Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN HIV/AIDS

LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS DENGAN KEGANASAN

OLEH KELOMPOK 1
KELAS 2.1
NAMA KELOMPOK:
1. Putu AyuYuni Arta Sari P07120012001
2. I Nyoman Pradnya Nugraha P07120012002
3. Kadek Wiwin Dharmayanti P07120012003
4. Kadek Ari Paramitha Dewi Sudewa P07120012004
5. Ni Kadek Tutik Adnyani P07120012005
6. I Gusti Ngurah Agung Pradnyana A P07120012006
7. Kadek Yudha Maharaj Diputra P07120012007

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS DENGAN KEGANASAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih
tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh
virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr
(EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma
manusia (HPV). Dengan adanya Human Papiloma Virus, ini menimbulkan
penyakit komplikasi yang menyebabkan keganasan pada penderita hiv/aids
seperti kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian mulut atau leher
rahim. Bagian ini adalah bagian bawah rahim yang menonjol atau
menjorok ke rongga dalam Vagina (Nurcahyo, 2010).
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam leher rahim atau serviks yaitu kanker yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina).
Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi dari Human Papiloma
Virus (HPV), biasanya terjadi pada wanita usia subur. HPV ditularkan
melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus kanker mulut
rahim. Infeksi HPV dapat menetap menjadi displasia atau sembuh secara
sempurna (Kumalasari & Iwan, 2012).

B. ETIOLOGI
Kanker serviks terjadi jika sel sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. Jika sel sel serviks terus membelah,
maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa
bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut
kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel sel serviks tidak diketahui
secara pasti , tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata )
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat
berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
4. Berganti ganti pasangan seksual
5. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia di bawah 18 tahun, berganti ganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
7. Pemakaian pil KB
8. Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun.
9. Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin ).

C. TANDA DAN GEJALA
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
3. Pendarahan yang terjadi di luar senggama.
4. Pendarahan spontan saat defekasi
5. Pendarahan spontan pervaginaan
6. Anemia akibat pendarahan berulang
7. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf
8. Diare Kronis
9. Penurunan berat badan > 10% berat badan
10. Pruritus pada daerah vagina.

D. PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai
squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek
selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini
berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35
tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus
yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat
saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan
masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS
I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali
menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 20 tahun (rata-
rata 5 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu
yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan
/ tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard.
Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell
carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid
carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.
E. PATHWAY


























Berhubungan seks
<17 thn
Merokok
Higene seks yang
kurang
Virus HIV
Sering melahirkan
dengan persalinan
bermasalah
Ganti-ganti pasngan
Herditer

Proses Metaplasi Dysplasia serviks Ca. serviks
Tahap Awal Tahap lanjut Terapi
Nekrosis jaringan
serviks
Menyebar kepelvik Pembesaran
Massa
Malu
Tekanan
intrapelvik naik
Tekanan intra
Abdomen naik
Nyeri Akut
Penipisan Sel
epitel
Rusaknya
permeabilitas
pembuluh darah
Perdarahan
Anemia Resiko Kekurangan
Volume cairan
Imunitas Menurun Resiko Infeksi Hb Turun
Suplai O
2
turun
Metabolisme
anaerob
Pembentukan
Asam laktat
Kelelahan
Deficit Perawatan
Diri
Radiasi Kemoterapi Pembedahan
Mempercepat
Pertumbuhan sel normal
Pre
Post
Kurang
pengetahuan
Aktivitas fisik
terbatas
Pre Post
Defisiensi
Pengetahuan
Ansietas
Memperpendek usia
akar
Alopecia








F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
a. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
b. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
c. Urine bercampur darah (hematuria)
d. Ekspresi wajah menahan nyeri (meringis)
e. Raut wajah pucat
f. Kelemahan pada pasien
g. Keringat dingin
h. Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
2. Palpasi
a. Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
b. Tinggi fundus uteri
c. Nyeri tekan abdominal
d. Perubahan denyut nadi
e. Perubahan tekanan darah
f. Peningkatan suhu tubuh

G. PEMERIKSAAN DIAGOSTIK
1. Hematokrit Tes untuk deteksi gangguan system imun.
2. LED
3. CD4 limfosit
4. Rasio CD4/CD limfosit
Eritema,
pecah-pecah,
kering, puiritus
Kerusakan
integritas kulit
Peningkatan
pemanasan
pada epidermis
kulit
Gastrointestinal
Penigkatan
tekanan gaster
Perkemihan
Cystitis
Kompresi pada
RES
Anemia
Leukosit
Menurun
Resiko Infeksi
Gangguan
Eliminasi Urine
Anoreksia
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
5. Serum mikroglobulin B2
6. Hemoglobulin
7. Pap Smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara
akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka
kematian akibat kanker servikpun menurun sampai lebih dari 50 %.
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah
mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu
1 kali / tahun. Jika selam 3 kali berturut turut menunjukkan hasil
yang normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 3 tahun.
Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker
serviks :
a. Displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )
b. Displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
c. Karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar )
d. Kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang
lebih dalam / ke organ tubuh lainnya.
8. Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi
respon pada pengobatan.
9. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)
Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan
dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.
10. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan
dalam serum (CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.)
11. Tes kimia skrining
12. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada SDM dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat.


H. KRITERIA DIAGNOSIS
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis HIV/AIDS dengan
kanker serviks :
1. Test HIV ( + ) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.
Ditemukan Sarcoma Kaposi atau Pneumonia pneumocystis cranii.
2. Untuk anak - anak ( < 12 tahun ) : dikatakan mengidap AIDS apabila :
a. Lebih dari 18 bulan : test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor
dan 2 gejala minor.
b. Kurang dari 18 bulan : test HIV ( + ) dan ditemukan 2 gejala mayor
dan 2 gejala minor dengan ibu yang HIV (+).
3. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun
lagi.
4. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi
sel. Ulangi pemeriksaan sitologi setelah dilakukan pengobatan radang
dan sebagainya.
5. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat
ringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi
dengan kolposkopi dan biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan
harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
6. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan
mikroskopik. Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis.
Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang
ahli onkologi.




I. PENATALAKSANAAN
Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal.
I a Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal.
I b,II a Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan).
II b, III,
IV
Histerektomi transvaginal.
IV a, IV b Radioterapi, radiasi paliatif, kemoterapi.

Penatalaksanaan dari penderita HIV/AIDS dengan kanker serviks ini juga
didukung dengan:
1. Pengobatan Antiretroviral (ARV)
a. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut HAART (Highly
Active Anti Retroviral therapy)
c. Kombinasi ARV lini pertama pasien nave (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI.
d. Di Indonesia :
1) Lini pertama : AZT + 3TC + EFV atau NVP
2) Alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP AZT atau d4T + 3TC + 1PI
(LPV/r)
3) Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat
terjadi resisten bila sering lupa minum obat.
2. Aspek Psikologis, meliputi :
a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
3. Aspek Sosial
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari
lingkungan sosialnya.

J. KLASIFIKASI
Klasifikasi staging dari kanker serviks oleh FIGO (International Federation of
Gynaecology and Obstetrics) pada tahun 2009:
1. Stadium I: Karsinoma yang hanya menyerang serviks (tanpa bisa
mengenali ekstensi ke corpus)
a. IA: Karsinoma invasif yang hanya didiagnosis melalui pemeriksaan
mikroskopis, kedalaman invasi < 5 mm dan ekstensi terluas > 7 mm
b. IA1: Invasi stroma sedalam < 3 mm dan seluas < 7 mm
c. IA2: Invasi stroma sedalam > 3 mm dan seluas > 7 mm
d. IB: Lesi yang nampak secara klinis, terbatas pada serviks uteri atau
kanker preklinis yang lebih besar daripada stadium IA
e. IB1: Lesi yang nampak < 4 cm
f. IB2: Lesi yang nampak > 4 cm
2. Stadium II: Karsinoma yang menginvasi dekat uterus, tapi tidak
menginvasi dinding pelvis atau sepertiga bawah vagina
a. IIA: Tanpa invasi ke parametrium
b. IIA1: Lesi yang nampak < 4 cm
c. IIA2: Lesi yang nampak > 4 cm
d. IIB: Nampak invasi ke parametrium
3. Stadium III: Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau melibatkan
sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau merusak
ginjal
a. IIIA: Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke
dinding pelvis
b. IIIB: Ekstensi ke dinding pelvis dan/atau hidronefrosis atau merusak
ginjal
4. Stadium IV: Karsinoma yang meluas ke pelvis sejati atau telah melibatkan
mukosa kandung kemih atau rektum.
a. IVA: Pertumbuhannya menyebar ke organ-organ sekitarnya
b. IVB: Menyebar ke organ yang jauh

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Pendidikan
Alamat
Suku Bangsa
Diagnosa Medis
Tanggal MRS
Sumber Biaya
2. Alasan Kunjungan
a. Keluhan utama/alasan ke tempat pelayanan kesehatan: Biasanya
mengeluh keputihan, nyeri perut bagian bawah, gatal-gatal pada
daerah vagina.
b. Keluhan saat dikaji, Biasanya mengeluh keputihan, nyeri perut
bagian bawah, gatal-gatal pada daerah vagina.
3. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
1) Riwayat Menarche ibu
2) Siklus menstruasi yang teratur/tidak
3) Lama menstruasi
4) Keluhan saat menstruasi
b. Riwayat Pernikahan
1) Menikah berapa kali
c. Riwayat kehamilan ,persalinan,nifas yang lalu
1) Umur kehamilan
2) Pertolongan persalinan
3) Komplikasi nifas
d. Riwayat keluarga berencana
1) Jenis KB yang digunakan
2) Lama penggunaan kontrasepsi
4. Riwayat Penyakit
a. Kaji penyakit dahulu yang pernah di derita ibu.
5. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Bernafas
Pernafasannya tidak ada permasalahan.
b. Nutrisi
Keluhan mual Muntah, Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet, zat
adiktif, Anoreksia, Perubahan BB
c. Eliminasi
Perubahan pola defekasi, Perubahan bising usus, Distensi abdomen
d. Gerak aktivitas
Gerak aktivitas terganggu dengan adanya rasa nyeri proses
penyakit
e. Istirahat tidur
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan
pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh ibu.
f. Pengaturan suhu
Kaji adanya demam
g. Rasa nyaman
Ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat dihubungkan
dengan proses penyakit
h. Rasa aman
Pemajanan terhadap kimia toksik, karsinogen,Ruam kulit, Demam,
ulserasi
i. Kebersihan diri
Kaji kebersihan pasien terutama kebersihan pada bagian alat
reproduksi pasien, kebersihan bisa mempengaruhi ada tidaknya
kuman penyebab infeksi.
j. Pola komunikasi
Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran
k. Ibadah
Selalu berdoa agar diberi kesembuhan
l. Produktivitas
Kajia adanya Produktivitas yang terganggu
m. Rekreasi
Pengisian waktu luang yang dilakukan pasien
n. Kebutuhan belajar
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diagnosis yang dialami.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1) GCS
2) Tingkat kesadaran
3) Tanda-Tanda Vital
4) BB
5) TB
b. Head to toe
1) Wajah : Terlihat adanya keletihan, pucat
2) Hidung : Ada/Tidak ada pernafasan cuping hidung
3) Telinga: Simetris/tidak, ada pengeluran secret/tidak
4) Leher : terdapat pembesaran kelenjar tiroid/tidak
5) Dada: Payudara simetris, aerola bersih, putting(Menonjol
/tidak), Ada pengeluaran ASI/tidak, ada retraksi dada/tidak.
6) Abdomen: Lihat adanya distensi abdomen,nyeri tekan
7) Genetalia : Adanya keputihan, adanya perdarahan, terdapat
ruam
8) Ekstremitas: Kekuatan otot lemah/tidak, adanya udema/tidak,
ada varises/ tidak
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hematokrit Tes untuk deteksi gangguan system imun.
b. LED
c. CD4 limfosit
d. Rasio CD4/CD limfosit
e. Serum mikroglobulin B2
f. Hemoglobulin
g. Pap Smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks
secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun
sampai lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara
seksual / atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya
menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun. Jika selam
3 kali berturut turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear
bias dilakukan 1 kali / 2 3 tahun.
Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari
kanker serviks :
e. Displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )
f. Displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
g. Karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar )
h. Kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang
lebih dalam / ke organ tubuh lainnya.
h. Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan
evaluasi respon pada pengobatan.
i. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)
Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit,
organ, dsb.
j. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan
dalam serum (CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.)
k. Tes kimia skrining
l. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada SDM dan SDP, trombosit berkurang atau
meningkat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
kulit, radiasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik
7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya infomasi mengenai prosedur
pengobatan

C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NIC NOC
1 Nyeri akut
berhubungan dengan
agen cidera biologis

NOC:
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,mampu
menggunakan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
(skala,intensitas,frekuensi,
NIC:
Pain Manajement
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal
dan ketidaknyamanan.
3. Gunakan tehnik komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui pengalaman
nyeeri pasien.
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
nyeri.
5. Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau.
6. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan.
7. Kontrol lingkungan yang
dapat menpengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
8. Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi, dan
interpersonal).
10. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi.
11. Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi.
12. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
13. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
14. Tingkatkan istirahat
Analgesic administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas, dan
derajat nyeri sebelumnya
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekunsi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatam
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan susudah pemberian
analgesic pertama kali
9. Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan gejala
2 Resiko infeksi
berhubungan dengan
imunitas tidak adekuat

NOC
1. Immune Status
2. Knowledge : Infection
control
3. Risk control
Kriteria Hasil :
Infection Control (Kontrol
infeksi)
1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila
1. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, faktor
yang mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam
batas normal
5. Menunjukkan perilaku
hidup sehat

perlu
4. Instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptic selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotic
bila perlu
Infection Protection (
proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Sering pengunjung
terhadap penyakit menular
6. Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
3 Resiko kekurangan
volume cairan
berhubungan dengan
perdarahan

NOC:
1. Fluid balance
2. Hydration
3. Nutritional Status : Food and
Fluid Intake
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia dan
BB, BJ urine normal, HT
normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Fluid management
1. Timbang popok/pembalut
jika diperlukan
2. Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
3. Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik),
jika diperlukan
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake
kalori harian
6. Lakukan terapi IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan
9. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
10. Dorong masukan oral
11. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
12. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
13. Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
14. Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
15. Atur kemungkinan tranfusi
16. Persiapan untuk tranfusi
4 Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan perubahan
pigmentasi kulit,
radiasi

NOC
1. Tissue Integrity: Skin and
mucous membranes
2. Hemodyalis akses
Kriteria Hasil:
1. Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
(sensai,elastisitas,
temperature, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada
kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaiakn kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
NIC
Pressure Management
1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar
2. Hindari kerutan pada
tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien setiap 2 jam)
5. Monitor kulit akan adanya
kemerahan
6. Oleskan lotion pada daerah
yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi
pasien
Insision site care
1. Membersihkan, memantau
dan meningkatkan proses
luka yang ditutup dengan
jahitan, klip atau straples
2. Monitor proses kesembuhan
area insisi
3. Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
4. Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples
menggunakan lidi kapas
steril
5. Gunakan preparat
antiseptic, sesuai program

5 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

NOC :
1. Nutritional Status
2. Nutritional Status : food and
fluid intake
3. Nutritional Status : nutrient
intake
4. Weight control
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
5. Menunjukkkan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
NIC :
Nutrision Management
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
6. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
7. Kaji kemempuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa
dilakukan
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
6. Monitor mual muntah
7. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
8. Monitor kalori dan intake
nutrisi
6 Gangguan eliminasi
urine berhubungan
dengan obstruksi
mekanik

NOC
1. Urinary Elimination
2. Urinary Continuence
Kriteria Hasil
1. Kandung kemih kosong
secara penuh
2. Tidak ada residu urine
>100-200 cc
3. Intake cairan dalam rentang
normal
4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme bladder
6. Balance cairan seimbang

NIC
Urinary Retention Care
1. Lakukan penilaian kemih
yang komprehensif
berfokus pada
inkontinensia ( misalnya
ouput urin, pola berkemih,
fungsi kognitif, dan
masalah kencing
praeksisten)
2. Membantu penggunaan
obat dengan sifat
antikolinergik atau
property alpha agonis
3. Sediakan waktu yang
cukup untuk pengosongan
kandung kemih (10 menit)
4. Gunakan spirit wintergreen
di pispot atau urinal
5. Gunakan double-void
teknik
6. Melakukan Pemasangan
kateter
7. Anjurkan pasien/keluarga
untuk merekam output urin
8. Instruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
9. Memantau asupan dan
keluaran
10. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
perkusi dan palpasi
11. Membantu dengan toilet
secara berkala
7 Ansietas berhubungan
dengan kurangnya
infomasi mengenai
prosedur pengobatan

NOC:
1. Anxiety self control
2. Anxiety level
3. Coping
Kriteria hasil :
1. Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas.
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas.
3. Vital sign dalam batas
normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh, dan tingkat
aktivitas menunjukkan
NIC:
Penurunan Kecemasan
1. Gunakan pendekan yang
menyenangkan
2. Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
pasien
3. Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
4. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
5. Dengarkan dengan penuh
perhatian
6. Identifikasi tingkat
kecemasan
7. Bantu pasien mengenal
berkurangnya kecemasan situasi yang menimbulkan
kecemasan
8. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
9. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi


D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana intervensi keperawatan. Terdiri
semua aktivitas yang dilakukan oleh perawat dan klien untuk merubah efek
dari masalah dilakukan oleh :
a. Perawat
b. Perawat dan klien
c. Perawat dan keluarga
d. Perawat, klien dan keluarga
e. Tenaga non keperawatan lain

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi disimpulkan berdasarkan keberhasilan mencapai kriteria hasil,
sehingga dapat ditentukan intervensi yang tetap dilanjutkan, dihentikan, atau
diganti jika tindakan sebelumnya tidak berhasil.











DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Galih, Galang. 2012. Makalah Kanker Indung Telur. (Dalam
:http://galanggalih.blogspot.com/2012/09/makalah-kanker-indung-telur
kanker.html). Diakses pada tanggal 10 September 2014. Pkl 14.00 wita
Guntur. 2013. Laporan pendahuluan ca.serviks. available at:
http://arsipguntur.blogspot.com/2013/03/lp-ca-serviks.html. Opened at: 10
September 2014. Pukul 15.00 wita

NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006,
NANDA International, Philadelphia.

Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG

Puspitasari, Niken. 2013. Makalah Kanker Ovarium (Dalam
:http://nikenpuspitasari22.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-
kankerovarium_7395.html) Diakses pada tanggal 10 September 2014. Pkl
15.00 wita

Anda mungkin juga menyukai