terminal ini terjadi pergantian moda kendaraan dimana untuk angkutan
antar kota antar propinsi di terminal Arjosari, sedangkan untuk terminal
Landungsari melayani penumpang dari Kota Malang yang akan ke Kota Batu
atau Kota J ombang/ Kediri (antar kota dalam Propinsi)
Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengenai relokasi terminal
Batu di J alan Dewi Sartika maka fungsi dari terminal yang lama adalah sebagai
sub terminal. Fungsi dari Sub Terminal ini adalah ; untuk membantu pergerakan
perangkutan perkotaan dan perdesaan dari Terminal Regional, maka diperlukan
sub terminal untuk mengoptimalkan pelayanan dan distribusi barang serta jasa
di wilayah Kota Batu secara keseluruhan. Penempatan lokasi Sub Terminal ini
berdasarkan pada kawasan yang saat ini muncuk kegiatan-kegiatan ekonomi
maupun kegiatan-kegiatan yang akan direncanakan di kawasan tersebut.
Adapun rencana sub terminal yang akan dikembangkan di
diarahkan pada ;
Sub Terminal Temas.
Sub Terminal Temas merupakan terminal Kota Batu saat ini. Pengalihan
status dari terminal induk ke sub terminal ini disusuaikan dengan arahan
pengembangan Terminal Induk ke arah Giripurno. Kondisi terminal masih
cukup layak untuk dijadikan sebagai sub terminal oleh sebab itu fasilitas
yang ada akan tetap dipertahankan.
Sub Terminal Songgoriti
Sub Terminal Songgoriti diarahkan untuk melayani perangkutan
perdesaan dan perkotaan di Songgoriti sekitarnya dan wilayah Sumberejo
Gunungsari. Sub terminal Songgoriti akan berlokasi di J alan Arum Dalu sebelah
barat sungai Brugan. Kemenyatuan antara terminal dan obyek wisata Songgoriti
perlu diperhatikan, oleh sebab itu dalam arahan pengembangan nantinya perlu
pula dikembangkan pedestrian way yang dikhususkan bagi penjalan kaki.
Pengembangan jalur pedestrian dibuat seatraktif mungkin dengan mendesain
senyaman mungkin berikut elemen peneduh seperti pengadaan vegetasi pohon
dan tanaman hias sehingga pada pejalan kaki dapat menempuh perjalanan
secara nyaman dan menyenangka.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 46
Arahan sirkulasi 3.11
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 47
3.5.5. Rencana Prasarana Jalan Lainnya
Rencana prasarana jalan lainnya yang perlu dikembangan lebih lanjut di
wilayah perencanan BWK I Pusata Kota Batu adalah :
1. Halte
Perletakan halte di Kota Batu diarahkan pada lokasi tempat mengumpulkan
penumpang yang biasaya terdapat pada kawasan yang banyak menimbulkan
bangkitan dan tarikan penduduk, seperti di kawasan perdagangan dan jasa,
perkantoran, pendidikan dan lain sebagainya.
Lokasi halte seperti yang disebutkan diatas diarahkan pada : jalan utama
yaitu jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan
Trunojoyo. Sekitar Makam Pahlawan, sekitar Pasar di J alan Dewi Sartika,
sekitar kawasan pendidikan di jalan KH. Agus Salim, sekitar perempatan
Immanuel, pada ruas jalan Suropati, A. Yani, Hasanuddin, Sultan Agung,
sekitar kantor Desa Oro-Oro Ombo, jalan Brantas, Bromo, dan Semeru.
2. Median J alan
Median jalan yang merupakan jalur pemisah sirkulasi lalu lintas sebelah
kanan dan kiri jalan pada wilayah perencanaan yang volume lalu lintasnya
cukup tinggi diarahkan menggunakan median permanen/bullevard. Hal ini
untuk menghindari adanya penyeberangan kendaraan disembarang tempat
sehingga akan menyebabkan sirkulasi akan terhambat dan merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Median jalan ini jika
kondisi geometri jalan memungkinkan juga bisa dibuat jalur hijau sebagai
paru-paru kota, penyerap gas C02, peredam polusi suara, peneduh, estetika
dan lain sebagainya.
Untuk rencana sistem median di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota
Batu, utamanya tetap mempertahankan median jalan yang sudah ada seperti
di ruas J alan Sultan Agung. Sedangkan koridor jalan lainnya yang perlu
direncanakan median jalannya antara lain : di ruas J alan Patimura, J alan
Diponegoro, J alan Panglima Sudirman sampai J alan Trunojoyo. Median jalan
ini direncanakan lebarnya antara - 1 meter tergantung kapasitas jalannya.
Selain itu untuk menambah nilai estetika median jalan, dapat digunakan pot-
pot tanaman yang menarik ataupun pemilihan jenis tanaman yang sesuai dan
dapat juga ditambahlan lampu-lampu hias sebagai pemanis kota pada waktu
malam. Rencana pembangunan median jalan tersebut mempunyai tujuan
juga untuk mengarahkan pandangan bagi pengemudi kendaraan serta
mengatur lalu lintas agar tertib.
3. Tempat Penyeberangan
Tempat penyeberangan bagi pejalan kaki berupa zebra cross yang beralokasi
di ruas jalan pada wilayah perencanaan sebagian besar sudah ada, hanya
perlu penambahan pada lokasi-lokasi yang mendatangkan/tarikan dan
membangkitkan penduduk. Hal ini seperti fasilitas-fasilitas perkantoran,
pendidikan, pasar, pariwisata, kesehatan / rumah sakit, dan lain sebagainya.
Adapun rencana lokasi-lokasi tersebut antara lain seperti :
a. J alan. Gajahmada (depan Plaza Batu)
b. J alan. Dewi Sartika (disekitar pasar dan terminal)
c. Pada tiap-tiap traffic light
d. Didepan fasilitas umum yaitu di J alan Agus Salim, Sudarno, Suropati,
Ikhwan Hadi, Hasanuddin, A.Yani, Abdul Gani, Sutan Agung, Brantas,
Bromo, Semeru, dan WR Supratman.
4. Sistem Parkir
Sistem parkir yang ada saat ini berupa parkir badan jalan (on street) dan
parkir di luar badan jalan (off street). Arahan parkir on street terutama pada
ruas jalan yang cukup lebar dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya,
dan sebaiknya pada setiap bangunan (terutama perkantoran, fasilitas umum
dan komersial) sudah menyediakan tempat parkir khusus sehingga tidak
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 48
mengganggu kelancaran lalu lintas. Parkir on street ini terutama diarahkan
pada wilayah-wilayah dengan intensitas bangunan padat.
Rencana arahan pengembangan sistem perparkiran di wilayah perencanaan
BWK I Pusat Kota Batu adalah sebagai berikut ;
a. Koridor J alan Gajahmada direncanakan merupakan kawasan on street
dengan menggunakan salah satu bagian bahu jalan (sebelah kanan jalan
dari arah Kota Malang). Sudut kemiringannya 45
0
.
b. Ruas jalan yang direncanakan sebagai parkir on street di kedua sisinya
(sejajar) yaitu J alan. Brantas, J alan. Agus Salim, J alan Panglima
Sudirman dan J alan Diponegoro.
c. Ruas J alan WR. Supratman direncanakan sistem on street sejajar di
sebelah kiri jalan.
d. Parkir off street direncanakan pada intensitas bangunan yang mempunyai
tarikan kendaraan cukup besar, misalnya hotel, villa, plaza, rumah sakit,
dan fasilitas rekreasi.
5. Pendestrian Way
Pembangunan pedestrian Way lebih diarahkan untuk koridor jalan yang
mempunyai intensitas kegiatan yang cukup tinggi di sekitarnya, dengan lalu
lintas jalan yang cukup ramai. Pembangunan ini bertujuan untuk
mengarahkan pengguna jalan kaki agar tidak memakai badan jalan, sehingga
lalu lintas tidak terganggu dan pejalan kakipun dapat dengan aman berjalan.
Untuk wilayah BWK I, kawasan-kawasan yang perlu diberi dan dipertahankan
pedestrian way-nya antara lain:
Kawasan-kawasan di sekitar pusat kota, antara lain: J alan. Patimura,
J alan Diponegoro, J alan. Gajahmada, J alan. Panglima Sudirman.
Kawasan di sekitar perkantoran dan fasilitas umum, antara lain: J alan.
Sultan Agung, J alan. Suropati, J alan. Agus Salim, dan J alan. Abdul Gani
Kawasan-kawasan di sekitar pusat kegiatan perdagangan dan jasa, antara
lain: J alan. Dewi Sartika, J alan. Imam Bonjol .
Kawasan obyek wisata Songgoriti J alan Arum Dalu, J alan Songgoriti.
6. Perabot J alan
Perabot jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat
mendukung terbentuknya pola transportasi kota. Termasuk dalam perabot
jalan ini adalah jaringan listrik, jaringan telepon dan telepon umum, hidrant,
bak sampah, pertandaan dan bus surat. Sesuai dengan kebutuhan
perancangan ditinjau dari segi lokasi, ketinggian, jarak dan pembentukan
lingkungan.
Jaringan listrik dan telepon
J aringan listrik merupakan salah satu perabot jalan yang harus ada di
setiap ruas jalan sehingga meminimalkan potensi kecelakaan dan
kejahatan. Elemen perancangan jaringan listrik meliputi jarak antar tiang
listrik, posisinya terhadap jaringan telepon, jarak terhadap tanah dan jarak
dengan benda lain terdekat dan kesesuian dalam tata cara penempatan
jaringan utilitas pada jaringan jalan. Terkait dengan jaringan listrik ini
adalah pemasangan lampu penerangan jalan dengan sistem partial atau
menerus. Untuk penataan tiang listrik baik SUTM maupun SUTR di
wilayah perencanaan diarahkan berjarak antara 40 sampai 50 meter,
sedangkan jarak penghantar/kabel listrik diarahkan minimal 5 meter dari
tanah, sedangkan jarak dengan benda terdekat diarahkan sekitar 0,5
meter. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyaman.
Sedangkan untuk jaringan telepon relatif tidak memelukan persyaratan
yang ketat, yaitu hanya tergantung pada posisinya terhadap jaringan
listrik. Kebutuhan akan telepon umum ternyata tidak memiliki syarat
tertentu terhadap jumlah ataupun lokasi penempatannya. Untuk optimasi
penempatannya maka digunakan pendekatan; pusat kegiatan atau
perbelanjaan memerlukan telepon umum dengan jarak kemampuan rata-
rata pejalan kaki, terletak di luar bangunan, tidak berdekatan dengan
perempatan jalan, tidak terletak pada larangan berhenti dan larangan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 49
parkir, tidak terletak pada pusat kebisingan dan memiliki ruangan yang
cukup.
Hidrant PMK
Penempatan hidrant pemadam kebakaran pada dasarnya diarahkan pada
kawasan-kawasan yang mempunyai kerawanan terjadi kebakaran,
misalnya pada kawasan perdagangan, kawasan permukiman yang padat
dan kawasan-kawasan lainnya yang mempunyai kerawanan terjadi
kebakaran yang sulit ditempuh dengan mobil kebakaran. Hidrant PMK
diarahkan pada ruas jalan utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,
Panglima Sudirman, dan Trunojoyo. Ruas J alan Dewi Sartika, Agus Salim,
Sultan Agung, Moch. Sahar, Sudarno, Suropati, Semeru, dan Indragiri.
Bus Surat
Penentuan kebutuhan akan bus surat ternyata tidak ada strandart baku.
Dengan demikian maka arahan lokasi penempatan bus surat yaitu pada
kawasan-kawasan yang mempunyai tingkat keramaian yang tinggi,
misalnya kawasan perdagangan, kawasan pendidikan ataupun pada jalan-
jalan utama yang strategis. Arahan penempatan bis surat pada ruas jalan
utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan
Trunojoyo. Ruas J alan Agus Salim, dan A.Yani
Pertandaan
J enis pertandaan disini adalah nama jalan, rambu lalu lintas, papan
pengumuman, dan iklan. Biasanya lokasi pertandaan ini berada di tepi
jalan dan trotoar. Sesuai dengan kebutuhan penempatannya, maka tata
cara penempatan penandaan ini adalah:
- Petunjuk nama jalan penempatannya pada ujung ruas jalan dan
keberadaannya mudah dilihat.
- Rambu lalu lintas yaitu pengaturan dan penempatannya disesuaikan
dengan hasil pengaturan sirkulasi dan penataan parkir.
- Iklan yaitu untuk efesiensi penempatan dan estetika maka diarahkan
untuk pemasangan iklan secara permanen dan pemasangan jenis
umbul-umbul sebaiknya dihindari.
3.6. Rencana Identititas Kawasan
Upaya untuk menampilkan identitas kawasan Pusat Kota Batu
merupakan salah satu elemen kuat yang dapat mewakili image atau gambaran
Kota Batu secara keseluruhan. Kota Batu yang sudah dikenal sebagai kota
wisata alam baik itu buatan maupun alami yang memiliki iklim sejuk, dengan
beragam hasil pertanian dan perkebunan seperti buah buahan, sayuran,
maupun bunga dan tanaman hiasnya.
Dari hasil analisa didapat gambaran bahwa BWK I Pusat Kota Batu adalah
kawasan yang sangat ideal dalam pembentukan identitas kawasan tidak hanya
untuk lingkup BWK I saja tetapi juga untuk lingkup Kota Batu secara
keseluruhan.
Identitas kawasan secara konseptual memiliki beberapa elemen
pembentuk yang apabila digabungkan akan dapat menghasilkan suatu kawasan
yang memiliki citra yang mendalam. Adapun elemen yang dimaksud adalah
sebagai berikut ;
Path adalah ;
elemen pembentuk ruang kota (biasanya linier) yang dapat berupa jalan
setapak, jalur pedestrian, jalan kendaraan dan sungai. Path merupakan
rute rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum, yakni jalan, gang gang utama, jalan transit,
lintasan kereta api, saluran, dan sebagainya. Path mempunyai identitas
yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang lebih besar (misalnya tugu, alun
alun, dan lain lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad,
pohon, dan lain lain), atau ada belokan yang jelas
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 50
Landmark adalah ;
elemen pembentuk kota yang dapat berupa bangunan fisik atau gubahan
massa atau ruang, atau detail arsitektur yang sangat spesifik dan
terkadang sangat konstektual terhadap kawasan. Elemen ini dapat
berupa lapangan, gapura, dan kemungkinan juga berkaitan dengan
historis dari kawasan tersebut. Merupakan elemen penting dari bentuk
kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota
dan membantu orang mengenali suatu daerah.
Node adalah ;
Nodes adalah area yang menjadi pusat aktivitas dimana orang dapat
merasakan perubahan aktivitas dari suatu struktur ruang kesuatu struktur
ruang yang lain, misalnya tempat dimana transportasi berhenti,
pertemuan network, pusat kegiatan bisnis dan ujung jalan.
Edges
Edges adalah ujung tepian dari matrik atau kawasan kota. Merupakan
elemen linear yang tidak dipakai sebagai path, berada pada batas antara
dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear. Edges
merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district
dengan yang lainnya. Edges memiliki identitas yang lebih baik jika
kontinuitas tampak jelas batas dan fungsinya.
District
areal spesifik yang dapat diidentifikasikan batas-batasnya secara fisik.
Citra district akan mempengaruhi citra kawasan karenanya tidak boleh
hilang, jika hilang maka citra dari kawasan juga menjadi kabur. Sebuah
kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya)
dan khas pula batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau
memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior
maupun eksterior. District mempunyai indentitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen,
serta fungsi dan posisi-posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri
sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).
Kesemua citra Kota Batu yang telah ada tersebut akan diupayakan untuk
ditampilkan dalam penataan Pusat Kota Batu yang lebih variatif dengan
menggabungkan elemen yang telah disebut diatas dalam visualisasi yang dapat
dilihat pada halaman berikut ;
3.7. Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Fasilitas
3.7.1. Permuki man
Perumahan merupakan kebutuhan esensial dari masyarakat untuk dapat
hidup layak Kebutuhan perumahan akan sejalan dengan perkembangan
penduduk yang ada. Kebutuhan akan perumahan harus direncanakan dan
disesuaikan dengan perkembangan penduduk. J umlah rumah yang ada
berdasarkan kondisi eksisting kurang lebih sebesar 13.369 rumah.
Sampai tahun akhir perencanaan 2008 diperlukan pertambahan unit
rumah sejumlah 14.760 unit dengan perincian 1.476 unit tipe besar dengan luas
lahan lebih dari 500 M2, 4.428 unit tipe sedang dengan luas lahan 300 M2, dan
8.856 unit tipe kecil dengan luas lahan 150 M2.
Dari pertambahan yang ada jumlah terbesar berada di unit lingkungan
Sisir dengan jumlah 4.272 unit rumah untuk semua tipe, sedangkan jumlah yang
terkecil di unit lingkungan Songgokerto sejumlah 1.324 unit rumah untuk semua
tipe. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana fasilitas permukiman dapat dlihat
pada tebel berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 51
Gambar 3.3. Identitas
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 52
3.4
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 53
3.5.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 54
3.6
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 55
3.7
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 56
3.8
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 57
3.9
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 58
3.10
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 59
TABEL 3.8
RENCANA FASILITAS PERUMAHAN DI BWK I
TAHUN 2008
BESAR SEDANG KECIL JUMLAH
1 UL I (Kelurahan Sisir) 427 1281 2563 4272
2 UL II (Kelurahan Temas) 287 861 1722 2870
3 UL III Kelurahan Songgokerto 132 397 795 1324
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 236 709 1418 2363
5 UL V (Desa Pesangrahan) 234 703 1406 2343
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 159 477 953 1588
1476 4428 8856 14760
No. BWK/UL
2008
Total
Sumber ; Hasil Rencana
Kecenderungan perkembangan rumah yang paling dominan sejalan
dengan mayoritas penduduk dari golongan masyarakat kecil maka rumah yang
banyak dibutuhkan adalah rumah tipe kecil dan sedang. Asumsi perbandingan
rumah berdasarkan standart dibagi dalam 3 kategori, yaitu rumah dengan skala
besar, sedang dan kecil. Untuk pencapaian tujuan yang maksimal atau
memenuhi standar kenyamanan rumah yang layak. Berdasarkan standard yang
dikeluarkan pemerintah, maka perbandingan rumah didasarkan pada
perbandingan besaran luas rumah, yaitu tiap 1 rumah berukuran besar, terdapat
3 rumah berukuran menengah dan 6 rumah berukuran kecil (perbandingan 1 : 3
: 6). Kapling tanah untuk rumah ukuran besar seluas 500 M2, rumah berukuran
menengah seluas 300 M2, dan rumah ukuran kecil seluas 150 M2.
Berdasarkan analisa tersebut rumah berukuran besar yang dibutuhkan di
wilayah perencanaan adalah sebanyak 1476 rumah, sedangkan rumah tipe
menengah dibutuhkan sebanyak 4428 rumah, dan tipe kecil dibutuhkan
sebanyak 8.856 rumah.
Selain faktor tipe rumah yang ada di kawasan perencanaan juga harus
mempertimbangkan faktor lokasi/harga, aksesbilitas serta kenyamanan dan
keamanan lokasi. Untuk perumahan umum diharapkan perkembangannya
mengisi kantong-kantong pemukiman yang telah ada dan lahan yang kosong,
serta diusahakan tidak mengkonversi lahan pertanian yang subur dan produktif.
Untuk devoleper yang ada diharapkan juga tidak mengkonversi lahan pertanian
yang subur dan produktif, tetapi lebih memprioritaskan lahan kosong dan
pertanian yang tidak produktif. Oleh karena itu rambu-rambu pengarahan dan
kebutuhan fasilitas perumahan harus diperhatikan dan diprioritaskan karena
merupakan fundamental dalam pemanfaatan lahan dan representasi dari
karakter kota.
3.7.2. Perdagangan dan Jasa
Perkembangan Pusat Kota Batu harus disertai dengan peningkatan
pelayanan fasilitas perdagangan lokal di setiap Unit Lingkungan (UL). Kawasan
perdagangan dan jasa di Kota Batu cenderung tersebar di pusat kota terutama
untuk jenis perdagangan skala kota terdapat di kekitar jalan Panglima Sudirman,
jalan Hasanudin, jalan Dewi Sartika tepatnya disekitar alun-alun, pasar dan jalur
transporatasi utama. Untuk kawasan perdagangan skala kecil dan menengah
tersebar di beberapa tempat mengikuti pola permukiman penduduk. Sedangkan
untuk kawasan jasa pada umumnya berkembang sesuai dengan kebutuhan
sehari-hari masyarakat seperti perbengkelan, warung, wartel, salon dan lain-
lain.
Fasilitas perdagangan dan jasa harus dibedakan dalam 2 aspek, yaitu
fungsi perdagangan dan jasa skala pelayanan kota dan regional serta fungsi
pelayanan skala unit lingkungan yang ada di BWK Pusat Kota Batu. Skala
perdagangan dan jasa mengikuti fungsi dan pelayanan utama kota seperti
kegiatan yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan RTRW yaitu di
Pasar Batu di sekitar J alan.Dewi Sartika, J alan. Ahmad Yani, J alan Munif dan
J alan. Agus Salim serta J alan. Sudiro, sedangkan skala pelayanan unit
lingkungan dijabarkan dalam kebutuhan setiap unit lingkunan di wilayah
perencanaan.
Sampai tahun akhir perencanaan di wilayah rencana direncanakan
terdapat 7 unit pasar umum, 30 unit toko, 295 unit kios, 295 unit warung, dan 1
unit pasar swalayan. Untuk fasilitas perdagangan yang telah ada sekarang akan
tetap pertahankan, jika jumlah rencana masih lebih kecil dari kondisi yang ada
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 60
maka jumlah yang ada sekarang masih tetap dipertahankan. Beberapa standar
yang digunakan dalam penentuan jumlah kebutuhan fasilitas perdagangan dan
jasa ini adalah ;
Untuk lebih jelasnya mengenai pertambahan fasilitas perdagangan dan
jasa dapat dilihat pada tabel berikut ;
TABEL 3.9
RENCANA FASILITAS PERDAGANAN DAN JASA DI BWK I
TAHUN 2003 - 2008
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 1 69 100 0 0 2 9 85 85 1
2 1 69 100 0 0 1 6 57 57 0
3 1 0 28 25 0 1 3 26 26 0
4 1 26 0 16 0 1 5 47 47 0
5 1 0 43 48 1 1 5 47 47 0
6 0 0 0 0 0 1 3 32 32 0
5 164 271 89 1 7 30 295 295 1 Total
UL I (Kelurahan Sisir)
UL II (Kelurahan Temas)
UL III (Kelurahan Songgokerto)
UL IV (Kelurahan Ngaglik)
UL V (Desa Pesangrahan)
UL VI (Desa Oro-oro Ombo)
No. Unit Lingkungan
Eksisti ng 2003 2008
Fasi litas Perdagangan dan Jasa Fasil itas Perdagangan dan Jasa
Sumber ; Hasil Rencana Keterangan ; 1. Pasar umum, 2. toko, 3. Kios, 4. Warung, 5. Swalayan
3.7.3. Pendidikan
J enis fasilitas pendidikan yang akan dikembangkan di wilayah rencana
adalah Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, SLTP dan SMU.
1. TK
Berdasarkan standar pelayanan fasilitas pendidikan TK, jumlah penduduk
pendukungnya sebesar 1000 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu unit
TK sebesar 0,12 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di kawasan
perencanaan adalah sebanyak 19 unit sekolah yang tersebar di seluruh unit
lingkungan. UNIT LINGKUNGAN I sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II
sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN III sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN
IV sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 4 unit dan UNIT
LINGKUNGAN VI sebanyak 1 unit.
Sampai tahun akhir perecanaan fasilitas pendidikan TK di wilayah
perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 74 unit. J adi dibutuhkan
penambahan TK sebanyak 55 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan
datang. Penambahan fasilitas pendidikan disesuaikan dengan prioritas
kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas
ini berdasarkan UNIT LINGKUNGAN adalah sebagai berikut : UNIT
LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 17 unit, UNIT LINGKUNGAN II
dibutuhkan sebanyak 10 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 5
unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 8 unit, UNIT LINGKUNGAN V
dibutuhkan sebanyak 8 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 7
unit.
Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah
ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan Tk baru diharapkan di pusat
sub unit lingkungan dan berdekatan dengan posyandu dan balai pengobatan
masyarakat.
2. SD
Berdasarkan standart fasilitas pelayanan SD dibutuhkan daya dukung
penduduk sebesar yaitu 1600 jiwa dengan luas lahan yang ideal adalah 0,24 Ha.
Kondisi saat ini di wilayah perencanaan jumlah SD ada 24 yang tersebar di
seluruh UNIT LINGKUNGAN. J umlah terbesar ada di UNIT LINGKUNGAN IV
dengan 6 unit. Sedangkan UNIT LINGKUNGAN lainnya telah merata
keberadaan SD. Berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas SD yang ada di
wilayah perencanaan sampai tahun 2008 maka dibutuhkan 46 unit dengan
jumlah penduduk 73.800 jiwa.
Penempatan fasilitas SD di wilayah perencanaan diprioritaskan di daerah
yang membutuhkan dan mengoptimalkan daya tampung yang telah ada.
Penambahan fasilitas SD juga diharapkan sekaligus peningkatan mutu dan
kualitasnya. Penempatan fasilitas SD diupayakan berdasarkan UNIT
LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I sebesar 13 unit, UNIT
LINGKUNGAN II sebesar 5 unit, UNIT LINGKUNGAN III sebesar 1 unit, UNIT
LINGKUNGAN IV sebesar 1 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebesar 3 unit, UNIT
LINGKUNGAN VI sebesar 5 unit.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 61
Dalam pengembangannya di masa mendatang pemerataan kebutuhan SD
ini sebaiknya menggunakan asumsi perbandingan jumlah SD berdaya tampung
besar, sedang dan kecil, dimana kapasitas tiap kategori adalah sebagai berikut :
- SD berdaya tampung kecil =kurang dari 200 murid
- SD berdaya tampung sedang =200 400 murid
- SD berdaya tampung besar =lebih dari 400 murid
Perbandingan sekolah dengan daya tampung besar : sedang : kecil adalah 1 : 7
: 27.
3. SLTP
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas pendidikan SLTP, jumlah
penduduk pendukungnya sebesar 4500 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk
satu unit SLTP sebesar 0,27 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di
kawasan perencanaan adalah sebanyak 6 unit sekolah yang tersebar di 5 UNIT
LINGKUNGAN, kecuali UNIT LINGKUNGAN III. UNIT LINGKUNGAN I sebanyak
1 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN IV
sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 2 unit dan UNIT
LINGKUNGAN VI sebanyak 1 unit.
Sampai tahun akhir perencanaan fasilitas pendidikan SLTP di wilayah
perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 16 unit. J adi dibutuhkan
penambahan SLTP sebanyak 9 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan
datang. Penambahan fasilitas pendidikan disesuaikan dengan prioritas
kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas
ini berdasarkan UNIT LINGKUNGAN adalah sebagai berikut : UNIT
LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan
sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 1 unit, UNIT
LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN V
dibutuhkan sebanyak 1 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 1
unit.
Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah
ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan SLTP baru dikembangkan
juga di pusat UNIT LINGKUNGAN atau kawasan khusus karena supaya
pengembangannya optimal.
Untuk masa mendatang dengan adanya kemungkinan perkembangan
wilayah tertentu, maka akan diperlukan penambahan pada kawasan yang belum
terdapat fasilitas pendidikan SLTP ini sesuai dengan arahan kegiatan di tiap
kawasan. Sedangkan di wilayah lainnya akan diperkirakan mengalami
pengurangan karena berkurangnya jumlah murid. Penambahan yang dilakukan
sebaiknya mempertimbangkan asumsi perbandingan SLTP dengan daya
tampung besar, sedang dan kecil, dimana masing-masing mempunyai kapasitas
murid yang berbeda, yaitu :
- SMP berdaya tampung kecil =kurang dari 350 murid
- SMP berdaya tampung sedang =350 700 murid
- SMP berdaya tampung besar =lebih dari 700 murid
Perbandingan sekolah berdaya tampung besar : sedang : kecil adalah 1 : 1 : 2.
4. SMU
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas pendidikan SMU, jumlah
penduduk pendukungnya sebesar 4800 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk
satu unit SMU sebesar 0,27 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di
kawasan perencanaan adalah sebanyak 8 unit sekolah yang tersebar di 4 UNIT
LINGKUNGAN, kecuali UNIT LINGKUNGAN III dan UNIT LINGKUNGAN V.
UNIT LINGKUNGAN I sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 1 unit,
UNIT LINGKUNGAN IV sebanyak 2 unit, dan UNIT LINGKUNGAN VI sebanyak
4 unit.
Sampai tahun akhir perencanaan fasilitas pendidikan SMU di wilayah
perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 15 unit. J adi dibutuhkan
penambahan SMU sebanyak 7 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan
datang. Penambahan fasilitas pendidikan disesuaikan dengan prioritas
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 62
kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas
ini berdasarkan UNIT LINGKUNGAN adalah sebagai berikut : UNIT
LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan
sebanyak 3 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 1 unit, UNIT
LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN V
dibutuhkan sebanyak 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 2
unit.
Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah
ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan SLTA baru dikembangkan
juga di pusat UNIT LINGKUNGAN atau kawasan khusus karena supaya
pengembangannya optimal dan peningkatan mutu dari sekolah yang ada.
Berikut standar daya tampung untuk sekolah dengan daya tampung besar,
sedang dan kecil :
- Daya tampung kecil =kurang dari 550 murid
- Daya tampung sedang =550 1.000 murid
- Daya tampung besar =lebih dari 1.000 murid
Perbandingan sekolah daya tampung kecil : sedang : besar adalah 1 : 4 : 5.
Penambahan fasilitas pendidikan ini merupakan ukuran standard yang
normantif, yang bersifat dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan pendanaan dari pemerintah kota dalam pembangunannya.
Sedangkan untuk fasilitas yang telah ada keberadaannya akan tetap
dipertahankan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jumlah fasilitas
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ;
TABEL 3.10
RENCANA FASILITAS PENDIDIKAN DI BWK I
TAHUN 2008
TK SD SLTP SMU PONPES AKADEMI TK SD SLTP SMU AKADEMI
1 UL I (Kelurahan Sisir) 4 4 1 1 0 0 21 13 5 4 0
2 UL II (Kelurahan Temas) 4 4 1 1 0 0 14 9 3 3 0
3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 2 3 0 0 0 1 7 4 1 1 1
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 4 6 1 2 0 1 12 7 3 2 1
5 UL V (Desa Pesangrahan) 4 4 2 0 1 0 12 7 3 2 0
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1 3 1 4 0 0 8 5 2 2 0
19 24 6 8 1 2 74 46 16 15 2 Total
No. Unit Lingkungan
JUMLAH DAN JENIS FASILITAS EKSISTING RENCANA TAHUN 2008
Sumber ; Hasil Rencana
3.7.4. Perkantoran
Kebutuhan pelayanan fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan dapat
dibedakan, yaitu perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta. Perkantoran
pemerintah dibagi dalam 2 kategori dari sudut pandang pelayanan, yaitu
pelayanan lokal dan pelayanan regional. Pelayanan lokal seperti Kantor
Kelurahan dan Kantor kecamatan, sedangkan kantor pemerintahan berskala
kota seperti kantor Dinas yang jangkauannya skala pelayanan Kota bahkan
regional.
Perkantoran swasta terkait dengan pelayanan pada sektor perdagangan
dan jasa. Kantor swasta biasanya terkait dengan investasi dan peluang pasar,
dimana pasar melihat berkembangnya peluang ekonomi yang terkait dengan
pengembangan Kota Batu. Pusat Kota Batu sebagai pusat kegiatan skala
pelayanan kota dan regional, maka kemingkinan berkembangya fungsi
perkantoran sangat besar. Perkantoran yang berpotensi sangat besar untuk
berkembang adalah kantor pengacara, notaris, konsultan, bank, kegiatan
ekspedisi dan jasa terkait dengan pariwisata. Fasilitas perkantoran juga akan
dikembangkan dalam koridor dan zoning wilayah perkantorannya. Diharapkan
keberadaan kantor baru sejalan dengan view dan koridor sky line di kawasan
perencanaan yang ada.
Sarana perkantoran juga harus dilengkapi dengan parkir dan sarana
umum lainnya yang mendukung kegiatan tersebut. Sarana parkir dan sirkulasi
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 63
tranportasi harus menjadi acuan utama penentuan kawasan perkantoran supaya
tidak menimbulkan kemacetan dan titik konflik baru di wilayah perencanaan
tersebut. Kebutuhan fasilitas perkantoran diarahkan di sekitar J alan. Sultan
Agung, J alan Panglima Sudirman, J alan. Wr. Supratman dan J alan. Diponegoro
dan J alan. Oro- Oro Ombo Raya
Untuk fasilitas perkantoran yang memiiliki standard dalam penyediaanya
adalah ;
1. Kantor Pos
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas dengan daya dukung penduduk
adalah 1 kantor pos kota didukung oleh 120.000 jiwa dengan luas lahan yang
dibutuhkan sebesar 0,05 m
2
/orang. Kategori kantor pos ini termasuk kantor pos
dengan skala pelayanan kecamatan. Kebutuhan akan kantor pos tidak hanya
skala pelayanan BWK, tetapi juga dibutuhkan sebuah kantor pos untuk skala
pelayanan kota.
Kondisi eksisting di wilayah perencanaan sampai saat ini belum memiliki
kantor pos untuk pelayanan skala kota, berdasarkan estimasi sampai tahun
2008, maka dibutuhkan sebuah kantor pos untuk pelayanan kota. Dalam lima
tahun yang akan datan maka adanya penambahan 1 unit. Letaknya diarahkan
di pusat Kota sekitar J alan Sultan Agung.
2. Pos Polisi
Berdasarkan standart kebutuhan pelayanan yang ideal, 1 pos polisi
didukung oleh 30.000 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan 0,13 m
2
/orang.
Kondisi eksisting di wilayah perencanaan saat ini ada 1 pos kantor polisi di
J alan. Ahmad Yani. Berdasarkan estimasi kebutuhan sampai dengan tahun
2008 dengan umlah penduduk mencapai 73.800 jiwa maka dibutuhkan 2 kantor
pos polisi. Sehingga dibutuhkan penambahan 1unit di BWK I untuk skala
pelayanan BWK.
Penambahan kebutuhan ini juga seiring peningkatan kepolisian di Kota
Batu menjadi Polresta dan rencananya akan dibangun kantornya di J unrejo,
distribusi dari kantor polisi untuk idealnya disesuaikan dengan master plan dari
kepolisisan itu sendiri. Diharapkan keberadaan kantor polisi berada di lokasi
strategis dan dapat memberikan rasa pengayoman masyarakat.
3.7.5. Peribadatan
Pelayanan kebutuhan fasilitas Peribadatan harus disesuaikan dengan
karakter masyarakat dan kesesuaian dengan prinsip pluralisme yang menjadikan
Kota Batu sebagai kota terbuka sejalan dengan prinsip pariwisata dan
agropolitan yang madani. Kebutuhan akan pelayanan fasilitas peribadatan
disesuaikan dengan jenis agama yang ada yaitu, Islam, Kristen Protestan dan
Katholik, Hindu dan Budha. Selain itu juga kebutuhan akan pengembangan
masyarakat yang menganut sistem kepercayaan juga harus diberikan tempat,
tetapi dalam analisa kebutuhan fasilitas peribadatan tidak diproyeksikan. Dalam
proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan yang diproyeksikan adalah Masjid,
Langgar, Gereja dan Wihara.
1. Masj id
Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas peribadatan di masa mendatang
digunakan perkirakan jumlah penduduk menurut agama yang dianutnya selama
periode perencanaan. Sedangkan dasar perkiraan jumlah pemeluk agama di
masa mendatang adalah dengan menggunakan proporsi pemeluk agama saat
ini. Dengan anggapan bahwa tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi
sehingga proporsi tersebut tetap selama masa periode perencanaan. Daya
dukung untuk Masjid di kawasan perencanaan secara standart adalah 30.000
penduduk. Berdasarkan kondisi eksisting J umlah Masjid yang ada di kawasan
perencanaan sebanyak 38 unit, dengan komposisi 1 Masjid Agung. J umlah
Masjid yang ada tersebar di 6 UNIT LINGKUNGAN, yaitu : UNIT LINGKUNGAN
I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V
masing-masing memiliki 8 Masjid, sedangkan UNIT LINGKUNGAN III dan UNIT
LINGKUNGAN VI ada 3 unit.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 64
Berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas maka hanya dibutuhkan total 2
unit Masjid di wilayah perencanaan, sedangkan saat ini telah memiliki 38 unit,
oleh karena itu keberadaan yang telah ada akan tetap dipertahankan. Mengingat
peran serta masyarakat dalam pembangunan tempat ibadah ini cukup tinggi
maka penambahan jumlah berdasarkan swadaya masyarkat akan tetap
diperbolehkan.
2. Langgar
Berdasarkan standart kebutuhan keberadaan langgar didukung oleh
jumlah penduduk sebesar 2500 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk sebuah
langgar yang ideal adalah 0,03 Ha. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada
jumlah langgar di wilayah perencanaan sebanyak 162 unit yang tersebar di
seluruh UNIT LINGKUNGAN yang ada dengan jumlah terbesar di UNIT
LINGKUNGAN I dan UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 47 unit. Sedangkan
jumlah terkecil ada di UNIT LINGKUNGAN III Songgokerto sebanyak 9 unit.
Sampai tahun 2008 kebutuhan langgar sampai dengan 2008 dibutuhkan
sebanyak 27 unit sedangkan saat ini telah berjumlah 162 unit langgar. Oleh
karena itu sampai tahun 2008 tidak dibutuhkan penambahan langgar lagi apabila
dilihat secara standar. Tetapi bila ada penambahan maka masih dapat diterima
mengingat swadaya masyarakat yang tinggi.
3. Gerej a
Berdasarkan standart kebutuhan fasilitas, Gereja didukung oleh 10.000
jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,05 Ha dengan sarana penunjang
seperti parkir, gedung pertemuan dan perpustakaan mini. Kondisi saat ini di
BWK I Pusat Kota Batu memiliki 8 gereja yang tersebar di UNIT LINGKUNGAN
IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Di UNIT LINGKUNGAN IV ada 6 gereja,
sedangkan di UNIT LINGKUNGAN V ada 2 gereja. Peribadatan gereja dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu Gereja Katholik dan Gereja Protestan.
Sampai tahun akhir perencanaan tahun 2008 maka dibutuhkan total
keseluruhan penambahan hanya 1 unit gereja di UNIT LINGKUNGAN I.
4. Wihara
J umlah fasilitas ibadah Vihara saat ini sebanyak 3 unit yang terletak di
UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Berdasarkan jumlah
penduduk pendukung untuk 1 unit Vihara dapat melayani 1000 penduduk, maka
sampai dengan tahun 2008 tidak dibutuhkan penambahan karena
keberadaannya masih memadai.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kebutuhan fasilitas ibadah dari
tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, maka dijabarkan dalam tabel di bawah
ini.
TABEL 3.11
RENCANA FASILITAS PERIBADATAN DI BWK I
TAHUN 2003 - 2008
Masjid Langgar Gereja Wihara Masjid Langgar Gereja Wihara
1 UL I (Kelurahan Sisir) 8 47 0 0 1 8 1 0
2 UL II (Kelurahan Temas) 8 47 0 0 1 6 0 0
3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 8 9 0 0 0 2 0 0
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 8 13 6 2 0 4 6 2
5 UL V (Desa Pesangrahan) 3 27 2 1 0 4 2 1
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 3 19 0 0 0 3 0 0
38 162 8 3 2 27 9 3
Tahun 2008
Total
No. Unit Lingkungan
Tahun 2003
Sumber ; Hasil Rencana
3.7.6. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan BWKI Pusat Kota
Batu meliputi : Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Swasta, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, tempat praktek dokter, dan Apotik.
Proyeksi ke depan maka berdasarkan kondisi eksisting akan ditambah BKIA dan
Rumah sakit Bersalin. Adapun penambahan fasilitas kesehatan mengikuti
standart disesuaikan dengan daya dukung penduduk di wilayah perencanaan.
Perkiraan jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan ini diperlukan dalam
rangka mempersiapkan kemampuan pelayanan atas meningkatnya jumlah
penduduk di masa mendatang. Peningkatan pelayanan kesehatan perlu pula
disertai dengan peningkatan kesadararan masyarakat akan masalah kesehatan.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 65
Berdasarkan standart di atas maka proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan
dijabarkan sesuai jenis fasilitas kesehatan yang dibutuhkan oleh penduduk.
1. Apotek
Berdasarkan standart dan ratio perbandingan dengan penduduk, maka
jumlah penduduk pendukung untuk 1 unit apotek adalah 10.000 jiwa dengan
luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,035 Ha (350 m
2
). Sarana penunjang untuk
apotik adalah adanya tempat parkir sehingga tidak menimbulkan kemacetan.
Lokasinya diharapkan ada pada pusat unit lingkungan. J umlah apotik yang ada
di wilayah perencanaan saat in sebanyak 9 buah untuk melayani kebutuhan
penduduk dengan skala pelayanan BWK dan Pusat Kota Batu dengan jumlah
penduduk sebesar 66.843 jiwa.
J umlah apotek yang ada di kawasan perencanaan terletak di 4 UNIT
LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT
LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V. J umlah apotik di UNIT
LINGKUNGAN I sebanyak 3 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 2 unit, UNIT
LINGKUNGAN IV sebanyak 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 2 unit.
Sampai tahun akhir perencanaan 2008 berdasarkan rencana masih belum
dibutuhkan penambahan, karena berdasarkan standad dibutuhkan 7 unit
sedangkan saat ini masih terdapat 9 unit apotek.
2. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Konsep pengembangan Puskesmas yang digunakan di BWK Pusat Kota
Batu yaitu konsep kewilayahan, jadi tidak hanya berdasarkan standar
penduduk pendukungnya. Dalam hal ini diharapkan ada 6 puskesmas pada
BWK Pusat Kota Batu Saat ini jumlah Puskesmas yaitu 1 unit di UNIT
LINGKUNGAN III Songgokerto. J ika dikaji berdasarkan konsep kewilayahan
maka pertambahan Puskesmas harus ada pada setiap UNIT LINGKUNGAN
karena fungsi dan perannya yang sangat vital bagi kesehatan masyarakat,
khususnya masyarakat kelas bawah. Kondisi ideal ini mengoptimalkan fungsi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Namun jika berdasarkan pada perhitungan analisa yang dilakukan, yaitu
dengan standar daya tampung 1 unit Puskesmas, maka harus didukung oleh
120.000 penduduk maka berdasarkan analisa itu sampai tahun 2008 masih
belum dibutuhkan penambahan. Satu unit puskesmas disesuaikan dengan
jumlah penduduk di Pusat Kota Batu sampai tahun 2008 mencapai 73.800 jiwa.
Lokasi yang ideal untuk puskesmas sebaiknya diletakkan di pusat BWK. Sarana
pendukung untuk puskesmas adalah tempat parkir, pelayanan pemerintah dan
sosial yang terkait, gedung serba guna dan apotik. Luas lahan yang layak untuk
fasilitas Puskesmas sebesar 2400 m
2
.
Kebutuhan pendekatan ini sebaiknya menggabungkan kebutuhan
berdasarkan standart pelayanan dan penyesuaian dengan kewilayahan
sehingga setiap UNIT LINGKUNGAN ada 1 Puskesmas pembantu untuk
menunjang pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal. Penambahan
puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak dan setiap tahun
terjadi 1 penambahan sehingga sampai tahun 2008 seluruh UNIT LINGKUNGAN
di BWK Pusat Kota Batu telah memiliki puskesmas pembantu. Oleh karena itu
Puskesmas pembantu di wilayah perencanaan dibutuhkan penambahan
sebanyak 5 unit. Luas lahan yang layak untuk puskesmas pembantu adalah
sebesar 1200 m
2
dengan sarana pendukung lainnya.
3. Tempat Praktek Dokter
Sarana praktek dokter juga merupakan salah satu sarana yang
terintegrasi pada kawasan perumahan dengan daya dukung 5000 penduduk.
Lokasi tempat praktek dokter dapat terintegrasi dengan rumah atau tempat
praktek tersendiri. Sampai saat ini jumlah tempat praktek dokter di BWK I Pusat
Kota Batu ada 16 unit yang tersebar di 4 UNIT LINGKUNGAN, yaitu UNIT
LINGKUNGAN I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT
LINGKUNGAN V. J umlah praktek dokter di UNIT LINGKUNGAN I ada 7 unit,
UNIT LINGKUNGAN II ada 2 unit, UNIT LINGKUNGAN IV ada 11 unit dan UNIT
LINGKUNGAN III ada 3 unit.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 66
Praktek dokter biasanya ada pada pemukiman berkarakter perkotaan
karena masyarakat cenderung modern dan biayanya relatif lebih mahal daripada
puskesmas dan mantri secara umum. Berdasarkan proyeksi sampai tahun 2008
praktek dokter dibutuhkan sebanyak 25 unit dengan tersebar di seluruh UNIT
LINGKUNGAN yang ada di BWK Pusat Kota Batu. J umlah terbesar ada di UNIT
LINGKUNGAN I dengan 7 tempat praktek dokter, sedangkan UNIT
LINGKUNGAN II ada 3 unit, UNIT LINGKUNGAN III ada 2 unit, UNIT
LINGKUNGAN IV ada 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V ada 3 unit dan UNIT
LINGKUNGAN VI ada 3 unit.
4. Rumah Sakit
Rumah sakit umum merupakan rumah sakit dengan jangkauan pelayanan
skala kota dengan pendukung yaitu 240.000 penduduk. Luas tanah yang
dibutuhkan secara ideal untuk sebuah rumah sakit adalah 86.400 m
2.
Sarana
pendukungnya dapat berupa taman, area parkir, sekaligus apotik dan penunjang
kebutuhan kesehatan lainnya. Lokasinya tidak harus bergabung dengan fasilitas
lainnya, tetapi dibutuhkan kawasan yang tenang dan nyaman diharapkan
memiliki aksesbilitas yang cukup baik.
Sampai saat ini di BWK Pusat Kota Batu telah memiliki 3 unit Rumah Sakit
yang terletak di UNIT LINGKUNGAN IV ada 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN V
ada 1 unit. Sampai tahun 2008 berdasarkan proyeksi kebutuhan penduduk di
BWK Pusat Kota Batu, maka tidak dibutuhkan keberadaan rumah sakit. Oleh
karena itu BWK Pusat Kota Batu sebagai pusat pelayanan skala Kota maka
fungsi dan pelayanan rumah sakit yang ada tidak dapat digunakan acuan
berdasarkan skala pelayanan BWK saja, tetapi penduduk Kota Batu secara
keseluruhan.
Rumah Sakit yang ada di BWK I, ada secara khusus yaitu Rumah Sakit
Paru-Paru bahkan untuk skala pelayanan regional J awa Timur. Keberadaan
Rumah Sakit Paru-paru ada di Batu karena kesegaran dan kenyamanannya
yang mendukung untuk pengobatan dan penyembuhan paru-paru. Keberadaan
Rumah sakit paru-paru secara kewenangan langsung berada di bawah Propinsi
J awa Timur. Sedangkan di Batu belum memiliki rumah sakit umum maka ada
dua kemungkinan untuk pengembangan ke depan, yaitu memperluas dan
meningkatkan pelayanan rumah sakit Paru-Paru ditambah dengan pelayanan
medis umum atau menyiapkan 5 tahun ke depan untuk mendirikan rumah sakit
umum daerah untuk skala pelayanan Kota Batu.
Fasilitas keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah harus dikembangkan
dan dipersiapkan karena sebagai Kota Batu belum memiliki rumah sakit
tersendiri. Oleh karena itu mengingat fasilitas ini merupakan salah satu sarana
vital untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya yang
murah maka perlu dikembangkan. Keberadaannya juga sangat mendukung
untuk pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan mandiri. Arahan
untuk pengembangan rumah sakit umum ini berloksi di UNIT LINGKUNGAN II
Temas di ruas J alan Sultan Agung.
5. Balai Pengobatan
Berdasarkan standart yang ada, Fasilitas Balai Pengobatan harus
didukung dengan jumlah penduduk 3000 orang dengan kebutuhan standart
untuk setiap unitnya seluas 0,03 Ha. Sarana pendukungnya diharapkan adanya
tempat parkir. Lokasinya diharapkan dalam radius ideal yaitu 500 m
2
dan
keberadaannya di Pusat Unit Lingkungan. Sampai saat ini jumlah Balai
Pengobatan di kawasan perencanaan adalah sebanyak 5 unit yang tersebar di 2
UNIT LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I dan UNIT LINGKUNGAN IV.
Di UNIT LINGKUNGAN I ada 3 unit dan UNIT LINGKUNGAN IV ada 2 unit
dengan jumlah penduduk saat ini sebesar 66.843 jiwa.
Berdasarkan analisa sampai dengan tahun 2008, kebutuhan akan fasilitas
Balai Pengobatan dibutuhkan sebanyak 25 unit untuk mendukung jumlah
penduduk 73.800 jiwa. Sampai tahun 2008 maka dibutuhkan penambahan
fasilitas Balai Pengobatan sebanyak 20 unit. Penempatan kebutuhan sebanyak
20 unit, yaitu di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 7 unit, UNIT LINGKUNGAN II
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 67
dibutuhkan 5 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan 2 unit, UNIT
LINGKUNGAN IV dibutuhkan 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 4 unit,
dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3 unit. Diharapkan distribusi Balai
Pengobatan ada pada daerah pemukiman dan Pusat Sub Unit Lingkungan.
Kebutuhan penambahan prioritas Balai Pengobatan lebih diutamakan
pada UNIT LINGKUNGAN yang belum memiliki Balai Pengobatan dan jauh dari
jangkauan pelayanan fasiltas kesehatan lainnya : seperti UNIT LINGKUNGAN VI
dan UNIT LINGKUNGAN V, penambahan fasiltas Balai Pengobatan dilakukan
secara bertahap dan disesuaikan berdasarkan skala prioritas.
TABEL 3.12
RENCANA FASILITAS KESEHATAN DI BWK I
TAHUN 2003 - 2008
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 3 0 1 7 0 3 2 0 1 7 1 7
2 2 0 0 2 0 0 1 0 0 5 0 5
3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 2
4 2 0 0 11 2 2 1 0 0 4 0 4
5 2 0 0 3 1 0 1 1 0 4 0 4
6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 0 3
9 1 1 16 3 5 7 1 2 25 1 25
No. Unit Lingkungan
Total
UL I (Kelurahan Sisir)
UL II (Kelurahan Temas)
UL III (Kelurahan Songgokerto)
UL IV (Kelurahan Ngaglik)
UL V (Desa Pesangrahan)
UL VI (Desa Oro-oroOmbo)
2008
Jenis Fasil itas Kesehatan Jenis Fasilitas Kesehatan
Eksisting 2003
Sumber ; Hasil Rencana
Keterangan ; 1. Apotek, 2. Puskesmas, 3. Puskesmas Pembantu, 4. Praktek Dokter,
5. Rumah Sakit, 6. Balai Pengobatan
3.7.7. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya
1. Pos Hansip
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas kebutuhan pos hansip dan balai
pertemuan didukung oleh 2500 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar
0,16 m
2
/orang. Kategori kebutuhan pos hansip dan balai pertemuan termasuk
dalam kategori pelayanan sub unit lingkungan.
Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka dibutuhkan pos hansip
dan balai pertemuan sebanyak 30 unit dari masing-masing. Penambahan
dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas.
Sampai tahun akhir rencana 2008 di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9
unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III
dibutuhkan 3 unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5 unit, UNIT
LINGKUNGAN V dibutuhkan 5 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3
unit. Pembangunan pos hansip dan balai pertemuan juga seringkali atas
swadaya masyarakat dan sumbangan dari dunia usaha di sekitarnya.
2. Gedung Serbaguna
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas dengan daya dukung penduduk
adalah 1 gedung serbaguna didukung oleh 30.000 jiwa dengan luas lahan yang
dibutuhkan sebesar 0,13 m
2
/orang. Gedung serbagunan masuk dalam skala
kategori pelayanan BWK atau Kecamatan
Sampai tahun akhir rencana maka dibutuhkan 2 unit gedung serbaguna di
BWK I Pusat Kota Batu. Dalam lima tahun yang akan datang maka dibutuhkan
penambahan 2 unit. J ika dikaji dari jumlah penduduk dan komposisi kewilayahan
maka penempatannya di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 1 unit, dan UNIT
LINGKUNGAN V dibutuhkan 1 unit.
3. Lapangan Olahraga
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas lapangan olahraga memiliki daya
dukung penduduk sebesar 30.000 jiwa. Lapangan olahraga merupakan sarana
sosialisasi masyarakat dan memiliki nilai strategis dalam menciptakan harmoni
sosial.
Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka kebutuhan lapangan
olahraga di kawasan perencanaan dibutuhkan 2 unit. Dalam lima tahun yang
akan datang maka adanya penambahan 2 unit. Penempatannya berdasarkan
jumlah penduduk dan faktor kewilayahan maka diletakkan di UL I dan UL IV.
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas umum di BWK I Pusat Kota
Batu lihat tabel berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 68
TABEL 3.13
RENCANA FASILITAS UMUM DI BWK I
TAHUN 2008
GEDUNG SERBAGUNA POS HANSIP GEDUNG MAKAM LAPANGAN OLAH RAGA
SERBAGUNA
1 UL I (KelurahanSisir) 1 9 1 9 1
2 UL II (Kelurahan Temas) 0 6 0 6 0
3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 0 3 0 3 0
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 0 5 1 5 0
5 UL V (Desa Pesangrahan) 0 5 1 5 0
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 0 3 0 3 0
Total 2 31 3 31 2
No. Unit Lingkungan
JENIS (UNIT)
Sumber ; Hasil Rencana
3.7.8. Ruang Terbuka Hij au (RTH)
Persebaran taman biasanya ada di lingkungan pemukiman dan sebagian
lagi berada di ujung dan pertemuan jalan-jalan raya, serta taman kota (alun-
alun), sedangkan dari sisi pemanfaatannya RTH dapat sebagai penyejuk,
daerah resapan, respirasi dan estetika lingkungan dan juga sebagai sarana
sosialisasi masyarakat dan olahraga. RTH yang ada di Pusat Kota Batu tersebar
di Kelurahan/desa yang ada :
Taman Makam Pahlawan berada di J alan Suropati
Stadion Gelora Brantas berada di J alan Sultan Agung
Alun-alun Kota Batu berada di Selatan J alan Gajah Mada.
Taman-taman lingkungan yang berada di kawasan perumahan,villa dan hotel
Lapangan olahraga dan makam yang tersebar di setiap Kelurahan
Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam
keseimbangan lingkungan dan pertumbuhan kota yang berkelanjutan.
Berdasarkan kebutuhan standart untuk taman di perumahan dan taman
pada lingkup pelayanan RW. Taman di lingkup perumahan dibutuhkan dengan
jumlah penduduk 250 jiwa, sedangkan taman lingkup RW didukung dengan
jumlah 2500 jiwa penduduk. Estimasi kebutuhan taman di BWK I Pusat Kota
Batu sampai tahun 2008 dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 73.800 jiwa
maka dibutuhkan taman untuk perumahan disesuasikan dengan kebutuhan per
UL dengan asumsi 1 m
2
/jiwa, dan kebutuhan taman pada lingkup RW dengan
luasan 0,5 m
2
/jiwa. J elasnya lihat tabel berikut untuk estimasi kebutuhan taman
di BWK Pusat Kota Batu.
TABEL 3.14
RENCANA FASILITAS RUANG TERBUKA HIJAU DI BWK I
TAHUN 2008
No.
Unit Lingkungan
Tahun 2008
Taman (m2/jiwa)
Taman (Lingkup Perumahan)
Taman ( Lingkup
RW)
1 UL I (Kelurahan Sisir) 85 8,54
2 UL II (Kelurahan Temas) 57 5,74
3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 26 2,65
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 47 4,73
5 UL V (Desa Pesangrahan) 47 4,69
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 32 3,18
Total 295 29,52
Sumber ; Hasil Rencana
Makam merupakan fasilitas umum yang penting, tetapi seringkali
diabaikan dan disepelekan. Permasalahan makam seringkali muncul khususnya
perumahan devoleper karena masyarakatnya bukan asli dari kampung setempat
ketika meninggal ditolak untuk dimakamkan di makam kampung. Oleh karena itu
masalah makam merupakan fasilitas umum yang perlu dipertimbangkan ke
depan karena keterbatasan lahan.
Berdasarkan standart pelayanan untuk makam didukung oleh 2500 jiwa
dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 0,16 m
2
/orang. Berdasarkan Arahan
rencana sampai tahun 2008, maka dibutuhkan makam sebanyak 30 unit.
Penambahan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas.
Berdasarkan estimasi di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9 unit, UNIT
LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan 3 unit,
UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 5
unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3 unit. Kondisi makam yang ada
telah memadai di kawasan perencanaan. Pemukiman masyarakat pada
umumnya telah memiliki tanah pemakamannya masing-masing.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 69
3.8. Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Util itas
3.8.1. Listrik
Untuk pemenuhan kebutuhan listrik di BWK I secara umum seluruh
wilayah terlayani jaringan listrik dari PLN. Sehingga untuk perencanaan masa
mendatang kebutuhan listrik yang perlu diperhatikan yaitu perluasan jaringan ke
wilayah-wilayah permukiman baru dan penyediaan daya sesuai dengan
perkiraan kebutuhan. Kebutuhan terhadap listrik ini tidak hanya untuk konsumsi
rumah tangga, tetapi juga untuk penerangan jalan, fasilitas sosial, perdagangan
dan jasa. Standar yang digunakan untuk menganalisa kebutuhan listrik di suatu
wilayah adalah sebagai berikut
Rumah tangga kapling besar : 1300 watt
Rumah tangga kapling sedang : 900 watt
Rumah tangga kapling kecil : 450 watt
Kebutuhan komersial : 15 % dari kebutuhan rumah tangga
Kebutuhan sosial : 10 % dari kebutuhan rumah tangga
Kehilangan daya : 10 % dari kebutuhan rumah tangga
Cadangan : 10 % dari kebutuhan rumah tangga
Penerangan J alan : 40% dari kebutuhan rumah tangga
Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis kebutuhan listrik di BWK I
Pusat Kota Batu, maka sampai dengan tahun 2008 diperkirakan kebutuhan
untuk perumahan kavling besar, sedang dan kecil totalnya sebesar 9.889.150
watt. Sedangkan kebutuhan jaringan listrik secara keseluruhan di BWK I Pusat
Kota Batu adalah sebesar 18.294.298 Watt.
TABEL 3.15
RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA DI BWK I
TAHUN 2008
No.
Unit Lingkungan
Kebutuhan 2008
(watt)
1 UL I (Kelurahan Sisir) 2.861.908
2 UL II (Kelurahan Temas) 1.922.972
3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 887.371
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 1.583.108
5 UL V (Desa Pesangrahan) 1.569.562
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1.064.230
Total 9.889.150
Sumber ; Hasl Rencana
TABEL 3.16
RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI BWK I
TAHUN 2008
No. Jenis Kebutuhan
Kebutuhan
Tahun
2008
(Watt)
1 Rumah Tangga 9.889.150
2 Komersial 1.483.373
3 Sosial 988.915
4 Kehilangan Daya 988.915
5 Cadangan 988.915
6 Penerangan J alan 3.955.660
Total 18.294.928
Sumber ; Hasl Rencana
Dalam pengembangannya dibutuhkan koordinasi dengan instansi terkait,
khususnya PLN Batu sehingga utilitas kebutuhan listrik dapat terkait dengan
pemanfaatan rencana ruang di BWK I Pusat Kota Batu. Utilitas listrik di kawasan
perencanaan dibutuhkan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dan
bagaimana mensosialisasikan hemat listrik sehingga kebutuhan listrik dapat
terlayani dengan baik dan keberlanjutan. Perlu juga dipertimbangkan sumber
alternatif listrik baru di kawasan perencanaan yang berbasiskan pedesaan
dengan pemanfaatan kotoran sapi dan panas bumi sebagai sumber energi baru
serta pemanfaatan teknologi sinar matahari. Untuk lebih jelas mengenai
kebutuhan listrik dan arahan pengembangan jaringan listrik di BWK I Pusat Kota
Batu sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat di tabel dan peta 3.12 berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 70
Peta J ar Listrik 3.12
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 71
3.8.2. Air Bersih
Sumber air bersih untuk BWK I Pusat Kota Batu ada dua, yaitu
berdasarkan sumber mata air dan pelayanan air bersih PDAM. Sumber air
bersih untuk wilayah perkotaan dan khususnya jalan-jalan utama maka
sumbernya berdasarkan PDAM, sedangkan untuk daerah yang berkarakter
pedesaan dan agak jauh dari jalan-jalan utama, seperti Toyomerto, Oro-Oro
Ombo, Srebet Pesanggrahan, Songgoriti dan Trunojoyo menggunakan sumber
mata air. Kawasan perdagangan dan jasa, sentra
perkantoran, perhotelan dan kawasan wisata pada umumnya menggunakan
sumber PDAM.
Sumber mata air yang ada di BWK I Pusat Kota Batu ada 30 titik sumber
mata air yang tersebar di seluruh UL yang ada. Sedangkan sumber mata air
yang pemanfaatan airnya digunakan oleh PDAM adalah Sumber Darmi, Sumber
Kasinan, dan Sumber Torongbelok. Kondisinya dari sumber air yang ada baik
dan kelestarian lingkungan sekitar dan daerah penyangganya harus dilestarikan
supaya debit dan kualitas airnya tetap baik.
Untuk mengetahui tingkat kebutuhan penduduk terhadap penyediaan air
minum/bersih ini, maka digunakan standar bahwa :
Setiap penduduk membutuhkan 80 lt/orang/hr, sehingga rumah tangga
dengan jumlah keluarga 5 orang dibutuhkan 400 lt/kk/hr.
Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15 % dari kebutuhan
rumah tangga.
Fasilitas komersial sebesar 20 % dari kebutuhan rumah tangga.
Industri sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga.
Cadangan kebocoran 10 % dari kebutuhan total.
Pemadam kebakaran sebesar 10 % dari kebutuhan total.
Dengan demikian berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum
sesuai proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2008 adalah 5.904.000 lt/hr.
Sedangkan untuk total kebutuhan air bersih secara keseluruhan di BWK I Pusat
Kota Batu adalah 9.741.600 lt/hr. J elasnya kebutuhan air bersih di kawasan
perencanaan lihat pada tabel berikut ;
TABEL 3.17
RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI BWK I
TAHUN 2008
No. Unit Lingkungan
KEBUTUHAN 1 ORANG/HARI (80 Lt)
2008
1 UL I (Kelurahan Sisir) 1.708.640
2 UL II (Kelurahan Temas) 1.148.080
3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 529.760
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 945.120
5 UL V (Desa Pesangrahan) 937.040
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 635.360
Total 5.904.000
Sumber ; Hasil Rencana
TABEL 3.18
RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH PER FASILITAS DI BWK I
TAHUN 2008
No.
Jenis Kebutuhan
Kebutuhan Tahun
2008 (lt/hari)
1 Rumah Tangga 5.904.000
2 Komersial 1.180.800
3 Sosial dan Perkantoran 885.600
4 Industri 590.400
5 Cadangan 590.400
6 Pemadamkebakaran 590.400
Total 9.741.600
Sumber ; Hasil Rencana
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut, perlu pula
dipertimbangkan adanya permasalahan yang akan datang yaitu dapat
berkurangnya debit air yang dihasilkan oleh sumber air yang digunakan PDAM
sekarang ini. Masalah tesebut terjadi karena semakin gundulnya hutan dan
degradasinya fungsi lingkungan sehingga mengakibatkan berkurangnya daerah
resapan air dan konversi penggunaan lahan khususnya kawasan lindung
menjadi perumahan dan villa.
Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan berkurangnya sumber air
yang ada dengan pemanfaatan sumber mata air baru untuk mengantisipasi
kebutuhan air bersih ke depan dan penghijauan serta rehabilitasi hutan dan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 72
lingkungan yang mengalami degradasi. Pusat Kota Batu memiliki banyak
sumber air bersih yaitu sekitar 30 sumber air dan sangat ironis jika kesulitan air
bersih pada masa yang akan datang.
Disamping permasalahan utama diatas, dalam pelayanannya PDAM
menghadapi permasalahan yang khususnya di bidang teknis, yaitu :
1. Tingginya biaya operasional akibat adanya kenaikan tarif listrik dan kenaikan
barang-barang kebutuhan PDAM.
2. Tingginya tingkat kehilangan air akibat masih dioperasikannya jaringan pipa
distribusi lama dan kurangnya akurasi meter air yang dipasang pada
pelanggan.
3. Rendahnya tingkat pelayanan.
4. Kurang efisiennya penyediaan air bersih dalam hal pemasangan jaringan,
sehingga perlu adanya alternatif baru dengan adanya kerja sama dengan
pihak-pihak lain yang terkait.
Dengan pertimbangan permasalahan yang terkait dengan pelayanan air
minum/air bersih itulah, untuk masa mendatang diperlukan adanya terobosan
baru dalam hal sumber air baru dan penanganan masalah teknis yang dihadapi.
Upaya yang dilakukan dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan
instansi/pihak terkait lainnya.
Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.13 arahan pengembangan air bersih.
3.8.3. Drainase
Drainase dan sanitasi sangat erat kaitannya dengan air buangan atau
limbah. Air buangan atau limbah yang terbesar dalam suatu kawasan
perencanaan, berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga). Umumnya dapat
mencapai prosentase 80% dari limbah yang dihasilkan dari suatu kota,
sedangkan sisanya adalah limbah non domestik.
Saat ini belum ada keluhan yang menyolok terhadap gangguan masalah
drainase dan sanitasi, meskipun demikian perlu antisipasi dini untuk mencegah
masalah-masalah yang akan timbul. Hal ini juga untuk menunjang Kota Batu
yang sedang dalam proses pemekaran untuk menjadi kota yang bercitrakan kota
wisata dan bersifat agropolitan.
Berdasarkan hasil evaluasi rencana sebelumnya dapat diketahui bahwa ;
Saluran drainase eksisting di sepanjang ruas J alan Panglima Sudirman
kurang besar dimensinya, sehingga di saat hujan aliran air hujan tidak dapat
tertampung di dalam saluran tersebut.
Saluran di J alan Gajah Mada dimensinya kurang besar.
Di sepanjang ruas J alan Diponegoro, seharusnya aliran air hujan dapat
tertampung di dalam saluran drainase eksisting, tetapi kemungkinan karena
bentuk saluran ayng tertutup (berupa bis beton) maka dibutuhkan waktu
untuk menuju saluran tersebut. Stret Inlet saluran harus diperlebar, agar air
yang tergenang di ruas J alan. Diponegoro cepat mengalir ke dalam saluran.
Untuk merencanakan pengembangan saluran drainase di BWK I harus
dititik beratkan pada darah yang berpotensi terjadi genangan air sesaat yaitu di
ruas J alan Panglima Sudirman dan J alan. Gajahmada. Maka harus dilakukan
normalisasi saluran. Normalisasi saluran dapat dilakukan dengan cara:
Memperbesar dimensi dengan memperbesar saluran
Memperdalam saluran dengan pengerukan sediment transport
Mengubah dimensi saluran dengan talud (dimensi trapezium)
Mengubah cathment area dengan memotong arah aliran ataupun menyudet
(by pass)
Pada perencanaan pengembangan kali ini, normalisasi saluran dilakuka
dengan cara memperbesar dimensi saluran dengan memperbesar saluran
eksisting yang berbentuk saluran segi empat. Secara estetika maupun jalannya
arah aliran, memang lebih baik menggunakan saluran drainase yang berbentuk
trapesium. Kekurangan dari saluran drainase yang berbentuk trapesium adalah
memakan lahan yang luas (lebar), sementara daerah potensi genangan sesaat
berada di tengah kota maka lahan yang harus disiapkan sebagai perluasan
saluran drainase eksisting akan menjadi masalah.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 73
3.13. rencana air bersih
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 74
Selain normalisasi saluran drainase eksisting di ruas J alan Panglima
Sudirman dan J alan. Gajahmada, untuk mengatasi masalah genangan air
sesaat di ruas J alan Dipongoro harus dilakukan:
Memperbesar street inlet, terutama untuk saluran sebelah kanan jalan
Pembersihan street inlet dari sampah maupun pasir yang dapat menghalangi
masuknya aliran air dari jalan ke saluran tertutup tersbut
Pengembangan drainase terutama drainase sekunder diutamakan pada
jalan-jalan utama yang berfungsi sebagai jalan arteri dan kolektor.
Pengembangan drainase tersebut antara lain terdapat pada koridor J alan
Suropati, J alan Sultan Agung, J alan Abdul Gani, J alan Hasanudin. Selain itu
juga perlu pembangunan drainase terasering yang dimulai dari wilayah Temas.
Untuk mengatasi masalah genangan air sesaat dapat diambil tindakan
sebagai berikut:
Melakukan pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan sekali pada
seluruh saluran drainase yang ada
Untuk menghindari masukknya sampah ke dalam saluran drainase dan
pemanfaatan lahan bagian atas saluran sebagai trotoar, saluran tetap
mengikuti pola aliran terbuka tetapi diberi tutup pada bagian atas saluran
Warga setiap bulan diajak berpartisipasi/gotongroyong untuk melakukan
pengerukan dan pembersihan saluran-saluran drainase
Melakukan normalisasi saluran dengan memberbesar dimensi saluran
eksisting di ruas J alan Panglima Sudirman dan J alan Gajah Mada dan street
inlet setiap 2 meter panjang saluran
Untuk ruas J alan Diponegoro, dilakukan pembesaran stret inlet terutama
untuk saluran sebelah kanan jalan serta pembersihan street inlet dari
sampah maupun pasir yang dapat menghalangi masuknya aliran air dari
jalan ke saluran tertutup tersebut
Mengadakan penyuluhan pada masyarakat atau warga supaya ikut menjaga
kebersihan aluran dan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase
serta tidak menutup street inlet yang telah dibangun di sepanjang saluran
yang telah dinormalisasi
Untuk mengetahui lebih jelas tentang rencana drainase dan sanitasi ini,
dapat dilihat pada peta 3.14 arahan jaringan drainase ;
3.8.4. Telepon
Telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting
bagi masyarakat saat ini sehingga harus ditingkatkan kualitas pelayanannya di
masa mendatang, terutama penyediaan sarana telekomunikasi dan pelayanan
jaringan baru untuk pemukiman yang belum memiliki sambungan telepon.
Perkembangan telekomunikasi ke depan juga berjalan sangat cepat sehingga
perlu diantisipasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Penambahan fasilitas telepon untuk pelayanan umum berupa wartel, dan
telepon umum juga perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Sarana telekomunikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai
fasilitas pelayanan umum, dimana dalam penempatannya dititikberatkan pada
lokasi-lokasi yang merupakan pusat pelayanan dan juga didistribusikan secara
merata sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat. Dalam penyediaan
telepon umum ini digunakan standar, yaitu setiap kelompok penduduk dengan
jumlah 1.000 jiwa perlu disediakan 20 unit telepon, setiap 200 penduduk
disediakan 1 unit telepon umum dan setiap 1000 penduduk terdapat 1 unit
wartel. Perkiraan kebutuhan sarana telekomunikasi ini disesuaikan dengan
proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2008 seperti yang terdapat
pada tabel berikut dan peta 3.15 arahan jaringan telepon ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 75
Peta 3.12 J arigan Drainase
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 76
Peta 3.13 J arigan Telepon
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 77
TABEL 3.19
RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI BWK I
TAHUN 2008
No.
Unit Lingkungan
TELEPON PRIBADI WARTEL TELEPON UMUM
JUMLAH
SAMBUNGAN (Sst)
JUMLAH
SAMBUNGAN
(Sst)
JUMLAH
SAMBUNGAN
(Sst)
2008 2008 2008
1
UL I (Kelurahan
Sisir) 427 18 4
2
UL II (Kelurahan
Temas) 287 12 3
3
UL III (Kelurahan
Songgokerto) 132 6 1
4
UL IV (Kelurahan
Ngaglik) 236 10 2
5
UL V (Desa
Pesangrahan) 234 10 2
6
UL VI (Desa Oro-
oro Ombo) 159 7 2
J umlah 1.476 61 15
3.8.5. Persampahan
Persampahan yang ada diwilayah perencanaan dirahkan untuk lebih
ditanganai dengan memperhatikan pertambahan jumlah penduduk. J umlah
penduduk yang meningkat maka akan terjadi pula peningkatan jumlah produksi
sampah. Peningkatan ini diprediksikan dengan asumsi sebagai berikut ;
1. Sampah rumah tangga 2,5 lt/hari.
2. Pasar menghasilkan sampah sebanyak 25% dari sampah produksi rumah
tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari
sampah rumah tangga.
3. J alan menghasilkan 10% dari sampah rumah tangga.
4. Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga.
Dari hasil prediksi didapat bahwa jumlah tetinggi untuk sampah rumah
tangga terdapat di unit lingkungan unit lingkungan I Kelurahan Sisir sejumlah
8.543 litr, dan yang terendah di unit lingkngan III Kelurahan Songgokerto
sejumlah 2.648 liter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ;
TABEL 3.20
PRODUKSI SAMPAH DOMESTIK DI BWK I TAHUN 2008
1 UL I (Kelurahan Sisir)
2 UL II (Kelurahan Temas)
3 UL III (Kelurahan Songgokerto)
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik)
5 UL V (Desa Pesangrahan)
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo)
Volume Sampah Rumah
Tangga (L/kk/hari)
No. Unit Lingkungan
Total
8,543.01
5,740.21
2,648.87
4,725.69
4,685.26
3,176.81
29,519.85
Sumber ; Hasil Rencana
TABEL 3.21
PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I TAHUN 2008
No. Jenis Kegiatan Volume sampah (L/hari)
1 Rumah Tangga 29,520
2 Perdagangan Pasar 7,380
3 Perdagangan 1,476
4 J alan 2,952
5 Lain-lain 2,952
Total 44,280
Sumber ; Hasil Rencana
Untuk pembuangan sampah akhir TPA berada di Kelurahan Ngalik
tepatnya di Ruas J alan arah Ke Panderman Hill. TPA ini merupakan
penampungan sampah untuk seluruh Kota Batu. Untuk masa datang
keberadaan TPA in perlu untuk mendapat relokasi yang berdasarkan arahan
RTRW Kota Batu diarahkan ke wilayah Desa Sumberejo.
Berdasarkan jumlah produksi sampah maka untuk penanganannya
diperlukan prasarana berupa pengadaan tong sampah, TPS (Tempat
Pembuangan Sampah Sementara) biasannya berupa container kapasitas 4000
liter, dan gerobak sampah kapasitas . Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ;
Sumber ; Hasil Rencana
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 78
TABEL 3.22
PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I PER JENIS DAN KEBUTUHAN PERALATAN
TAHUN 2008
No. Desa/Kelurahan
Sampah Pasar Perdagangan dan Jalan Lain Lain Jumlah Tong Sampah Gerobak TPS
Rumah Tangga Jasa 40 Ltr Sampah 4000 Ltr
1 Oro-oro Ombo 3176 794 158.8 317.6 158.8 4605.2 115 2 1
2 Temas 5740 1435 287 574 287 8323 208 2 2
3 Sisir 8543 2135.75 427.15 854.3 427.15 12387.35 309 4 3
4 Ngaglik 4725 1181.25 236.25 472.5 236.25 6851.25 171 2 2
5 Pesangrahan 4685 1171.25 234.25 468.5 234.25 6793.25 169 2 2
6 Songgokerto 2648 662 132.4 264.8 132.4 3839.6 95 2 1
Produksi Sampah Kebutuhan Peralatan
Sumber ; Hasil Rencana
Kondisi yang ada saat ini, tidak semua penduduk di wilayah Kota Batu
mendapatkan pelayanan persampahan. Hal ini disebabkan karena Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Batu masih melayani 30% pengangkutan dari
seluruh jumlah timbulan sampah yang ada. Untuk perencanaan selanjutnya,
pelayanan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan harus ditingkatkan.
Untuk perencanaan TPS di BWK I, didasarkan pada jumlah timbulan
sampah yang harus diangkut dan juga luas lahan. Diasumsikan bahwa satu TPS
dapat menampun 4000 liter sampah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
penduduk dalam membuang sampah, sehingga apabila jaraknya terlalu jauh
maka akan mempersulit masyarakat untuk menjangkaunya. Pengelolaan
sampah BWK I dapat juga direncanakan sebagai berikut:
Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Kota Batu akan
menggunakan sistem container yang ditempatkan pada :
Setiap pasar
Pusat kegiatan penduduk
Sekitar permukiman penduduk
Sekitar perkantoran dan fasilitas sosial lainnya
Untuk lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) diarahkan di luar
BWK I berdasarkan RTRW Kota Batu tahun 2003 2013 yaitu di
Sumberejo.
Sistem pembuangan sampah dilakukan dengan sistem pengambilan
sampah dari ruimah penduduk oleh petugas kebersihan, kemudian dibawa
ke TPS dan selanjutnya ke TPA.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.16 arahan lokasi TPS sebagai
berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 2
Peta 3.14 Lokasi TPS