Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada suatu pagi di poliklinik PKH-UB mendapatkan satu pasien kucing Persia (umur 1 tahun,
BB 2 kg, betina, warna putih) dalam keadaan lemas. Pada lidahnya kelihatan berwarna
kebiruan (nampak tidak normal) dan suhu tubuh rendah. Gejala menunjukan kucing gemetar,
paralysa, nousea, vomit dan sesak napas. Pada hasil pemeriksaan dokter terhadap kucing
tersebut telah dibutuskan untuk diberikan atropine, karena diduga keracunan oleh
tetrodotoxin (TTX). Dan kucing mendapatkan infuse Na-phys.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa tetrodotoxin dapat meracuni tubuh pasien?
2. Bagaimanakah pengaruh tetrodotoxin dalam tubuh?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui faktor-faktor dan mekanisme keracunan oleh tetrodotoxin.
2. Mengetahui pengaruh tetrodotoxin dalam tubuh.









BAB II
PEMBAHASAN
Analisa: Menurut kami, gejala yang terlihat pada kucing adalah kucing mengalami
tubuh gemetar, kelumpuhan syaraf atau tidak respon terhadap stimulus, mual-mual, muntah
dan sesak nafas. Berdasarkan pemeriksaan dokter kucing tersebut diduga keracunan oleh
tetrodotoxin (TTX) yang dimana kerjanya menghambat kerja neurotransmitter.
2.1 Membran Phospolipid Bilayer & Fungsinya

Semua membran disusun dari lemak dan protein di mana setiap komponen diikat oleh
ikatan nonkovalen. Selain lemak dan protein, membran sel juga mengandung karbohidrat.
Rasio antara lemak dan protein bervariasi bergantung tipe membran seluler misalanya antara
membran pasma dan retikulum endoplasma atau pun tipe organisme misalnya antaraprokariot
dan eukariot. Sebagai membran mitokondria memiliki rasio protein/lemak yang tinggi
dibandingkan membran plasma pada sel darah merah.
Lipid

Lipid pada membran tersusun atas fosfolipid (lemak yang bersenyawa dengan fosfat).
Fosfolipid merupakan lipid yang jumlahnya paling melimpah dalam sebagian besar
membran. Kemampuan fosfolipid untuk membentuk membran disebabkan oleh struktur
molekulernya. Fosfolipid merupakan suatu molekul amfipatik yang berarti bahwa molekul ini
memiliki daerah hidrofilik maupun daerah hidrofobik. Sebagian besar membran mengandung
fosfat, Molekul fosfat ini bersifat hidrofilik (dapat mengikat air) sedangkan
molekul lemakbersifat hidrofobik (tidak dapat mengikat air)
Komponen lemak lain adalah kolesterol di mana pada hewan tertentu dapan mencapai
50% dari molekul lemak yang terdapat pada membran plasma. Kolesterol tidak terdapat pada
sebagai besar membran plasma tubuhan dan bakteri.
Lipid yang terdapat pada selaput dapat diekstrak dengan kloroform, eter dan benzene.
Dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi gas, dapat diketahui
komposisi lipid pada selaput sel. Lipid yang selalu dijumpai adalah fosfolipid, sfingolipid,
glikolipid dan sterol. Kolesterol merupakan lipida terbanyak yang menyusun selaput sel.
Karbohidrat
Peran karbohidrat membran dalam pengenalan sel dengan sel kemampuan sel untuk
membedakan tipe-tipe sel yang bertetangga, bersifat krusial bagi fungsi organisme. Misalnya,
penting untuk memilah-milah sel menjadi berbagai jaringan dan organ dalam embrio hewan.
Pengenalan sel dengan sel juga menjadi dasar penolakan sel asing (penolakan organ
cangkokan atau transplantasi) oleh sistem kekebalan. Karbohidrat pada membran biasanya
merupakan rantai pendek bercabang yang tersusun kurang dari 15 unit gula sebagjan
diantaranya berikatan kovalen dengan lipid, membentuk molekul yang disebut glikolipid
(glycolipid ). Akan tetapi sebagian besar karbohidrat berikatan kovalen dengan protein,
membentuk glikoprotein.
Protein
Protein membran tersusun atas glikoprotein atau protein yang bersenyawa dengan
karbohidrat. Bergantung pada tipe sel dan organel tertentu dalam sel, membran memiliki 12
sampai lebih dari 50 macam protein berbeda. Protein ini tidak disusun secara acak tetapi
setiap lokasi dan orientasinya disusun pada posisi relatif tertentu pada lipid bilayer. Protein
pada membran tidak simetris yakni bagian luar membran dan bagian dalam membran
tersusun berbeda. Posisi seperti ini memungkinkan membran sebelah luar beriteraksi dengan
dengan ligan sektraseluer seperti hormon dan faktor pertumbuhan sedangkan bagian dalam
dapat berinteraksi dengan molekul sitoplasma seperti protein G atau protein kinase. Terdapat
dua lapisan utama protein membrane.
Protein integral
Protein integral adalah protein yang berpenetrasi kedalam lipid bilayer. Protein ini dapat
menembus membran sehingga memiliki domain pada sisi ekstra seluler dan sitoplasmik dari
membran. Protein integral umumnya merupakan protein transmembran, dengan daerah
hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang interior hidrofobik membrane tersebut.
Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas satu atau lebih rentangan asam amino nonpolar,
yang biasanya bergulung menjadi helix a. pada ujung hidrofilik molekul ini dipaparkan
kelarutan aqueous pada kedua sisi membrane.
Protein perifer
Protein periferal sama sekali tidak tertanam dalam bilayer lipid. Seluruhnya berlokasi
dibagian luar dari lipid bilayer, baik itu di permukaan sebelah ekstraseluler maupun
sitoplasmik dan berhubungan dengan membran malalui ikatan non kovalen. Protein ini
merupakan angota yang terikat secara longgar pada permukaan membran, sering juga pada
bagian protein integral yang dibiarkan terpapar. Protein pada membran menentukan sebagian
besar fungsi spesifik membran.
Lipid anchor protein
Terdapat disebelah luar lipid bilayer tetapi berikatan secara kovalen dengan molekul
lemak yang terdapat pada lipid bilayer.
Protein membran plasma memiliki fungsi yang sangat luas antara lain sebagai protein
pembawa (carrier) senyawa melalui membran sel, penerima isyarat (signal) hormonal dan
meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau sel lainnya. Protein selaput plasma juga
berfungsi sebagai pengikat komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa ekstraseluler.
Protein-protein permukaan luar memberikan cirri individual sel dan macam protein dapat
berubah sesuia dengan diferensiasi sel. Protein-protein pada membran sel banyak juga yang
berfungsi sebagai enzim terutama yang terdapat pada selaput mitokondria, retikulum
endoplasma dan kloroplas. Sebagai contoh, senyawa-senyawa fosfolipid membran plasma
disintesis oleh enzim-enzim yang terdapat pada membran retikulum endoplasma.
Protein membran sel memiliki kemampuan bergerak, sehingga dapat berpidah tempat.
Perpindahan berlangsung ke arah lateral dengan jalan difusi. Namun tidak semua protein
mampu berpindah tempat. Beberapa jenis protein integral tertahan dalam selaput oleh
anyaman molekul-molekul protein yang berada tepat di bawah permukaan dalam selaput
plasma. Anyaman ini berhubungan dengan sitoskelet atau rangka sel.
Struktur fisiko-kima protein selaput sel kurang diketahui, mengingat bahwa
bentuknya sangat bervariasi. Berdasarkan kajian mikroskopis dan teknik freeze fracture
diketahui bahwa protein dalam selaput sel berbentuk globular.

Membran sel berfungsi sebagai barier semipermeabel yang memungkinkan molekul yang
berukuran kecil dapat keluar masuk ke dalam sel. Hasil pengamatan mikroskop elektron
terhadap membran sel menunjukkan bahwa membran sel merupakan lipid bilayer. (disebut
sebagai fluid-mosaic model). Molekul penyusun utama adalah fosfolipid, yang terdiri dari
bagian kepala yang polar (hidrofilik) dan dua ekor nonpolar (hidrofobik). Fosfolipid ini
tersusun atas bagian nonpolar membentuk daerah hidrofobik yang diapit oleh daerah kepela
yang pada bagian dalam dan luar membran.
a. Kompartemenisasi
Membran sel merupakan selaput berkelanjutan dan tidak putus yang membatasi dan
menyelubungi suatu ruangan (kopertemen).
b. Komunikasi antarsel
Pada organisme bersel banyak, membran sel bertanggung jawab terhadap interksi antara sel
satu dengan yang lainnya. Alat tubuh pada umumnya terdiri dari macam sel yang berbeda
yang harus bekerja sama untuk melaksanakan fungsi keseluruhan.
c. Transport Membran
d. Tranduksi Sinyal
e. Penyediaan Enzimatik
2.2 Kanal Ion & Fungsinya
Kanal ion merupakan protein penyusun pori yang mengontrol gradien voltage
melintasi membran plasma (mengontrol potensial sel) dengan memungkinkan aliran ion
berdasarkan gradien elektrokimia. Mekanisme kerja kanal ion pertama kali dihipotesiskan
oleh ahli biofisika (Alan Hodgkin dan Andrew Huxley, 1951), yang menyatakan bahwa ion
bergerak melalui lubang di membran sebagai hasil daya elektrokimia (aliran arus listrik).
Lubang bersifat selektif, hanya ion tertentu yang bisa lewat (misalnya Na+, K+ , Ca2+ dan
lain-lain). Lubang atau kanal membuka dan menutup secara random, tapi pembukaan secara
kinetik dipengaruhi oleh voltase dan waktu. Hodgkin and Huxley membuktikan bahwa untuk
membuka dan menutup kanal mengalami berbagai kondisi konformasi, sebagai berikut
a. Aktivasi, yaitu proses pembukaan kanal saat terjadi depolarisasi
b. Inaktivasi, yaitu kanal menutup selama depolarisasi berlangsung
Pemahaman tentang kerja kanal lebih lanjut dibuktikan dengan teknik perekaman
elektrik (metode Patch Clamping) Komponen molekuler kanal teridentifikasi pertama kali
dengan metode kloning molekuler. Kanal ion tersusun dari beberapa sub-unit protein
membentuk suatu pori-pori. Lubang kanal disusun oleh subnit utama (subunit a), yang
menentukan infrastruktur kanal. Selain itu beberapa kanal (kanal K+, Na+ dan Ca2+),
mengandung protein pelengkap yang dapat memodifikasi sifat kanal.
Dilihat dari segi zat terlarut (substrat) yang dipindahkan dan arah pemindahannya,
transpor zat terlarut yang terdapat di dalam sel dapat dibagi menjadi 3 jenis:
1. Uniport: hanya membawa satu substrat, contoh: glucose permease
2. Symport: 2 substrat dipindahkan secara simultan dengan arah yang sama
3. Antiport: 2 substrat dipindahkan secara simultan dengan arah yang berlawanan
Semua jenis transport diatas digolongkan ke dalam jenis system kotransport ( termasuk ke
dalam jenis transpor aktif sekunder, dimana dalam prosesnya disupport oleh gradien
konsentrasi ion).
Fungsi kanal ion
Kanal ion terdapat pada hampir setiap sel. Kanal ion berfungsi untuk transport ion,
pengaturan potensial listrik melintasi membran sel, serta sinyaling sel. Kanal ion berperan
penting dalam proses normal tubuh. Beberapa penyakit terkait dengan disfungsi kanal ion
misal aritmia jantung, diabetes, epilepsi, hipertensi, cystic fibrosis, dan lain-lain.
Klasifikasi Kanal Ion Berdasarkan penyebab terbukanya kanal, kanal ion
diklasifikasikan :
a. Voltage-gated channel: kanal membuka dan menutup berdasarkan potensial membran
b. Ligand-gated channel (reseptor ionotropik): kanal terbuka setelah berikatan denganligan
pada domain ekstraselular, kemudian terjadi perubahan konformasi, diikuti dengan aliran ion
c. Other-gated channel: aktivasi/inaktivasi oleh second messenger di bagian dalam sel.
Berdasarkan ion yang melintasi kanal:
a. Kanal Na+
b. Kanal K+
c. Kanal Ca2+. Kanal Cl+ atau kanal ion
Fungsi dan Struktur Kanal Na
Kanal Na tergantung voltage merupakan golongan protein membran yang memediasi
masuknya dengan cepat ion Na+, sebagai respon depolarisasi membran untuk
membangkitkan potensial aksi dalam sel yang dapat teraktivasi. Kanal Na berperan penting
dalam inisiasi potensial aksi. Aktivasi kanal menyebabkan masuknya Na+ ekstraseluler ke
dalam sel. Kanal Na merupakan heterooligomer yang tersusun dari subunit dan . Subunit
terdiri 4 domain, masing-masing terlipat menjadi 4 heliks transmembran, terhubung dengan
potein lain seperti subunit . Keempat domain terlipat bersama membentuk pusatpori.
Subunit merupakan protein membran dengan domain transmembran tunggal dan berperan
mengatur kanal Na. Subunit 1 mempercepat kinetika aktivasi dan inaktivasi. Subunit 2
secara kovalen terikat pada subunit, dan diperlukan untuk efisiensi kerja kanal.
Fungsi dan Struktur Kanal K+
Kanal K merupakan protein transmembran yang membentuk pori selektif terhadap ion
kalium. Umumnya kanal K terletak di membran plasma. Kanal K bertanggung jawab pada
repolarisasi potensial aksi dan refraktori (konsekuensi untuk kontraktilitas dan aritmia).
Kanal K juga berperan mengontrol durasi potensial aksi, mengatur potensial istirahat dan
otomatisitas. Struktur Kanal K terdiri dari subunit (principal) dan (auxiliary)
Ca activated K+ channel: terbuka dengan adanya ion Ca atau sinyal lain
Inwardly retifying K+ channel: muatan positif lebih mudah masuk
Leak K + channel: terbuka secara konstitutif, untuk menjaga potensial membrane neuron
tetap positif
Voltage gated K+ channel: terbuka/tertutup tergantung voltase transmembran Dalam
sistem biologis manusia.
Pada sel eksitasi (contoh: neuron) berfungsi membangkitkan potensial aksi dan
mengistirahatkan potensial membran (gangguan terhadap kanal K pada otot jantung dapat
menyebabkan aritmia)
Regulasi proses seluler seperti sekresi hormon (contoh: sekresi insulin dari sel beta
pankreas, sehingga gangguan kanal K dapat menyebakan diabetes).
2.3 Potensial Membran
Membran potensial dihasilkan oleh keseimbangan antara difusi ion-ion positif dan
negatif. Peristiwa pemompaan sodium potassium dimulai dari dinding membran yang
pemiable terhadap Na
+
. Ion Na
+
membutuhkan channel untuk melewati membran karena
interaksi elektrostatis antara ion dan permukaan dalam channel (Gomulkiewicz, 2006). Tetapi
pada saat yang sarna, kekuatan dari pemompaan sodium-potassium akan memompa Na
+

keluar dan menukar Na
+
yang keluar dengan K
+
yang masuk dengan perbandingan 3 banding
2. Yaitu setiap 3 ion sodium (Na+) yang keluar akan ditukar dengan 2 ion pottasium (K
+
)
yang masuk. Peristiwa tersebut akan menjaga keseimbangan konsentrasi ion Na
+
tetap lebih
tinggi dibagian luar daripada di bagian dalam, dan konsentrasi ion K
+
lebih tinggi di bagian
dalam daripada di bagian luar.

Ion natrium (Na
+
) juga banyak terkonsentrasi di bagian luar membran, ia juga
terpengaruh oleh peristiwa difusi, tetapi tidak seperti Cl
-
, Na
+
tidak mampu ditahan oleh
tekanan elektrostatis karena bagian dalam sel yang bermuatan negatif akan saling tarik-
menarik dengan ion natrium yang positif. Bila Na
+
mampu untuk berdifusi kedalam membran
dan terdorong untuk masuk ke dalam membran karena tekanan elektrostatis.
2.4 Tetrodotoxin (TTX)
Tetrodotoxin (TTX) adalah komponen utama yang terkandung di ikan buntal dari
family Tetraodontidae. Hewan yang mengandung TTX tidak terbatas pada ikan buntal saja,
yaitu termasuk pada salamander, katak, kepiting, gurita dan bintang laut. Pada ikan buntal
TTX disekresikan di ovarium dan liver tetapi organ lanin termasuk kulit, intesine dan
musculus mengandung TTX juga di beberapa spesies ikan buntal. Alasan mengapa ikan
buntal didistribusikan begitu luas adalah TTX yang tidak diproduksi langsung oleh ikan
buntal tetapi diproduksi oleh bakteri Vibrio sp. dibeberapa spesies dan kemudian memasuki
tubuh hewan melalui rantai makanan. TTX sangat bercacun terhadap mamalia dengan LD
50

dengan kandungan 10g/kg. Namun, hewan yang mempunyai TTX dalam tubuhnya memiliki
kemampuan tahan akan racun TTX (Narahashi, 2008).
TTX berikatan dengan reseptor neurotoxin di subunit- dari voltage gated sodium
channel dan mengeblok arus dari ion sodium dengan menutup jalan pori dari channel. Ikatan
ini menginhibit perambatan dari potensial aksi, dengan cara melumpuhkan fungsi nervus dan
otot. Peran dari voltage gated sodium channel yang memicu inisiasi potensial aksi dengan
depolarisasi membran untuk membangkitkan potensial aksi dalam sel yang dapat teraktivasi.
Karena TTX berikatan dengan pori pada subunit yang dimana pori tersebut
menghubungkan ke protein kanal lain. Dengan terhambatnya inisiasi potensial aksi hantaran
impuls menjadi terputus.Reseptor TTX pada kanal voltage-gated ada 2 jenis yaitu tipe
resisten yang terutama terdapat pada jantung dan tipe sensitif yang mendominasi bagian
tubuh lainnya. Dengan penutupan terutama pada reseptor sensitif yang ada di sekujur tubuh
(pada otot skelet dan otot halus GI Tract) menyebabkan blokade terhadap masuknya Na+
terutama pada kanal yang cepat dalam transpor Na+ konsentrasi tinggi. Akibatnya terjadi
paralisis di sekujur tubuh karena otot skelet terblokade sinyalnya.
Akibat dari lumpuhnya fungsi nervus dan otot, terjadi efek samping, yaitu vomit
karena paralisis spinchter di bagian proksimal esofagus dan gerakan peristaltik
gastrointestinal terganggu. Pada kasus sesak nafas, otot halus tractus respiratori terganggu
aktivitasnya karena blokade sinyal akibat TTX sehingga gerakan kurang sinkron karena
perbedaan impuls yang didapat.
Neurotensin meningkan haemotocrit dan solid total serta mengurangi tekanan arterial
pada saat sama sekresi terjadi. Pemberian atropin oleh dokter dikarenakan atropin mengeblok
semua efek cardiovaskular dari neurotensin dan mengurangi efek yang dihasilkan oleh
absorbsi dan sekresinya. TTX hanya mengeblok peningkatan absorbsi tapi tidak mengeblok
sekresi pada efek cardiovaskularnya. (Mailman, 1988).




BAB III
KESIMPULAN
Diduga kucing teracuni oleh tetrodotoxin (TTX) karena pemilik salah memberi pakan.
TTX bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor neurotoxin di subunit- dari voltage
gated sodium channel. Akibatnya arus dari ion sodium terblok. Ikatan ini menginhibit
perambatan dari potensial aksi, dengan cara melumpuhkan fungsi nervus dan otot.
Peran dari voltage gated sodium channel yang memicu inisiasi potensial aksi dengan
depolarisasi membran untuk membangkitkan potensial aksi dalam sel yang dapat teraktivasi.
Karena TTX berikatan dengan pori pada subunit yang dimana pori tersebut
menghubungkan ke protein kanal lain. Dengan terhambatnya inisiasi potensial aksi hantaran
impuls menjadi terputus. Akibatnya terjadi paralisis di sekujur tubuh karena otot skelet
terblokade sinyalnya.
Akibat dari lumpuhnya fungsi nervus dan otot, terjadi efek samping, yaitu vomit
karena paralisis spinchter di bagian proksimal esofagus dan gerakan peristaltik
gastrointestinal terganggu. Pada kasus sesak nafas, otot halus tractus respiratori terganggu
aktivitasnya karena blokade sinyal akibat TTX sehingga gerakan kurang sinkron karena
perbedaan impuls yang didapat.











DAFTAR PUSTAKA
Derobertis, E.D.P and de Robertis, E.M.F. 1980. Cell Biology, 7
th
ed. W.B. Saunders.
Philadelphia.
Gomulkieciwcz, Jan. 2006. Ion Trasnport Through Cell Membrane Channels. Wrcolaw
Technical University: Poland.
Jam, M.K. 1988. Introduction to Biological Membranes,2
nd
ed. Wisley Publishing. New York.
Mailman, D. 1988. Effects of atropine and tetrodotoxin on neurotensin-induced ileal sodium
transport in the dog. British Journal of Pharmacology: United Kingdom.
Narahashi, Toshio. 2008. Tetrodotoxin. Proc. Japan Academy. Japan.
Singer, S.J. and Nicolasn, G.L. 1972. The Fluid Mozaic Model of the Structure of Cell
Membranes. Science 175:720-731.

Anda mungkin juga menyukai