Anda di halaman 1dari 6

Ada banyak sekali jenis cacing yang tersebar di Indonesia.

Berdasarkan
taksonominya, cacing di bagi menjadi Nemathelmithes (cacing gilik) dan
Platyhelminthes (cacing pipih). Nemathelmithes termasuk Kelas Nematoda yang
betukanya bulat dan memanjang. Nematoda dibagi menjadi nematoda usu yang
hidup di rongga usus manusia dan nematoda jaringan yang hidup di jaringan
berbagai alat tubuh. Platyhelminthes di bagi menjadi Kelas rematoda (cacing daun)
dan Kelas !estoda (cacing pita).
Kelas Nematoda Usus
"anusia merupakan hospes (sesuatu yang diserang atau ditempati oleh
parasit) beberapa nematoda usus. !acing pada kelas ini mempunyai siklus hidup
pada usus manusia dan akan menyebabkan in#eksi jika berada pada usus manusia.
Ada beberapa cacing yaitu Ascaris lumricoides (!acing $elang), Necator
americanus (!acing ambang), Ancylostoma duodenale (!acing ambang),
Trichuris trichiura (!acing !ambuk) dan Enterobius vermicularis (!acing Kremi).
In#eksi cacing tersebut biasanya terjadi pada anak% anak usia & sampai dengan
'( tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan orang de)asa juga dapat terkena in#eksi
tersebut. In#eksi cacing biasa terjadi pada anak% anak, karena anak% anak mempunyai
daya tahan tubuh yang lebih lemah dibandingkan dengan orang de)asa. *elain itu
kebiasaan anak% anak seperti suka main di tanah, tidak memakai alas kaki pada saat
keluar rumah, tidak mencuci tangan pada saat akan makan dan tidak mencuci kaki
saat masuk ke dalam rumah adalah #aktor% #aktor yang dapat menyebabkan
cacingan.
+
,ampir seluruh cacing kelas Nematoda mempunyai siklus di tanah sebagai
telur atau lar-a yang dapat menyebabkan in#eksi jika tertelan ataupun menembus
kulit hospes. .alam badan hospes tersebut telur atau lar-a akan berkembang menjadi
de)asa dan menyebabkan tubuh hospes mengalami penurunan kesehatan, gi/i,
kecerdasan hingga mengalami anemia (berkurangnya jumlah darah) karena beberapa
cacing mengambil darah manusia sebagai nutrisi mereka untuk hidup dan
berkembang biak.
&
2
*ri *. "argono. 0 In#eksi !acing Pada Anak1, pada Parents Guide September 2010, halaman 23.
3
4-i 5ulianto. Hubunan Hiiene Sanitasi !enan "e#adian Penya$it %acinan Pada Sis&a Se$olah
!asar' http677))).scribd.com7doc72'8(9(':7'(7Pato#isiologi;page<:, +: April +(''.
2
Penyakit, Daur Hidup dan Gejala Klinis
*etiap jenis cacing mempunyai daur hidup yang berbeda dan tahapan mana
yang dapat menyebabkan in#eksi pada hospes serta media apa yang dimiliki cacing
hingga dapat menyebabkan in#eksi, hal ini jugalah yang menyebabkan gejala serta
penyakit yang ditimbulkan setiap jenis cacing berbeda% beda.
1' Ascaris lumbricoides (!acing $elang)
Parasit ini ditemukan baik di desa maupun di kota. *ur-ei yang
dilakukan di bebrapa tempat di Indonesia menunjukkan bah)a pre-alensi A'
lumbricoides masih cukup tinggi sekitar =(%9(> terutama pada anak.
Penyakit yang disebabkan oleh cacing $elang disebut askariasis. !acing
jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. *tadium de)asa hidup di
rongga usus kecil. *eekor cacing betina dapat bertelur '((.(((%+((.((( butir
sehari.
.alam lingkungan yang sesuai yaitu tanah yang lembab, telur
berkembang menjadi telur yang in#ekti# dalam kurun )aktu kurang lebih &
minggu. Bentuk in#ekti# inilah yang dapat menyebabkan in#eksi jika tertelan
manusia dan menetas pada usus halus. ?ar-a yang ada di dalam telur
menembus dinding usus dan masuk ke dalam sirkulasi darah, lalu dialirkan ke
jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. .ari paru lar-a akan
menembus dinding aliran darah masuk rongga al-eolus lalu naik ke trakea
lalu lar-a menuju #aring sehingga membuat rangsangan pada #aring.
Penderita akan batuk karena rangsangan tersebut dan lar-a akan tertelan ke
dalam eso#agus lalu menuju ke usus halus. ?ar-a menjadi cacing de)asa di
usus halus, lalu berkembang biak dan mengeluarkan telurnya bersama tinja.
.aur hidup tersebut akan terulang kembali. .ari telur tertelan sampai de)asa
memelukan )aktu kurang lebih +%& bulan.
$angguan pada stadium lar-a dapat mengakibatkan batuk, demam
dan pada pemeriksaan radiologi terdapat in#iltrat yang lebih dikenal dengan
*indroma ?oe##ler. $angguan pada stadium cacing de)asa dapat
menyebabkan penderita mengalami diare atau konstipasi, tidak na#su makan
dan malnutrisi karena cacing de)asa mengambil sari makanan untuk
3
kelangsungan hidup mereka. Pada in#eksi berat dapat membuat obstruksi usus
karena cacing yang menggumpal dan pada keadaan tertentu dapat menyebar
ke saluran empedu, apendiks dan bronkus sehingga kadang diperlukan
tindakan operati#.
2' Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (!acing ambang)
Intensitas tinggi kedua jenis cacing ini ditemukan di Indonesia
terutama pada pedesaan, khususnya perkebunan. *eringkali pekerja
perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat in#eksi lebih
dari 3(> (*risasi $anda ,usada, +(((68).
Kedua cacing tersebut merupakan cacing ambang yang
menyebabkan penyakit nekatoriasis dan ankilostomiasis. !acing Necator
americanus betina lebih besar daripada cacing jantan, berbentuk seperti huru#
0*1 dan mempunyai benda kitin pada mulut sebagai media penghisap darah.
!acing Ancylostoma duodenale betina lebih besar daripada cacing
jantan, berbentuk seperti huru# 0!1 dan mempunyai dua pasang gigi pada
mulut sebagai media penghisap darah.
elur cacing dikeluarkan melalui tinja setelah '%',2 di tanah, telur
menjadi lar-a rabditi#orm lalu menjadi lar-a #ilari#orm kurang lebih & hari.
Pada saat stadium lar-a #ilari#orm bila menembus kulit atau tertelan akan
menimbulkan masalah. ?ar-a yang ada di dalam telur menembus dinding
usus dan masuk ke dalam sirkulasi darah, lalu dialirkan ke jantung, kemudian
mengikuti aliran darah ke paru. .ari paru lar-a akan menembus dinding
aliran darah masuk rongga al-eolus lalu naik ke trakea menuju #aring
sehingga membuat rangsangan pada #aring. Penderita akan batuk karena
rangsangan tersebut dan lar-a akan tertelan ke dalam eso#agus lalu menuju ke
usus halus. ?ar-a menjadi cacing de)asa di usus halus, lalu berkembang biak
dan mengeluarkan telurnya bersama tinja. .aur hidup tersebut akan terulang
kembali.
$ejala pada stadium lar-a yaitu jika banyak lar-a yang masuk ke
kulit, maka akan terjadi perubahan kulit round itch, pada paru gejalanya
ringan. Biasa ada gejala tambahan seperti mual, muntah, iritasi #aring, batuk,
sakit leher dan serak.
4
$ejala pada stadium cacing de)asa tergantung pada spesies dan
jumlah cacing, serta keadaan gi/i penderita. !acing ini mengisap darah
manusia untuk bertahan hidup.
(' Trichuris trichiura (!acing !ambuk)
!acing ini bersi#at bersi#at kosmopolit, terutama ditemukan di daerah
yang panas dan lembab, seperti Indonesia. @aktor penting untuk penyebaran
penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja. elur tumbuh di tanah liat,
lembab dan sejuk. Pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber
in#eksi. @rekuensi di Indonesia tinggi terutama pada daerah pedesaan dengan
sekitar &(%9(> (*risasi $andahusada, +(((6+:).
!acing betina lebih besar daripada cacing jantan. !acing ini
mempunyai bentuk yang menyerupai cambuk, pada bagian kepala tipis dan
bagian belakang lebih tebal. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini adalah
trikuriasis.
elur dikeluarkan melalui tinja hospes sampai menjadi matang kurang
lebih &%= minggu di tanah yang lembab dan sejuk. !ara in#eksi langsung jika
kebetulan hospes menelan telur yang matang. ?ar-a keluar melalui dinding
telur dan masuk ke dalam usus halus. *esudah menjadi de)asa cacing turun
ke usus bagian ba)ah terutama daerah sekum. !acing ini tidak memiliki
siklus paru. "asa pertumbuhan dari telur tertelan sampai cacing betina
bertelur kurang lebih &(%9( hari.
$ejala yang ditimbulkan biasanya karena mulut cacing yang
menempel pada dinding usus sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan
juga bisa pendarahan, serta dapat juga menyebabkan anemia karena mengisap
darah hospes. Pada anak%anak menyebabkan diare, anemia, berat badan turun
hingga gangguan pada usus. Biasanya in#eksi cacing ini disertai juga dengan
in#eksi cacing lainnya.
)' Enterobius vermicularis (!acing Kremi)
@rekuensi cacing ini di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih
banyak di temukan pada golongan ekomomi lemah. Penyebaran cacing
Kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada keluarga
atau kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama. ,asil penelitian
5
menunjukkan angka pre-alensi pada berbagai golongan manusia &%8(>.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih sering ditemukan di daerah dingin daripada
daerah panas (ania *upali, +((8).
!acing ini berbentuk seperti tanda 0A1. .alam keadaan lembab cacing
ini dapat hidup sampai '& hari. In#eksi dapat terjadi jika telur matang tertelan
lalu menjadi cacing de)asa di sekum dan usus besar kemudian cacing betina
bertelur di anus. elur yang berada di anus naik lagi ke usus atau telur yang
ada di anus terpegang lalu masuk ke mulut serta bisa juga telur tersebut
terba)a angin dan tertelan hospes, semua jalur tersebut dapat membuat
in#eksi.
$ejala yang ditimbulkan oleh cacing ini adalah rasa gatal di daerah
anus pada malam hari serta dapat juga meyebabkan gangguan pada lambung,
eso#agus dan hidung jika cacing muda bergerak sampai organ tersebut.
Diagnosis
.iagnosis yang disebabkan oleh in#eksi cacing biasanya mirip dengan
diagnosa penyakit lainnya, sehingga diperlukan tes laboratorium untuk kepastiannya.
Bntuk cacing $elang, ambang dan !ambuk kita menggunakan pemeriksaan tinja.
inja penderita di periksa, jika mengandung telur cacing maka orang tersebut
dinyatakan cacingan. etapi untuk cacing Kremi harus melakukan anal s&ab dengan
menggunakan isolasi untuk melihat telur.
Pengobatan
Bntuk in#eksi cacing ada beberapa obat yang digunakan. "ebenda/ol
merupakan obat lama yang kadang masih di pakai orang untuk mengobati in#eksi
cacing. Cbat ini tidak terlalu baik dikonsumsi oleh anak. 4#ek samping dari obat ini
adalah penderita jijik karena cacing akan keluar dari lubang pantat, hidung dan mulut
jika in#eksi berat. *elain itu ada Pirantel Pamoat dan juga Albenda/ol yang biasa
digunakan sekarang. Cbat ini lebih ringan sehingga dapat dikonsumsi oleh anak dan
juga tidak mempunyai e#ek samping yang berarti.
PENUTUP
Kesimpulan
In#eksi cacing ini terjadi karena pola hidup yang kurang higenis di
6
masyarakat. Kurangnya pemakaian jamban pada masyarakat Indonesia yang hidup di
daerah pedesaan atau pinggiran yang menyebabkan pencemaran tanah di sekitar
rumah dan sekitarnya, serta pemakaian tinja sebagai pupuk juga dapat menyebabkan
tanah menjadi tercemar. *elain itu, sumur yang menjadi sumber minuman )arga juga
dapat tersebar jika terlalu dekat dengan kamar mandi.
Saran
Bntuk mengurangi in#eksi cacing di Indonesia, maka diperlukan penyuluhan
tentang hidup yang lebih higenis, yaitu6
'. !uci tangan sebelum makan
+. Buang air besar di kamar mandi
&. "andi paling sedikit + kali sehari
:. *elalu menggunakan alas kaki pada saat di luar rumah
2. !uci tangan dan kaki pada saat masuk rumah
=. Darak antara sumur dan septictan$ kurang lebih '( meter
DATA! PUSTAKA
"E#S$TE
% 4-i 5ulianto.+((3. Hubunan Hiiene Sanitasi !enan "e#adian Penya$it
%acinan Pada Sis&a Se$olah !asar. @rom
http677))).scribd.com7doc72'8(9(':7'(7Pato#isiologi;page<:, +: April
+(''.
#UKU
% *ta# Pengajar .epartemen Parasitologi, @KBI, Dakarta. +((9. Parasitoloi
"edo$teran, edisi $eempat. Dakarta6 Balai Penerbit @KBI.
% im Penyusun Parents Guide. +('(. Parents Guide' Indonesia.

7

Anda mungkin juga menyukai