Anda di halaman 1dari 100

i

SKRIPSI

ANALISIS PERSPEKTIF STAKEHOLDER
TERHADAP IMPLEMENTASI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Kasus pada PT Samsung Electronics Indonesia)


AYU ARDHILLAH ANWAR








JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


ii

SKRIPSI
ANALISIS PERSPEKTIF STAKEHOLDER
TERHADAP IMPLEMENTASI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Kasus pada PT Samsung Electronics Indonesia)

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

AYU ARDHILLAH ANWAR
A31107101



kepada

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


iii

SKRIPSI
ANALISIS PERSPEKTIF STAKEHOLDER
TERHADAP IMPLEMENTASI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Kasus pada PT Samsung Electronics Indonesia)

disusun dan diajukan oleh

AYU ARDHILLAH ANWAR
A31107101



telah diperiksa dan disetujui untuk diuji



Makassar, April 2013

Pembimbing I Pembimbing II


Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak. Drs. Syahrir, M.Si., Ak.
NIP 19650925 199002 2 001 NIP 19660329199403 1 003


Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi




Dr. H. Abdul Hamid Habbe, S.E., M.Si.
NIP 19630515 199203 1 003


iv




v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : Ayu Ardhillah Anwar
NIM : A31107101
jurusan : Akuntansi
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul:
Analisis Perspektif Stakeholder terhadap Implementasi
Corporate Social Responsibility (CSR)
(Studi Kasus pada PT Samsung Electronics Indonesia)

Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan atau daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).


Makassar, 23 Mei 2013
Yang membuat pernyataan,



Ayu Ardhillah Anwar




vi


PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Pertama-tama, ucapan terima kasih
peneliti berikan kepada Ibu Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak dan Bapak Drs.
Syahrir, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah diluangkan
untuk membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta
diskusi-diskusi yang telah dilakukan dengan peneliti.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Bapak Salim Azwar
selaku Senior Manager Departemen Accounting atas pemberian izin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di PT. Samsung Electronics Indonesia
beserta staf akuntansi yang telah memberi andil yang sangat besar dalam
pelaksanaan penelitian ini. Kepada camat setempat, yakni Bapak Drs. H.
Abdullah Karim, M.Si, peneliti juga menghaturkan terima kasih atas izin
melakukan penelitian di kantor pemerintahan. Semoga bantuan yang diberikan
oleh semua pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Terakhir, ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Anwar Alam, M.Si dan
Ibu Wahyuni, S.Ag selaku orang tua dari peneliti, saudari Arwiny Fajriah Anwar,
S.E., dan Ira Maghfirah Anwar, serta suami peneliti, Bapak Imran Saing, atas
bantuan, nasehat, dan motivasi yang diberikan selama penelitian skripsi ini.


vii

Semoga semua pihak mendapatkan kebaikan dari-Nya atas bantuan yang
diberikan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan
dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini
sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan.
Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini.

Makassar, 20 Mei 2013

Ayu Ardhillah Anwar



viii

ABSTRAK

Analisis Perspektif Stakeholder terhadap
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
(Studi Kasus pada PT Samsung Electronics Indonesia)

Analysis of Stakeholder Perspectives on the
Implementation of Corporate Social Responsibility (CSR)
(case study on PT Samsung Electronics Indonesia)

Ayu Ardhillah Anwar
Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak
Drs. Syahrir, M.Si., Ak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perspektif stakeholder terhadap
implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) serta mengetahui
pengembangan konsep Community Development pada implementasi program
CSR pada PT Samsung Electronics Indonesia. Data penelitian diperoleh dari
data primer berupa angket dan wawancara langsung dengan narasumber.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa setiap stakeholder yang diteliti memiliki
pandangan masing-masing terhadap program CSR PT SEIN, mulai dari
karyawan, pihak manajemen, pemerintah, pemilik perusahaan, dan masyarakat
lokal. Secara umum, para stakeholder menilai bahwa program CSR PT SEIN
sudah berjalan dengan baik sesuai tujuan masing-masing stakeholder, kecuali
untuk pihak pemerintah yang menilai bahwa implementasi CSR PT SEIN masih
belum optimal menerapkan konsep Community Development.

Kata kunci: Perspektif Stakeholder, Corporate Social Responsibility, Community
Development

This study aims to analyze the perspectives of stakeholders on the
implementation of its Corporate Social Responsibility (CSR) and to know the
development of the concept of Community Development on the implementation
of CSR programs on PT Samsung Electronics Indonesia. Data were obtained
from the primary data in the form of questionnaires and interviews with
informants. Research findings showed that every stakeholder who has studied
the views of each of the CSR program PT Sein, ranging from employees,
management, government, business owners, and local communities. In general,
the stakeholders considered that the CSR program PT Sein has been going well
for the purpose for each stakeholder, except for the government considered that
the implementation of CSR PT Sein still not optimal to implement the concept of
Community Development.

Keywords: Stakeholder Perspective, Corporate Social Responsibility,
Community Development



ix

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .. i
HALAMAN JUDUL .. ii
HALAMAN PERSETUJUAN . iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v
PRAKATA vi
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI .......................... ix
DAFTAR LAMPIRAN . xi

BAB I PENDAHULUAN ..... 1
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Rumusan Masalah 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................ 8
1.4 Kegunaan Penelitian .......................... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis 9
1.5 Sistematika Penulisan .. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 11
2.1 Definisi Perspektif Stakeholder ... 11
2.2 Stakeholder 11
2.2.1 Definisi Stakeholder 11
2.2.2 Teori Stakeholder 13
2.2.3 Teori Legitimasi 17
2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) . 18
2.3.1 Definisi CSR . 18
2.3.2 Perkembangan CSR ... 20
2.3.3 Implementasi CSR .. 25
2.4 Community Development 27
2.5 Penelitian Terdahulu 30

BAB III METODA PENELITIAN .. 32
3.1 Rancangan Penelitian . 32
3.2 Kehadiran Peneliti . 32
3.3 Lokasi Penelitian .. 32
3.4 Sumber Data .. 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data .. 34
3.6 Teknik Pengambilan Sampel . 35
3.7 Teknik Analisis Data . 36



x

BAB IV HASIL PENELITIAN 38
4.1 Gambaran Umum PT.Samsung Electronics Indonesia .. 38
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan . 38
4.1.2 Filosofi dan Nilai Perusahaan 41
4.1.2.1 Filosofi Samsung 41
4.1.2.2 Nilai-nilai Samsung 41
4.1.3 Struktur Organisasi .. 43
4.2 Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Samsung
Electronics Indonesia (PT SEIN) .

46
4.3 Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR)
pada PT Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) menurut
Perspektif Stakeholder Perusahaan ...


55
4.3.1 Perspektif Karyawan (Employee) . 56
4.3.2 Perspektif Manajemen (Management) . 65
4.3.3 Perspektif Pemerintah (Government) .. 70
4.3.4 Perspektif Pemilik Perusahaan (Shareholder/Investor) 72
4.3.5 Perspektif Masyarakat Lokal (Local Communities) 74

BAB V PENUTUP . 77
5.1 Kesimpulan 77
5.2 Saran .. 79
5.3 Keterbatasan Penelitian .. 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN .. 83





xi

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran Halaman
1 Biodata 83
2 Kuesioner 84
3 Data Keuangan PT Samsung Electronics . 88





1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Secara umum tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah
mencari keuntungan (profit). Dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menaati semua peraturan hukum yang berlaku di sebuah negara, mulai dari
aturan perburuhan hingga aturan kelestarian lingkungan. Korporasi pada saat ini
bukan lagi hanya berorientasi pada keuntungan saja melainkan wajib
memperhatikan kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Isu-isu tentang
kurangnya kesejahteraan masyarakat sekitar, kerusakan lingkungan, perlakuan
tidak adil bagi pekerja dan lain sebagainya menjadi hal yang tengah hangat
dibicarakan.
Perlu untuk diakui bahwa industri atau perusahaan skala besar telah
mampu memberikan kontribusi pada perekonomian nasional, namun tidak
dipungkiri eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh sektor industri
seringkali menciptakan kerusakan lingkungan yang cukup signifikan yang
kemudian berdampak pada keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. Terkait
dengan hal tersebut lahirlah konsep bahwa perusahaan harus turut serta
menjaga dan peduli terhadap lingkungan sekitar baik itu masyarakat maupun
lingkungan alam dimana perusahan tersebut beroperasi. Korporasi harus
menyadari bahwa dirinya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat
yang lebih luas, sehingga jika saatnya terjadi hal buruk yang menimpa dan
merugikan masyarakat, pada gilirannya akan berdampak pada mereka juga.
Oleh karenanya, perusahaan harus memperlakukan komunitasnya sebagai mitra.
2


Jenis perusahaan tertentu selama ini dianggap sebagai biang rusaknya
lingkungan, mengeksploitasi sumber daya alam, dan hanya mementingkan
keuntungan semata, seperti perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan,
perminyakan, dan sejenisnya. Kebanyakan perusahaan selama ini melibatkan
dan memberdayakan masyarakat hanya untuk mendapat simpati. Program yang
mereka lakukan hanya sebatas pemberian sumbangan, santunan dan pemberian
sembako. Dengan konsep seperti ini, kondisi masyarakat tidak akan mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu dan akan tetap menjadi bagian yang
termarginalkan.
Citra perusahaan di mata masyarakat sangat berpengaruh terhadap
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Teknologi informasi sekarang
ini memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai
penjuru dunia. Jika perusahaan tidak menunjukkan komitmen sosial yang baik di
suatu daerah, informasi ini akan cepat tersebar luas ke berbagai penjuru dunia
yang akibatnya akan terbentuk citra yang negatif. Sebaliknya, jika perusahaan
menunjukkan komitmen sosial yang tinggi terhadap kegiatan kemanusiaan,
pelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, pendidikan, penanggulangan
bencana alam, maka akan terbentuk citra yang positif.
Salah satu konsep dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah
community development atau pengembangan masyarakat. Perusahaan yang
mengedepankan konsep community development lebih menekankan pada
pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga akan
menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan untuk
maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang sosial-
ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan,
cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah dan peduli
3


lingkungan. Selain itu, akan menumbuhkan trust (rasa percaya) dari masyarakat.
Sense of belonging (rasa memiliki) perlahan-lahan muncul dari masyarakat
sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah
mereka akan berguna dan bermanfaat. Dengan adanya citra positif ini, maka
perusahaan akan lebih mudah memperoleh kepercayaan dari tiap-tiap komponen
masyarakat. Perlu dilakukan beberapa langkah strategis guna mendapatkan citra
yang positif ini, diantaranya komitmen antara pimpinan dan bawahan untuk
mewujudkan tanggungjawab sosial perusahaan yang populer dikenal dengan
Corporate Social Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini masih tetap hangat
diperbincangkan seiring dengan perkembangan industri bisnis yang semakin
pesat. Dimana tujuan dari penerapan kebijakan ini adalah sebagai
pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitar dengan
dilakukannya penanggulangan dampak yang dihasilkan perusahaan secara
berkelanjutan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an
dan semakin populer terutama setelah diterbitkannya buku Cannibals With Forks:
The Triple Bottom Line in 21
st
Century Business (1998), karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting dari sustainable development, yakni
economic growth, envorinmental protection, dan social equity, yang digagas the
World Commision on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland
Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus, yaitu profit, planet
dan people yang disingkat dengan istilah 3P. Perusahaan yang baik tidak hanya
memburu keuntungan ekonomi belaka, melainkan pula memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
4


Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-
an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate
Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya
sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang
merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap
aspek sosial dan lingkungan.
Menurut Supomo (2004), kepedulian sosial perusahaan terutama didasari
alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak for better or worse,
bagi kondisi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar
perusahaan beroperasi. Selain itu, perusahaan sejatinya bukan hanya dimiliki
oleh pemegang saham, tetapi terdapat pihak-pihak lain yang berkepentingan
terhadap eksistensi perusahaan, yakni para stakeholder perusahaan.
Stakeholders bukan hanya masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas,
misalnya pemerintah, investor, elit politik dan masyarakat secara umum. Bentuk
kerjasama yang dibentuk antara perusahaan dan stakeholders hendaknya juga
merupakan kerjasama yang dapat saling memberikan kesempatan untuk sama-
sama maju dan berkembang. Program-program CSR yang dibuat untuk
kesejahteraan masyarakat pada akhirnya akan berbalik arah yaitu memberikan
keuntungan kembali bagi perusahaan tersebut.
CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan di bawah divisi
human resource development atau public relations. CSR bisa pula dilakukan oleh
yayasan yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap
harus bertanggungjawab ke CEO atau dewan direksi. Sebagian besar
perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama dengan mitra lain,
seperti LSM, perguruan tinggi dan lembaga konsultan. Beberapa perusahaan
5


ada pula yang bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-
sama menjalankan CSR, meskipun tim dan programnya tidak secara jelas
berbendera CSR (Suharto, 2007).
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah
hanya pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat
miskin di negara-negara berkembang. CSR pada tataran ini hanya sekedar do
good dan to look good, berbuat baik dan agar terlihat baik. Perusahaan yang
melakukannya termasuk dalam ketegori perusahaan impresif, yang lebih
mementingkan tebar pesona dibandingkan tebar karya (Suharto, 2008).
Dewasa ini, semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai
pendekatan semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau
kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian
semakin banyak diterapkan karena lebih banyak mendekati konsep sustainable
development. Menurut Ardianto (2011), Community development merupakan
salah satu bentuk aktualisasi CSR dan biasanya program ini dilakukan oleh
perusahaan atas dasar sikap dan pandangan yang telah ada dalam dirinya, yaitu
sikap dan pandangan filantropis (kedermaan).
CSR di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Walaupun kini telah terbit
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan Perseroan Terbatas, tetapi wacana mengenai CSR masih tetap
simpang siur karena tidak adanya standar yang menjadi acuan program. Para
pengusaha berargumen bahwa CSR bagian dari strategi perusahaan sementara
pemerintah mewajibkan perseroan menyisihkan dana CSR sebagai suatu wujud
6


tanggungjawab sosial lingkungan. Hal ini merugikan kepentingan pemegang
saham karena akan meningkatkan biaya (cost) dan menurunkan laba perseroan.
Sedangkan dari pihak masyarakat umumnya, CSR masih menjadi suatu program
yang belum dipahami betul maksud dan tujuannya, tetapi tidak sedikit yang
berpendapat CSR memberikan dampak positif jika dilihat dari sisi filantropis
perusahaan. Jadi, banyak persepsi dan pendapat terkait terhadap konsep dan
pelaksanaan CSR. Hal ini terkait dengan sebuah asumsi apakah CSR menjadi
sebuah kewajiban atau berlandaskan pada tanggungjawab.
Persepsi-persepsi tentang CSR yang berbeda tersebut terkait dengan
konsep CSR yang sebenarnya merupakan konsep yang akan terus berkembang.
Perkembangan baik pendekatan, elemen, maupun penerapan CSR tentu saja
disesuaikan dengan kondisi politik, sosial maupun kultural dari negara yang
bersangkutan.
Berdasarkan pengamatan terhadap praktik CSR selama ini, tidak semua
perusahaan mampu menjalankan CSR sesuai filosofi dan konsep CSR yang
sejati. Menurut Suharto (2008), tidak sedikit perusahaan yang terjebak oleh bias-
bias CSR berikut ini:
1) Kamuflase. CSR yang dilakukan perusahaan tidak didasari oleh komitmen
genuine, tetapi hanya untuk menutupi praktik bisnis yang memunculkan
ethical questions. Bagi perusahaan seperti ini, CD bukan kepanjangan dari
community development, melainkan celana dalam yang berfungsi menutupi
aurat perusahaan.
2) Generik. Program CSR terlalu umum dan kurang fokus karena dikembangkan
berdasarkan template atau program CSR yang telah dilakukan pihak lain.
Perusahaan yang impulsif dan pelit biasanya malas melakukan inovasi dan
cenderung melakukan copy-paste yang terkadang dengan sedikit modifikasi
7


terhadap model CSR yang dianggap mudah dan menguntungkan
perusahaan.
3) Directive. Kebijakan dan program CSR dirumuskan secara top-down dan
hanya berdasarkan misi dan kepentingan perusahaan (shareholder) semata.
Program CSR tidak partisipatif sesuai prinsip stakeholders engagement yang
benar.
4) Lip service. CSR tidak menjadi bagian dari strategi dan kebijakan
perusahaan. Biasanya, program CSR tidak didahului oleh needs assessment
dan hanya diberikan berdasarkan belas kasihan (karitatif).
5) Kiss and run. Program CSR bersifat ad-hoc dan tidak berkelanjutan.
Masyarakat diberi ciuman berupa barang, pelayanan atau pelatihan, lalu
ditinggalkan begitu saja. Program yang dikembangkan umumnya bersifat
myopic, berjangka pendek dan tidak memerhatikan makna pemberdayaan
dan investasi sosial. CSR hanya sekedar menanam jagung, bukan
menanam jati.
Dari berbagai permasalahan yang timbul berdasarkan pemaparan di atas,
maka penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan judul Analisis
Perspektif Stakeholder terhadap Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR) (Studi Kasus pada PT. Samsung Electronics
Indonesia). Perusahaan yang diteliti adalah PT. Samsung Electronics Indonesia
mengingat perusahaan ini adalah salah satu perusahaan multinasional di
Indonesia yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perekonomian
di Indonesia di bidang industri elektronik.
Perusahaan elektronik ini pun merupakan capital company yang tentu
sangat bersentuhan langsung dan secara mutlak menerapkan peraturan
pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
8


Terbatas. Terlebih setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah baru tentang
Perseroan Terbatas, yaitu PP No. 47 Tahun 2012. Inilah yang akan menjadi
kajian penulis menyangkut sejauh mana tingkat responsibility perusahaan PT.
Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) dalam menerapkan program CSR ini.
Progressnya seperti apa dan bagaimana tindak lanjut dari program ini.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan latar belakang
di atas, antara lain:
1) Bagaimana perspektif stakeholder terhadap implementasi program Corporate
Social Responsibility (CSR) pada PT. Samsung Electronics Indonesia (PT
SEIN)?
2) Bagaimana implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam mengembangkan konsep Community Development pada PT.
Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN)?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1) Untuk mengetahui perspektif stakeholder terhadap implementasi program
Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT SEIN.
2) Untuk mengetahui implementasi program Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam mengembangkan konsep Community Development pada PT
SEIN.

9



1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat ikut berkontribusi dalam
pengembangan ilmu akuntansi dalam lingkup akuntansi
keperilakuan, khususnya yang berkenaan dengan etika bisnis dan
akuntansi sosial.
2) Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dan referensi mengenai CSR.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan referensi dalam pelaksanaan program Corporate
Social Responsibility.
2) Bagi pihak eksternal, penelitian ini dapat menjadi bahan acuan
untuk penelitian sejenis.

1.5 Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab dan tiap bab
dibagi dalam sub-sub bab. Adapun rincian masing-masing bab adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.

10



BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan literatur dan teori-
teori yang berkaitan dan menjadi acuan dalam pembahasan
materi penelitian serta membahas mengenai penelitian terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai lokasi penelitian, jenis
penelitian, teknik pengumpulan data dan pengambilan sampel,
serta metode analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini akan dibahas perspektif stakeholder terhadap
implementasi CSR mengenai konsep Community Development
serta diberikan gambaran umum mengenai PT. Samsung
Electronics Indonesia (PT SEIN).
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.


11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perspektif Stakeholder
Perspektif adalah sebuah sudut pandang mengenai realitas yang
ditangkap oleh pengalaman indera. Perspektif menyerupai pondasi dari segala
pemikiran, maksudnya, pondasi dalam menentukan apa yang benar dan yang
salah bagi tiap individu. Selain itu, perspektif untuk mengembangkan kehidupan
ke arah yang lebih baik (Rizka, 2011). Stakeholder merupakan individu,
sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan
maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap
suatu perusahaan. Jadi, perspektif stakeholder adalah sudut pandang yang
dimiliki oleh individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik
secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta
kepentingan terhadap perusahaan ataupun lembaga.

2.2 Stakeholder
2.2.1 Definisi Stakeholder
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau
masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok,
maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika
memiliki karakteristik seperti mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan
kepentingan terhadap perusahaan (Budimanta dkk., 2008).
12


Jika diperhatikan secara seksama dari definisi di atas maka telah terjadi
perubahan mengenai siapa saja yang termasuk dalam pengertian
stakeholder perusahaan. Sekarang ini perusahaan sudah tidak memandang
bahwa stakeholder mereka hanya investor dan kreditur saja. Konsep yang
mendasari mengenai siapa saja yang termasuk dalam stakeholder
perusahaan sekarang ini telah berkembang mengikuti perubahan lingkungan
bisnis dan kompleksnya aktivitas bisnis perusahaan.
Dengan menggunakan definisi di atas, pemerintah bisa saja dikatakan
sebagai stakeholder bagi perusahaan karena pemerintah mempunyai
kepentingan atas aktivitas perusahaan dan keberadaan perusahaan sebagai
salah satu elemen sistem sosial dalam sebuah negara. Oleh kerena itu,
perusahaan tidak bisa mengabaikan eksistensi pemerintah dalam melakukan
operasinya. Terdapatnya birokrasi yang mengatur jalannya perusahaan
dalam sebuah negara yang harus ditaati oleh perusahaan melalui kepatuhan
terhadap peraturan pemerintah menjadikan terciptanya sebuah hubungan
antara perusahaan dengan pemerintah. Hal tersebut berlaku sama bagi
komunitas lokal, karyawan, pemasok, pelanggan, investor dan kreditur yang
masing-masing elemen stakeholder tersebut memiliki kekuasaan, legitimasi,
dan kepentingan sehinga masing-masing elemen tersebut membuat sebuah
hubungan fungsional dengan perusahaan untuk bisa memenuhi
kebutuhannya masing-masing.
Perusahaan merupakan bagian dari sistem sosial yang ada dalam
sebuah wilayah baik yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional
berarti perusahaan merupakan bagian dari masyarakat secara keseluruhan.
Masyarakat sendiri menurut definisinya bisa dijelaskan sebagai kumpulan
peran yang diwujudkan oleh elemen-elemen (individu dan kelompok) pada
13


suatu kedudukan tertentu yang peran-peran tersebut diatur melalui pranata
sosial yang bersumber dari kebudayaan yang telah ada dalam masyarakat
(Budimanta dkk, 2008).
Perusahaan dalam hal ini merupakan bagian dari beberapa elemen
yang membentuk masyarakat dalam sistem sosial yang berlaku. Keadaan
tersebut kemudian menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara
perusahaan dan para stakeholder yang berarti perusahaan harus
melaksanakan peranannya secara dua arah untuk memenuhi kebutuhan
perushaan sendiri maupun stakeholder lainnya dalam sebuah sistem sosial.
Oleh karena itu, segala sesuatu yang dihasilkan dan dilakukan oleh masing-
masing bagian dari stakeholder akan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainya sehingga tidaklah tepat jika perusahaan menyempitkan pengertian
stakeholder hanya dari sisi ekonominya saja.

2.2.2 Teori Stakeholder
Perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk
pendekatan perusahaan dalam melakukan aktivitas usaha. Ada dua bentuk
dalam pendekatan stakeholder (Budimanta dkk., 2008) yaitu old-corporate
relation dan new-corporate relation. Old corporate relation menekankan pada
bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara terpisah dimana setiap
fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa adanya
kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut. Bagian produksi hanya berkutat
bagaimana memproduksi barang sesuai dengan target yang dikehendaki
oleh manajemen perusahaan, bagian pemasaran hanya bekerja berkaitan
dengan konsumennya tanpa mengadakan koordinasi satu dengan yang
lainya. Hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan pemasok pun
14


berjalan satu arah, kaku dan berorientasi jangka pendek. Hal itu
menyebabkan setiap bagian perusahaan mempunyai kepentingan, nilai dan
tujuan yang berbeda-beda bergantung pada pimpinan masing-masing fungsi
tersebut yang terkadang berbeda dengan visi, misi, dan capaian yang
ditargetkan oleh perusahaan.
Hubungan dengan pihak di luar perusahaan bersifat jangka pendek dan
hanya sebatas hubungan transaksional saja tanpa ada kerjasama untuk
menciptakan kebermanfaatan bersama. Pendekatan tipe ini akan banyak
menimbulkan konflik karena perusahaan memisahkan diri dengan para
stakeholder baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar
perusahaan. Konflik yang mungkin terjadi di dalam perusahaan adalah
tekanan dari karyawan yang menuntut perbaikan kesejahteraan. Tekanan
tersebut bisa berupa upaya pemogokan menuntut perbaikan sistem
pengupahan dan sebagainya. Jika pemogokan tersebut terjadi dalam jangka
waktu yang lama maka hal itu bisa mengganggu aktivitas operasi perusahaan
dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Sedangkan konflik yang
mungkin terjadi dari luar perusahaan adalah munculnya tuntutan dari
masyarakat karena dampak pembuangan limbah perusahaan yang
berpotensi menimbulkan kerugian signifikan bagi perusahaan apabila
diperkarakan secara hukum.
New-corporate relation menekankan kolaborasi antara perusahaan
dengan seluruh stakeholder-nya sehingga perusahaan bukan hanya
menempatkan dirinya sebagai bagian yang bekerja secara sendiri dalam
sistem sosial masyarakat karena profesionalitas telah menjadi hal utama
dalam pola hubungan ini. Hubungan perusahaan dengan internal
stakeholders dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang
15


membangun kerjasama untuk bisa menciptakan kesinambungan usaha
perusahaan sedangkan hubungan dengan stakeholder di luar perusahaan
bukan hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun lebih kepada
hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan selain
usaha untuk menghimpun kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan,
perusahaan juga berusaha untuk bersama-sama membangun kualitas
kehidupan external stakeholders.
Pendekatan new-corporate relation mengeliminasi penjenjangan status
di antara para stakeholder perusahaan seperti yang ada pada old-corporate
relation. Perusahaan tidak lagi menempatkan dirinya di posisi paling atas dan
mengeksklusifkan dirinya dari para stakeholder sehingga dengan pola
hubungan semacam ini arah dan tujuan perusahaan bukan lagi pada
bagaimana menghimpun kekayaan sebesar-besarnya namun lebih kepada
pencapaian pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak
awal 1970-an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya
sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan
stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan
masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi
dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai
dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri
merupakan bagian dari kegiatan usaha (Freeman et al., 2002).
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan
manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu
16


perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh
stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan
memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder),
namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh
perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang
saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang
mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan (Untung, 2008).
Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor,
karyawan, kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya
pemegang saham yang mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak
terhadap perusahaan.
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang
digunakan perusahaan (Waryanti, 2009). Power stakeholder dapat berupa
kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas
(modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh,
kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk
mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan
(Brown dan Deegan, 1998). Jadi kemudian muncullah statement bahwa
ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi
perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang
memuaskan keinginan stakeholder (Ullman, 1982).
Cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk me-manage stakeholder-
nya tergantung pada strategi yang diadopsi perusahaan (Ullman, 1982).
17


Organisasi dapat mengadopsi strategi aktif atau pasif. Strategi aktif adalah
apabila perusahaan berusaha mempengaruhi hubungan organisasinya
dengan stakeholder yang dipandang berpengaruh/penting. Sedangkan
perusahaan yang mengadopsi strategi pasif cenderung tidak terus menerus
memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi
optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Akibat dari kurangnya perhatian
terhadap stakeholder adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi
sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan.

2.2.3 Teori Legitimasi
Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang
diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat (Ahmad dan Sulaiman,
2004). Teori tersebut dibutuhkan oleh institusi-institusi untuk mencapai tujuan
agar kongruen dengan masyarakat luas. Menurut Gray et al. (1996:46) dalam
Ahmad dan Sulaiman (2004) dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau
perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari
bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem
nilai masyarakat itu sendiri.
Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa
aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan
menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan
tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat.
Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba
perusahaan. Hal tersebut dapat mendorong atau membantu investor dalam
melakukan pengambilan keputusan investasi.
18


Legitimasi mengalami pergesaran sejalan dengan pergeseran
masyarakat dan lingkungan. Perusahaan harus dapat menyesuaikan
perubahan tersebut baik terhadap produk, metode, dan tujuan. Legitimasi
dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan
perusahaan yang tidak mengganggu atau sesuai dengan eksistensi sistem
nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi pergesaran
menuju ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi perusahaan dapat
terancam (Nor Hadi. 2011)
Menurut Nor Hadi (2011), Legitimacy gap dapat terjadi karena beberapa
faktor:
1) Ada perubahan dalam kinerja perusahaan, tetapi harapan masyarakat
terhadap kinerja perusahaan tidak berubah.
2) Kinerja perusahaan tidak berubah, tetapi harapan masyarakat terhadap
kinerja perusahaan sudah berubah.
3) Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat berubah ke arah yang
berbeda atau ke arah yang sama tetapi waktunya berbeda

2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.3.1 Definisi CSR
Pada awalnya, konsep CSR merupakan suatu pendekatan perubahan
atau pengembangan masyarakat khususnya peningkatan sumber daya
manusia yang dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai bagian dari
tanggungjawab sosialnya.
Pendekatan ini berasal dari pemikiran bahwa perusahaan harus turut
berkontribusi terhadap pembangunan dimana lokasi perusahaan beroperasi.
Oleh karena itu, CSR lahir sebagai sebuah etika bisnis baru dalam sejarah
19


perkembangan kapitalisme global. Pendekatan CSR ini bertujuan agar
masyarakat turut terlibat atau menjadi bagian dari perusahaan tersebut dan
menikmati manfaat dari keberadaan perusahaan di suatu wilayah tertentu.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
(Sukada et al., 2007), mendefinisikan CSR sebagai komitmen untuk
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja
dengan para karyawan dan keluarganya, masyarakat setempat dan
masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Sedangkan Sukada et al., (2007) mendefinisikan CSR sebagai upaya
sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif
dan memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi,
sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Pandangan yang lebih komprehensif mengenai CSR yang kemudian
disebut sebagai teori Piramida CSR dikemukakan oleh Carroll (1998)
bahwa tanggungjawab sosial perusahaan dapat dilihat berdasarkan empat
jenjang (ekonomis, hukum, etis dan filantropis) yang merupakan satu
kesatuan. Untuk memenuhi tanggungjawab ekonomis, sebuah perusahaan
harus menghasilkan laba sebagai pondasi untuk mempertahankan
perkembangan dan eksistensinya.
Dari berbagai definisi CSR yang ada, Dahlsrud (2008) menjelaskan
dan menyimpulkan bahwa definisi CSR itu secara konsisten mengandung 5
dimensi, yaitu:
1) Dimensi Lingkungan, yang merujuk ke lingkungan hidup dan
mengandung kata-kata seperti lingkungan yang lebih bersih,
20


pengelolaan lingkungan, environmental stewardship, kepedulian
lingkungan dalam pengelolaan operasi bisnis, dan lain sebagainya.
2) Dimensi Sosial yaitu hubungan antara bisnis dan masyarakat dan
tercermin melalui frase-frase seperti berkontribusi terhadap masyarakat
yang lebih baik, mengintegrasi kepentingan sosial dalam operasi bisnis,
memperhatikan dampak terhadap masyarakat, dan lain sebagainya.
3) Dimensi Ekonomis yang menerangkan aspek sosio-ekonomis atau
finansial bisnis yang diterangkan dengan kata-kata seperti turut
menyumbang pembangunan ekonomi, mempertahankan keuntungan,
operasi bisnis, dan lain sebagainya.
4) Dimensi Pemangku Kepentingan (Stakeholder) yang tentunya
menjelaskan hubungan bisnis dengan pemangku kepentingannya dan
dijelaskan dengan kata-kata seperti interaksi dengan pemangku
kepentingan perusahaan, hubungan perusahaan dengan karyawan,
pemasok, konsumen dan komunitas, perlakukan terhadap pemangku
kepentingan perusahaan, dan lain sebagainya.
5) Dimensi Kesukarelaan (voluntary) sehubungan dengan hal-hal yang tidak
diatur oleh hukum atau peraturan yang tercermin melalui frase-frase
seperti berdasarkan nilai-nilai etika, melebihi kewajiban hukum (beyond
regulations), voluntary, dan lain sebagainya.

2.3.2 Perkembangan CSR
Hingga tahun 1980 sampai 1990-an, wacana CSR terus berkembang.
Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 menegaskan konsep sustainibility
development (pembangunan berkelanjutan) sebagai hal yang harus
diperhatikan, tak hanya oleh negara, tapi terlebih oleh kalangan korporasi
21


yang kekuatan kapitalnya semakin menggila. Tekanan KTT Rio, terasa
bermakna sewaktu James Collins dan Jerry Porras meluncurkan Built To
Last; Succesful Habits of Visionary Companies di tahun 1994. Lewat riset
yang dilakukan, mereka menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
terus hidup bukanlah perusahaan yang hanya mencetak uang semata.
Terobosan besar dalam konteks CSR, dilakukan John Elkington pada
tahun 1997 dalam bukunya: Cannibals with Forks, the Tripple Bottom Line of
Twentieth Century Bussiness. Elkington mengembangkan konsep triple
bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality, dan
social justice. Melalui konsep ini Elkington mengemukakan bahwa
perusahaan yang ingin terus menjalankan usahanya harus memperhatikan
3P yaitu profit, people dan planet. Perusahaan yang menjalankan usahanya
tidak dibenarkan hanya mengejar keuntungan semata (profit), tetapi mereka
juga harus terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan
berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Ketiga
prinsip tersebut saling mendukung dalam pelaksanaan program CSR. Sejak
cetusan Elkington ini, bisa dikatakan CSR kian bergulir kencang, dan makin
kencang setelah World Summit di Johanesburg pada tahun 2002, yang
menekankan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan.
Di wilayah Asia, konsep CSR berkembang sejak tahun 1998, tetapi
pada waktu tersebut belum terdapat suatu pengertian maupun pemahaman
yang baik tentang konsep CSR. Sementara itu, di Indonesia konsep CSR
mulai menjadi isu yang hangat sejak tahun 2001 dimana banyak perusahaan
maupun instansi-instansi sudah mulai melirik CSR sebagai suatu konsep
pemberdayaan masyarakat. Sampai saat ini, perkembangan tentang konsep
dan implementasi CSR pun semakin meningkat, baik dari segi kuantitas
22


maupun kualitas (Budimanta dkk, 2008). Hal ini terbukti dari banyaknya
perusahaan yang berlomba-lomba untuk melakukan CSR. Pelaksanaannya
pun semakin beraneka ragam mulai dari bentuk program yang dilaksanakan,
maupun dari sisi dana yang digulirkan untuk program tersebut. Contoh
kegiatan untuk program CSR yang dilakukan oleh perusahaan antara lain
pemberian beasiswa, bantuan langsung bagi korban bencana, pemberian
modal usaha, sampai pada pembangunan infrastruktur seperti pembangunan
sarana olah raga, sarana ibadah maupun sarana umum lainnya yang dapat
dimafaatkan oleh masyarakat.
Model pelaksanaan CSR juga bemacam-macam. Setidaknya terdapat
empat model pelaksanaan CSR yang umum digunakan di Indonesia (Saidi
dan Abidin, 2004). Keempat model tersebut antara lain:
1) Terlibat langsung. Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan
melakukannya sendiri tanpa melalu perantara atau pihak lain. Pada
model ini perusahaan memiliki satu bagian tersediri atau bisa juga
digabung dengan yang lain yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan sosial perusahaan termasuk CSR.
2) Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Pada
model ini biasanya perusahaan sudah menyediakan dana khusus untuk
digunakan secara teratur dalam kegiatan yayasan. Contoh yayasan yang
didirikan oleh perusahaan sebagai perantara dalam melakukan CSR
antara lain; Danamon Peduli, Sampoerna Foundation, kemudian PT.
Astra International yang mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan
Unilever Peduli Foundation (UPF).
23


3) Bermitra dengan pihak lain. Dalam menjalankan CSR perusahaan
menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti lembaga sosial non
pemerintah, lembaga pemerintah, media massa dan organisasi lainnya.
Seperti misalnya Bank Rakyat Indonesia yang memiliki program CSR
yang terintegrasi dengan strategi perusahaan dan bekerjasama dengan
pemerintah mengeluarkan produk pemberian kredit untuk rakyat atau
yang di kenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Contoh lain adalah
kerjasama perusahan dengan lembaga-lembaga sosial seperti Dompet
Dhuafa, Palang Merah Indonesia dan lain sebagainya.
4) Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Dalam melakukan CSR, perusahaan memiliki alasan-alasan
diantaranya adalah:
1) Alasan Sosial
Perusahaan melakukan program CSR untuk memenuhi tanggung jawab
sosial kepada masyarakat. Sebagai pihak luar yang beroperasi pada wilayah
orang lain perusahaan harus memperhatikan masyarakat sekitarnya.
Perusahaan harus ikut serta menjaga kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan.
2) Alasan Ekonomi.
Motif perusahaan dalam melakukan CSR tetap berujung pada
keuntungan. Perusahaan melakukan program CSR untuk menarik simpati
masyarakat dengan membangun image positif bagi perusahaan yang tujaan
akhirnya tetap pada peningkatan profit.
24


Asumsi ini nampaknya didukung oleh hasil survey yang dilakukan oleh
Environic International (Toronto), Conference Board (New York) dan Princes
of Wales Busines Leader Forum (London) dimana dari 25.000 responden di
23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini perusahaan, 60%
mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak
terhadap lingkungan, serta tanggung jawab perusahaan akan paling
berperan. Sedangkan 40% menyatakan citra perusahaan dan brand image
yang paling mempengaruhi kesan mereka.
Sedangkan di Indonesia, data riset dari majalah SWA terhadap 45
perusahaan menunjukkan bahwa CSR bermanfaat dalam memelihara dan
meningkatkan citra perusahaan (37,38%), hubungan baik dengan
masyarakat (16,82%), dan mendukung operasional perusahaan (10,28%).
Hal ini tampaknya mempengaruhi perusahaan untuk melakukan program
CSR dan tidak heran jika saat ini kita melihat di media-media baik media
cetak maupun elektronik sudah banyak tayangan dan iklan mengenai
program CSR dari beberapa perusahaan yang tujuannya adalah membangun
image positif perusahaan.
3) Alasan Hukum
Alasan hukum membuat perusahaan melakukan program CSR hanya
karena adanya peraturan pemerintah. CSR dilakukan perusahaan karena
ada tuntutan yang jika tidak dilakukan akan dikenai sanksi atau denda dan
bukan karena kesadaraan perusahan untuk ikut serta menjaga lingkungan.
Akibatnya banyak perusahaan yang melakukan CSR sekedar ikut-ikutan atau
untuk menghindari sanksi dari pemerintah. Hal ini diperkuat dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pada Pasal 74, yang isinya:
25


Ayat 1
Dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.
Ayat 2
Dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan
dan kewajaran.
Ayat 3
Menggariskan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
Pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2.3.3 Implementasi CSR
Wibisono (2007) mengatakan bahwa pada umumnya, perusahaan
menerapkan CSR dengan menggunakan tahapan sebagai berikut:
1) Tahap perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, terdapat tiga langkah utama, yaitu: a)
Awarness building, merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran
mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat
dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, dsikusi kelompok, dan lain-
lain; b) CSR assessment, merupakan upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan
prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun
struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif; c)
26


CSR manual building, hasil assessment merupakan dasar untuk menyusun
manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan
antara lain melalui benchmarking, menggali dari referensi atau bagi
perusahaan yang menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini
dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar
perusahaan.
2) Tahap pelaksanaan
Dalam memulai aktivitas CSR, pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang
mesti dijawab, yakni siapa orang yang menjalankan, apa yang mesti
dilakukan, dan bagaimana cara melakukan sekaligus alat apa yang
diperlukan. Dalam istilah manajemen populer, pertanyaan tersebut
diterjemahkan menjadi: a) Pengorganisasian (organizing) sumber daya yang
diperlukan; b) Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang yang sesuai
dengan jenis tugas atau pekerjaan yang dilakukannya; c) Pengarahan
(directing) yang terkait dengan bagaimana cara melakukan tindakan; d)
Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan; e)
Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana; f) Penilaian (evaluating)
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.
3) Tahap evaluasi
Setelah program CSR dilaksanakan, langkah berikutnya adalah
evaluasi. Tahap evaluasi merupakan tahap yang perlu dilakukan secara
konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas
penerapan CSR. Evaluasi selain dari internal perusahaan, juga dapat
dilakukan dengan meminta pihak independen dengan melakukan audit
terhadap implementasi atas praktik CSR yang dilakukan. Langkah ini tidak
terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar,
27


tetapi juga mencakup pengendalian risiko perusahaan. Evaluasi dalam
bentuk assessment audit atau scoring juga dapat dilakukan secara
mandatory misalnya seperti yang diterapkan dalam lingkungan BUMN, untuk
beberapa aspek penerapan CSR. Evaluasi tersebut dapat membantu
perusahaan untuk menekankan kembali kondisi dan situasi serta pencapaian
perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan
perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.
4) Tahap pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi, baik
untuk keperluan proses pengambilan kepututsan, maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi,
selain berfungsi untuk keperluan shareholders, juga berfungsi untuk
stakeholders yang lain.

2.4 Community Development
Salah satu program yang dianggap sebagai sarana yang tepat untuk
melaksanakan aktivitas CSR yang proposional adalah community development
yang berkembang sejak tahun 1990-an dimana Community Development
(Pengembangan Masyarakat) adalah proses pembentukan kembali, struktur-
struktur masyarakat manusia yang memungkinkan berbagai cara baru dalam
mengaitkan dan mengorganisasikan kehidupan sosial serta pemenuhan
kebutuhan manusia (Ife, 2008). Hal ini dapat dipahami dari beberapa
pertimbangan.
Pertama, sesuai dengan karakteristiknya melalui program community
development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik
yang dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan
28


community development, dunia usaha dapat membangun citra sehingga
selanjutnya dapat berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust.
Sementara itu bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal, melalui community
development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas sosial,
kesadaran kolektif, mutual trust dan reciprocal dalam masyarakat untuk
mendorong tindakan bersama guna meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi,
sosial dan kultural masyarakat.
Kedua, melalui community development dapat diharapkan adanya
hubungan sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk
bantuannya dengan potensi yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, apa
yang dilakukan oleh dunia usaha melalui CSR bukan semata-mata bantuan yang
bersifat filantropi, melainkan bagian dari usaha untuk mengembangkan kapasitas
masyarakat. Oleh sebab itu melalui pendekatan community development dapat
diharapkan program CSR tersebut akan mendorong usaha pembangunan oleh
masyarakat lokal secara berkesinambungan dan terlembagakan.
Ketiga, aktivitas bersama antara dunia usaha dengan masyarakat,
terutama masyarakat lokal melalui community development dapat difungsikan
sebagai sarana membangun jalinan komunikasi. Apabila media komunikasi
sudah terlembagakan, berbagai persoalan dalam hubungan dunia usaha dengan
masyarakat dapat dibicarakan melalui proses dialog yang elegan dan dapat
mengakomodasi kepentingan semua pihak.
Menurut Arthur Dunham, dalam bukunya yang berjudul Outlook for
Community Development Review, Comdev dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bagian, yaitu: Development for Community, Development with Community, dan
Development of Community.

29


1) Development for Community
Merupakan pendekatan yang menempatkan masyarakat pada posisi
sebagai objek pembangunan. Karena itu inisiatif, perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh aktor dari luar. Pendekatan semacam ini
cocok diterapkan pada masyarakat yang kesadaran dan budayanya masih
terdominasi. Namun demikian, berdasarkan pada temuan di lapangan terlihat
bahwa pendekatan dengan cara ini sering menimbulkan ketergantungan
masyarakat terhadap pihak luar.
2) Development with Community
Merupakan pendekatan yang dilakukan dalam bentuk kolaborasi antara
aktor luar dan masyarakat setempat. Keputusan yang diambil merupakan
keputusan bersama, dan sumber daya yang dipakai berasal dari kedua belah
pihak. Bentuk Comdev ini merupakan yang paling populer dan paling banyak
diterapkan. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah perlunya sinergi dari
potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal dengan yang dikuasai oleh aktor luar.
Keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan juga diharapkan dapat
mengembangkan rasa memiliki terhadap inisiatif pembangunan yang ada,
sekaligus membuat proyek pembangunan menjadi lebih efisien.
3) Development of Community
Merupakan pendekatan yang menempatkan masyarakat sendiri sebagai
agen pembangunan, sebagai inisiatif, perencanaan, dan pelaksanaan dilakukan
sendiri oleh masyarakat. Masyarakat menjadi pemilik dari proses pembangunan
dan peran aktor dari luar lebih sebagai sistem pendukung (Achda, 2006)



30


2.5 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain:
1. Kurniawan (2011), Persepsi Masyarakat, Pemerintah, dan Perusahaan
terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Mengurangi
Kemiskinan. Penelitian ini membahas mengenai gambaran dan analisis
implementasi CSR pada PT. Maruki Internasional Indonesia dalam upaya
mengurangi kemiskinan menurut persepsi masyarakat lokal, pemerintah,
dan karyawan. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masyarakat
sebagian besar menilai aktivitas CSR yang dilakukan oleh PT. Maruki
Internasional Indonesia cukup berpengaruh dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mampu mengurangi kemiskinan di
lingkungan sekitar perusahaan, walaupun sebenarnya masyarakat belum
memahami hakikat dari CSR itu sendiri; (2) pemerintah menilai aktivitas
CSR yang dilakukan oleh PT. Maruki Internasional Indonesia dapat
mengurangi kemiskinan, minimal di lingkungan sekitar perusahaan. Persepsi
ini lahir tanpa didasari oleh pemahaman yang memadai tentang CSR; (3)
perusahaan menilai aktivitas CSR yang dilaksanakan belum sepenuhnya
optimal dalam hal mengurangi kemiskinan.
2. Kusumadilaga (2010), Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderating. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh CSR
terhadap nilai perusahaan (2) Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan
dengan profitabilitas perusahaan sebagai variable moderating (3) Perbedaan
luas pengungkapan CSR periode sebelum dan sesudah berlakunya UU
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dimana hasil penelitian
31


menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat
mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dan nilai perusahaan.
Terdapat perbedaan luas pengungkapan CSR periode sebelum dan
sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
3. Susilawati (2010), Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan
sebagai Variabel Moderating. Penelitian ini membahas mengenai apakah
CSR memiliki pengaruh terhadap ROA dan ROE sebagai pengukur kinerja
perusahaan, dan apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap
hubungan antara CSR dengan kinerja perusahaan tersebut. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya pengaruh CSR yang cukup signifikan terhadap
ROA dan ROE sebagai pengukur kinerja perusahaan. Begitu pula dengan
ukuran perusahaan yang sifatnya memperkuat pengaruh CSR terhadap
kinerja keuangan perusahaan.


32
BAB III
METODA PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Penelitian lebih bersifat studi kasus yang dilakukan secara mendalam
pada perusahaan yang bersangkutan, dalam hal ini PT. Samsung Electronics
Indonesia (PT SEIN). Peneliti memilih pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
guna memperoleh gambaran yang sesungguhnya mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penerapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan
tersebut, khususnya kepada para stakeholder perusahaan.

3.2 Kehadiran Peneliti
Peneliti dalam melakukan penelitian ini bertindak sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti
berperan sebagai pengamat partisipan dan status sebagai peneliti diketahui oleh
subjek peneliti atau informan.

3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sebuah perusahaan dengan nama PT.
Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) yang merupakan salah satu
perusahaan multinasional di Indonesia yang bergerak di bidang manufakturing
perangkat elektronik yang berpusat di Korea Selatan. Di Indonesia, perusahaan
ini berlokasi di Jl. Raya Jababeka blok F Nomor 29-33, Bekasi, Jawa Barat.
PT SEIN adalah pemimpin global dalam Semikonduktor, Telekomunikasi,
Media Digital dan Teknologi Digital Konfergensi yang memiliki kurang lebih
33


214.508 karyawan (135.256 berada di Korea) di 337 kantor perwakilan yang
beroperasi di 61 negara (SEINs training centre book, 2012). Sejak Samsung
melakukan bisnis di Indonesia, perusahaan ini telah melakukan berbagai
aktivitas sosial baik berupa kegiatan yang bersifat CSR maupun program
penanganan bencana alam. Kegiatan CSR ini merupakan komitmen Samsung
terhadap lingkungan sekitar yang bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata
yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat sekitar. Oleh karena telah
terealisasinya program CSR pada perusahaan ini, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih dalam lagi mengenai bagaimana perspektif para stakeholder
dalam memahami dan melihat kegiatan CSR pada perusahaan ini.

3.4 Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data
kualitatif, yaitu data dari perusahaan dalam bentuk informasi baik lisan maupun
tulisan seperti sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan
yang disertai uraian tugasnya, serta data-data lain yang sifatnya kualitatif yang
dibutuhkan dalam rangka penulisan.
Terdapat dua sumber data dalam penelitian ini, yaitu:
a) Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian lapangan
seperti melalui wawancara antara peneliti dengan pihak perusahaan seperti data
mengenai gambaran umum pelaksanaan Corporate Social Responsibility
ataupun melalui penyebaran angket (kuesioner).



34


b) Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung tetapi dengan berbagai
literature dan referensi seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang terkait dengan
penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi,
menurut Sugiyono (2005), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada, kegiatan dalam rangka pengumpulan data tersebut
adalah :
a) Wawancara
Yaitu percakapan dengan maksud tertentu, menurut Moleong (1998) dan
Aribowo (2004) menjelaskan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi
dari seseorang lainnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara
semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas jika dibanding
wawancara terstruktur. Menurut Sugiyono (2005), wawancara semiterstruktur
termasuk dalam kategori wawancara mendalam, yang menjadi sasaran ini
adalah para tokoh kunci (key informant). Tokoh kunci adalah mereka yang
dinilai memiliki wawasan atau pendapat mengenai pokok masalah yang
diteliti, atau tokoh lain yang dianggap kompeten.


35


b) Pengamatan Lapangan
Kegiatan ini dilakukan untuk melihat kejadian yang sebenarnya, dengan
pengamatan langsung ini, kita bisa mengecek silang dari kebenaran
(keakuratan) data yang diambil sebelumnya. Pengamatan langsung
dilakukan untuk memperhatikan beberapa rangkaian kejadian yang terjadi
dalam satu waktu, lewat pengamatan ini pula dilakukan jika komunikasi tidak
memungkinkan digunakan, seperti keterbatasan bahasa tutur informan yang
terbatas.
c) Studi dokumentasi,
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan analisis
terhadap beberapa catatan dan dokumen yang dimiliki oleh perusahaan atau
sumber lain yang terkait. Penggunaan dokumen yang paling penting adalah
mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Data ini disebut
data kedua, dokumen yang dipelajari tersebut berupa data numerikal dan
non-numerikal.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini, baik untuk karyawan,
pemerintah, manajemen, maupun masyarakat lokal, dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2005) bahwa,
teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu, artinya kita mencari data kepada orang yang kita
anggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan. Untuk menentukan
informan sebagai sumber informasi dalam kajian ini, diawali dengan meminta
data kepada informan kunci yang merupakan tokoh masyarakat sekaligus orang
yang dipercaya oleh PT.Samsung Electronics Indonesia untuk memfasilitasi
36


setiap program-program CSR yang digulirkan ke masyarakat. Data yang diambil
yaitu data dari orang-orang yang pernah terlibat atau pernah menerima program-
program CSR dari PT.Samsung Electronics Indonesia.

3.7 Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif guna menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini. Dengan metode analisis deskriptif
kualitatif, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji,
memaparkan, menelaah, dan menjelaskan secara narasi data-data yang
diperoleh mengenai implementasi CSR pada perusahaan sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, menurut
Bogdan dalam Sugiyono (2005), bahwa analisis data kualitatif adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi data, dengan cara
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami sendiri
maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan melalui tahapan-tahapan, yaitu
sebagai berikut :
1. Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang diperoleh dari
catata-catan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
37


dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulankesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diidentifikasi.
2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
3. Kesimpulan dan Verifikasi, kesimpulan akhir tergantung pada besarnya
kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpangan dan
metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti dan tuntutan
sponsor. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Pembuktian kembali atau verifikasi dapat dilakukan
untuk mencari pembenaran dan persetujuan sehingga validitas dapat
tercapai.

38
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN)
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sebelum tahun 1997, Samsung lebih dikenal dengan reputasinya
sebagai perusahan pembuat peralatan elektronik dengan produk-produk low-
end. Perusahaan tersebut hanya dikenal sebagai imitator, bukan inovator
karena tidak melakukan inovasi-inovasi produk pada saat itu. Produk-produk
kompetitif berdasar pada low cost yang direfleksikan dengan tenaga kerja
yang murah. Samsung belum mempunyai brand value dan belum memiliki
pasar internasional. Strategi yang dilakukannya pada saat itu adalah
cost/price leadership. Samsung berfokus pada pasar-pasar tertentu dan
memilih fokus pada pasar dengan permintaan terbesar, pasar Amerika
yang perkembangannya tinggi, juga pada pasar yang pertumbuhannya cepat,
yaitu China.
Samsung kemudian berkembang menjadi perusahaan berskala
internasional. Dimulai dari menyewa staf yang berpendidikan Amerika atau
berpengalaman secara signifikan di USA. Tiga warga yang bukan berasal
dari Korea Selatan menjadi anggota komisi direktur. Warga asing memiliki
60% saham dari grup. Perusahaan sekarang menghasilkan 70% dari
pendapatannya di luar Korea Selatan, manufaktur di 14 negara, termasuk
China dan Meksiko. Samsung juga mengadakan partnership dengan
Amerika.
Pada awal tahun 1997, Samsung hampir tidak berbisnis mobile phones
di luar Korea Selatan, tapi kemudian setelah mengadakan partnership,
39


Samsung memperoleh pesanan 1,8 juta handsets senilai $600 juta dari Sprint
PCS Group. Reputasi Samsung sekarang adalah high-end mobile handsets
dan berkembang sebagai penyuplai pada industri ini. Setelah mengadakan
partnership dengan beberapa perusahaan ternama seperti Best Buy, Radio
Shack, dan Circuit City, Samsung lebih sukses dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2001 Samsung menjual produk-produk senilai $500, dan
menargetkan penjualan $1 miliyar di tahun 2002. Penjualan terbaiknya
adalah DVD/VCR player dan mobile phone serta PDA. Salah satu kunci
sukses Samsung terletak pada desain. Teknologi dan desain pada Samsung
sangat baik. Samsung memiliki 300 desainer bertalenta di Seoul dan empat
kantor desain di USA, Eropa, dan Jepang. Penekanan produknya adalah
pada gaya, best practice, sederhana, dan respon yang cepat pada
perubahan-perubahan pasar.
Samsung berdedikasi untuk membuat dunia yang lebih baik melalui
berbagai bisnis yang hari ini diantaranya adalah teknologi tingkat tinggi,
semikonduktur, pencakar langit dan konstruksi, petrokimia, fashion, obat-
obatan, finansial, hotel dan banyak lagi. Perusahaan ini memimpin pasar
global di bidang pembuatan barang elektronik teknologi tinggi dan media
digital. Melalui inovasi, produk andal dan layanan-layanan, orang-orang
berbakat, pendekatan bertanggung jawab pada bisnis dan warga negara
global, juga kolaborasi dengan mitra bisnis serta pelanggan, Samsung
membawa dunia ke arah baru yang imajinatif.
Berawal dari bisnis ekspor kecil di Taegu, Korea, Samsung telah
tumbuh menjadi salah satu perusahaan elektronik terkemuka di dunia,
dengan spesialisasi pada media dan peralatan digital, semikonduktor,
memori, dan integrasi sistem. Kini proses dan produk inovatif dan berkualitas
40


Samsung telah diakui di dunia. Hal tersebut kemudian menjadi tonggak
utama dalam sejarah Samsung, menunjukkan bagaimana perusahaan ini
telah mengembangkan jajaran dan pencapaian produknya, meningkatkan
pendapatan dan saham pasarnya, dan mengikuti misinya untuk memberikan
hidup yang lebih baik bagi pelanggan di seluruh dunia.
Berikut perjalanan singkat Samsung yang telah berevolusioner menjadi
perusahaan global yang memimpin industri digital dan teknologi.
1938 1970 Samsung mengawali kiprahnya
1970 1980 Melakukan Diversifikasi Industri dan Elektronika
1980 1990 Memasuki Pasar Global
1990 1994 Berkompetisi dalam Dunia Teknologi yang Berubah
1994 1997 Menjadi Kekuatan Global
1997 2000 Melampaui Batas Digital
2000 - sekarang Memprakarsai Era Digital
Era digital telah membawa perubahan dan kesempatan yang
revolusioner bagi bisnis secara global, dengan teknologi yang canggih,
produk yang kompetitif, dan inovasi yang konstan.
Samsung memandang setiap tantangan sebagai peluang dan yakin
telah menempati posisi sempurna sebagai salah satu pemimpin yang diakui
dunia di industri teknologi digital. Komitmen untuk menjadi yang terbaik di
dunia telah membuat Samsung sebagai pemegang pangsa pasar global
terbesar untuk tiga belas item di antara produk Samsung, termasuk
semikonduktor, TFT-LCD, monitor dan ponsel CDMA. Dengan pandangan ke
depan, Samsung telah membuat kemajuan bersejarah di bidang riset dan
pengembangan lini semikonduktor, termasuk flash memori dan non-memori,
semikonduktor khusus pesanan, DRAM dan SRAM, dan juga memproduksi
LCD yang terbaik di kelasnya, telepon seluler, peralatan digital, dan lebih
banyak lagi.
41


4.1.2 Filosofi dan Nilai Perusahaan
4.1.2.1 Filosofi Samsung
Samsung menganut filosofi bisnis yang sederhana, yaitu
mencurahkan sumber daya manusia dan teknologi untuk menciptakan
produk dan jasa yang luar biasa, sehingga dapat memberikan
sumbangsih untuk masyarakat global yang lebih baik.
Setiap hari, orang-orang Samsung membawa serta filosofi ini
dalam kehidupan mereka. Para pemimpin mencari orang-orang
terhebat dari seluruh dunia, dan memberi mereka sumber daya yang
diperlukan untuk melakukan yang terbaik di bidangnya. Hasilnya,
semua produk, dari chip memori yang membantu bisnis menyimpan
pengetahuan penting hingga telepon seluler yang menghubungkan
orang-orang antar benua, memiliki tenaga untuk memperkaya hidup.
Itulah makna dari menciptakan masyarakat global yang lebih baik.
4.1.2.2 Nilai-Nilai Samsung
Samsung percaya bahwa hidup dengan berpegang teguh pada
nilai adalah kunci menuju bisnis yang baik. Di Samsung, kode etik yang
ketat dan nilai-nilai inti tersebut menjadi dasar dari setiap keputusan
yang dibuat:
a) Orang-orang
Cukup sederhana, sebuah perusahaan adalah orang-orang
yang ada di sana. Samsung memberi kesempatan yang sangat luas
bagi orang-orang Samsung untuk mencapai potensi mereka
sepenuhnya.


42


b) Keunggulan
Semua yang dilakukan di Samsung didorong oleh gairah yang
tak tertahankan untuk mencapai keunggulan dan komitmen yang
tak tergoyahkan- untuk mengembangkan produk dan layanan
terbaik di pasar.
c) Perubahan
Dalam ekonomi global yang saat ini berjalan sangat cepat,
perubahan secara konstan terjadi dan inovasi adalah hal yang
sangat penting untuk mempertahankan sebuah perusahaan. Seperti
yang telah dilakukan selama 70 tahun, Samsung mengarahkan
pandangan ke masa depan, menangkap kebutuhan dan permintaan
pasar agar dapat mengarahkan perusahaan menuju kesuksesan
jangka panjang.
d) Integritas
Beroperasi dengan cara yang beretika adalah pondasi bisnis
Samsung. Semua yang dilakukan dipandu oleh panduan moral yang
memastikan keadilan, menghormati semua stakeholder dan
transparansi sepenuhnya.
e) Mendukung kemakmuran
Sebuah bisnis tidak bisa berhasil bila tidak dapat menciptakan
kemakmuran dan kesempatan untuk orang lain. Samsung
didedikasikan untuk menjadi warga korporat yang bertanggung
jawab secara sosial dan lingkungan dalam setiap komunitas di
mana Samsung beroperasi di seluruh dunia.


43


4.1.3 Struktur Organisasi
Seorang Presdir (Presiden Director) dibantu oleh seorang CFO yang
memimpin divisi ADM (Adminstration) dan 4 orang direktur dari Sales
Division, OMS Division (Optical Media Solution) , VD Division (Visual Display)
dan AV Division (Audio Video).
1) Direktur OMS membawahi 6 departemen yaitu :
a) PPC (Production Planning Control)
PPC Departemen dipimpin oleh seorang manager dan departemen ini
bertanggung jawab kepada masalah rencana produksi, rencana
ekspor dan finish goods inventory.
b) QC (Quality Control)
Quality Control dipimpin oleh seorang General Manager dan
departemen ini bertanggung jawab pada Quality material yang
dikontrol oleh IQC section (Incoming Quality Control), Quality barang
jadi yang dikontrol oleh OQC section (Outgoing Quality Control), pusat
standard kerja dan Quality barang jadi di customers yang dikontrol
oleh JQE (Join Quality Engineer).
c) Procurement
Procurement departemen dipimpin oleh seorang General Manager
dan departemen ini membidangi masalah pembelian material dan
consumable , material price, dan material control.
d) Produksi
Produksi departemen dipimpin oleh seorang General Manager dan
departement ini bertanggung jawab dalam memproduksi material
sampai menjadi barang jadi.

44


e) Engineering
Engineering departemen dipimpin oleh seorang General Manager dan
departemen ini mensupport produksi yang berhubugan dengan
masalah teknik dan menganalisa masalah-masalah yang terjadi pada
proses perakitan di departemen produksi.
f) R & D (Research and Development)
R & D departemen dipimpin oleh seorang General Manager dan
departemen ini bertanggung jawab dalam melakukan penelitian dan
pengembangan produk agar lebih baik sehingga produk yang
dihasilkan mempunyai daya saing yang kompetitif baik dari segi
kualitas maupun harga jual.
2) CFO (Chief Finance Officer) yang memimpin divisi ADM (Adminstaration)
yang dibantu oleh empat orang General manager untuk empat
departemen, yaitu :
a) HRD/GA (Human Resources and Development/General Affair)
Dipimpin oleh seorang General Manager yang membawahi
Departemen HRD & GA pada divisi Administrasi
b) IT (Information and Technology) Dipimpin oleh seorang General
Manager yang membawahi Departemen IT pada divisi Administrasi.
c) EXIM (Export & Import) Dipimpin oleh seorang General Manager yang
membawahi Departemen EXIM pada divisi Administrasi.
d) Accounting General Manager yang membawahi Departemen
Accounting pada divisi Administrasi



45



STRUKTUR ORGANISASI PT. SAMSUNG ELECTRONICS INDONESIA












Sumber: SEINs training centre book

PRESIDE
N
DIRECT
OR
SALES
DIVISIO
N
VD
DIVISIO
N

CFO
OMS
DIVISIO
N
AV
DIVISIO
N
QC
DEPT.
PROCUREMEN
T DEPT.
PPC
DEPT.
PRODUCTIO
N DEPT.
ENGINEERI
NG DEPT.
R & D
DEPT.
IT
DEPT.
ACCOUNTIN
G
DEPT.
EXIM
DEPT.
HR & GA
DEPT.
46


4.2 Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Samsung
Electronics Indonesia (PT SEIN)
Kegiatan CSR PT. SEIN sangat beragam, mulai dari bidang pendidikan,
kesehatan, lingkungan hidup, serta perekonomian. Adapun beberapa
diantaranya adalah:
1. Samsung Hope for Children
Dalam memenuhi tanggung jawabnya, PT. Samsung Electronics
Indonesia melakukan beberapa upaya dalam menjalankan program
Corporate Social Responsibility perusahaan mereka. Dengan tema globalnya
yakni Inovasi untuk Mendukung Pembangunan Manusia, beberapa anak
perusahaan Samsung turut berpartisipasi dalam program yang diadakan oleh
Samsung yaitu Samsung Hope for Children. Program tersebut diluncurkan
secara global dengan tujuan untuk menarik perhatian seluruh dunia terhadap
kebutuhan pendidikan dan kesehatan untuk anak. Program ini memberikan
dukungan untuk anak-anak, dengan menyediakan produk, pengetahuan dan
layanan relawan karyawan perusahaan Samsung. Untuk di Indonesia sendiri,
program Samsung Hope for Children ini direalisasikan dengan mengadakan
program Rumah Belajar di Desa Karangsari, Klender, Bekasi yang bekerja
sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).







47



Rumah Belajar salah satu program Samsung Hope for Children di Indonesia

Sumber: http://www.samsung.com/id/

Kegiatan di Rumah Belajar

Sumber: http://www.samsung.com/id/

48


Program Rumah Belajar tersebut didirikan karena Samsung
memandang bahwa anak merupakan masa depan suatu bangsa. Untuk
itulah, pendidikan sejak dini memegang peranan penting bagi
perkembangan kualitas manusia. Program Rumah Belajar tersebut
membidik siswa sekolah menengah atas yang berasal dari keluarga
prasejahtera. Mereka diajarkan keterampilan teknik, seperti memperbaiki
dan merakit telepon genggam Samsung selama satu tahun masa
pendidikan. Dengan begitu, mereka akan memiliki keterampilan agar bisa
terjun ke dunia kerja. Di samping itu, Samsung siap menyerap siswa
lulusan Rumah Belajar tersebut.
Melihat program yang diadakan oleh PT. Samsung Electronics
Indonesia ini, peneliti menilai bahwa program tersebut sangat bermanfaat
untuk jangka panjang dan turut membantu dunia pendidikan Indonesia.
Terlebih siswa-siswa di Rumah Belajar tersebut merupakan anak-anak
yang berasal dari keluarga kurang mampu. Dengan pelatihan dan
bimbingan yang dilakukan oleh Samsung, maka anak-anak tersebut
diharapkan bisa memiliki keterampilan yang cukup untuk terjun di dunia
kerja.
2. Samsung Digital Hope
PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) berusaha menciptakan
masa depan lebih baik bagi pemuda dan penyandang cacat di Indonesia
melalui Digital Hope. Pada program tahun lalu, Samsung menambah 20%
dana proyek peningkatan pengetahuan digital bagi kalangan muda dan
penyandang cacat Indonesia menjadi sekitar 600 ribu dolar AS.
Tahun ini kami (SEIN) memang meningkatkan dana bantuan proyek-
proyek teknologi. Selain itu kami menyediakan kesempatan pendidikan
49


serta lapangan kerja bagi pemuda serta penyandang cacat, ujar CEO
Regional dan Presiden Samsung Asia, Sang Jin Park di Jakarta.
Menurut Sang, Digital Hope adalah perwujudan komitmen
Samsung mengikis kesenjangan digital bagi pemuda dan penyandang
cacat. Sejauh ini, dari 38 proyek terkait Teknologi Informasi (TI), total
dana bantuan yang dikeluarkan Samsung sudah mencapai 2,25 juta dolar
AS. Tahun ini, Samsung mengangkat tema imagine technology
embracing lives yang menghimpun upaya mulia dalam memperkaya
makna hidup para pemuda dan penyandang cacat di tujuh negara
kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Australia, Malaysia, Filipina,
Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Samsung Digital Hope merupakan simbol upaya global
perusahaan kami untuk menjangkau komunitas dan berbagi
kepemimpinan teknologi demi memperkaya ilmu bidang TI. Kami percaya
kekuatan teknologi dapat membantu penciptaan dunia sebagai tempat
lebih baik bagi setiap orang, termasuk mereka yang kurang beruntung,
kata Sang. Ia menjelaskan, program Digital Hope ditujukan kepada
pemuda berusia 15-25 tahun. Alasannya, Samsung percaya, bahwa
peningkatan pendidikan dan akses pemuda ke teknologi adalah kunci
pembangunan sukses di masa depan.
Sedangkan Managing Director SEIN Lee Mun Bong
mengungkapkan, Samsung sangat senang menjadi bagian penting dalam
hal luar biasa ini. Menurut dia, bahwa kegiatan sederhana ini dapat
mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik dan merupakan hal yang
menakjubkan. Jadi, Samsung mengembangkan teknologi membantu
manusia menjalani kehidupannya sehari-hari, membuat mereka yang
50


kurang beruntung memperoleh kesempatan sama seperti mereka yang
lebih beruntung, tambah Lee.
Proyek Digital Hope sudah menjadi komitmen perusahaan, dan
menjadi contoh tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Samsung yang
diprakarsai kantor regional di Indonesia, paparnya. Sebagai perusahaan
teknologi terkemuka, lanjutnya, Samsung ingin berbagi tentang
keunggulan teknologi dan mengikis kesan masyarakat pada umumnya
yang melihat teknologi sebagai barang mahal, tegas Lee.
Sumber: http://forum.rakyatmerdeka.co.id/rmexpose.com/
3. Pemberian Beasiswa
Head of Corporate Marketing PT Samsung Electronics Ricky
Suhendar menyebut, beasiswa yang tercantum dalam nota kesepahaman
antara UI dan Samsung Electronics Indonesia akan diberikan kepada
mahasiswa semester tiga. Beasiswa itu akan menanggung biaya
perkuliahan mereka dari semester tiga hingga selesai S-1. Namun, tiap
semester akan terus dipantau prestasi akademis mereka melalui
konsultasi dan bimbingan, kata Ricky usai acara penandatanganan nota
kesepahaman pemberian beasiswa di Perpustakaan UI, Depok, Jumat
(20/7/2012).
Ricky mengungkap, para penerima beasiswa ini harus memiliki
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00 dan kemampuan
kepemimpinan yang baik. Para penerima beasiswa ini tidak berasal dari
jurusan tertentu tapi berasal dari berbagai jurusan. Untuk calon penerima
beasiswa, pihak kampus yang melakukan seleksi. Kemudian, dari daftar
tersebut akan kami seleksi lagi, ujarnya.
51


Menurut Ricky, tidak ada kuota yang ditetapkan untuk para
penerima beasiswa program perdana ini. Pihaknya, kata Ricky memang
tidak menggarisbawahi dari sisi jumlah, melainkan pada wujud kepedulian
Samsung dalam pendidikan. Hingga saat ini, program kerjasama
tersebut hanya mencakup dua universitas. Ke depan, lanjutnya, program
ini akan dikembangkan dan makin luas. Maunya banyak universitas. Tapi
dari diskusi internal dipilihlah dua universitas tersebut, tambahnya.
Mengenai kesempatan magang atau menjadi karyawan selepas
kuliah, lanjut Ricky, tidak termasuk dalam nota kesepahaman. Tidak ada
perjanjian untuk menjadi karyawan tapi para penerima beasiswa ini
dibidik untuk training di Samsung Electronics Indonesia, tandasnya.
Managing Director PT Samsung Indonesia Yoo Young Kim menjelaskan,
program pemberian beasiswa yang baru saja ditandatangani
perjanjiannya ini merupakan bagian dari upaya Samsung memperluas
kesempatan masyarakat dalam menempuh pendidikan tinggi. Kim
menyitir, data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) menunjukkan, pada 2011 angka partisipasi kasar (APK)
pendidikan tinggi di tanah Air hanya 23 persen.
Kami menyadari pentingnya generasi penerus bagi sebuah
bangsa. Maka, kerjasama ini merupakan sebuah program Corporate
Social Responsibility (CSR) dari Samsung Electronics Indonesia dalam
bentuk beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa S-1, ujar Kim. Kim
menyebut, selain memberikan beasiswa, pihaknya bersedia berbagi
pengalaman tentang bisnis maupun elektronik kepada mahasiswa melalui
perkuliahan. Kami juga membagikan pengalaman sebagai praktisi di
52


dunia bisnis dengan para mahasiswa sebagai pembicara tamu di
beberapa mata kuliah, tuturnya menambahkan.
Sementara itu, Rektor UI Gumilar Rosliwa Somantri
mengutarakan, program kerjasama ini harus terus dikembangkan. Ini
merupakan kerjasama yang perlu terus didorong karena mendekatkan
industri dan universitas. Samsung merupakan sebuah perusahan yang
kompatibel sehingga mahasiswa dapat belajar banyak, ungkap Gumilar.
Sumber: Okezone.com
4. Peringatan World Water Day 2012

Sumber: Dokumentasi PT. Samsung Electronics Indonesia (SEIN)
Samsung Group melalui seluruh anak perusahaannya di seluruh
dunia berkomitmen dalam mendukung kegiatan "World Water Day 2012"
yang ditetapkan oleh United Nations (UN) pada tahun 1993. Kegiatan PT.
Samsung Electronics Indonesia (SEIN) di Cikarang berupa kampanye
peduli air serta kebersihannya di perusahaan dan masyarakat sekitar
dalam bentuk pembuatan resapan air (Biopore Hole). Selain itu, juga
mengadakan workshop untuk menciptakan pionir lingkungan hidup dari
karyawan sehingga dapat disebarluaskan di lingkungan masing-masing.
53


Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sejak tanggal 19 Maret
2012, puncaknya berlangsung pada tanggai 22 Maret 2012 berpusat di
Kampung Karang Asem, Desa Mekar Mukti, Cikarang Utara, Bekasi.
Manajemen dan karyawan beserta dengan masyarakat mengadakan
kegiatan pembersihan saluran air dan pembuatan resapan air.
Hal ini merupakan misi Samsung untuk selalu peka dan bertindak
nyata membantu komunitas di mana Samsung berada, seperti yang juga
dilakukan Samsung di berbagai belahan dunia. Samsung adalah
pemimpin global dalam Semikonduktor, Telekomunikasi, Media Digital
dan Teknologi Digital Convergence yang memiliki lebih dari 113.000
karyawan di 90 kantor perwakilan yang beroperasi di 48 negara.
Sejak Samsung melakukan bisnis di Indonesia, Samsung telah
melakukan berbagai aktivitas sosial baik berupa kegiatan yang bersifat
CSR maupun program penanganan bencana alam. Kegiatan CSR ini
merupakan komitmen Samsung terhadap lingkungan sekitar yang
bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata yang dapat dirasakan dan
dinikmati oleh masyarakat sekitar. Program CSR di bidang lingkungan
hidup selain kampanye peduli air, juga melakukan penanaman pohon.
Upaya tersebut sebagai partisipasi dalam menjamin kehidupan masa
depan yang lebih baik.
5. Mendanai Yayasan untuk Kegiatan Sosial
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, Samsung
Electronics Indonesia (SEIN) telah menyalurkan dana bantuan sebesar
US$ 90.000 atau kurang lebih Rp 1 miliar melalui program CSR SEIN
bertajuk Samsung Hope untuk tiga yayasan anak lokal. Adapun ketiga
yayasan tersebut meliputi Kandank Jurang Doank, DILTS Foundation,
54


dan Neno Educare. Secara rinci, Kandank Jurank Doank menerima dana
hibah dari SEIN sebesar US$ 48.000, sementara DILTS Foundation dan
Neno Educare masing-masing menerima US$ 30.000 dan US$ 12.000.
Jumlah ini merupakan bagian dari program CSR Samsung Electronics
yang akan mengalokasikan dana sebesar US$ 700.000 untuk 21 yayasan
anak di seluruh Asia Tenggara dan Oceania.
Program yang sejak Desember silam, dengan mengajak
masyarakat lokal dalam memutuskan pengalokasian dana ini, per 28
Februari 2009, telah mengumpulkan 46.612 suara kepedulian dari setiap
komunitas di kawasan Asia Tenggara dan Oceania melalui microsite
Samsung Hope. "Insiatif ini memberikan hasil diluar dugaan, di mana
hasil akhir menunjukan 16 persen suara kepedulian diberikan untuk
penerima bantuan Indonesia berasal dari masyarakat luar Indonesia," ujar
Christian Sudibjo, direktur penjualan dan pemasaran PT SEIN kepada
VIVAnews melalui keterangan resminya, Jumat 13 Maret 2009. Lebih
lanjut, Christian mengatakan, program ini difokuskan pada peningkatan
hidup anak kurang mampu yang bertujuan untuk mendukung mereka
dalam meraih cita-citanya. "Ketika nanti program ini selesai, Samsung
akan tetap fokus pada peningkatan hidup anak kurang mampu, antara
lain melalui pendidikan," ucap Christian.
Sumber: ViVanews.com
Beberapa kegiatan Samsung di atas, penulis menyimpulkan
bahwa secara garis besar, PT SEIN sudah melaksanakan kegiatan
Corporate Social Responsibility, baik di bidang pendidikan, kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat dengan sangat memuaskan dilihat dari
covernya. Hal ini ditunjukkan dengan dampak positif yang langsung dapat
55


dirasakan stakeholder eksternal perusahaan. Pertanyaan selanjutnya,
apakah hal tersebut juga berlaku pada keseluruhan stakeholder
perusahaan, tidak hanya terbatas pada cover saja? Berikut peneliti akan
membahasnya lebih lanjut.

4.3 Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.
Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) menurut Perspektif
Stakeholder Perusahaan
Pengumpulan data untuk keperluan analisis data dilakukan dengan dua
cara, yaitu pertama dengan menyebarkan kuesioner (angket) dan kedua
dengan melakukan wawancara langsung. Adapun kuesioner didistribusikan
secara simple random sampling, dimana sampel dipilih secara acak, kepada
beberapa karyawan PT. Samsung Electronics Indonesia (SEIN). Wawancara
dilakukan dengan pihak manajemen perusahaan, dalam hal ini dengan salah
satu manajer perusahaan, pihak pemerintah setempat, dan masyarakat lokal
sekitar perusahaan.
Sementara untuk pengumpulan data dari pihak pemilik perusahaan
(shareholder), penulis mengalami kendala untuk melakukan wawancara
dikarenakan waktu yang terbatas dan yang bersangkutan sulit untuk ditemui
karena jadwal yang padat. Jadi penulis hanya mangumpulkan beberapa
artikel dari internet dan beberapa buku yang menulis tentang perspektif
pemilik perusahaan terhadap kegiatan CSR perusahaan. Berikut adalah
ulasan hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif kualitatif.



56


4.3.1 Perspektif Karyawan (Employee)
Pendistribusian dan pengumpulan data kuesioner (angket) dilakukan
selama kurang lebih 1 (satu) bulan, yakni mulai tanggal 15 November 2012
sampai 13 Desember 2012. Dari 40 kuesioner yang disebar, terdapat 25
kuesioner yang diterima kembali. Hal ini dikarenakan hampir seluruh
karyawan PT. SEIN sibuk dengan pembukuan akhir tahun, yaitu penutupan
buku tahun 2012. Berikut ini adalah deskripsi dari kuesioner yang digunakan
dalam penelitian.
A. Pengetahuan mengenai Kegiatan CSR Perusahaan
1. Apakah anda pernah mendengar istilah Corporate Social Responsibility
(CSR) atau biasa disebut Tanggungjawab Sosial Perusahaan?
Jawaban : Ya / Tidak
Jika Ya, Darimana sumber infomasinya?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu terdapat 15
responden pernah mendengar istilah Corporate Social Responsibility (CSR)
dari 25 responden. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi mengenai CSR
sudah sering dilakukan tapi masih belum merata kepada seluruh karyawan.
2. Apakah anda memahami istilah Corporate Social Responsibility (CSR)?
Jawaban : Ya / Ragu-ragu / Tidak
Jika Ya atau Ragu-ragu, menurut anda, apa yang dimaksud dengan
CSR serta apa tujuan utama dari CSR?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu terdapat 10
yang memahami istilah Corporate Social Responsibility (CSR), 10
menyatakan ragu-ragu, dan 5 responden menyatakan tidak memahami. Hal
ini menunjukkan walaupun beberapa karyawan mengetahui istilah CSR,
tetapi masih belum memahami makna CSR itu sendiri.
57


3. Apakah anda mengetahui jenis-jenis kegiatan CSR pada PT. Samsung
Electronics Indonesia?
Jawaban : Ya / Ragu-ragu / Tidak
Jika Ya atau Ragu-ragu, apakah anda bisa menyebutkan satu per satu
kegiatan CSR tersebut?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu terdapat 9
responden yang mengetahui jenis-jenis kegiatan CSR PT. SEIN, 12
reponden yang menyatakan ragu-ragu, dan 4 responden yang tidak
mengetahui sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi kegiatan
CSR yang dilaksanakan perusahaan, masih belum sepenuhnya diketahui
oleh seluruh karyawan PT.SEIN. Hal ini disebabkan karena kurangnya
inisiatif dari pihak manajemen perusahaan agar kegiatan CSR diketahui oleh
setiap elemen dalam perusahaan tersebut.
4. Apakah anda pribadi sebagai karyawan PT. Samsung Electronics
Indonesia, pernah mendapat bantuan selain gaji/upah dari perusahaan
sebagai salah satu bentuk kepedulian perusahaan akan karyawannya?
Jawaban : Ya / Tidak
Jika Ya, bantuan berupa apa yang pernah anda dapatkan? (boleh lebih
dari satu)
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu keseluruhan
responden, yakni 25 orang, secara pribadi pernah mendapat bantuan dari
perusahaan ini. Bantuan tersebut sangat beragam, mulai dari Tunjangan Hari
Raya (THR), bantuan duka cita, bantuan bencana alam (jika salah satu
karyawan mendapatkan musibah bencana alam), bantuan sekolah (program
Rumah Belajar), kegiatan donor darah, kegiatan bakti sosial, sampai
memberikan penghargaan kepada karyawan berupa uang tunai maupun
58


piagam. Hal ini menunjukkan bahwa bantuan CSR perusahaan bagi
karyawan PT SEIN, sebagian besar masih berorientasi jangka pendek, tetapi
hal tersebut justru mampu memberikan manfaat yang besar bagi tiap individu
karyawan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menerima
bantuan plus dari perusahaan, bahkan diberi reward bagi yang berprestasi
dan loyal bagi perusahaan, tetapi belum mengetahui sepenuhnya bahwa hal
tersebut merupakan salah satu poin atau tujuan dari kegiatan CSR
perusahaan.
5. Apakah anda merasa bantuan yang anda dapatkan sesuai dengan
kinerja anda selama bekerja di PT. Samsung Electronics Indonesia?
Jawaban : Ya / Cukup / Tidak
Jika Tidak, apa alasannya?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu terdapat 11
responden mengatakan bantuan yang diberikan telah sesuai dengan kinerja,
13 responden mengatakan sudah cukup sesuai, dan 1 responden yang
menyatakan tidak sesuai. Hal ini menunjukkan hampir keseluruhan karyawan
PT SEIN sudah merasa puas dan cukup dengan bantuan yang diberikan oleh
perusahaan. Tetapi masih ada yang merasa belum puas. Jadi, dalam hal ini,
pemberian bantuan kepada karyawan masih belum merata sesuai dengan
kinerja masing-masing karyawan. Bantuan yang diberikan masih bersifat
memenuhi kebutuhan karyawan, belum kepada tahap pemberdayaan
karyawan itu sendiri.



59


B. Bentuk Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
Silahkan pilih jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan kondisi
yang ada dengan memberikan tanda () pada pilihan jawaban yang
tersedia.
Keterangan:
SS: Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju ST : Sangat Tidak Setuju
RG: Ragu-ragu
No Pernyataan
Jawaban
SS S RG TS ST
1 Saya terlibat dalam setiap
kegiatan CSR perusahaan

2 Saya terlibat dialog atau
diskusi mengenai hal-hal apa
saja yang menjadi kebutuhan
dari para karyawan PT.
Samsung Electronics
Indonesia

3 Saya mengetahui siapa saja
yang menerima bantuan dari
kegiatan CSR

4 Saya terlibat dalam
pengambilan keputusan untuk
setiap kegiatan CSR

5 Saya mengetahui bahwa
kegiatan CSR sudah
terealisasi dengan baik


Jawaban responden mengenai pernyataan-pernyataan di atas, yaitu
digambarkan seperti grafik berikut:

60




Pernyataan 1: Saya terlibat dalam setiap kegiatan CSR perusahaan.
Berdasarkan grafik jawaban responden di atas, untuk pernyataan 1,
bahwa hampir keseluruhan menyatakan setuju dan tidak ada yang
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan sosialisasi dan
komunikasi oleh pihak perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen telah
berjalan sebagaimana mestinya dengan tetap melibatkan karyawan
perusahaan dalam setiap kegiatan CSR perusahaan. Tujuan dari
dilibatkannya hampir seluruh karyawan tidak lain agar tercipta
keharmonisan dan rasa memiliki oleh karyawan terhadap perusahaan
tempat mereka bekerja.
Pernyataan 2: Saya terlibat dialog atau diskusi mengenai hal-hal apa saja
yang menjadi kebutuhan dari para karyawan PT. Samsung
Electronics Indonesia
0
2
4
6
8
10
12
SS S RG TS ST
Pernyataan 1
Pernyataan 2
Pernyataan 3
Pernyataan 4
Pernyataan 5
61


Berdasarkan grafik jawaban responden di atas, untuk pernyataan 2,
hampir sama dengan pernyataan 1, hampir keseluruhan menyatakan
setuju dan 1 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan dilibatkannya karyawan dalam perencanaan
aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan, diharapkan program-
program yang akan dilaksananakan lebih tepat guna dan tepat sasaran.
Pernyataan 3: Saya mengetahui siapa saja yang menerima bantuan dari
kegiatan CSR
Berdasarkan grafik jawaban responden di atas, untuk pernyataan 3
ini, hampir keseluruhan responden menyatakan ragu-ragu, dan 5
reponden menyatakan setuju dan sangat setuju. Hal ini meneruskan
pernyataan sebelumnya bahwa karyawan dilibatkan dalam perencanaan
aktivitas CSR oleh perusahan, tetapi fakta pada pernyataan 3 ini, bahwa
walaupun karyawan dilibatkan, tetapi tetap saja belum mengetahui dengan
jelas siapa saja yang menerima bantuan CSR perusahaan. Berarti bahwa
walaupun program telah direncanakan secara matang, tetapi
pelaksanaannya belum merata diketahui oleh para karyawan.
Pernyataan 4: Saya terlibat dalam pengambilan keputusan untuk setiap
kegiatan CSR
Berdasarkan grafik jawaban responden di atas, untuk pernyataan 4
ini, hampir sama dengan pernyataan sebelumnya, bahwa hampir
keseluruhan menyatakan ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun
karyawan dilibatkan dalam dialog dan diskusi mengenai kebutuhan para
karyawan, tetapi keputusan tetap diputuskan oleh pihak perusahaan
sendiri, dan hanya beberapa karyawan yang dipilih. Pihak perusahaan
mungkin mempunyai alasan khusus untuk hal ini.
62


Pernyataan 5: Saya mengetahui bahwa kegiatan CSR sudah terealisasi
dengan baik
Berdasarkan grafik jawaban responden di atas, untuk pernyataan 5
ini, jawaban responden, dominan setuju bahwa kegiatan CSR sudah
terealisasi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan CSR, masih kurang
optimal, tetapi dari perspektif karyawan, kegiatan CSR secara umum
sudah terealisasi dengan baik.
C. Sudut Pandang mengenai Konsep CSR
1. Apakah anda merasa perlu adanya kegiatan atau program CSR dalam
sebuah perusahaan? Mengapa?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu seluruh
responden merasa perlu ada kegiatan CSR di setiap perusahaan.
Alasannya beragam, mulai dari untuk membangun reputasi perusahaan,
sebagai salah satu sarana promosi produk, untuk kesejahteraan karyawan
dan lingkungan sekitar perusahaan, agar tercipta keseimbangan internal
dan eksternal perusahaan, sampai alasan-alasan idealis, yaitu untuk
perkembangan perekonomian negara secara umum.
Dilihat dari alasan-alasan yang dipaparkan, berarti reponden sedikit
banyak telah memahami makna dan maksud dari dilaksanakannya
kegiatan CSR di perusahaan mereka mengingat bantuan-bantuan yang
telah diberikan perusahaan yang cukup tanggap dengan kebutuhan-
kebutuhan karyawannya, tentu karyawan merasa perlu kegiatan CSR
dilanjutkan.
63


2. Apakah menurut anda Corporate Social Responsibility (CSR) sangat
berperan penting bagi perusahaan untuk bisa survive dari kompetisi
bisnis dewasa ini? Mengapa?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu sama
dengan pertanyaan sebelumnya bahwa semua responden menyatakan
CSR sangat berperan penting bagi perusahaan untuk bisa survive.
Adapun alasan-alasan yang dipaparkan sangat beragam, yaitu agar
perusahaan tidak kalah bersaing dengan perusahaan lainnya, karena
adanya aturan pemerintah, untuk kemajuan perusahaan itu sendiri,
merealisasikan konsep going concern bagi perusahaan, membangun
brand image perusahaan, mempererat silaturahmi dengan mitra usaha
lainnya, meningkatkan prestise perusahaan, serta meningkatkan sense of
belonging dari karyawan perusahaan.
Dilihat dari alasan-alasan tersebut dapat dikatakan bahwa para
responden rata-rata atau hampir semuanya telah mempunyai pemahaman
yang cukup baik mengenai tujuan dari program CSR ini secara konsep,
berarti komunikasi antara pihak manajemen dan karyawan berjalan
dengan baik. Responden cukup cerdas melihat tujuan jangka panjang dari
CSR ini, walaupun hanya sebatas konsep semata, karena faktanya,
bahwa masih sebagian kecil dari program CSR perusahaan yang
diberikan, belum ke arah pemberdayaan karyawan secara berkelanjutan.
3. Apakah menurut anda CSR adalah salah satu bentuk philanthropy
(kedermawanan) atau promotion (promosi)? Atau tidak kedua-duanya?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu terdapat 12
responden menyatakan CSR adalah salah satu bentuk philanthropy, 2
responden menyatakan bentuk promosi, 8 responden menyatakan CSR
64


adalah bentuk philanthropy dan promosi (keduanya), dan 3 responden
menyatakan tidak kedua-duanya, melainkan merupakan kewajiban. Dilihat
dari jawaban responden tersebut, bahwa dari perspektif karyawan, CSR ini
dianggap sabagai salah satu bentuk kedermawanan perusahaan yang
merasa perlu untuk bertanggungjawab kepada setiap pihak yang terlibat di
perusahaan.
4. Apakah menurut anda, benar jika kegiatan CSR suatu perusahaan
menyontek dari kegiatan CSR perusahaan lain atau dengan kata lain
ikut-ikutan untuk tujuan yang positif?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu terdapat 23
responden menyatakan tidak keberatan jika kegiatan CSR perusahaan
menyontek perusahaan lain selama positif, dan 2 responden menyatakan
tidak benar. Hal ini menunjukkan sifat positif masih mendominasi persepsi
para karyawan perusahaan ini karena kegiatan CSR ini seyogyanya
dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang masih merasa
bertanggungjawab dengan lingkungan sosial baik di dalam maupun di luar
perusahaan itu sendiri.
5. Apakah menurut anda kegiatan CSR PT. Samsung Electronics
Indonesia sudah berjalan dengan baik?
Jawaban: Ya / Belum
Jika belum, menurut anda apa kekurangan dari kegiatan CSR
perusahaan ini?
Jawaban responden mengenai pertanyaan di atas, yaitu terdapat 21
responden menyatakan Ya, CSR PT. SEIN sudah berjalan dengan baik.
Selebihnya terdapat 4 responden menyatakan masih ada kekurangan,
seperti kurang atau tidak meratanya sosialisasi dan kegiatan belum
65


terorganisir dengan baik. Hal ini menunjukkan sebagian besar karyawan
sudah cukup puas dengan bantuan yang diberikan perusahaan selama ini
dan mengatakan bahwa CSR sudah berjalan dengan baik, tetapi masih
terdapat beberapa responden yang merasa belum puas dan menyatakan
kegiatan CSR masih tetap harus dikelola dengan baik oleh pihak yang
paling bertanggungjawab di dalamnya, ini merupakan salah satu masukan
bagi perusahaan agar lebih meningkatkan lagi kinerja dan koordinasi pada
setiap kegiatan, khususnya dalam hal ini kegiatan Corporate Social
Responsibility.

4.3.2 Perspektif Manajemen (Management)
Berdasarkan wawancara dengan salah satu manajer, bernama
Pak Salim Azwar selaku Senior Manager Departemen Accounting.
Berikut adalah petikan wawancara yang dilakukan peneliti.
1. Apa yang bapak ketahui mengenai Corporate Social Responsibility
atau Tanggungjawab Sosial Perusahaan?
Menurut saya, CSR adalah kontribusi dunia usaha terhadap
pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak
ekonomi, sosial dan lingkungan dari tiap-tiap kegiatan yang
dilaksanakan. Munculnya CSR sepertinya telah dapat merubah mind-
set dari perusahaan, sebelumnya, kebanyakan perusahaan hanya
mencari profit sebanyak-banyaknya bagi perusahaan, tetapi sekarang
perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku etis dan mengelola
perusahaan agar berdampak positif bagi perusahaan itu sendiri maupun
bagi lingkungannya.
66


2. Apakah kegiatan CSR sudah dilaksanakan di PT. Samsung
Electronics Indonesia (SEIN)? Apa saja bentuk-bentuk kegiatannya?
Kegiatan CSR sementara berjalan di PT.SEIN, bentuk
kegiatannya beragam dan dibagi menurut bidang-bidang tertentu.
Bidang Pendidikan, kegiatannya seperti pemberian beasiswa bagi siswa
berprestasi dan kurang mampu, renovasi sekolah, serta program
Rumah Belajar yang baru berjalan sekitar 2 tahun terakhir. Bidang
Lingkungan, yaitu pembersihan saluran air dan pembuatan resapan air,
hal ini agar mencegah banjir yang seringkali melanda ibu kota. Bidang
Penghijauan, yaitu pendistribusian bibit pohon kepada masyarakat
sekitar perusahaan, program penghijauan daerah Bekasi Barat dengan
penanaman pohon-pohon. Bidang Kesejahteraan Sosial, yaitu
pendistribusian sembako bagi keluarga kurang mampu, pembangunan
panti jompo bekeja sama dengan yayasan sosial. Terakhir Bidang
Kesehatan, yaitu pemberian dana bagi masyarakat penyandang cacat,
operasi gratis penyakit katarak bagi lansia kurang mampu, kegiatan
donor darah bekerjasama dengan PMI, serta masih banyak lagi.
3. Sebagai salah satu manajer, apakah bapak dapat merasakan
langsung imbas dari CSR?
Tentu saja. Sebagai pengelola kegiatan CSR, secara otomatis
dapat merasakan langsung imbas dari CSR, seperti ketika terjun
langsung ke lapangan, saya sangat merasakan kehidupan lain di luar
perusahaan. Bahwasanya kita tidak sendiri, bahwa kita adalah suatu
komunitas dimana satu diantaranya saling terkait. Jadi sudah sangat
sepantasnya jika PT.SEIN tidak menutup sebelah mata, melainkan
harus membuka mata lebar-lebar agar terjalin komunikasi dan
67


silaturrahim antara perusahaan dengan lingkunga sekitar
perusahahaan, dan tentunya kami tidak akan tinggal diam.
4. Menurut bapak, mengapa perusahaan harus peduli dan
bertanggungjawab pada lingkungan sosialnya?
Secara mutlak, perusahaan harus peduli dan bertanggungjawab
pada lingkungan sosial, baik pada karyawan perusahaan, maupun
masyarakat sekitar. Hal ini jelas karena manajemen perusahaan
menyadari perlunya memberikan kontribusi sebagai tanggungjawab
sosial perusahaan kepada publik yang memerlukannya. Sementara di
era Perang Citra dewasa ini, bukanlah publik yang membutuhkan
perusahaan tetapi perusahaanlah yang membutuhkan publik. Pihak
kami, korporat, sangat sadar bahwa keberhasilan dalam mencapai
tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh
komunitas yang berada di sekeliling perusahaan. Kami yang semula
memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity, kini
justru memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil dalam
kelangsungan eksistensi korporat.
Pertanyaan mengenai mengapa CSR penting, tidak cukup dijawab
dengan menyatakan bahwa CSR telah diamanatkan UU. Jika CSR
dianggap penting hanya karena UU, kami akan cenderung terpaksa dan
setengah hati melaksanakan CSR. Harus ada pemahaman filosofis dan
komitmen etis tentang CSR. Pentingnya CSR perlu dilandasi oleh
kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang adanya jurang yang
semakin menganga antara kemakmuran dan kemelaratan, baik pada
tataran global maupun nasional. Oleh karena itu, diwajibkan atau tidak,
68


CSR harus merupakan komitmen dan kepedulian genuine dari para
pelaku bisnis untuk ambil bagian mengurangi nestapa kemanusiaan.
Memberi gaji pada karyawan dan membayar pajak pada negara
kurang patut dijadikan alasan bahwa perusahaan tidak perlu
melaksanakan CSR. Terlebih di Indonesia yang menganut residual
welfare state, distribusi pendapatan mengalami distorsi luar biasa.
Manfaat pajak sering tidak sampai kepada masyarakat, terutama
kelompok lemah dan rentan seperti orang miskin, pekerja sektor
informal, kaum perempuan, anak-anak, dan komunitas adat terpencil.
Akibatnya, sebagian besar dari mereka hidup tanpa perlindungan sosial
yang memadai.
5. Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang mewajibkan suatu perusahaan melaksanakan
tanggungjawab sosial dan lingkungan, menurut sepengetahuan
bapak, apakah kegiatan CSR di PT.SEIN dilaksanakan sebelum atau
setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut? Dan apakah ada
perubahan yang signifikan setelah terbitnya PP No.47 Tahun 2012
baru-baru ini tentang TanggungJawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas?
Sepengetahuan saya, kegiatan CSR di PT.SEIN dilaksanakan
jauh sebelum terbitnya UU No.40 Tahun 2007 dan tidak terdapat
perubahan yang signifikan setelah diterbitkannya PP baru, yaitu PP
No.47 Tahun 2012 lalu.
6. Terakhir, sabagai salah satu manajer di PT.SEIN, menurut bapak,
apa sesungguhnya makna CSR bagi perusahaan?
69


Menurut saya, CSR lebih kepada agar masyarakat bisa
merasakan hasil yang maksimal dari kegiatan CSR, maka kegiatan itu
harus berkelanjutan (suistanable). Sayangnya, banyak perusahaan
yang kini memahami CSR hanya sekadar kegiatan yang sifatnya
insidental, seperti pemberian bantuan untuk korban bencana,
sumbangan, serta bentuk-bentuk charity atau filantropi lainnya.
Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala secara
otomatis memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.
Sementara CSR pada intinya memiliki tujuan akhir sustainable
development (pembangunan berkelanjutan).
Peneliti dapat menarik kesimpulan, Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (CSR) dimaknai perusahaan sebagai Community
Development (Comdev), yang dipandang sebagai hal yang sangat
penting dalam perusahaan karena mengandung unsur kemitraan antara
perusahaan dan lingkungan, juga merupakan komitmen bisnis
perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
masyarakat yang berkelanjutan.
Dalam hal ini, perusahaan berusaha memperhatikan kondisi
masyarakat di sekitar perusahaan, seluruh kebutuhan atau keinginan
masyarakat akan dipenuhi yang tentunya harus disesuaikan dengan
kondisi kemampuan perusahaan. Peneliti memiliki harapkan melalui
program-program yang diluncurkan oleh perusahaan sebagai Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), dapat
membuat citra positif dari masyarakat terhadap perusahaan. CSR
terhadap lingkungan, konsepnya mengarahkan agar masyarakat aktif
70


berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan
masyarakat, misalnya terlibat dalam kepanitiaan dengan tujuan agar
masyarakat turut merasa bertanggung jawab terhadap bantuan-bantuan
yang diberikan, misalnya bantuan penampungan air bersih, yang
diharapkan masyarakat memiliki kesadaran untuk marawat dan
memeliharanya sehingga bantuan tersebut manfaatnya dapat
berkelanjutan.
4.3.3 Perspektif Pemerintah (Government)
Peneliti malakukan wawancara dengan salah satu aparat
pemerintah, dalam hal ini camat setempat, Kecamatan Cikarang Barat,
Bekasi, yakni Bapak Drs. H. Abdullah Karim, M.Si. Wawancara
dilakukan di kantor beliau dengan alamat kantor, Jl. Imam Bonjol,
Bekasi, Jawa Barat.
Berdasarkan hasil wawancara, tanggapan beliau mengenai
pertanyaan peneliti yaitu: Apa yang Bapak ketahui mengenai CSR,
serta bagaimana Bapak memandang CSR itu sendiri? Jawaban beliau
seperti ini:
CSR adalah salah satu potensi besar bagi pembangunan di
daerah ini oleh karena itu agar terkelola dengan benar dibutuhkan
kemitraan multistakeholder, dalam menjalankan kemitraan tersebut
selain dibutuhkan komitmen, keikhlasan, keseriusan, kesetaraan, juga
dibutuhkan keterbukaan dan kedispilinan.

Kemudian ditambahkan lagi tanggapan beliau mengenai CSR
yang dilaksanakan oleh perusahaan setempat, yaitu PT. Samsung
Electronics Indonesia (PT.SEIN) seperti yang tertera berikut:
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu tanggung
jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya
dimana perusahaan itu berada. Jika CSR PT. SEIN disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat, dalam pelaksanaan dan
manfaatnya belum sepenuhnya optimal, yang terpenting untuk saat ini,
71


kegiatan tetap rutin dilaksanakan. Tentunya dalam pelaksanaan CSR ini
disesuaikan dengan kemampuan perusahaan, tidak setiap keinginan
dan kebutuhan masyarakat dipenuhi oleh Samsung, tergantung jenis
kegiatan atau kebutuhannya juga. Setiap perusahaan memiliki
kebijakan tersendiri terkait tanggung jawabnya terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya, masukan mengenai CSR PT.SEIN terhadap
pembangunan berkelanjutan, beliau mengungkapkan :
Idealnya Samsung dapat menyisihkan dari keuntungannya untuk
program-program CSR ini sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah. Pemerintah kecamatan, tidak dapat memberikan
penilaian apakah selama ini Samsung dalam melaksanakan program-
program kemasyarakatannya sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan, sudah sesuai atau belum dengan aturan yang telah
ditetapkan pemerintah. Pemerintah kecamatan sendiri tidak pernah
mengetahui berapa persen dari keuntungan perusahaan dialokasikan
untuk melaksanakan program-program kemasyarakatannya.

Pertanyaan selanjutnya: Sampai sejauh mana keterlibatan
pemerintah setempat terkait pelaksanaan kegiatan CSR PT. SEIN? Pak
Abdul mengungkapkan bahwa:
Mengenai keterlibatan pemerintah setempat dalam CSR PT.SEIN
adalah amanat undang undang untuk mengarahkan program ini dapat
lebih bersinergi dalam program pemerintah agar tidak tumpang tindih
dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Selama ini ada persepsi bahwa
keterlibatan pemerintah dalam pelaksanaan program CSR adalah
sebuah intervensi, pemaksaan kehendak, dan intimidasi untuk
membelokkan arah program untuk kepentingan politik pemerintah
setempat, persepsi ini perlu diluruskan, justru keterlibatan pemerintah
setempat dalam hal ini semata mata melayani masyarakat dengan
ikhlas dan mengarahkan pembangunan dengan baik dan benar
termasuk program program pemberdayaan masyarakat

Selain itu ditambahkan pula bahwa beliau juga berharap agar
program pemberdayaan masyarakat CSR PT. SEIN bisa lebih
bermanfaat bagi masyarakat dan daerah secara berlanjutan. Seperti
penuturannya berikut:
Selama ini, kami terlibat dalam program-program CSR jika ada
pemberitahuan untuk hadir pada waktunya. Kami menginginkan jika ada
72


program-program sosial yang akan diluncurkan ke masyarakat,
sebaiknya perusahaan datang dahulu kepada kami, untuk meminta
masukan bagaimana sebaiknya program dilaksanakan di masyarakat.
Selain itu, agar melibatkan masyarakat dari mulai perencanaan sampai
pelaksanaan program.

Terakhir, harapan beliau mengenai program CSR PT. SEIN untuk
jangka panjang, yaitu:
Setiap program tidak harus sama jenisnya, khususnya program
ekonomi, berikan saja masyarakat bantuan modal usaha atau berupa
pinjaman, jenis usahanya tidak harus sama tergantung dari
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat. Sasaran untuk
program ekonomi ini, sebisa mungkin mereka yang benar-benar
membutuhkan bantuan modal, biasanya masyarakat yang tergolong
miskin. Masyarakat kecil yang seharusnya menjadi prioritas sasaran
setiap perusahaan, termasuk Samsung. Mereka biasanya bekerja
sebagai buruh atau tidak menentu pekerjaannya, mereka harus
diberikan bantuan untuk diberdayakan dengan baik, juga ditopang
dengan pelatihan-pelatihan dan bimbingan dalam berusaha. Tentunya
harus disesuaikan dengan skill yang dimiliki masyarakat atau sesuai
dengan minat usaha masyarakat.

Aparat pemerintah dengan kapasitas sebagai salah satu
stakeholder perusahaan, menilai CSR PT SEIN masih belum optimal
dalam hal sosialisasi dengan pihak pemerintah serta kurangnya dialog
terbuka mengenai aktifitas CSR perusahaan. Tetapi pemerintah dalam
hal ini tetap turut andil melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan perusahaan. Jadi tetap terjalin sinergi antara
pihak pemerintah dengan perusahaan itu sendiri.

4.3.4 Perspektif Pemilik Perusahaan (Shareholder/Investor)
Seperti yang peneliti ungkapkan sebelumnya, bahwa untuk
perspektif pemilik perusahaan (investor) terdapat kendala-kendala yang
dihadapi selama proses pengamatan, yaitu waktu yang terbatas dan
yang bersangkutan sulit untuk ditemui karena jadwal yang padat. Jadi
peneliti hanya mangumpulkan beberapa artikel dari internet dan
73


beberapa buku yang menulis tentang perspektif pemilik perusahaan
terhadap kegiatan CSR perusahaan. Berikut adalah ulasan mengenai
perspektif shareholder/investor mengenai CSR.
CSR bagi investor perusahaan merupakan satu media tepat untuk
mengkomunikasikan nilai-nilai positif yang ingin disampaikan oleh
perusahaan kepada stakeholder. Dengan demikian, perusahaan dapat
meningkatkan brand value yang dimiliki oleh perusahaan sehingga
dapat menunjang perusahaan untuk menghasilkan profit yang pada
akhirnya akan mempengaruhi sustainability perusahaan. Kemauan
perusahaan untuk terlibat langsung dalam pengembangan masyarakat
dan lingkungan akan direspon positif oleh masyarakat. Respon positif
tersebut juga akan membantu dan mempermudah perusahaan untuk
menyampaikan nilai-nilai positif yang ingin dibangun oleh perusahaan
terhadap brand yang dia miliki.
Selain untuk meningkatkan image positif perusahaan di mata
masyarakat yang ahirnya dapat memperkuat brand equity perusahaan,
pelaksanaan CSR sendiri bisa menjadi signal positif bagi dunia
investasi. Penerapan CSR yang baik dan di-manage dengan baik dapat
menggambarkan kemampuan finansial perusahaan kepada para
investor. Hal ini dapat membangun image atau predikat positif
perusahaan di bursa saham, yang pada ujungnya akan meningkatkan
nilai saham perusahaan. Atau lebih ekstrim, dengan image positif
bursa/investor terhadap perusahaan, akan membantu dan
mempermudah perusahaan untuk mendapatkan pinjaman, bahkan
dengan cost yang lebih murah karena investor memandang positif
perusahaan tersebut.
74


Ada kecenderungan perkembangan CSR kini bergeser dari
underestimate ke overestimate. Jika pada masa lalu pandangan
terhadap CSR lebih banyak dipengaruhi Milton Friedman yang
cenderung memusuhi CSR. Kini, pandangan terhadap CSR lebih
positif, bahkan terkadang overestimate. Seakan-akan CSR adalah obat
yang bisa menyembuhkan penyakit apa saja. Padahal, manfaat CSR
terhadap perusahaan tidaklah taken for granted dan otomatis.
4.3.5 Perspektif Masyarakat Lokal (Local Communities)
Pada dasarnya informasi tentang program selalu ada, tetapi tidak
semua masyarakat selalu menerimanya. Informasi tidak selalu langsung dari
pihak perusahaan. Masyarakat pada umumnya menerima informasi dari
ketua RT, tokoh masyarakat atau bahkan tetangganya yang menerima
informasi terlebih dahulu dari mereka yang mengikuti sosialisasi. Biasanya
mereka yang diundang untuk mengikuti pertemuan/sosialisasi program,
orang-orang tertentu saja, misalnya para ketua RT dan tokoh masyarakat.
Seperti apa yang diungkapkan oleh salah seorang responden, Ujang:
Saya mah tidak pernah mengikuti pertemuan langsung dengan
perusahaan tetapi saya menerima informasi tentang program dari pak RT
yang selalu mengikuti pertemuan, karena kalau RT terkadang diundang kalau
ada pertemuan dengan perusahaan, nanti pak RT yang menyampaikan hasil
pertemuan kepada warganya

Tidak semua ketua RT selalu menginformasikan hasil pertemuan pada
warganya, terbukti masih ada responden yang tidak pernah menerima
informasi tentang program-program CSR perusahaan , seperti diungkapkan
oleh Dadang, 45 th :
Bapak tidak pernah menerima informasi tentang program Samsung,
tahu program karena bekerja di Samsung

75


Ada pula responden yang kadang-kadang saja menerima informasi
program, mengetahui adanya program setelah program dilaksanakan di
masyarakat, seperti diungkapkan oleh Maman, 43 th :
Kadang-kadang saja saya menerima kabar tentang adanya kegiatan,
tahu-tahu kegiatan sudah dilaksanakan, seperti penanaman pohon-pohon

Senada dengan penuturan Maman, responden Ahmad (RT)
mengungkapkan :
Informasi tentang program tidak selalu saya terima, karena tidak
semua program diinformasikan kepada para RT

PT. SEIN dalam mensosialisasikan program-programnya tidak selalu
melibatkan masyarakat secara keseluruhan tetapi dengan cara mengundang
para tokoh masyarakat, Ketua RT dan perangkat desa karena kondisi yang
tidak memungkinkan. Pada dasarnya, diharapkan masyarakat dapat
menerima informasi tentang program-program tersebut dari mereka yang
mengikuti sosialisasi tetapi terkadang mereka yang mengikuti sosialisasi
tersebut tidak menyampaikan kembali kepada masyarakat. Oleh karenanya
sumber informasi diterima masyarakat tidak selalu langsung dari pihak
perusahaan, terkadang diterima melalui RT, tokoh masyarakat bahkan
terkadang menerima informasi dari tetangga, sekalipun pemberi informasi
tidak mengikuti sosialisasi. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi pihak
perusahaan dalam me-manage sosialisasi setiap kegiatan CSR di PT.
Samsung Electronics Indonesia.
Adapun secara keseluruhan stakeholder perusahaan, mulai dari
karyawan, manajemen, pemerintah, pemilik perusahaan, sampai masyarakat
lokal, kegiatan CSR PT SEIN telah berhasil menerapkan teori stakeholder
dan teori legitimasi. Hal ini ditandai dengan aktivitas organisasi perusahaan
telah sesuai dengan nilai sosial lingkungannya. Adapun upaya yang
76


dilakukan perusahaan dalam rangka mengelola legitimasi agar efektif, yaitu:
(1) Melakukan identifikasi dan komunikasi atau dialog dengan publik, (2)
Melakukan komunikasi atau dialog tentang masalah sosial kemasyarakatan
dan lingkungan serta membangun persepsi tentang perusahaan, (3)
Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan terkait dengan CSR.
Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan
memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder),
namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh
perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang
saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang
mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan. Mereka adalah
pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan,
kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya pemegang
saham yang mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap
perusahaan. Dalam hal ini teori stakeholder sangat mempengaruhi jalannya
suatu aktivitas atau program di perusahaan, termasuk kegiatan Corporate
Social Responsibility.



77

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Perspektif stakeholder terhadap implementasi program Corporate Social
Responsibility (CSR) pada PT. Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN)
sangat beragam. Berikut adalah perspektif masing-masing stakeholder:
a. Perspektif Karyawan (Employee)
Karyawan memandang CSR perusahaan sebagai suatu program rutin
perusahaan yang pelaksanaannya diketahui dan dipahami maksud
dan tujuannya tetapi manfaatnya masih belum dirasakan sepenuhnya.
Walaupun demikian, karyawan memandang secara umum, CSR PT
SEIN sudah berjalan dengan baik.
b. Perspektif Manajemen (Management)
CSR dimaknai manajemen perusahaan sebagai Community
Development yang dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam
perusahaan karena mengandung unsur kemitraan antara perusahaan
dan lingkungan. Sedangkan untuk implementasi CSR, manajemen
melihat sudah berjalan sesuai porsinya masing-masing.
c. Perspektif Pemerintah (Government)
Pemerintah setempat memandang implementasi CSR PT SEIN belum
sepenuhnya optimal dan belum adanya koordinasi secara continue
antara perusahaan dan pemerintah setempat. Pemerintah berharap
program ini dapat diarahkan agar lebih bersinergi dalam program
pemerintah dan tidak tumpang tindih dan lebih bermanfaat bagi
masyarakat.
78


d. Perspektif Pemilik Perusahaan (Shareholder/Investor)
Pemilik Perusahaan memandang implementasi CSR bertujuan
membangun image atau predikat positif perusahaan di bursa saham,
yang pada ujungnya akan meningkatkan nilai saham perusahaan. Hal
ini sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup perusahaan
hingga jangka panjang.
e. Perspektif Masyarakat Lokal (Local Communities)
Masyarakat lokal menilai bahwa kegiatan CSR perusahaan sudah
berjalan dengan baik walaupun masih belum merata akan sosialisasi
dan pendistribusian bantuannya, walaupun sebenarnya masyarakat
belum memahami hakikat dari CSR itu sendiri Ke depan, mereka
berharap akan lebih agar lebih ditingkatkan lagi kinerja dari
perusahaan yang bersangkutan.
2. Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
mengembangkan konsep Community Development pada PT. Samsung
Electronics Indonesia (PT SEIN), masih belum merata kepada seluruh
stakeholder. Peneliti menilai program CSR perusahaan sudah
menerapkan konsep Community Development. Hal ini dilihat dari
Community Development PT SEIN termasuk dalam jenis Development
with Community. Merupakan pendekatan yang dilakukan dalam bentuk
kolaborasi, dimana keputusan yang diambil merupakan keputusan
bersama, dan sumber daya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak.
Keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan juga diharapkan
dapat mengembangkan rasa memiliki terhadap inisiatif pembangunan
yang ada, sekaligus membuat proyek pembangunan menjadi lebih
efisien.
79


5.2 Saran
PT. Samsung Electronics Indonesia harus membuat rencana dan strategi
melalui proses pendekatan stakeholders dan melibatkan masyarakat dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan tanggung jawab sosialnya, membuat
kebijakan yang cerdas dan strategis dalam pengembangan ekonomi
masyarakat lokal yang bersifat produktif.

5.3 Keterbatasan Penelitian
1. Pengambilan responden dilakukan hanya pada satu perusahaan saja.
Oleh karena itu, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk objek
di luar penelitian. Hasil penelitian mungkin akan berbeda untuk
perusahaan lain.
2. Data yang dihasilkan melalui penggunaan responden mendasarkan
kepada persepsi responden. Data tersebut tidak terlepas dari unsur
subjektivitas. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner
mungkin saja berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. Dengan
demikian, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk semua
karyawan.
3. Stakeholder yang diteliti belum mencakup keseluruhan. Masih ada
stakeholder yang belum diambil datanya, seperti para customer dan
supplier. Sementara untuk perspektif pemilik perusahaan (investor)
terdapat kendala yang dihadapi selama proses pengamatan, yaitu waktu
yang terbatas dan yang bersangkutan sulit untuk ditemui karena jadwal
yang padat. Jadi peneliti hanya mangumpulkan beberapa artikel dari
internet dan beberapa buku yang menulis tentang perspektif pemilik
perusahaan terhadap kegiatan CSR perusahaan.
80





77

DAFTAR PUSTAKA



Achda, B. Tamam. 2006. Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Implementasinya di Indonesia. (Makalah).
Seminar Nasional: A promise of Gold Rating: Sustainable CSR, Jakarta,
23 Agustus 2006.

Ahmad, Nik. (Eds). 2004. Environmental Disclosure in Malaysian Annual
Reports: A Legitimacy Theory Perspective. International Journal of
Commerce & Management. Vol.14, No.1, pp. 44-58.

Ardianto, Elvinaro. 2011. Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR Berlipat-lipat.
Jakarta: Alex Media Komputindo

Brown and Deegan. 1998. The Public Disclosure Of Environmental
Performance Information A Dual Test Of Media Agenda Setting Theory
And Legitimacy Theory. Accounting & Business Riset, Vol. 29, No.1, pp
21-41.

Budimanta, Arif. Dkk. 2008. Corporate Social Responsibility
Alternatif bagi Pembangunan Indonesia, Cetakan Kedua. Jakarta: ICSD.

Carroll, A. 1998. The Four Faces of Corporate Citizenship. Business and Society
Review. September, Vol. 100, No.1, pp 1-7.

Cassieboice, Biibee. 2012. Corporate Social Responsibility PT. Samsung
Electronics Indonesia. (http://bi2b.wordpress.com/2012/01/22/corporate-
social-responsibility-pt-samsung-electronics-indonesia/ Diakses 23
November 2012).

Elkington, John. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21
st

Century Business. United Kingdom: Capstone Publishing Limited.

Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro : Semarang.

Gray, R , Dey, C., Owen, D., Evans, R. & Zadek, S.,1997. Struggling with the
Praxis of Social Accounting: Stakeholders, Accountability, Audits and
Procedures. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 10, No.
3, pp. 325-364.

Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ife, Jim W. 1995. Community Development: creating community alternatives -
vision analysis and practice. Melbourne : Longman.

Ikhsan, Arfa, dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:
Salemba Empat.

78


Kresek, Kantong. 2011. Samsung Danai Yayasan Nirlaba.
(http://teknologi.vivanews.com/news/read/15092-samsungdanai_ yayasan
nirlaba_lokal Diakses 10 Oktober 2012).
Kurniawan, Andry. 2011. Persepsi Masyarakat, Pemerintah, dan Perusahaan
terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Mengurangi
Kemiskinan pada PT. Maruki Internasional Indonesia. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderating. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Mahmudi Siwi. (http://mahmudisiwi.staff.ipb.ac.id/2011/05/06/definisi-dan-
dimensi-csr/) Diakses tanggal 3 Maret 2012.

Mardianto, Ryan. 2011. Samsung Terus Menambah Dana Program Digital
Hope. (http://forum.rakyatmerdeka.co.id/rmexpose.com/detail.php?id=571
&page=13&judul=Samsung%20Terus%20Menambah%20Dana%20Progr
am%20Digital%20Hope, Diakses 7 November 2012).


Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 2012. New Employee Orientation
Program, SEINs training centre book. Jakarta: Departemen Human
Resources and Development/General Affair.

Puspitarini, Margaret. 2012. Beasiswa S1 untuk UI dan Prasetya Mulya.
(http://kampus.okezone.com/read/2012/07/20/368/666028/beasiswa-s-1-
untuk-ui-dan-prasetiya-mulya, diakses 20 Desember 2012).


Samsung Home. 2010. About Samsung. (http://www.samsung.com/ us/about
samsung/ir/corporategovernance/corporatesocialresponsibility/Corporate
SocialResponsibility.html, Diakses 15 Oktober 2012).

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2007. Corporate Social Responsibility : What is and Benefit for
Corporate. (http://www.policy.hu/suharto). Diakses tanggal 19 Februari
2012.

___________. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat
Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Bandung: Alfabeta.

Supomo, Sita .2004. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Prinsip GCG
dalam Republika, 20 Oktober.

Susilawati, Ely Dwi. 2010. Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
79



Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.

Ullman, A. 1982. Data in Search of a Tjeory: A Critical Examination of the
Relationships among Social Performance, Social Disclosure, and
Economic Performance of U.S. Firms. Academy of Management Review.
Vol.10, No.3, pp 540-557.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. 2007. Jakarta: Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

__________________ Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan Perseroan Terbatas. 2012. Jakarta: Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia.

Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Grafika.

Waryanti. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Sosial Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.

http://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_social_responsibility



77

Lampiran 1
BIODATA
Identitas Diri
Nama : Ayu Ardhillah Anwar
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 12 April 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : BTN Ana Gowa C5/4, Sungguminasa,Kab. Gowa
Telpon Rumah dan HP : 0411 843477 / 085292066777
Alamat E-mail : ayu_ardhillah@yahoo.com

Riwayat Pendidikan
- Pendidikan Formal
- 1994-1995 : TK Piveri, Gowa
- 1995-2001 : SD Neg. Bonto-bontoa, Gowa
- 2001-2004 : SMP Neg. 1 Sungguminasa, Gowa
- 2004-2007 : SMA Neg. 2 Tinggimoncong, Gowa
- 2007-2013 : Jurusan Akuntansi, Universitas Hasanuddin

- Pendidikan Nonformal
- Kursus Bahasa Inggris di MANELS, Makassar (1997-2000)
- Bimbingan belajar JILC, Sungguminasa (2003-2004)
- Bimbingan belajar GANESHA OPERATION ( 2006-2007)

Pengalaman
- Organisasi
- OSIS SMP / Anggota (2002-2003)
- MPK SMA / Koord. Divisi C (2005-2006)
- PMR Wira SMA / Sekretaris Umum (2005-2006)
- Himpunan IMA (Ikatan Mahasiswa Akuntansi) (2007-2008)
- Kerja
- Guru Privat di Bimbingan Delivery Private Makassar (2010-2011)


78


Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya

Makassar, Mei 2013


Ayu Ardhillah Anwar


79


Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Makassar, November 2012
Perihal : Permohonan mengisi kuesioner
Kepada
Yth. Bapak/Ibu /Saudara(i)
Karyawan PT. Samsung Electronics Indonesia
Di
Tempat

Dengan hormat, bersama ini saya:
Nama : Ayu Ardhillah Anwar
Pekerjaan : Mahasiswa Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi, Fakultas
uuEkonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
NIM : A311 07 101
Sedang melakukan penelitian skripsi dengan judul Analisis
Perspektif Stakeholder terhadap Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR). Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara(i) agar kiranya dapat meluangkan waktu sejenak
untuk mengisi kuesioner ini secara transparan dan objektif.

Partisipasi dari Bapak/Ibu/Saudara(i) akan sangat bermanfaat untuk
penelitian ini. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,
Peneliti


AYU ARDHILLAH ANWAR
A311 07 101




80


DAFTAR PERTANYAAN
I. Data Diri Responden
1. Nama (boleh dikosongkan) : ..
2. Jenis Kelamin :
Pria
Wanita
3. Usia : tahun
4. Lama bekerja
< 3 tahun
3 - 6 tahun
6 - 9 tahun
> 9 tahun
5. Departemen / Divisi : ..
II. Pengetahuan mengenai Kegiatan CSR Perusahaan
6. Apakah anda pernah mendengar istilah Corporate Social Responsibility
(CSR) atau biasa disebut Tanggungjawab Sosial Perusahaan?
Jawaban : Ya / Tidak
Jika Ya, Darimana sumber infomasinya?

7. Apakah anda memahami istilah Corporate Social Responsibility (CSR)?
Jawaban : Ya / Ragu-ragu / Tidak
Jika Ya atau Ragu-ragu, menurut anda, apa yang dimaksud dengan CSR
serta apa tujuan utama dari CSR?

....
........................................................................................................................
8. Apakah anda mengetahui jenis-jenis kegiatan CSR pada PT. Samsung
Electronics Indonesia?
Jawaban : Ya / Ragu-ragu / Tidak
Jika Ya atau Ragu-ragu, apakah anda bisa menyebutkan satu per satu
kegiatan CSR tersebut?


81


9. Apakah anda pribadi sebagai karyawan PT. Samsung Electronics
Indonesia, pernah mendapat bantuan selain gaji/upah dari perusahaan
sebagai salah satu bentuk kepedulian perusahaan akan karyawannya?
Jawaban : Ya / Tidak
Jika Ya, bantuan berupa apa yang pernah anda dapatkan? (boleh lebih
dari satu)


10. Apakah anda merasa bantuan yang anda dapatkan sesuai dengan kinerja
anda selama bekerja di PT. Samsung Electronics Indonesia?
Jawaban : Ya / Cukup / Tidak
Jika Tidak, apa alasannya? ...............................................................


III. Bentuk Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
Silahkan pilih jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan kondisi
yang ada dengan memberikan tanda () pada pilihan jawaban yang
tersedia.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju ST : Sangat Tidak Setuju
RG : Ragu-ragu
No Pernyataan
Jawaban
SS S RG TS ST
1 Saya terlibat dalam setiap kegiatan CSR
perusahaan

2 Saya terlibat dialog atau diskusi mengenai
hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan
dari para karyawan PT. Samsung
Electronics Indonesia

3 Saya mengetahui siapa saja yang
menerima bantuan dari kegiatan CSR

4 Saya terlibat dalam pengambilan
keputusan untuk setiap kegiatan CSR

5 Saya mengetahui bahwa kegiatan CSR
sudah terealisasi dengan baik

IV. Sudut Pandang mengenai Konsep CSR
82


6. Apakah anda merasa perlu adanya kegiatan atau program CSR dalam
sebuah perusahaan? Mengapa?
Jawaban:


7. Apakah menurut anda Corporate Social Responsibility(CSR) sangat
berperan penting bagi perusahaan untuk bisa survive dari kompetisi
bisnis dewasa ini? Mengapa?
Jawaban: ...


8. Apakah menurut anda CSR adalah salah satu bentuk philanthropy
(kedermawanan) atau promotion (promosi)? Atau tidak kedua-duanya?
Jawaban:


9. Apakah menurut anda, benar jika kegiatan CSR suatu perusahaan
menyontek dari kegiatan CSR perusahaan lain atau dengan kata lain
ikut-ikutan untuk tujuan yang positif?
Jawaban:


10. Apakah menurut anda kegiatan CSR PT. Samsung Electronics Indonesia
sudah berjalan dengan baik?
Jawaban: Ya / Belum
Jika belum, menurut anda apa kekurangan dari kegiatan CSR
perusahaan ini? .....

........

--Sekian dan Terima kasih--

Anda mungkin juga menyukai