Anda di halaman 1dari 15

PAKET PENYULUHAN

RESTRAIN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA


Di Ruang 23 Psikiatri RSUD Dr. Saiful Anwar Malang



























PKRS
RSU Dr.SAIFUL ANWAR
MALANG
2014
2

LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHAN
RESTRAIN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
Di Ruang 23 Psikiatri RSUD Dr. Saiful Anwar Malang







Oleh:
PSIK BRAWIJAYA








Mengetahui,

Kepala Ruang 23 Psikiatri




Pembimbing Klinik,




PAKET PENYULUHAN

Judul : Restrain pada Pasien Gangguan Jiwa
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien
Tempat : Ruang 23 Psikiatri RSSA Malang
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Juli 2014
Alokasi Waktu : 30 menit
Media/Sarana : LCD dan leaflet
Metode : Ceramah dan tanya jawab

A. Latar Belakang
Dewasa ini tuntutan kehidupan yang semakin sulit dan kompleks menyebabkan
semakin bertambahnya stressor psikososial. Salah satunya adalah perkembangan
budaya masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, hal ini menyebabkan
manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan hidup yang mereka alami.
Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas maupun
kuantitas penyakit mental emosional manusia, Hidayati (2000) dalam Nurjanah
(2004). Kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan jiwa dalam tingkat
ringan maupun berat yang memerlukan penanganan di rumah sakit baik di rumah
sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit umum, salah satunya adalah
penderita skizofrenia (Nurjanah, 2004).
Menurut WHO, masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi
masalah yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di
dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006, dalam Yulian, 2008).
Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,31 % dari jumlah
penduduk. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan
sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia. Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY, pasien
yang menjalani rawat inap selama bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober
2012 di ruang Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP)/Ruang Bima adalah
sebanyak 396 pasien. Dari jumlah tersebut sebanyak 379 (95,7%) pasien, dengan
rata-rata jumlah perbulan adalah 126 pasien dirawat dengan masalah
keperawatan perilaku kekerasan.
Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien skizofrenia adalah
perilaku kekerasan. Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku kekerasan
4

yang terjadi dapat membahayakan diri pasien, orang lain dan lingkungan. Dan hal
inilah yang menjadi alasan utama pasien skizofrenia dibawa ke rumah sakit.
Menurut Stuart dan Laraia (2005), penanganan pasien dengan perilaku
kekerasan dibagi dalam tiga strategi, yaitu strategi pencegahan, dilakukan melalui
self awareness perawat, pendidikan kesehatan dan latihan asertif. Strategi
antisipasi dilakukan melalui teknik komunikasi, perubahan lingkungan, perilaku
dan pemberian obat antipsikotik. Strategi pengekangan/pengikatan, dilakukan
melalui tindakan manajemen krisis, pengikatan dan pembatasan gerak. Pada saat
pasien sedang berada dalam kondisi amuk, dimungkinkan pasien dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tindakan yang dilakukan
pada tahap ini adalah dengan pembatasan gerak baik dengan isolasi maupun
restrain/pengikatan fisik. Restrain (pengekangan fisik) adalah aplikasi langsung
kekuatan fisik pada individu, tanpa ijin individu tersebut, untuk membatasi
kebebasan geraknya. Kekuatan fisik ini dapat menggunakan tenaga manusia, alat
mekanis atau kombinasi keduanya (Videbeck, 2008). Tetapi kadang-kadang
pasien merasa dihukum ketika dilakukan tindakan restrain/pengikatan fisik
sehingga akan membuat pasien semakin marah.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat penyuluhan bagi
keluarga dan pendamping pasien mengenai restrain (pengikatan) pada pasien
gangguan jiwa.

B. Tujuan instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui
dan memahami tentang restrain pada pasien gangguan jiwa
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian restrain
2. Mengetahui indikasi dilakukannya restrain
3. Mengetahui tujuan dilakukannya restrain
4. Mengetahui jenis-jenis restrain
5. Mengetahui cara melakukan restrain pada pasien gangguan jiwa
6. Mengetahui syarat pelepasan restrain
7. Mengetahui peran keluarga bagi pasien yang direstrain

5

C. Sub Pokok Bahasan
1. Definisi restrain
2. Indikasi dilakukannya restrain
3. Tujuan dilakukannya restrain
4. Jenis-jenis restrain
5. Cara melakukan restrain pada pasien gangguan jiwa
6. Syarat pelepasan restrain
7. Peran keluarga bagi pasien yang direstrain

6

8. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5
menit
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan
pokok materi yang akan
disampaikan
4. Membagikan soal pre-test
5. Menggali pengetahuan keluarga
pasien tentang restrain pada pasien
jiwa
1. Menjawab
salam
2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Menjawab
pertanyaan
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
Lembar
pre-test
Penyajian 15
menit
Menjelaskan materi:
1. Pengertian restrain
2. Indikasi dilakukannya restrain
3. Tujuan dilakukannya restrain
4. Jenis-jenis restrain
5. Cara melakukan restrain pada
pasien gangguan jiwa
6. Syarat pelepasan restrain
7. Peran keluarga bagi pasien yang
direstrain
1. Mendengarkan
dan
memperhatikan

Ceramah
dan
Tanya
Jawab
PPT
Penutup 10
menit
1. Penegasan materi
2. Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
3. Meminta peserta untuk menjelaskan
kembali materi yang telah
disampaikan dengan singkat
menggunakan bahasa peserta
sendiri
4. Memberikan pertanyaan kepada
peserta tentang materi yang telah
disampaikan
5. Membagikan soal post-test
6. Evaluasi post-test
7. Menutup acara dan mengucapkan
salam
1. Mengajukan
pertanyaan
2. Menjawab
pertanyaan
yang diberikan
oleh penyuluh
3. Membalas
salam
Tanya
Jawab
Lembar
post-
test

9. Evaluasi
1. Evaluasi Terstruktur
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
Peserta didik hadir di ruang penyuluhan di ruang 23 Psikiatri RSSA
7

Jumlah peserta didik yang datang minimal 6 orang
Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan
digunakan
Kesiapan peserta didik meliputi kesiapan menerima penyuluhan
2. Proses, diharapkan:
Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
3. Hasil, diharapkan:
Kriteria penilaian yang digunakan adalah, jumlah peserta yang aktif
berpendapat atau yang mampu menjawab pertanyaan dengan tepat, dibagi
dengan jumlah seluruh peserta yang hadir dalam penyuluhan, kemudian
hasilnya dikalikan 100%. Sehingga kriteria hasil yang diharapkan:
Pre : 80% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu memberikan
pendapat mengenai restrain sesuai dengan kemampuan masing-masing
peserta
Post : 90% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu memberikan
jawaban yang tepat saat diberikan pertanyaan oleh perawat

10. Media
LCD dan leaflet

11. Materi
(terlampir)

8

RESTRAIN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
1. Definisi
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
Restrain (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstremitas individu yang beprilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan
keamanan fisik dan psikologis individu.
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan
intervensi verbal, chemical restraint mengalami kegagalan.

2. Indikasi
Adapun dari indikasi tindakan restrain adalah sebagai berikut:
a. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan
lingkungannya.
b. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman
dan pengendalian diri.
e. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan
klien untuk istirahat, makan dan minum.

3. Tujuan Restrain
a. Untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan klien.
b. Memfasilitasi pemeriksaan.
c. Membantu dalam pelaksanaan uji diagnostik dan prosedur terapeutik

4. Jenis-jenis Restrain
a. Restrain Jaket
Sepanjang pinggang, jaket tanpa lengan dengan penutup punggung
yang diikat dengan tali pengikat.
b. Restrain Mumi.
Restrain Mumi berfungsi untuk mengendalikan gerakan, dan
mengimobilisasi ekstremitas.

9

c. Restrain Lengan dan Kaki
Kadang digunakan untuk mengimobilisasi satu ekstremitas atau lebih
yang berguna untuk pengobatan atau prosedur dan untuk memfasilitasi
penyembuhan. Beberapa alat restrain yang ada dipasaran atau yang
tersedia, termasuk restrain pergelangan tangan atau kaki sekali pakai, atau
restrain yang dibuat dari pita kasa, kain muslim, atau tali stockinette tipis.
Jika restrein jenis ini digunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh
klien, harus dilapisi bantalan untuk mencegah untuk mencegah tekanan
yang tidak semestinya. Kontriksi atau cidera haringan dan pengamatan
terhadap ekstremitas harus sering dilakukan untuk memeriksa adakah
tanda-tanda terjadinya iritasi, dan atau gangguan sirkulasi ujung restrein
tidak boleh diikat di penghalang tempat tidur, karena jika penghalang
tersebut diturunkan akan mengganggu ekstremitas, yang sering disertai
sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai anak.
d. Restrain Siku
Restrain Siku adalah tindakan untuk mencegah menekuk siku,
mencegah pasien memegang kepala, wajah, leher, atau dada. Biasanya ini
dilakukan pasca pembedahan dan di khususkan pada anak. Caranya ialah
menggunakan seutas kain muslim cukup panjang untuk mengikat tepat di
bawah aksila sampai kepergelangan tangan dengan sejumlah kantong
vertikal tempat dimasukkannya depresor lidah. Restrain dilingkarkan
lengan, dan direkatkan dengan plester atau pin.

5. Prinsip Tindakan
Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera fisik
dan memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat menyebabkan klien
merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah
perasaan tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus pakah
sesuai dengan indikasi terapi, dan terapi ini hanya untuk intervensi yang paling
akhir apabila intervensi yang lain gagal mengatasi perilaku agitasi klien.
Kemungkinan mencederai klien dalam proses restrain sangat besar, sehingga
perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang cukup dan harus terlatih untuk
mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat perencanaan pendekatan
dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan lingkungan restrain harus
bebas dari benda-benda berbahaya.
10

6. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order
dokter.
b. Sesegera mungkin (< 1 jam) setelah melakukan restrain/seklusi,
perawat melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan
baik secara verbal maupun tertulis.
c. Intervensi restrain/seklusi dibatasi waktu : 4 jam untuk klien berusia > 18
tahun. 2 jam untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur < 9 tahun.
d. Evaluasi dilakukan 4 jam I untuk klien > 18 tahun, 2 jam I untuk anak-
anak, dan usia 9-17 tahun.
e. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18
tahun, dan 4 jam untuk usia < 17 tahun.
f. Selama restrain/seklusi klien diobservasi tiap 10-15 menit, fokus
observasi :
1. Tanda-
tanda cedera yang berhubungan dengan restraint/seklusi
2. Nutirisi dan hidrasi
3. Sirkulasi dan range of motion ekstrimitas
4. Vital sign
5. Hygiene dan eliminasi
6. Status fisik dan psikologis
7. Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restraint dan seklusi

7. Teknik Restrain Pada Emergency Psikiatrik
Teknik berikut ialah restrain yang dilakukan pada klien yang datang
pertama kali, dan setelah dilakukan pengkajian triase masuk kedalam
Emergency Psikiatrik
1. Alat dan Persiapan
a. Tali
b. Jaket/Baju Restrain (Jika yang digunakan ialah teknik restrain jaket)
c. Bantalan untuk tulang yang menonjol (Jika yang digunakan ialah
teknik restrain lengan dan siku)



11

2. Restrain Mumi
a) Lebih baik lima atau minimal empat orang harus digunakan untuk
mengikat klien. Pengikat kulit adalah jenis pengikatan yang paling
aman dan paling menjamin.
b) Jelaskan kepada pasien mengapa mereka akan diikat.
c) Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menetramkan
pasien yang diikat. Penentraman membantu menghilangkan rasa
takut, ketidakberdayaan, dan hilangnya kendali klien.
d) Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan
diikat di satu sisi dan lengan lain diikat diatas kepala pasien.
e) Pengikatan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran
darah klien tidak tertekan/terhambat.
f) Kepala klien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan
kerentanan dan untuk menurunkan kemungkinan tersedak.
g) Pengikatan harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan
kenyamanan.
h) Setelah diikat, keluarga harus menenangkan klien dengan cara
berkomunikasi.
i) Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas
dengan interval lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan.
Kedua ikatan lainnya harus dilepaskan pada waktu yang bersamaan,
karena tidak dianjurkan membiarkan klien hanya dengan satu ikatan.

Contoh gambar restrain :

Gambar 1. Teknik Restrain
12


Gambar 2. Cara penyimpulan Tali restrain
3. Restrain Jaket
a. Ulangi prosedur, a, b, dan c sama dengan yang diatas.
b. Sepanjang pinggang, jaket tanpa lengan dengan penutup punggung
yang diikat dengan tali pengikat.
c. Pengikat panjang pada dasar jaket mengamankan klien dari tempat
tidur, kursi antara lain tempat tidur.

Gambar 3. Restrain Jaket
4. Restrain Lengan dan Kaki
a. Ulangi prosedur, a, b, dan c sama dengan yang diatas.
b. Handuk dilipat, dipeniti mengitari ekstremitas
c. Balutan kasa atau katun, diberi bantalan dengan benar
5. Restrain Siku
a. Ulangi prosedur, a, b, dan c sama dengan yang diatas.
13

b. Segi empat muslin dengan kantong vertical untuk menampng
depressor lidah untuk memberikan kekakuan vertical dan fleksibilitas
horizontal; ikatan mengencangkan alat mengitari lengan
c. Roller handuk diameter besar yang diberi bantalan
d. Wadah plastik tubuler dengan puncak dan dasar yang dibuang dan
bantalan yang sesuai untuk kenyamanan dan keamanan.

8. Syarat Pelepasan Restrain
Pasien tidak selamanya direstrain, berikut ini syarat-syarat restrain dapat
dilepaskan.
Pasien kooperatif
Pasien sudah tenang
Pasien dapat diarahkan
Tidak membahayakan dirinya sendiri dan lingkungannya
Tidak melarikan diri apabila sudah dilepaskan

9. Peran Keluarga Bagi Pasien yang Direstrain
Sebagai pihak yang menjadi saksi atau pemberi persetujuan atas tindakan
restrain
Memberikan pengarahan dan penjelasan pada pasien mengenai tujuan
restrain
Menjadi pengawas bagi pasien selama dilakukan tindakan restrain
14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2012). Type Restraint: Healthy Enthusiast, http://healthyenthusiast.com/tipe-
restrain.html , diperoleh tanggal 29 Mei 2013
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu
15

Anda mungkin juga menyukai