mula5mula sel P-? dan limfosit dalam proporsi sama atau kadang5kadang sel
P-? lebih banyak selanjutnya limfosit yang lebih banyak. Badang5kadang
jumlah sel pada fase akut dapat mencapai kurang lebih 1222<mm
"
. Badar protein
meninggi dan glukosa menurun.
10
16
Pada pasien juga telah dilakukan pemeriksaan foto thora, dan di peroleh
hasil adanya tuberculosis aktif. Sedangkan pada %. scan kepala diperoleh
kesimpulan %ctive Communicating &droce#halus'
Pada ensefalitis pemeriksaan penunjang dengan %.<-AI menunjukkan
inflamasi nekrotikan pada lobus temporal dan bisa dilakukan pemeriksaan ++D
yang menunjukkan pelepasan epileptic berulang yang terlokalisisr pada lobus
temporal. Sedangkan .omografi terkomputerisasi (%.) atau citra resonansi
magnetik (-AI) otak pada penderita meningitis tuberkulosis mungkin normal
selama stadium penyakit. )ila penyakit memburuk pembesaran basilar dan
hidrosefalus komunikan dengan tanda5tanda edema otak atau iskemia setempat
a'al merupakan penemuan yang paling sering.
811
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah> I$91 10M?S 1/ tpm
3mpicilin /,022 mg iv Phenobarbital !,02 mg I?* !22 mg 1,1 PN3 022 mg
1,1 Aifampicin "22 mg1,1 Streptomycin 022 mg 1,1 Prednison ",1 Piracetam
",1 cth Aanitidin "2 mg !,1 3ntasida syrup ",1 cth.
1alam teori pengobatan yang diberikan pada ensefalitis adalah
medikamentosa. .idak ada pengobatan yang spesifik tergantung dari etiologi.
3siklovir dapat diberikan 12 mg<kg<tiap 8 jam bila secara klinis dicurigai
disebabkan oleh virus herpes simpleks. Sedangkan secara suportif> mengatasi
kejang hiperpireksia gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitL dan
mengatasi edema otak dengan manitol 2051 gram<kgL dapat diberikan setiap 8
jam dan metilprednisolon 15! mg<kg<hari.
!
Pada pasien ini dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik lebih mengarah
pada ensefalitis namun hasil temuan dari pemeriksaan penunjang lebih mengarah
ke meningitis .). Sehingga lebih bijak bah'a diagnosis pada pasien ini adalah
meningoensefalitis .).
Pada pasien ini juga telah mendapatkan pengobatan meningitis .). 1imana
selain pada pemeriksaan penunjang ada kecurigaan kearah tersebut juga
disebutkan dalam suatu sumber bah'a meningitis tuberkulosis harus
dipertimbangkan pada setiap kasus meningitis aseptik atau ensefalitis. -eningitis
ini terjadi setelah pecahnya tuberkel (fokus Aich) ke dalam cairan serebrospinal
18
selanjutnya terjadi reaksi inflamasi dan timbul ateritis. Pada kasus dini
pemeriksaan cairan serebrospinalis tidak selalu dapat membantu diagnosis. @ji
kulit tuberkulin positif pada 60; kasus dan rontgen foto thora, menunjukkan lesi
yang sugestif pada 82; kasus. Pengobatan ditujukan untuk mengatasi
tuberkulosis dan dapat dimulai meskipun baru curiga ke arah meningitis
tuberkulosis karena keterlambatan pengobatan dapat berbahaya.
4
Barena
pertimbangan tersebut pada pasien ini diberikan pengobatan tuberkulosis.
1alam teori pengobatan pada meningitis .) yaitu dengan tuberkulostatika>
IsoniaHid atau I?* rifampisin piraHinamid etambutol dan streptomisin.
1!
IsoniaHida atau I?* adalah obat antituberkulosis yang sangat efektif saat
ini bersifat bakterisid dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif (kuman yang sedang berkembang) dan bersifat bakteriostatik
terhadap kuman yang diam. I?* diberikan secara oral dengan dosis harian biasa
0510 mg<kg))<hari maksimal "22 mg<hari pada anak dan diberikan dalam satu
kali pemberian. I?* mempunyai dua efek toksik utama yaitu hepatotoksik dan
neuritis perifer.
1!
Aifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel dapat memasuki
semua jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniaHid. Aifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sistem
gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan) dan kadar serum
puncak tercapai dalam ! jam. Aifampisin diberikan dalam bentuk oral dengan
dosis 125!2 mg<kg))<hari dosis maksimal :22 mg<hari dengan dosis satu kali
pemberian per hari. Jika diberikan bersamaan dengan isoniaHid dosis rifampisin
tidak melebihi 10 mg<kg))<hari dan dosis isoniaHid 12 mg<kg))<hari.
Pada anak5
anak diba'ah 0 tahun harus bersikap hati5hati karena dapat menyebabkan neuritis
optika. +fek samping rifampisin lebih sering daripada isoniaHid berupa perubahan
'arna urin ludah keringat sputum dan air mata menjadi 'arna oranye
kemerahan selain itu juga terjadi gangguan gastrointestinal dan hepatotoksisitas.
1!
PiraHinamid berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh terutama
cairan serebrospinalis bakterisid hanya pada intrasel suasana asam dan diresrbsi
baik pada saluran cerna. Pemberian piraHinamid secara oral sesuai dosis 105"2
14
mg<kg))<hari dengan dosis maksimal ! gram<hari. +fek samping piraHinamid
adalah hepatotoksisitas anoreksia iritasi saluran cerna.
1!
+tambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada
mata. 7bat ini memiliki aktivitas bakterostatik tetapi dapat bersifat bakterisid jika
diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. +tambutol diberikan
dengan dosis 105!2 mg<kg))<hari maksimal 1!0 gram<hari dengan dosis tunggal.
+tambutol tidak berpenetrasi dengan baik pada susunan saraf pusat demikian juga
pada keadaan meningitis.
Bemungkinan toksisitas utama adalah neuritis optika
dan buta 'arna merah5hijau sehingga penggunaannya seringkali dihindari pada
anak yang belum dapat diperiksa tajam penglihatanya.
121!
Streptomisin bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman
ekstraseluler pada keadaan basal atau netral sehingga tidak efektif untuk
membunuh kuman intraseluler. Saat ini streptomisin jarang digunakan dalam
pengobatan tuberkulosis tetapi penggunannya penting pada pengobatan fase
intensif meningitis tuberkulosa dan multidrug resisten tuberkulosis. Streptomisin
diberikan secara intramuskular dengan dosis 105/2 mg<kg))<hari maksimal 1
gram<hari.
7leh karena bersifat autotoksik maka harus diberikan dengan hati5hati
bila perlu dilakukan pemeriksaan audiogram.
121!
Pada umumnya tuberkulostatika diberikan dalam bentuk kombinasi ialah
kombinasi antara I?* dengan jenis tuberkulostatika yang lain. .erapi tuberkulosis
sesuai dengan konsep baku yaitu ! bulan fase intensif dengan /50 obat
antituberkulosis (isoniaHid rifampisin piraHinamid streptomisin dan etambutol)
dilanjutkan dengan ! obat antituberkulosis (isoniaHid dan rifampisin) hingga 1!
bulan.
121!
Bortikosteroid biasanya dipergunakan prednison dengan dosis 15!
mg<kg))<hari (dosis normal !2 mg<hari dibagi dalam " dosis) selama /5: minggu
setelah itu dilakukan penurunan dosis secara bertahap (ta##ering off) selama /5:
minggu sesuai dengan lamanya pemberian regimen. Pemberian kortikosteroid
seluruhnya adalah lebih kurang " bulan.
Indikasi kortikosteroid antara lain tekanan
intrakranial yang meningkat adanya defisit neurologis mencegah perlekatan
araknoidea pada jaringan otak.
121!1"
!2
Pada pasien ini juga didapatkan tanda5tanda klinis kurang giHi yaitu pasien
kurus kulit kering dan berat badan pasien terakhir adalah 1" kg. Status giHi
pasien ini dapat ditentukan menggunakan antropometri havard ataupun standar
?%*S<#*7. @ntuk menghitung berat badan ideal anak : tahun menggunakan
rumus (@mur , !) G 8.
1/101:
Pada pasien ini dapat ditentukan berat badan idealnya yaituP : , ! G 8 P
!2 kg. Jadi berat badan ideal pasien ini adalah !2 kg.
@ntuk melihat keadaan giHi berdasarkan antropometri havard dihitung
persentase berat badan pasien dibandingkan dengan berat badan ideal yaitu>
)) pasien 1"
Q 122; P Q 122; P :0;
)) ideal !2
Penentuan Status DiHi 3ntropometri *arvard
; terhadap standar Status DiHi
82 E 122; )aik
62 E 82 ; Burang DiHi Aingan
:2 E 62 ; Burang DiHi Sedang
K :2 ; Burang DiHi )erat
)erdasarkan antopometri havard untuk berat badan<umur maka pasien
termasuk kurang giHi sedang.
Saat masuk rumah sakit berat badan pasien adalah !2 kg dan setelah
menjalani pera'atan di rumah sakit berat badan pasien menjadi 1" kg. *al ini
menunjukkan bah'a keadaan kurang giHi justru dialami pasien saat di ra'at di
rumah sakit. *al ini perlu menjadi perhatian khusus bagi kita bah'a sangat
penting untuk memperhatikan kebutuhan giHi pasien terutama yang dira'at dalam
jangka 'aktu yang lama.
Pada pasien telah dipasang ?D. (?asogastric .ube) dan diberikan diet
sebesar1822 kal yang berupa modisco III jus pepaya dan jus ikan gabus. Ini
sudah sesuai dengan teori dimana kebutuhan pasien adalah 1822 kal (42 kal<))
ideal).
!1
3dapun faktor5faktor penyebab dari B+P (kurang energi dan protein)
antara lain faktor diet faktor sosial kepadatan penduduk infeksi kemiskinan dan
lain5lain.
16
Pada pasien faktor penyebab terjadinya malnutrisi adalah faktor diet dan
juga infeksi. 1imana diet yang diberikan 'alaupun sudah mencukupi kebutuhan
namun pasien seringkali muntah saat pemberian makan sehingga jumlah yang
semula mencukupi menjadi tidak sesuai lagi. Infeksi juga merupakan suatu
interaksi sinergistis dengan malnutrisi. 1imana infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan giHi.
Pada kurang giHi berat diberikan antibiotik broad(s#ectrum secara rutin
untuk mengobati atau mencegah infeksi yang pada anak. Pilihan antibiotik untuk
kasus kurang giHi tergantung dari ada atau tidaknya komplikasi. 1ari literatur
didapatkan bah'a jika pasien sakit berat (apatis letargi) atau terdapat komplikasi
(hipoglikemia hipotermia infeksi kulit saluran pernapasan atau traktus urinarius)
dapat diberikan ampicillin 02 mg<kg)) I- atau I$ setiap : jam selama ! hari
kemudian dilanjutkan dengan amo,icillin oral 10 mg<kg)) setiap 8 jam selama !
hari atau ampicillin oral !0 mg<kg)) setiap : jam selama 0 hari. 1an diberikan
gentamisin 60 mg<kg)) I- atau I$ 1 kali sehari selama 6 hari. ?amun jika
tidak terdapat komplikasi dapat diberikan kotrimo,aHole 0 ml ! kali sehari
selama 0 hari (untuk anak K: kg diberikan !0 ml). Botrimo,aHole 0 ml setara
dengan .rimeptoprin /2 mg dan Sulfameto,aHole !22 mg.
1/101:18
Pada kurang giHi berat kekurangan Hat giHi makro umumnya disertai
dengan kekurangan Hat giHi mikro. Pemberian vitamin 3 diberikan secara oral.
@ntuk usia F 1! bulan diberikan !22.222 I@ usia :51! bulan diberikan 122.222
I@ dan untuk usia 250 bulan diberikan 02.222 I@. )erdasarkan literatur vitamin 3
diberikan sebanyak " kali yaitu dosis besar pada hari pertama dan kedua
kemudian dosis ketiga diberikan paling lambat ! minggu setelahnya jika pasien
mempunyai gejala kekurangan vitamin 3 seperti buta senja atau pada pemeriksaan
fisik ditemukan kelainan seperti bercak bitot ulkus nanah atau peradangan pada
kornea. Sedangkan apabila tidak terdapat tanda5tanda tersebut vitamin 3 hanya
diberikan satu dosis yaitu pada hari pertama.
!!
-ikronutrien yang dapat diberikan setiap hari selama ! minggu adalah
suplemen multivitamin asam folat 1 mg<hari (pada hari pertama diberikan 0 mg)
Ninc ! mg<kg))<hari tembaga 2" mg<kg))<hari besi " mg<kg))<hari.
1/
3nak dikatakan mengalami perbaikan apabila perbandingan tinggi
badan<berat badan mencapai 42;. ?amun orang tua harus diberitahu bah'a tetap
harus dilakukan pemeriksaan secara rutin pada anak.
1/
Prognosis pada pasien ini buruk karena adanya berbagai gangguan
neurologis serta di tambah keadaan malnutrisi. *ai ini sesuai dengan teori yaitu
angka kematian pada ensefalitis masih tinggi dan pada pasien yang hidup
didaptkan adanya sekuele dan kelainan neurologis lain.
!
!"
KESIMPULAN
1. Pasien di diagnosa meningoensefalitis G malnutrisi. 1iagnosa
meningoensefalitis ini dibuat dari hasil anamnesa pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
!. Pasien mendapat terapi meningitis .) karena 'alaupun dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik tidak mendukung ke arah meningitis .) namun ditemukan
foto rontgen adanya tuberculosis aktif dan %. scan adanya hidrosefalus
sehingga pengobatan tuberculosis menjadi pertimbangan.
". -alnutrisi pada pasien ini justru terjadi selama pera'atan di rumah sakit.
Pada pasien faktor penyebab terjadinya malnutrisi adalah faktor diet dan juga
infeksi. 1imana diet yang diberikan 'alaupun sudah mencukupi kebutuhan
namun pasien seringkali muntah saat pemberian makan sehingga jumlah yang
semula mencukupi menjadi tidak sesuai lagi. Infeksi juga merupakan suatu
interaksi sinergistis dengan malnutrisi. 1imana infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan giHi. Pada pasien ini juga perlu dilakukan pemantauan
berat badan setiap hari serta kebutuhan giHinya agar tidak lebih memperburuk
keadaan umumnya.
!/
DA"TAR PUSTAKA
1. Aohim 3 Saharso 1 1udarmo S dkk. Ilmu Penyakit 3nak 1iagnosa dan
Penatalaksanaan. Salemba -edika. Jakarta. !22!.
!. I13I. Standar Pelayanan -edis Besehatan 3nak. Jakarta. !22/.
". -ardjono - Sidharta P. ?eurologi Blinis 1asar. 1ian Aakyat. Jakarta. !228
/. Sch'artH #. Pedoman Blinis Pediatri. +D%. Jakarta !22/
0. -ansjoer 3 Suprohaita #aedhani I dkk. Bapita Selekta Bedokteran. -edia
3esculapius. Jakarta. !220.
:. Dershon 3 *oteH P BatH S. BrugmanRs Infectious 1iseases of %hildren 11th
edition. -osby. Philadelphia. !22/.
6. Price S. #ilson (. Patofisiologi Bonsep Blinis Proses5Proses Penyakit +disi :
$olume !. +D%. Jakarta. !22:.
8. 1avey P. 3t a Dlance -edicine. +rlangga. Jakarta. !22:.
4. *ull 1 Johnston 1. 1asar51asar Pediatri +disi ". +D%. Jakarta. !228.
12. *arsonodkk. )uku 3jar ?eurologi Blinis. Dadjah -ada @niversity Press>
=ogyakarta. !220
11. Starke J.A. 1444. .uberkulosis. Ilmu Besehatan 3nak ?elson $olume II
+disi 10. +D%> Jakarta.
1!. Supriyanto ). 1kk. !226. Pedoman ?asional .uberkulosis 3nak. @BB
Aespirologi PP I13I> Jakarta.
1". =oes A. -eningitis .uberkulosa. Bapita Selekta ?eurologi +disi Bedua.
Dadjah -ada @niversity Press> =ogyakarta. !22"
1/. 3sh'orth 3. Bhanum S. Jackson 3. Schofield %.Duideline 9or .he
Inpatient .reatment of Severely -alnourished %hildren. #*7 Publication.
Deneva !22".
10. #orld *ealth 7rganiHation. -anagement of Severe -alnutrition> 3 -anual
9or Physician and 7ther Senior *ealth #orkers. Publication. Deneva 1444.
!0
1:. 1epartemen Besehatan Aepublik Indonesia > )uku )agan .ata (aksana 3nak
DiHi )uruk. 1irektorat )ina DiHi -asyarakat. !22:.
16. Pudjiadi S. Ilmu DiHi Blinis Pada 3nak +disi Beempat. 9akultas Bedokteran
@niversitas Indonesia. Jakarta. !222
18. #orld *ealth 7rganiHation. -anagement of .he %hild #ith a Serious
Infection or Severe -alnutrition Duidelines for %are at .he 9irst5Aeferral
(evel in 1eveloping %ountries. Integrated -anagement of %hildhood Illness.
!222
!: