defibrilator
bambang aryanto
Pengantar
Kardioversi ialah suatu tindakan elektif atau emergensi
untuk mengobati aritmia atrial atau ventrikular dimana
diberikan aliran listrik
Kardioversi secara elektrik dilakukan dengan DC (direct
current) counter shock yang synchronized.
Biasanya dengan energi yang rendah dan disinkronkan
dengan gelombang R, dimana aliran listrik diberikan
pada puncak gelombang R.
Direct current (DC) counter shock ialah impuls listrik
energi tinggi yang diberikan melalui dada (ke jantung)
untuk waktu singkat. Direct current (DC) counter shock
dilakukan dengan alat defibrilator
4
Mekanisme Kerja Kardioversi
Pada kardioversi diberikan aliran listrik ke
miokardium pada puncak gelombang R. Hal ini
menyebabkan terjadinya depolarisasi seluruh
miokardium, dan masa refrakter memanjang,
sehingga dapat menghambat dan
menghentikan terjadinya re-entry, dan
memungkinkan nodus sinus mengambil alih
irama jantung menjadi irama sinus
Tipe Defibrilator
Terdapat berbagai tipe defibrilator, antara lain
1
:
Automated External Defibrillators (AED)
Dalampenggunaannya tidak diperlukan tenaga medis yang terlatih
Dapat ditemukan di tempat-tempat umum
Mampu menganalisa ritme jantung dan melakukan terapi syok bila diperlukan
Tidak dapat di nonaktifkan secara manual dan dapat mendeteksi suatu aritmia
setelah 10-20 detik
Semi automated AED
Mirip seperti halnya AED namun dapat dinonaktifkan secara manual dan
biasanya mampu menggambarkan EKG
Biasanya digunakan oleh tenaga medis
Dapat menjadi alat pacu jantung
Defibrilator standar dengan monitor baik monofasik maupun bifasik
Defibrilator transvena atau implan
Indikasi kardioversi
Fibrilasi ventrikel.
Takikardia ventrikel, bila pengobatan
medikamentosa yang adekuat tidak berhasil
menghentikan takikardia tersebut atau pasien
dengan keadaan hemodinamik yang buruk.
Takikardia supraventrikuler yang tidak bisa
dihentikan dengan pemberian obat-obatan atau
keadaan hemodinamik yang buruk.
Fibrilasi atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi
irama sinus dengan obat-obatan.
Fluter atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi
irama sinus dengan obat-obatan
Ventrikel Fibrilasi (VF)
Kriteria:
Tidak ada bentuk kompleks QRS yg normal
Frekwensi sangat cepat (300 600 x/menit)
Irama iregular, ukuran dan bentuk gelombang bervariasi
Ada 2 bentuk VF:
1. Kasar (coarse), timbul pada onset yang baru
Dapat dikoreksi dengan defibrilasi
2. Halus (fine), timbul sebelum asistole
Sulit dikoreksi dengan defibrilasi
Pengobatan: hanya defibrilasi
Ventricular Fibrillation
Heart Rate Rhythm P Wave PR Interval QRS
300-600 Extremely Absent N/A Fibrillatory
Irregular
Ventrikel Takikardia (VT)
Definisi: 3 beat ventrikel dgn frekwensi >100 x/mnt
Iramanya regular, bisa iregular (meskipun jarang)
Gangguan hemodinamik tergantung ada/tidaknya
disfungsi miokardium
Ciri khas:
Adanya AV disosiasi (gel. P tidak diikuti komplex QRS)
Pengobatan: tergantung hemodinamik
Jika stabil: obat-obat antiaritmia (amiodaron, lidocain)
Jika tidak stabil: defibrilasi
Ventricular Tachycardia
Heart Rate Rhythm P Wave PR Interval QRS
100-250 Regular AV disosiasi N/A Lebar
v a v v v v a v
Ventricular Tachycardia
(AV Disosiasi)
Ventrikel Asistole
Menunjukkan aktivitas listrik di ventrikel tidak ada lagi
(tidak ada kontraksi ventrikel)
Dapat terjadi primer o.k. terjadi henti jantung, atau
merupakan kelanjutan dari VF/PEA (Pulseless Electrical
Activity)
Meskipun sangat sulit, asistole harus dibedakan dgn
VF yang sangat halus (masih ada escape beat) o.k. VF
dengan defibrilasi mungkin masih dapat dibantu,
sedangkan asistole justru berbahaya
Ventrikel Asistole (standstill)
Heart Rate Rhythm P Wave PR interval QRS
Absent Absent Absent/present N/A Absent
Ventrikel Asistole
Resusitasi Jantung Paru
Supraventricular Tachycardia (SVT)
Heart Rate Rhythm P Wave PR Interval QRS
100-250 Regular Morfologi - Normal
(atrial rate) Abnormal
Supraventricular Tachycardia (SVT)
Atrial Fibrilasi (AF)
Gel.P sulit diidentifikasi (karena frekwensinya sangat cepat)
Frekwensi atrium 350-600 x/menit
Irama ventrikel iregular:
Lambat: <50 x/menit
Normal: 50-100 x/menit
Cepat: >100 x/menit
Pengobatan:
Jika stabil & frekwensinya cepat: digitalis, amiodarone, blocker, Ca
antagonist.
Jika tidak stabil: Kardioversi
Atrial Fibrillation
Heart Rate Rhythm P Wave PR Interval QRS
300-600 Iregular Morfologi - Normal
(atrial rate) Abnormal
Atrial Fibrillation
Atrial Flutter (Af)
Gel. P seperti gigi gergaji (saw-tooth
appearance)
Frekwensi atrium 250-350 x/menit
Irama ventrikel regular dengan frekwensi
biasanya 150 x/menit
Paling sering: 4:1 (4 atrium: 1 ventrikel)
Pengobatan: sama dgn AF
Atrial Flutter (4:1)
Heart Rate Rhythm P Wave PR Interval QRS
250-350 Regular Sawtooth - Normal
(atrial rate) Wave
Atrial Flutter (4:1)
Hubungan Antara keberhasilan
Defibrilasi dengan Waktu
Persiapan Kardioversi
Antikoagulan
untuk menghindari terjadinya emboli sistemik.
Bentuk takikardia yang lain tidak
membutuhkan antikoagulan. Pada fibrilasi
ventrikel, DC kardioversi harus segera
dilakukan, disertai dengan pemberian
pernapasan buatan dan massage kardiak, jadi
merupakan bagian dari resusitasi jantung paru
Persiapan Kardioversi..2
Anestesia
Perlu diberikan obat anestesia karena
prosedur DC defibrilasi menimbulkan rasa
sakit yang cukup berat. Obat anestesi
diberikan secara intravena, biasanya
golongan barbiturat kerja pendek atau
fentanil.
Persiapan Kardioversi..3
Jumlah energi untuk kardioversi
Fluter atrial dimulai dengan dosis 20 Joule bila
gagal diulang memakai 50 atau 100 Joule
Fibrilasi atrial diawali dengan dosis 100 Joule
bila gagal bisa 200-300 Joule
Sehari sebelumnya pasien diberik kuinidin oral
tiap 6 jam kadangkala obat ini diperlukan
untuk jangka waktu lama. Prokainamid dapat
dipakai bila pasien tak toleran dengan
kuinidin
Takikirdia supraventrikular 10 Juole biasanya
efektif. 100 Joule hampir selalu efektif.
Fibrilasi ventrikular dosis awal 200 joule bila
gagal segera pakai 360 Joule.
Jumlah Energi berdasarkan
Jenis Disritmia*
Jenis aritmia Energi (joule)
VF 200, 300, 360
VT 100, 200, 300, 360
SVT 100, 200, 300, 360
AF 100, 200, 300, 360
Af 50
* Defibrilator: monofasik
Persiapan peralatan
Alat defribilator dengan monitor EKG
Jelly
Obat obat emergensi (ephineprin, SA,
lidocain dll
Face mask
Papan resusitasi
Peralatan intubasi
Persiapan pasien
Informed consent/ pesetujuan
Letakkan pasien ada papan resusitasi
Jauhkan benda benda dari logamdari sekitar
pasien
Lepaskan protese, gigi palsu
Matikan pacemaker jika terpasang
Puasa jika memungkinkan, untuk mencegah
aspirasi
kontraindikasi
Fibrilasi atrial kronik pada stenosis mitral
atau regurgitasi mitral dan tirotoksikosis
Fibrilasi atrial dengan slow ventricular rate
Hipokalemia
Keracunan digitalis
komplikasi
a. Henti jantung-nafas dan kematian
b. Anoxia cerebral sampai dengan kematian otak
c. Gagal nafas
d. Asistole
e. Luka bakar
f. Hipotensi
g. Disfungsi pace-maker
Monitor pasca kardioversi
a. Evaluasi status neurology. Orientasikan klien
terhadap orang, ruang, dan waktu
b. Monitor status pulmonary (RR, saturasi O2)
c. Monitor status kardiovaskuler (TD, HR, Ritme)
setiap 15 menit
d. Monitor EKG
e. Mulai berikan obat anti disritmia intravena yang
sesuai
f. Kaji apakah ada kulit yang terbakar
g. Monitor elektrolit (Na. K, Cl)
Prosedur kerja
PROSEDUR DEFIBRILASI
1. Oleskan Jelly pada pedal secara merata
2. Pastikan posisi kabel defibrillator pada posisi
yang bisa menjangkau sampai ke pasien
3. Nyalakan perekaman EKG agar mencetak gambar
EKG selama pelaksanaan defibrilasi
4. Letakkan pedal pada posisi apeks dan sternum
5. Charge pedal sesuai energi yang diinginkan
Prosedur kerja..2
6. Pastikan semua clear atau tidak ada yang kontak dengan
pasien, bed dan peralatan pada
hitungan ketiga (untuk memastika jangan lupa lihat posisi
semua personal penolong)
7. Pastikan kembali gambaran EKG adalah VT atau VF non-
pulse
8. Tekan tombol pada kedua pedal sambil menekannya di
dinding dada pasien, jangan langsung diangkat, tunggu
sampai semua energi listrik dilepaskan.
9. Nilai gambaran EKG dan kaji denyut nadi karotis
10. Jika kejutan kedua tidak berhasil, lakukan tahapan ACLS
berikutnya
11. Bersihkan jelly pada pedal dan pasien
Algoritma
kardioversi