Anda di halaman 1dari 5

B.5.

Analisa Kebisingan
Tujuan analisa yaitu untuk menentukan zonifikasi tapak berdasarkan area penerima
kebisingan dari lingkungan,dalam kaitannya dengan kenyamanan tapak terhadap kebisingan
lingkungan.Berdasarkan arah datangnya kebisingan,maka tapak dibagi menjadi beberapa zona
kebisingan.
Analisa:
Sumber kebisingan utama adalah Jl.Pangeran Mangkubumi,daerah yang berhubungan
langsung dengan jalan ini diperuntukan sebagai zona publik.Sementara kebisingan
dengan intensitas sedang berasal dari pertokoan dan pemukiman di utara dan selatan
site.Daerah utara dan selatan site diperuntukan sebagai ruang semi publik dengan fungsi
kegiatan utama galeri seperti pameran dan pertunjukan.Zona privat dengan fungsi
pengelolaan penelitian dan perpustakaan ditempatkan pada daerah timur site dikarenakan
intensitas kebisingan yang relatif kecil.Selain itu pengendalian kebisingan bias dilakukan
dengan pemberian buffer pada site berupa tanaman yang berdaun lebat dan juga
pemberian jarak antara bangunan dengan sumber kebisingan
B.6. Analisa View dan Orientasi
Analisa orientasi bangunan dengan mempertimbangkan arah view tapak ditujukan untuk
kemudian membantu dalam penentuan arah desain massa bangunan pada tapak,dengan
pertimbangan sebagai berikut:
Arah orientasi yang baik(good) memiliki potensi sebagai arah desain bagi fasade utama
fasilitas yang menarik baik dari arah dalam fasilitas maupun dari luar site.
Arah orientasi yang kurang baik (ok) diselesaikan dengan elemen-elemen site yang
menarik agar pengunjung tetap mendapatkan view yang baik dari arah fasilitas menuju ke
arah luar.
Analisa:
View yang paling potensial adalah view ke arah daerah Tugu dan daerah Malioboro.View
menuju site pun berpotensi terlihat dari arah Stasiun Tugu dan daerah Tugu sepanjang
Jl.Pangeran Mangkubumi.
B.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan
Analisa zonifikasi kelompok kegiatan dilakukan untuk mendapatkan zonifikasi yang
tepat untuk masing-masing kelompok kegiatan dalam perancangan Galeri Seni Urban
Yogyakarta.Dasar pertimbangan yang digunakan dalam analisa ini antara lain,
Kedekatan hubungan antar kelompok kegiatan
Tingkat kedekatan dengan entrance/lingkungan luar
Tingkat kenyamanan noise yang dibutuhkan
Tingkat kebutuhan terhadap pencahayaan
Analisa:
Tiap kelompok kegiatan memiliki karakter dan fungsi yang tersendiri,sehingga penentuan
zona tiap kelompok kegiatan harus memperhatikan pertimbangan yang telah disebutkan
sebelumnya.Pertimbangan zonifikasi terkait kedekatan hubungan ruang didasarkan pada
analisa keruangan yang sudah dilakukan sebelumnya.Dimana kelompok kegiatan yang
pelaksanaannya saling beriringan otomatis memiliki hubungan ruang yang dekat sehingga
letaknya didekatkan.Dalam hal sifat kelompok kegiatan terbagi menjadi tiga yakni bersifat
publik,semi publik,dan privat.Sementara menurut Kelompok kegiatannya akan dibagi
menjadi:
Zona kegiatan pameran,mewadahi kegiatan pameran benda-benda seni terkait seni
urban,dapat berupa ruang outdoor maupun indoor
Zona kegiatan pertunjukkan,mewadai kegiatan pertunjukan performing art terkait dengan
seni urban,dapat berupa outdoor maupun indoor
Zona pengelolaan dan pendidikan,mewadai kegiatan pengelolaan serta pengembangan
dan pendidikan terkait dengan seni urban
Berikutnya terkait noise dan pencahayaan tiap kelompok kegiatan memiliki kebutuhan yang
berbeda pula.Maka jika suatu fungsi membutuhkan ketenangan tinggi maka diletakkan jauh dari
keramaian/sumber noise dan sebaliknya.Sama halnya dengan pencahayaan,untuk kelompok
kegiatan yang membutuhkan banyak cahaya diletakkan pada area yang terkena sinar matahari
terus-menerus.
B.8. Analisa Sirkulasi
Sebagai ruang publik maka pengaturan sirkulasi dalam tapak sangat penting,terutama
agar dapat menciptakan kenyamanan manusia pengguna/user,maka diusahakan agar sirkulasi
kendaraan tidak mengganggu aktivitas manusia yang terjadi dalam tapak.Maka kemudian jenis
sirkulasi pada tapak dibagi menjadi beberapa macam:
Sirkulasi manusia
Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi service
Ada beberapa jenis sirkulasi yang dapat digunakan sebagai alternatif,yaitu:


Analisa:
Karakteristik para seniman urban yang cenderung bebas dan tidak terikat diwadahi melalui
konsep sirkulasi radial memutar untuk kendaraan.Sebagai pusat adalah ruang pameran sebagai
penghubung antar ruang terbuka(art garden) di tengah bangunan.Ruang terbuka ini menjadi titik
tolak dari semua sirkulasi kegiatan.Para seniman bebas memilih kegiatan sesuai dengan yang
dikehendakinya.Untuk pedestrian,sirkulasi yang digunakan adalah jenis sirkulasi dengan
pencapaian frontal untuk lebih mengundang pedestrian masuk dan berkegiatan di Galeri Seni
Urban Yogyakarta.

B.9. Analisa Gubahan Massa
Dasar pertimbangan:
Gubahan bentuk massa ditentukan melalui penerapan unsur campuran eklektis antara
tradisional/modern,popular/tinggi,barat/timur,sederhana/kompleks khas arsitektur
kontemporer.Konsep perjalanan waktu dengan penyatuan antara massa yang saling
terhubung dimana setiap massa menghadirkan ekspresi bentuk yang berbeda-beda
berdasarkan massanya.
Bentuk fisik massa bangunan dihadirkan melalui permainan bentuk-bentuk dasar
geometris.Faktor-faktor yang mewujudkan bentk antara lain fungsi,simbol serta teknologi
struktur dan bahan(Sutedjo,1982:43).
Alternatif bentuk dasar massa adalah sebagai berikut:
Bentuk yang aman digunakan adalah bentuk sederhana,fleksibel dan dengan pemanfaatan
ruang yang tinggi,maka dipilih bentuk dasar massa segiempat.Untuk
pengembangannya,bentuk dasar segiempat dimodifikasi melalui teknik mengubah bentuk
yaitu perputaran,peregangan,perputaran dan pergeseran.
Untuk Alternatif sistem tata massa adalah sebagai berikut:
Dari ketiga alternatif diatas,dipilih sistem hibrida antara gabungan massa dengan massa
tunggal.Masing-masing zona kegiatan akan memiliki massanya sendiri,tapi digabung
sehingga menjadi satu-kesatuan bangunan tunggal,dengan pertimbangan utama mampu
mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial,yang memang sangat dibutuhkan oleh suatu
galeri seni yang juga dapat berfungsi sebagai ruang publik alternatif.Selain itu, sistem massa
seperti ini mampu memberi privasi yang tinggi terhadap ruang-ruang dalam masing-masing
kelompok kegiatan.
Untuk alternatif pola organisasi massa sebagai berikut:
Dari alternatif pola organisasi massa di atas,dipilih massa radial.Pola organisasi ini sesuai
dengan sistem tata massa gabungan yang telah ditetapkan sebelumnya.Galeri Seni Urban
Yogyakarta yang direncanakan memiliki banyak sub kegiatan dimana setiap sub kegiatan
tersebut harus dapat saling terhubung dan membentuk jalinan interaksi satu dengan yang
lainnya.Dengan pola radial,walau terkesan berdiri sendiri,antar sub kegiatan tetap disatukan
oleh suatu pusat kegiatan utama.
Konsep budaya Jawa diwujudkan pada zonafikasi massa sesuai dengan zonafikasi dalam
rumah tradisional Jawa pada umumnya.Pada bangunan Jawa terdapat suatu pola tingkatan
hirarki ruang dimana semakin ke dalam memiliki tingakatan yang lebih privat.Prinsip
tersebut diterapkan pada Galeri Seni Urban yang direncanakan sebagai berikut:
Pintu masuk:pintu masuk ke suatu daerah pada bangunan Jawa menggunakan bentuk-
bentuk seperti gapura atau pintu gerbang.Pada galeri Seni Urban yang
direncanakan,pintu masuk pada main entrance pedestrian merupakan sculpture
berbentuk gunungan/kayon dalam pewayangan sebagai salah satu eye catcher.
Halaman depan (public):Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan memiliki suatau
open space atau taman pada bagian depan,setelah pintu masuk.Open space tersebut
dikatakan berfungsi sebagai alun-alun bagi Galeri Seni Urban yang direncanakan.
Pendopo(semi public):Fungsi pendopo sebagai tempat menerima tamu sesuai dengan
fungsi lobby dan front office,sehingga lobby dapat dianggap sebagai pendopo.
Dalem(semi privat):Dalem merupakan pusat dari rumah Jawa dimana kehidupan yang
mencerminkan tradisi atau budaya Jawa tampak di dalamnya,mulai dari kegiatan
yang sederhana hingga kegiatan yang bersifat perayaan.Bagian ini dapat diisi dengan
fungsi-fungsi inti dari Galeri Seni Urban,seperti ruang pameran tetap dan
kontemporer,ruang serbaguna,ruang pertunjukan dan ruang audiovisual.
Senthong(privat):Dalam bangunan Jawa terdapat tiga buah senthong yang memiliki
fungsi yang berlainan.Senthong kiwa sering digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan barang-barang berharga atau keramat.Senthong tengen digunakan sebagai
tempat beristirahat.Sedangkan senthong tengah memiliki tingkat yang lebih
sakral,digunakan sebagai tempat untuk melakukan pemujaan atau berdoa kepada
Tuhan.Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan,hal tersebut diterjemahkan sebagai
zona pengelolaan,karena zona tersebut merupakan zona dengan tingkat privasi yang
lebih relatif lebih tinggi.




B.10. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan
Penerapan penyelesaian rancang bangun yang kontras sesuai dengan ciri khas arsitektur
kontemporer untuk menonjolkan citra dan karakter seni urban.
Bangunan merupakan wadah kegiatan seni urban,karakter yang ditampilkan antara lain:
Atraktif
Dinamis
Kontemporer
Sebagai ruang publik,karakter yang ditampilkan antara lain:
Terbuka
Mengundang
Sebagai wujud pelestarian pencitraan bentuk kontemporer:
Kontras
Double Coding
Metaforik dan humoris
Analisa:
Ekspresi bangunan adalah ekspresi dari suatu pencitraan bentuk bangunan kontemporer dimana
dilakukan dengan menerapkan unsur campuran eklektis antara
tradisional/modern,popular/tinggi,barat/timur,sederhana/kompleks khas arsitektur kontemporer.
Berbagai gaya yang disinkronisasikan adalah gaya-gaya dan langgam arsitektur yang pernah
eksis di Indonesia dan Yogyakarta pada khususnya dengan segala ciri khas dan
keunikannya.Langgam dan gaya-gaya terserbut adalah:

Anda mungkin juga menyukai