MODUL 1.10
KOLOM PENUKAR ION
1. Apa yang dimaksud dengan resin? Struktur resin? Sifat resin? Manfaat resin secara
umum?
2. Apa prinsip dari kolom penukar ion? Apa klasifikasi kolom penukar ion?
3. Apa tujuan, prinsip, dan pelaksanaan dari percobaan kolom penukar ion?
4. Apa prinsip dari titrasi kompleksometri?
5. Berikan contoh kegunaan resin dalam industri!
6. Tulis dengan lengkap perhitungan modul kolom penukar ion!
6211027
6211039
1. Apa yang dimaksud dengan resin? Struktur resin? Sifat resin? Manfaat resin secara
umum?
Resin
1
Resin penukar ion adalah suatu polimer organik atau anorganik yang mengandung ion
yang digunakan untuk penukar kation atau anion dari fasa larutan. Pada umumnya resin
penukar ion berbentuk butiran gel yang terdiri dari gugus fungsional yang melekat pada
jaringan, jaringan polimer, dan counter ions.
Resin organik:
- gugus fungsional: Benzena
Disulfonasi sebagai penukar kation
Diklorinasi sebagai penukar anion
Resin anorganik:
- Silikat(SiO
4
)
- Aluminosilikat: a. zeolite, montmorillonites
b. Penukar kation
- Zirconium, Tin-phosphate
1
http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_ion-exchange.pdf
Struktur zeolite:
Struktur Zirconium, Tin-phosphate:
Resin yang digunakan dalam percobaan ini adalah resin kation asam kuat dengan
nama dagang Amberjet 1200 Na dan mengandung gugus fungsional RSO
3
Na. resin
ini tersusun oleh kopolimer styrene dan divinyl benzene. Pada resin ini terjadi
pertukaran antara ion Ca
2+
atau Mg
2+
dan Na, dimana gugus fungsional mengikat ion
Ca
2+
atau Mg
2+
sehingga menjadi (RSO
3
)
2
Ca atau (RSO
3
)
2
Mg dan ion Na terlepas
dari gugus fungsionalnya.
Contoh reaksi:
2 RSO
3
Na + Ca
2+
/ Mg
2+
(RSO
3
)
2
Ca / (RSO
3
)
2
Mg + 2Na
2+
Struktur Resin:
2
Resin penukar ion yang dipakai merupakan polimer yang terbuat dari polystyrene
dengan divinil benzene sebagai cross link atau penghubung antar polystyrene dan
mengandung gugus RSO
3
Na untuk mempertukarkan ion. 90% semua resin penukar ion
memiliki sususan dasar polistirenik.
Chemical formula of styrene
Simplified representation of styrene
Ikatan dua vinil ini memungkinkan terjadinya polimerisasi, gambar berikutnya
menunjukan polimerisasi styrene, walaupun hanya 4 kelompok styrene yang terlihat.
Sebenarnya jutaan kelompok styrene dapat terikat satu sama lain dalam rantai styrene
yang panjang.
Gambar:
Namun rantai polimer linear ini mempunyai kekuatan fisik yang lemah, relative lunak,
dan setelah aktivasi mungkin bisa ikut terlarut bersama air. Untuk menghasilkan struktur
polimer tri-dimensional yang lebih stabil, rantai polystyrene di ikatkan dengan molekul lain
saat proses polimerisasi. Molekul pengikat atau cross-linking harus mampu berpolimerisasi
pada ujung kedua atau ketiga. Molekul pengikat yang paling umum digunakan adalah divinyl
benzene.
Proses polimerisasi biasanya dilakukan dalam medium suspense, baik dalam polimerisasi
batch atau dalam peralatan jetting khusus. Polimer yang terbentuk adalah manic-manik
bulat yang sangat kecil (diameter 200-500 m). Proses jetting menghasilkan ukuran manic-
manik yang seragam, sementara hasil polimerisasi batch menghasilkan berbagai ukuran
2
http://dardel.info/IX/resin_structure.html#top
manic-manik dengan distribusi ukuran partikel near-Gaussian. Manic-manik ini akan
mengembang dari ukuran 300 ke 1200 m dalam fungsional berikutnya dan langkah hidrasi.
Ikatan kedua molekul divinil benzene ditunjukkan oleh garis merah dan terikat
dengan rantai linear polystyrene berikutnya. Semakin banyak divinil benzene yang
ditambahkan pada awal campuran reaksi, maka polimer semakin kaku.
Struktur resin makropori dan gel:
Dalam proses polimerisasi, cross - linker lebih
atau kurang merata di seluruh matriks. Rongga antara
rantai polystyrene disebut pori-pori. Ukurannya sangat
kecil, hanya beberapa , tetapi ukurannya relatif
konstan. Matriks memiliki struktur pseudo- kristal,
mirip dengan kaca, dan sebagai hasilnya manik-manik
resin pertukaran ion jadi transparan. Pada gambar di
bawah ini, rantai polystyrene diperlihatkan dengan warna biru tanpa rincian kimia aromatik,
dan "jembatan" yang dibentuk oleh DVB ditampilkan dalam warna merah.
Ada batas untuk jumlah DVB yang dapat digunakan dalam jenis gel resin, terlalu banyak
DVB menciptakan struktur dengan pori-pori sangat kecil, yang dalam proses akhir pertukaran
ion hasilnya tidak maksimal.
Untuk mengatasi masalah ini, resin berpori
telah diciptakan pada tahun 1960-an. Idenya adalah
untuk menciptakan porositas buatan dalam matriks
tri-dimensi. Untuk efek ini, komponen ketiga yang
disebut porogen atau fase extender yang tergabung
dalam campuran reaksi, yang tidak bereaksi dengan
monomer, namun hanya membutuhkan ruang dalam
sistem. Setelah reaksi polimerisasi selesai, porogen dicuci dan meninggalkan rongga dalam
struktur polimer. Ini adalah struktur makropori.
Sifat-Sifat Resin:
3
- Kapasitas Penukaran Ion
Kapasitas penukaran ion menunjukkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat
dipertukarkan, kapasitas penukar ion atau COP dinyatakan dalam mek (miliekivalen) per
gram resin kering dalam bentuk hydrogen atau kloridanya atau dinyatakan juga dalam
miliekivalen per mL resin (mek/mL).
- Selektivitas
Sifat ini menunjukkan aktifitas pilihan atas ion tertentu. Hal ini terjadi karena penukar
ion merupakan reaksi yang reversibel dan stiokiometrik dan memenuhi hukum kerja
massa. Faktor yang menentukan selektivitas adalah gugus ionogenik dan derajat ikat
silang. Selektivitas akan menentukan dapat atau tidaknya terjadi pertukaran ion-ion, dapat
atau tidaknya ion dipisahkan dalam suatu larutan apabila di dalam larutan terdapat ion-ion
bermuatan sama, dan menentukan ion-ion yang telah terikat bisa dilepaskan atau tidak.
Selektifitas kation: Ba
2+
> Pb
2+
> Sr
2+
> Ca
2+
> Ni
2+
> Cd
2+
> Cu
2+
> Co
2+
> Zn
2+
> Mg
2+
> Ag
+
> Cs
+
> K
+
> NH
4
+
> Na
+
> H
+
Selektifitas anion: SO
4
2-
> I
-
> NO
3-
> CrO
4
2-
> Br
-
> Cl
-
> OH
-
dua faktor utama yang menentukan selektifan distribusi ion antara resin penukar ion dan
suatu larutan adalah:
4
Sifat dari ion yang saling ditukarkan
- Pada konsentrasi larutan yang rendah dan pada suhu kamar, maka ion yang
semakin besar muatannya akan ditahan kuat oleh resin. Misal : Al
3+
>Ca
2+
> Na
+
.
- Pada kondisi yang sama, dan untuk ion yang bermuatan sama, maka:
a. Untuk ion bermuatan satu, penyerapan resin semakin kuat bila ukuran ion
yang terhidratasi makin kecil. Misal: Li
+
< H
+
< Na
+
< NH
4
+
< K
+
<Rb
+
< Cs
+
3
http://www.scribd.com/doc/94568018/Resin-Penukar-Ion
4
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Annisa%20Fillaeli,%20S.Si.,%20M.Si./Kimia%20Analisis%20II_Kroma
tografi%20Penukar%20Ion.pdf
b. Untuk ion bermuatan dua, penyerapan resin ditentukan oleh ukuran ion dan
ketidaksempurnaan dissosiasi garam ion-ion tersebut. Misal: Cd2+ <Ba2+ <
Mn
2+
< Mg
2+
= Zn
2+
< Cu
2+
= Ni
2+
< Co
2+
< Ca
2+
< Si
2+
< Pb
2+
< Ba
2+
c. Pada resin penukar ion yang bersifat basa kuat, anion yang bermuatan satu
akan mempunyai selektifitas penyerapan yang sesuai dengan muatan kation
+1. Misalnya: Urutan bertambah kuatnya penyerapan yang sesuai dengan
urutan bertambah kecilnya ukuran ion yang terhidratasi: F< NO< HCO
3
< Cl<
HSO
3
< OH< Br< NO
3
< I
- Dalam larutan encer, anion bermuatan lebih dari satu akan lebih diserap dengan
kuat dibanding anion bermuatan satu. Bila suatu kation dalam larutan ditukar
dengan ion lain yang terikat pada resin dan valensi ( muatan) tidak sama, maka
aktivitas ion yang muatannya lebih tinggi terhadap resin akan semakin besar bila
konsentrasi ion yang muatannya tinggi itu semakin kecil. Misalnya:ada ion yang
muatannya lebih tinggi ada dalam larutan dan ion yang muatannya lebih rendah
terikat di dalam resin dan akan dipertukarkan. Maka reaksi penukaran ion tersebut
akan semakin baik berlangsung jika larutan bersifat encer. Sebaliknya, terjadi jika
ion dengan muatan yang besar terikat di resin dan yang rendah dalam larutan.
Sifat dari resin penukar yang dipakai
Secara kuantitatif, afinitas resin penukar ion terhadap ion-ion yang ditukar
dinyatakan dengan besaran angka banding distribusi. Dalam praktek keseharian D
didefinisikan sebagai berikut:
- Derajat Ikat Silang
Derajat ikat silang menunjukan konsentrasi jembatan yang ada di dalam polimer. Sifat
ini mempengaruhi kelarutan, kapasitas pertukaran, perilaku mekaran, perubahan volume,
selektivitas, ketahanan kimia dan oksidasi.
- Porositas
Porositas ini menunjukan ukuran pori-pori di saluran-saluran kapiler yang ukurannya
biasanya tidak seragam.porositas berbanding langsung dengan derajat ikat silang walau
ukuran saluran tidak sama. Resin penukar ion mengandung rongga-rongga, tempat air
terserap masuk. Sifat ini mempengaruhi kapasitas dan selektivitas. Bila tidak ada pori,
hanya gugus ionogenik di permukaan saja yang aktif.
e. Kestabilan Resin
Kestabilan dan ketahanan resin ditentukan oleh mutu produk sejak pertama kali dibuat
karena mempengaruhi kekuatan dan ketahanan gesekan terhadap pengaruh osmotik
misalnya regenerasi dan pembebanan. Kestabilan termal jenis makropori lebih baik
daripada yang gel walaupun derajat ikat silang serupa.
Sifat resin lainnya:
5
- tidak larut dalam air tapi mampu menyerap sejumlah molekul air dalam strukturnya.
- Mempunyai Mr yang tinggi.
- Tahan terhadap zat kimia (asam, basa, pelarut organik)
- Bila dialiri suatu larutan yang mengandung ion, maka ada ion yang diikatnya,
sebaliknya ada ion yang dilepasnya.
- Pertukaran ion hanya untuk ion-ion sejenis. Faktor ini dipengaruhi oleh muatan ion
dan jari-jari ion.
- Proses pertukaran terjadi pada saat yang bersamaan
Manfaat Resin secara Umum:
1. Untuk pelunakan air sadah
2. Pemurnian air dari mineral (demineralisasi)
3. Desalting
4. Harga operasi murah
5. Energi yang diperlukan rendah, dan perawan resin yang baik akan membuat resin
dipakai bertahun-tahun sampai perlu diganti
5
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Annisa%20Fillaeli,%20S.Si.,%20M.Si./Kimia%20Analisis%20II_Kroma
tografi%20Penukar%20Ion.pdf
2. Apa prinsip dari resin penukar ion? Apa klasifikasi resin penukar ion ?
Pengertian penukar ion:
Penukar ion atau ion exchange adalah proses yang terdiri dari reaksi kimia reversible
dimana antara ion dalam fasa cair dipindahkan ke ion dalam fasa padat. Ion-ion sebagai
gugus fungsional di permukaan zat padat dipertukarkan dengan ion yang serupa yang ada
di dalam larutan.
Prinsip resin penukar ion:
Proses pertukaran di permukaan padatan bertindak sebagai proses adsorpsi. Prinsip
pertukaran ion adalah selektifitas, artinya ion yang mempunyai koefisien selektifitas besar
mampu menggantikan ion lain di resin yang koefisien selektifitasnya lebih kecil.
Mekanisme yang terjadi:
Gambar dari mekanisme penukar ion :
6
Mekanisme dari penukar ion adalah sebagai berikut :
1. Terjadi proses disosiasi ion-ion dari senyawa didalam larutan, yaitu ion CaSO
4
menjadi Ca
2+
dan SO
4
2-
.
2. Ion-ion hasil disosiasi tersebut (Ca
2+
dan SO
4
2-
) berdifusi ke dalam larutan menuju ke
film inter-fase dan kontak ion dengan permukaan resin terjadi.
3. Terjadi proses difusi ion Ca
2+
dalam film resin, proses ini dapat terjadi karena
konsentrasi larutan air sadah yang mengadung ion Ca
2+
lebih tinggi daripada
konsentrasi Na
+
dalam resin, sehingga ion Ca
2+
dapat berdifusi ke film resin .
4. Selanjutnya ion Ca
2+
berdifusi ke dalam resin akibat selektivitas ion Ca
2+
lebih besar
daripada Na
+
sehingga resion kation menarik kuat ion Ca
2+
.
5. Terjadi pertukaran ion Ca
2+
dengan grup fungsional dari resin
6. Terjadi pelepasan ion Na
+
dari grup fungsional resin, pelepasan ion ini mengikuti
kaidah penetralan muatan, dimana ekivalen dari ion yang dilepas resin sama dengan
ekivalen ion yang diterima oleh resin.
6
Zagorodni, Andrei A. (2006). Ion Exchange Materials Properties and Application. Amsterdam: Elsevier Science
7. Ion Na
+
berdifusi melalui pori resin ke permukaan resin.
8. Ion Na
+
berdifusi dari permukaan resin melewati lapisan film inter-fase menuju
larutan, hal ini terjadi karena molekul ion Na
+
semakin banyak sehingga konsentrasi
Na
+
lebih besar daripada konsentrasi larutan air sadah, sehingga ion Na
+
bisa keluar
menuju ke larutan air sadah.
9. Ion Na
+
mengalami difusi di dalam larutan.
10. Ion Na
+
membentuk ikatan dengan ion dalam larutan.
Klasifikasi resin penukar ion:
7
Resin penukar ion diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resin penukar ion kation dan
resin penukar ion anion.
a. Penukar Ion Kation
Resin penukar kation bermuatan negatif untuk menarik kation (ion positif).
7
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Annisa%20Fillaeli,%20S.Si.,%20M.Si./Kimia%20Analisis%20II_Kroma
tografi%20Penukar%20Ion.pdf
Penukar Kation
Tipe Gugus fungsional
Asam sulfonat -SO
3-
H
+
Asam Karboksilat -COO
-
H
+
Asam Fosfonat PO
3-
H
+
Asam Fosfinat HPO
2-
H
+
Phenolic -O
-
H
+
Arsonic -HAsO
3-
H
+
selenonic -SeO
3-
H
+
Struktur resin penukar kation
Kolom ini berisi asam atau R-H yang berfungsi untuk menukar kation dalam air
dengan ion H
+
pada resin tersebut.
R
z
H + C
+
R
z
-C + H
+
dengan C
+
misalnya Na
+
, K
+
, Ca
+
, Mg
+
, dan lain-lain.
Tipe resin penukar kation:
8
- Resin Penukar Kation Asam Kuat
Resin penukar kation asam kuat disebut juga resin sulfonasi. Asam arisulfonat
mempunyai gugus sulfonik atau SO
3
H , pada asam arisulfonat gugus-gugus sulfonik
terionisasi dengan air menembus manik-manik resin: R-SO
3
H-> R-SO
3
-
H
+
.
Resin ini mampu memindahkan semua kation. Jenis resin penukar kation asam kuat
antara lain Permutit Q, Purolit C-100, Duolite C-20, Dowex 50, dan Amberlite IR -
120. Contoh reaksi:
2 RSO
3
Na + Ca
2+
/ Mg
2+
(RSO
3
)
2
Ca / (RSO
3
)
2
Mg + 2Na
2+
2 RSO
3
H + Ca
2+
/ Mg
2+
(RSO
3
)
2
Ca / (RSO
3
)
2
Mg + 2H
+
- Resin Penukar Kation Asam Lemah
Resin penukar kation asam lemah kemampuan menukar kationnya sangat lemah,
gugus fungsionalnya dapat berupa asam lemah [COOH] atau gugus karbosiklik dan
resin ini memindahkan kation dari basa lemah contohnya Ca
2+
dan Mg
2+
. Jenis resin
penukar kation asam lemah antara lain Permutit H-70 dan Amberlit IRC-50.
Contoh reaksi:
2 RCOONa + Ca
2+
/ Mg
2+
(RCOO)
2
Ca / (RCOO)
2
Mg + 2Na
2+
2 RCOOH + Ca
2+
/ Mg
2+
(RCOO)
2
Ca / (RCOO)
2
Mg + 2H
+
b. Penukar Ion Anion
Kolom penukar anion bermuatan positif untuk menarik anion
(ion negatif).
8
Contoh reaksi penukar kation: http://che.ft-untirta.ac.id/download-center/category/1-operasi-teknik
kimia?download=110%3Amodul-ion-exchange-revisi
Struktur resin penukar anion
Kolom ini berisi basa/ R-OH yang berfungsi untuk menukar anion-anion dalam air
dengan ion OH
-
pada resin.
R
z
OH + A
-
R
z
-A + OH
-
dengan A
+
misalnya Cl
-
, SO
4
2-
, NO
3
-
, dan lain-lain.
Tipe resin penukar anion:
9
- Resin Penukar Anion Basa Kuat
Resin ini mengandung gugusan amina tersier atau kuartener, mempunyai kemampuan
memindahkan gugus ammonium kuartener [R-CH
2
N(CH
3
)
3
]
+
Cl
-
dan semua anion.
Salah satu penukar anion basa kuat yang umum dinyatakan sebagai:
CH
3
R CH
2
+
N CH
3
X
-
CH
3
dimana X
-
adalah ion lawan yang dapat dipertukarkan seperti OH
-
, Cl
-
, atau NO
3
-
.
Jenis resin penukar anion basa kuat antara lain Dowex-1/SBR-P, Permutit S-1,
Amberlite IRA-4500, dan Purolite A-400. Contoh reaksi:
RR
3
NOH + Cl
-
RR
3
NCl +OH
-
2
RR
3
NCl + SO
4
2-
(RR
3
N)
2
SO
4
+ 2Cl
- Resin Penukar Anion Basa Lemah
Resin ini mampu memindahkan gugus amine [R-NH(R)
2
]
+
Cl
-
dan anion dari asam
kuat seperti SO
4
2-
dan Cl
-
. Jenis resin penukar anion basa lemah antara lain Dowex-3,
Permutit W, dan Amberlite IR-45. Contoh reaksi:
9
Contoh reaksi penukar anion: http://che.ft-untirta.ac.id/download-center/category/1-operasi-teknik-
kimia?download=110%3Amodul-ion-exchange-revisi
Penukar anion
Tipe Gugus fungsional
Quaternary amine -N(CH
3
)
3
3+
OH
-
Quaternary amine -N(CH
3
)
2
(EtOH)
+
Tertiary amine -NH(CH
3
)
2
+
OH
-
Secondary amine -NH
2
(CH
3
)
2
+
OH
-
Primary amine -NH
3
+
OH
-
RNH
3
OH + Cl
-
RNH
3
Cl +OH
-
2RNH
3
Cl + SO
4
2-
(RNH
3
)
2
SO
4
+ 2Cl
-
Sintesis penukar kation dan anion:
10
Penukar kation (asam kuat) dan penukar anion (basa kuat) disintesis dari
kopolimerisasi stirena dan, divinil benzene (DVB).
Penukar kation (asam lemah) kadang disintesis dari kopolimerisasi asam akrilat dan
asam metakrilat.
3. Langkah kerja modul kolom penukar ion:
Start Up
Tujuan:
1. Menentukan laju alir keluaran.
2. Mengatur tinggi resin.
3. Mengembangkan resin agar daerah untuk pertukaran ion semakin besar.
4. Menghitung volume resin dan laju alir dengan satuan Bed Volume atau disebut
BV
Volume resin =
Laju alir (BV) =
10
http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_ion-exchange.pdf
Prinsip:
Air akuademin dilarikan ke dalam kolom, kapas dimasukkan ke dalam kolom, lalu
kerangan ditutup sementara resin dimasukkan ke dalam kolom, setelah itu laju alir
diatur selambat mungkin dan tinggi resin diatur setinggi mungkin agar kontak antara
air sadah dan resin menjadi lama sehingga akan semakin banyak pula ion-ion yang
dipertukarkan. Jika laju alir lambat maka pengontakan pertukaran ion lebih baik,
sedangkan untuk laju alir yang besar, pengontakan ion tidak sempurna.
Pelaksanaan :
Service
Tujuan:
- Melunakan air sadah dengan cara mempertukarkan ion-ion kation Mg
2+
atau Ca
2+
yang terkandung di dalam air sadah dengan ion Na
+
pada resin.
- menghitung banyaknya ion logam pada air sadah yang terikat oleh resin yang
disebut COP.
Prinsip:
Menukarkan kation yang terkandung dalam air sadah (Mg
2+
atau Ca
2+ )
dengan
kation di dalam resin kation asam kuat dengan nama dagang Amberjet 1200 Na yaitu
(Na
+
) dimana resin ini tersusun atas kopolimer antara styrene dan divinil benzene.
Proses pertukaran ini berlangsung secara adsorpsi, dalam proses ini akan di
peroleh banyaknya ion Ca
2+
yang tidak dapat diperukarkan oleh resin pada saat titrasi
Air Demin
EDTA. Perubahan banyaknya Ca
2+
yang banyak dipertukarkan dengan ion yang ada
di dalam resin dapat digambarkan pada pembuatan kurva breakthrough. Contoh reaksi
yang terjadi adalah:
2(Res.SO
3
-
)Na
+
+ CaSO
4
(lar) (Res.SO
3
-
)
2
Ca
2+
+ Na
2
SO
4
(lar)
Mekanisme proses pertukaran pada tahap service:
1. Terjadi proses disosiasi ion-ion dari senyawa didalam larutan, yaitu ion CaSO
4
menjadi Ca
2+
dan SO
4
2-
.
2. Ion-ion hasil disosiasi tersebut (Ca
2+
dan SO
4
2-
) berdifusi ke dalam larutan menuju
ke film inter-fase dan kontak ion dengan permukaan resin terjadi.
3. Terjadi proses difusi ion Ca
2+
dalam film resin, proses ini dapat terjadi karena
konsentrasi larutan air sadah yang mengadung ion Ca
2+
lebih tinggi daripada
konsentrasi Na
+
dalam resin, sehingga ion Ca
2+
dapat berdifusi ke film resin.
4. Selanjutnya ion Ca
2+
berdifusi ke dalam resin akibat selektivitas ion Ca
2+
lebih
besar daripada Na
+
sehingga resion kation menarik kuat ion Ca
2+
.
5. Terjadi pertukaran ion Ca
2+
dengan grup fungsional dari resin
6. Terjadi pelepasan ion Na
+
dari grup fungsional resin, pelepasan ion ini mengikuti
kaidah penetralan muatan, dimana ekivalen dari ion yang dilepas resin sama
dengan ekivalen ion yang diterima oleh resin.
7. Ion Na
+
berdifusi melalui pori resin ke permukaan resin.
8. Ion Na
+
berdifusi dari permukaan resin melewati lapisan film inter-fase menuju
larutan, hal ini terjadi karena molekul ion Na
+
semakin banyak sehingga
konsentrasi Na
+
lebih besar daripada konsentrasi larutan air sadah, sehingga ion
Na
+
bisa keluar menuju ke larutan air sadah.
9. Ion Na
+
mengalami difusi di dalam larutan.
10. Ion Na
+
membentuk ikatan dengan ion dalam larutan.
Kurva breaktrough:
Tahap ini dikarakterisasi dengan kurva konsentrasi efluen atau kurva
breakthrough. Dalam prakteknya, kecepatan aliran cukup berarti dan kesetimbangan
tidak pernah tercapai secara total dalam kolom. Dalam kondisi demikian terdapat
batas yang memisahkan resin yang mengandung ion yang ditukarkan dengan resin
yang mengandung ion yang menukarkan, yang membetuk kurva-S.
Ce : banyaknya ion logam (kation) yang tidak terikat
oleh resin/lolos setelah melewati resin dalam satuan ppm
Co : banyaknya ion logam mula-mula (dalam air sadah)
juga dalam satuan ppm.
V : Volume keluaran air sadah
Kapasitas Operasi Total (COP) =
Cox VOP menunjukkan luas persegi panjang yang menunjukkan jumlah ion
logam Ca
2+
atau Mg
2+
pada air sadah.
= mL
[EDTA] x
= M
% error =
[][]
[]
x 100%
=
x 100%
= %
1. Pembuatan Larutan Air Sadah
Pembuatan larutan air sadah dengan konsentrasi . ppm
ppm = mg air sadah/L.
Larutan yang ingin dibuat = L
Jumlah air sadah
yang diperlukan =
L
= mg
= gram
2. Start-up
Run 1:
Laju alir = mL/min
Tinggi Resin (h) = cm
Diameter kolom (D) = cm
Volume resin =
= mL
Laju alir (BV) =
= BV
Run 2:
Laju alir = mL/min
Tinggi Resin (h) = cm
Diameter kolom (D) = cm
Volume resin =
= mL
Laju alir (BV) =
= BV
3. Service
a. Run 1. Tinggi resin= cm, [air sadah]= ppm, Laju alir= mL/menit,
Volume resin= cm
3
, Mr air sadah= gr/mol
Penentuan Ce air sadah
Pada data ke 1:
[EDTA] = M
= mL
Vs = volume sampel air sadah yang dititrasi oleh EDTA sebanyak mL
Co = banyaknya ion logam mula-mula sebelum melewati resin (ppm = mg/L)
Ce = banyaknya ion logam yang tidak terikat oleh resin/ lolos setelah melewati
resin (ppm = mg/L)
Vi = volume air sadah yang melewati resin
[EDTA] x
x Mr air sadah
x1000
= ppm
Co air sadah
= ppm
Ce/Co = ppm / ppm
=
(Ce/Co) x Vi = x mL
= mL
Setelah melakukan perhitungan yang sama untuk semua data, didapatkan:
[(Ce/Co) x Vi] = mL
Contoh tabel:
V air
sadah
V
EDTA
1
V
EDTA
2
EDTA
Vs Vi [air
sadah]
Ce air
sadah
Ce /
Co
(Ce/Co)
x Vi
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL) (mL) M (ppm)
jumlah
Penentuan Kapasitas Operasi Total Resin (COP)
V resin = mL Vi= mL= L
[(Ce/Co) x Vi] =mL
Co =
Kapasitas Operasi Total =
*(
) +
= gram/L
Keterangan:
Cop = banyaknya ion logam pada air sadah yang terikat oleh resin
Vop = air sadah yang masih dapat dipertukarkan ionnya oleh resin = mL
Efisiensi Resin
a = (Ce/Co)
n
= data (Ce/Co) pada kolom ke 1 sampai tepat sebelum VOP
b = (Ce/Co)
n+1
= data (Ce/Co) pada kolom ke 2 sampai tepat saat VOP
Vi = volume air sadah yang melewati resin (... mL)
L = mL = Jumlah ion dari air sadah yang lolos = luas daerah dibawah
kurva
L =
Ion yang tidak teradsorpsi =
= mol
Ion logam total dalam air sadah =
= mol
Ion logam teradsorpsi = ion logam total dalam air sadah ion logam yang tidak
teradsorpsi
= mol - mol
= mol
% efisiensi resin =
=
= %
Contoh tabel:
Selanjutnya pembuatan kurva breakthrough dengan mengalurkan data ce/co terhadap V
air sadah.
b. Run 2. Tinggi resin= cm, [konsentrasi air sadah]= ppm, Laju alir=
mL/menit, Volume resin= cm
3
, Mr air sadah= gr/mol
Penentuan Ce air sadah
Pada data ke 1:
[EDTA] = M
= mL
Vs = volume sampel air sadah yang dititrasi oleh EDTA sebanyak mL
Co = banyaknya ion logam mula-mula sebelum melewati resin (ppm = mg/L)
Ce = banyaknya ion logam yang tidak terikat oleh resin/ lolos setelah melewati resin
(ppm = mg/L)
Vi = volume air sadah yang melewati resin
[EDTA] x
x Mr air sadah
x1000
a
(Ce/Co)n
b
(Ce/Co)n-1
Vi
(mL) L (mL)
L
= ppm
Co air sadah
= ppm
Ce/Co = ppm / ppm
=
(Ce/Co) x Vi = x mL
= mL
Setelah melakukan perhitungan yang sama untuk semua data, didapatkan:
[(Ce/Co) x Vi] = mL
Contoh tabel:
Penentuan Kapasitas Operasi Total Resin (COP)
V resin = mL Vi= mL= L
[(Ce/Co) x Vi] =mL
Co =
Kapasitas Operasi Total =
*(
) +
= gram/L
Keterangan:
Cop = banyaknya ion logam pada air sadah yang terikat oleh resin
Vop = air sadah yang masih dapat dipertukarkan ionnya oleh resin = mL
V air
sadah
V
EDTA 1
V
EDTA 2
EDTA
Vs Vi [air
sadah]
Ce air
sadah
Ce /
Co
(Ce/Co) x
Vi
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL) (mL) M (ppm)
jumlah
Efisiensi Resin
a = (Ce/Co)
n
= data (Ce/Co) pada kolom ke 1 sampai tepat sebelum VOP
b = (Ce/Co)
n+1
= data (Ce/Co) pada kolom ke 2 sampai tepat saat VOP
Vi = volume air sadah yang melewati resin (... mL)
L = mL = Jumlah ion dari air sadah yang lolos = luas daerah dibawah
kurva
Ion yang tidak teradsorpsi =
= mol
Ion logam total dalam air sadah =
= mol
Ion logam teradsorpsi = ion logam total dalam air sadah ion logam yang tidak
teradsorpsi
= mol - mol
= mol
% efisiensi resin =
=
= %
Contoh tabel:
Dengan L =
Selanjutnya pembuatan kurva breakthrough dengan mengalurkan data ce/co terhadap
V air sadah.
4. Backwash
[konsentrasi air sadah]=ppm, Tinggi resin= cm, Laju alir= mL/menit,
Volume resin= cm
3
, Mr air sadah= gr/mol (Run 1)
a
(Ce/Co)n
b
(Ce/Co)n-1
Vi
(mL) L (mL)
L
Tinggi resin sebelum backwash = cm
Tinggi resin saat fluidisasi = cm
Tinggi resin setelah backwash = cm
% fluidisasi =
=
x 100%
= %
% ekspansi =
=
x 100%
= %
[konsentrasi air sadah]=ppm, Tinggi resin= cm, Laju alir= mL/menit,
Volume resin= cm
3
, Mr air sadah= gr/mol (Run 2)
Tinggi resin sebelum backwash = cm
Tinggi resin saat fluidisasi = cm
Tinggi resin setelah backwash = cm
% fluidisasi =
=
x 100% = %
% ekspansi =
=
x 100% = %
5. Regenerasi
Run 1. Tinggi resin= cm (run 1), [NaCl] = ppm, [konsentrasi air sadah]=
ppm,
Laju alir= mL/menit
Co NaCl = ppm
Mr NaCl = 58,5
Contoh perhitungan pada data ke-1:
[EDTA] = M
[EDTA] x
Ce NaCl = [NaCl]
x Mr NaCl
x 1000
x 1000
= ppm
Ce/Co =
=
Setelah melakukan perhitungan yang sama untuk semua data, didapatkan:
(Ce/Co)xVi = mL
Keterangan :
V NaCl = Volume larutan NaCl yang dilewatkan dalam kolom
L = mL = Jumlah ion air sadah yang lolos = luas daerah dibawah kurva
a = (Ce/Co)
n
= data (Ce/Co) pada kolom ke 1 sampai tepat sebelum VOP
b = (Ce/Co)
n+1
= data (Ce/Co) pada kolom ke 2 sampai tepat saat VOP
Vi = volume air sadah yang melewati resin (100 mL)
VOP = mL = .. L
Co NaCl = ppm
Mr NaCl = 58.5 gram/mol
L = mL jumlah ion air sadah yang lolos
Ekivalen ion air sadah yang lolos ~ Ekivalen Na
+
yang teradsorp
V
NaCl
V
EDTA
1
V
EDTA
2
EDTA
Vs Vi [air
sadah]
[NaCl] Ce
NaCl
Ce /
Co
(Ce/Co)
x Vi
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL) (mL) M (ppm)
=
a
(Ce/Co)n
b
(Ce/Co)n+1 Vi (mL) L (mL)
Ion Na
+
yang teradsorp =
= mol
Ion Na
+
mula mula =
=
= mol
% efisiensi resin =
=
= %
Selanjutnya membuat kurva regenerasi air sadah dengan NaCl dengan mengalurkan
data ce/co dengan V NaCl.
Perhitungan regenerasi untuk run 2 sama dengan run 1.
6. Rinsing
Dari data tabel ini, dibuat kurva rinsing dengan mengalurkan pH terhadap V
akuademin.
Contoh tabel:
V akuademin
pH
L