Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

PEMANFAATAN KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-


POLYESTER SEBAGAI ALTERNATIF PEMBUATAN BLA BLA

Sumber Jurnal :
Dinamika Teknik Mesin, Volume 2 No.1, Januari 2012, Hal 28-32
PENGARUH ORIENTASI DAN FRAKSI VOLUME
SERAT DAUN NANAS (ANANAS COMOSUS) TERHADAP
KEKUATAN TARIK KOMPOSIT POLYESTER TAK JENUH (UP)
Paryanto Dwi Setyawan*, Nasmi Herlina Sari*, Dewa Gede Pratama Putra
*Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram NTB, Jl. Majapahit No.62 Mataram

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Matakuliah Seminar Fisika






Diajukan oleh:
Zaenal Arifin
1103641


PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan komposit merupakan salah satu jenis material yang banyak diteliti di
bidang Fisika Material. Penggunaan material komposit pada masa sekarang ini terus
mengalami perkembangan seiring dengan banyaknya penggunaan material dengan
mengedepankan bobot yang ringan sedangkan sifat mekanisnya tetap terjaga bahkan
lebih baik. Contoh mudah dapat kita lihat pada perkembangan material sepeda motor
dari tahun 1970-an hingga sekarang ini. Sepeda motor pada tahun 70-an tidak ada
material yang berasal selain logam kecuali hanya roda dan jok saja. Sedangkan pada
zaman sekarang banyak komponen-komponen yang pada mulanya tersusun atas
logam digantikan oleh material lain yang lebih ringan. Apabila kita amati seiring
dengan perkembangan zaman penggunaan material logam semakin tidak diminati
mengingat salah satu kelemahan logam adalah memiliki berat yang lebih dan
cenderung lebih mahal harganya apabila dibandingkan dengan material modifikasi
seperti bahan komposit.
Bahan komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri atas
dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya,
baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan
tersebut. Komponen penyusun bahan ini terdiri dari matriks yang berfungsi untuk
mendistribusikan beban kedalam seluruh material penguat komposit dan filler yang
berfungsi sebagai penguat yang bersatu padu untuk saling menguatkan. Jauh sebelum
ditemukannya bahan-bahan komposit semua peralatan rumah tangga kebanyakan
terbuat dari gerabah (keramik) dan juga kayu. Akan tetapi, sekarang bahan-bahan
tersebut kebanyakan sudah lama ditinggalkan dengan pertimbangan sudah tidak
relevan lagi dengan kemajuan zaman. Bahan-bahan yang berasal dari alam tersebut
sudah digantikan dengan bahan-bahan sintetis yang terbukti memiliki kecenderungan
tidak ramah lingkungan dan tubuh mahluk hidup. Meskipun beresiko cukup tinggi
terhadap kesehatan tubuh kita, bahan-bahan tersebut masih saja dipergunakan, seolah-
olah tanpa ada efek sampingnya. Padahal dengan menggunakan bahan-bahan sintetis
yang dikemas dalam material komposit tersebut sangat riskan terhadap gangguan
kesehatan tubuh seperti dapat menjadi pemicu pertumbuhan kanker, dan lain
sebagainya.
Bahan yang ramah lingkungan, mampu didaur ulang, serta mampu
dihancurkan sendiri oleh alam merupakan tuntutan teknologi sekarang ini. Salah satu
bahan yang diharapkan mampu memenuhi hal tersebut adalah bahan komposit dengan
Dengan penguat serat alam. Komposit alam merupakan perpaduan antara dua bagian
bahan yang saling bekerjasama agar diperoleh mechanical propeties yang lebih baik.
Kemajuan bahan-bahan komposit alam sekarang ini semakin berkembang dengan
ditemukannya bahan-bahan yang berasal dari alam dengan mechanical properties
yang cukup sebagai bahan komposit, diantaranya adalah serat rami, serat serabut
kelapa, serat waru, serat daun nanas, serat rotan, serat pohon pisang, serat eceng
gondok, serat bambu, serat rambut manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan matriks
yang digunakan biasanya berasal dari bahan polimer (resin).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka masalah dalam penulisan kali ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penggunaan serat alam sebagai komponen penguat (filler)
dalam pembuatan bahan komposit yang lebih ramah lingkungan?
2. Bagaimana karakterisasi sebuah bahan komposit berpenguat serat alam untuk
dapat digunakan sebagai peralatan kehidupan sehari-hari?

C. Batasan Masalah
1. Melakukan pembuatan bahan komposit dengan menggunakan serat daun nanas
(Ananas comous) sebagai penguatnya.
2. Melakukan pengujian mekanik terhadap bahan komposit berpenguat serat daun
nanas.
3. Mengkaji karakterisasi bahan komposit berpenguat serat daun nanas dalam usaha
penerapannya pada peralatan kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan
1. Mempelajari mekanisme proses pembuatan bahan komposit berpenguat serat alam
khususnya serat daun nanas.
2. Mengetahui pengaruh beberapa uji mekanik terhadap karakter bahan komposit
berpenguat serat daun nanas.
3. Mengetahui standarisasi sebuah bahan agar dapat dan layak di aplikasikan dalam
pembuatan barang-barang yang digunakan dalam kehiduapn sehari-hari.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan proposal ini yaitu
dengan mengkaji kemudian mengembangkan bahasan pada sebuah jurnal serta
melakukan studi literatur terhadap referensi-referensi yang berkaitan dengan
pengembangan jurnal tadi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komposit
Komposit didefinisikan sebagai sebuah material yang terdiri atas beberapa material,
dimana sifat yang dimilikinya merupakan gabungan sinergis dari sifat material
penyusunnya. (Bondan T. Sofyan, 2010). Komposit biasanya dibentuk dari dua
komponen penyusun yang berbeda yaitu penguat (reinforcement) yang mempunyai sifat
sulit dibentuk tetapi lebih kaku serta lebih kuat dan matrik yang umumnya mudah
dibentuk tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan dan kekakuan yang lebih rendah
(Schwartz, 1984). Berdasarkan morfologi material penguatnya, komposit dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1) Komposit partikulat
2) Kompoit serat, dan
3) Komposit laminat
Sementara itu, berdasarkan jenis material matriksnya, komposit dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1) Komposit bermatriks polimer (polymer matrix composites)
2) Komposit bermatriks logam (metal matrix composites), dan
3) Komposit bermatrikskeramik (ceramic matrix composites)
Tinggi rendahnya kekuatan kompsit sangat bergantung dari serat yang digunakan
karena tegangan yang diberikan pada komposit pertama diterima oleh matriks dan
diteruskan ke serat, sehingga sert akan menhan beban sampai beban maksimum. Oleh
karena itu, serat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang lebih tinggi
daripada matriks penyusun komposit. (Vlack, 1995)

B. Resin Polyester tak Jenuh
Resin polyester tak jenuh merupakan material polimer kondensat yang dibentuk
berdasarkan reaksi antara kelompok polyol, yang merupakan organik gabungan dengan
alkohol multipe atau gugus fungsi hidroksi, dan polycarboxylic yang mengandung ikatan
ganda. Tipikal jenis polyol yang digunakan adalah glycol, seperti ethylene glycol.
Sementara asam polycarboxylic yang digunakan adalah asam phthalic dan asam maleic.
Resin polyester tak jenuh adalah jenis polimer termoset yang memiliki struktur rantai
karbon yang panjang. Matriks jenis ini memiliki sifat dapat mengeras pada suhu kamar
dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukannya.
Struktur material yang dihasilkan berbentuk crosslink dengan keunggulan pada daya
tahan yang lebih baik terhadap jenis pembebanan stati dan impak. Hal ini disebabkan
molekul yang dimiliki material ini ialah dalam bentuk rantai molekul raksasa atom-atom
karbon yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Dengan demikian struktur
molekulnya menghasilkan efek peredaman yang cukup baik terhadap beban yang
diberikan. Data mekanik material matriks diperlihatkan pada tabel B.1
Tabel B.1. Karakteristik mekanik resin polyester tak jenuh
Sifat Mekanik Satuan Besaran
Berat Jenis ( Kg/mm
3
1,215.10
-6
Modulus Elastisitas N/mm
3
2941.8
Kekuatan Tarik

N/mm
3
54
Elongasi % 1,6
Sumber: PT. Justus Kimia Raya, 2007
Pada umumnya material ini digunakan dalam proses penuangan, perbaikan badan
kendaraan bermotor, pengisi kayu, dan sebagai material perekat. Material ini memiliki
sifat perekat dan aus yang baik, dan dapat digunakan untuk memperbaiki dan mengikat
secara bersama beberapa jenis material yang berbeda. Material ini memiliki umur pakai
yang panjang, kestabilan ketahan terhadap sinar UV, dan daya tahan yang baik terhadap
air. Tetapi material ini tidak diproduksi dalam jenis yang sama, karena untuk keperluan
tertentu material ini akan memiliki formulasi yang berbeda.
Kekuatan material ini diperoleh ketika dicetak dalam bentuk komposit, dimana
hadirnya material-material penguat, seperti serat kaca, karbon, dan lain0lain, akan
meningkatkan sifat mekanik material tersebut. Sementara ketika dalam keadaan tunggal,
maka material ini akan bersifat kaku dan rapuh.

C. Serat Daun Nanas (Ananas comosus)
Serat daun nanas (pineapple-leaf fibres) adalah salah satu jenis serat yang berasal
tumbuhan (vegetable fibre) yang diperoleh dari daun-daun tanaman nanas. Tanaman
nanas yang juga mempunyai nama lain, yaitu Ananas cosmosus, termasuk dalam family
Bromeliaceae, pada umumnya termasuk jenis tanaman semusim. Menurut sejarah
tanaman ini berasal dari Brazil dan dibawa ke Indonesia oleh para pelaut Spanyol dan
Portugis sekitar tahun 1599.
Di Indonesia tanaman tersebut sudah banyak dibudidayakan, terutama di pulau Jawa
dan Sumatera yang antara lain terdapat di daerah Subang, Majalengka, Purwakarta,
Purbalingga, Bengkulu, Lampung, dan Palembang, yang merupakan salah satu sumber
daya alam yang cukup berpotensi (Anonim, 2006). Tanaman nanas akan dibongkar
setelah dua atau tiga kali panen untuk diganti tanaman baru, oleh karena itu limbah daun
nanas terus berkesinambungan sehingga cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai
bahan alternatif pembuatan peralatan kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan nilai
tambah.
Bentuk daun nanas menyerupai pedang yang meruncing diujungnya dengan warna
hijau kehitaman dan pada tepi daun terdapat duri yang tajam. Tergantung dari species
atau varietas tanaman, panjang daun nanas berkisar antara 55 sampai 75 cm dengan lebar
3,1 sampai 5,3 cm dengan tebal daun antara 0,18 sampai 0,27. Intensitas sinar matahari
yang tidak terlalu banyak (sebagian terlindung) pada umumnya akan menghasilkan serat
yang kuat, halus dan mirip sutera (kirby, 1963)
Daun nanas mempunyai mempunyai lapisan luar yang terdiri dari atas dan bawah.
Diantara lapisan tersebut terdapat banyak ikatan atau helai-helai serat (buncles of fibre)
yang terikat satu dengan yang lain oleh sejenis zat perekat yang terdapat dalam daun.
Karena daun nanas tidak mempunyai tulang daun, adanya serat-serat dalam daun tersebut
akan memperkuat daun nanas saat pertumbuhannya. Dari berat daun nanas hujau yang
masih segar akan dihasilkan kurang lebih sebanayak 2,5 sampai 3,5% serat serat daun
nanas.
Pengambilan serat daun nanas pada umumnya dilakukan paa usia tanaman berkisar 1
sampai 1,5 tahun. Serat yang berasal dari daun nanas yang masih muda pada umumnya
tidak panjang dan kurang kuat. Sedangkan serat yang dihasilkan dari tanaman nanas yang
terlalu tua, terutama tanaman yang pertumbuhannya di alam terbuka dengan intensitas
matahari cukup tinggi tanpa pelindung akan menghasilkan serat pendek, kasar dan getas
atau rapuh. Oleh sebab itu untuk mendapatkan serat yang kuat, halus dan lembut perlu
dilakukan pemilihan pada daun-daun nanas yang cukup dewasa yang pertumbuhannya
sebagian terlindung dari sinar matahari.
Berikut adalah properties dari serat daun nanas:
Sifat Nilai
Kerapatan (g/cm
3
) 1.526
Titik Lebur ( 104
Kekuatan Tarik (MPa) 170
Modulus Elastisitas (MPa) 6260
Modulus Spesifik (MPa) 4070
Perpanjangan saat Putus (%) 3
Pemulihan Kelembaban (%) 12

D. Pengujian Tarik

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Pratikno. (2008). Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai
Alternatif Bahan Baku Tekstil. Teknoin vol. 13 Nomor 2, Desember 2008, 31-35.
Sofyan, Bondan T. (2010). Pengantar Material Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba
Teknika.
Van Vlack, Lawrence. (2001). Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Vinod B, Sudev L J, Dr. (2013) Effect of Fiber length on the Tensile Properties of
PALF Reinforced Bisphenil Composites. International Journal of Enginering,
Bussines and Enterprise Applications (IJEBEA) 158-162

Anda mungkin juga menyukai