NAMA ANGGOTA Ai Astuti Arista Novihana Farida Hidayah Putri Wahyu Septana Temuningsih Wafak Bunayya
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI ROMBEL 04 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGTAHUN 2012
A. TUJUAN 1. Memenuhi tugas kuliah kerja lapangan mata kuliah Dasar-Dasar Geologi. 2. Mengetahui lokasi situs Sangiran di Sragen, Jawa tengah. 3. Mengetahui karakteristik batuan yang meliputi Geologi, Paleontologi, dan biologi serta cirri-ciri spesifik dari batuan tersebut. B.LANDASAN TEORI Sangiran adalah situs prasejarah yang berada di kaki gunung lawu, tepatnya di depresi Solo sekitar 17 km ke arah utara dari kota solo dan secara administrative terletak diwilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di kabupaten karanganyar, propinsi Jawa Tengah. Di sangiran secara fisik, banyak terdapat batuan yang masih alami, dan tanahnya berjenis tanah liat dengan warna hitam ke abu-abuan, masih terdapat pohon-pohon yang menandakan bahwa dahulu sangiran berbentuk hutan, pada musim penghujan seperti sekarang muncul ulat jati, serta tanahnya mudah menggumpal. Luas wilayahnya 56 KM yang mencakup tiga kecamatan di kabupaten Sragen. Surat keputusan Menteri Pendidikan & Kebudayaan NO 070/0/1977, Sangiran ditetapkan sebagai cagar budaya dengan luas wilayah 56 KM, dan selanjutnya Sangiran pada tahun 1996 oleh UNESCO ditetapkan sebagai World Heritage dengan nomor 593. Sangiran merupakan sebuah kubah (dome ) yang terbentuk oleh adanya proses deformasi, baik secara lateral maupun vertikal. Proses erosi pada puncak kubah telah menyebabkan terjadinya reveerse, kenampakan terbalik, sehingga daerah tersebut menjadi daerah depresi. Bagian tengah kubah sangiran ditoreh oleh kali Cemoro sebagai sungai enteseden, sehingga menyebabkan formasi batuan tersingkap dan menunjukkan bentuk melingkar. Pada kala pliosen daerah ini menjadi laut dangkal kemudian terjadi gunung berapi akibatnya terjadi formasi Kalibeng, adanya regresi lebih lanjut pada daerah ini menyebabkan Sangiran menjadi daratan. Pada permulaan kala Plestosen bawah kegiatan Vulkanis semakin meningkat, sehingga terjadi aliran lahar dingin dan membentuk breksi vulkanik. Di Sangiran pun dahulu banyak dikenal mitos yang berkembang dimasayarakat diantaranya mitos Balung Buto . Penduduk di kawasan Situs Sangiran, khususnya para orang tua yang berusia di atas 70 tahun, masih mengenal secara samar-samar mitos asal-usul balung buto. Mitos ini mengisahkan perang besar yang pernah terjadi di kawasan perbukitan Sangiran. Dalam pertempuran tersebut banyak raksasa yang gugur dan terkubur di perbukitan Sangiran. Oleh karena itu, fosil-fosil yang memiliki ukuran besar yang banyak bermunculan di lereng-lereng perbukitan Sangiran dinamakan balung buto atau tulang raksasa. C. DATA PRAKTIKUM LAPANGAN 1. Lokasi 1 : Nama Formasi : Pucangan ( Pleistosen bawah ) Nama Desa :Dukuh Ngampon, desa Krikilanan, Kec.Kalijambe, Kab. Sragen, Prov. Jawa tengah. Posisi Geografis : Ketinggian 317 meter, posisi S 07 2726.1 E 110 502 .9 Umur Formasi : 1,8-0,9 juta tahun yang lalu. Karakteristik Perlapisan Batuan : - Batuan Molusca kecil-kecil ( batuan sedimen ) - Lempung hitam abu-abu (berbentuk liat ) - Breksi laharik/ lahar dingin - Tekstur batuannya sialng siur ( tidak rata ) , - Pengendapannya secara bertahap seperti aliran sungai, karena bentuknya tanah liat pada musim penghujan akan menggumpal tetapi pada musim kemarau akan mudah rapuh. Lempung hitam tersebut berasal dari breksi laharik yang berasal dari gunung lawu purba dan gunung merapi. - Kandungan Mineralnya : Silika.
gambar formasi pucangan
Karakterististic Fosil yang telah di temukan : - Hewan ( Paleozoology ) : Buaya ada 2 jenis yaitu ; 1. Crocodilus : Panjangnya 6,2 m beratnya 1200 kg. Hidup diSangiran sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Buaya ini termasuk buaya rawa. 2. Gavialis :Panjangnya 3,2-6,2 m beratnya 159-181 kg. Jenisnya adalah buaya sungai hidup diSangiran 1,2 -1 juta tahun yang lalu. Kura Kura : beratnya 0,9 ton panjangnya kurang lebih 3 m. Kepiting : biasanya fosil kepiting sudah terbungkus oleh batuan . Ukuran dan jenisnya sama dengan kepiting yang ada sekarang. Gajah Purba ada 2 jenis : 1. Mastodon : Merupakan Gajah keturunan Amerika , hidup dilapisan pucangan sekitar 0,8-0,9 juta tahun yang lalu. Gajah ini punah sekitar 1 juta tahun yang lalu. Dan merupakan gajah yang paling pendek serta kecil. 2. Stegodon / Trigono Chepalus : mulai ada di Sangiran sekitar 1- 0,8 juta tahun yang lalu. Berasal / keturunan Afrika . Gajah ini merupakan gajah dengan ukuran yang paling besar sesuai gading yang ditemukan . panjang gadingnya kurang lebih 4m . Panjang tubuhnya = 11m dan tingginya 6m. Hipotatamus dan hexaprotodon : Hidup 1,2 juta tahun yang lalu di Bukuran.
- Tumbuhan ( Paleobotani ) : Tumbuhannya berupa tumbuh-tumbuhan bakau, - Manusia ( Paleoanthropology ) : Meganthropus Palaeojavanicus (1,3 juta tahun yang lalu ) . Ditemukan oleh bapak Sarmidi
Interprestasi keaadaan lingkungan lampau : Formasi pucangan dulunya berupa rawa purba formasi ini terbentuk dari gunung lawu purba yang terletak disebelah timur pucangan dan gunung merapi purba yang terletak disebelah barat pucangan. Lalu terangkat menjadi breksi , serta karena tenaga endogen menjadi dataran / daratan terbuka yang berupa cekungan ( dome ) berumur 1,8-0,9 juta tahun yang lalu . Di formasi ini sudah ada binatang binatang yang hidup di darat . Formasi pucangan terdiri dari lempung hitam hingga abu abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan moluska. Pada waktu itu sudah hidup berbagai vertebrata , mamalia, dan megan thropus palaeojavanicus serta homo erectus
2. Lokasi 2: Nama Formasi : Kalibeng Nama Desa :Desa pablengan, Kec.Kalijambe, Kab. Sragen, Prov. Jawa tengah. Posisi Geografis : Ketinggian 317 meter, posisi S 07 2726.1 E 110 502 .9 Umur Formasi : 2,4- 1,8 juta tahun yang lalu. Karakteristik Perlapisan Batuan : - Batuan Molusca kecil-kecil ( batuan sedimen ) berupa lempung abu kebiruan yang disebut formasi mariner , pada lapisan tersebut ditemukan fosil moluska laut seperti pelecypoda dan gastropoda - Pembentukan formasi tersebut dibawah kendali tektonik muka laut. - Kandungan Mineralnya : Silika. Karakterististic Fosil yang telah di temukan : - Hewan ( Paleozoology ) : fosil-fosil Foraminifera dan Moluska laut ( gastropoda dan pelecypoda). Antara lain ditemukan : arca (anadara), arcitectonica, lopha (alectryonia), Conus, Mirex, Chlamis, Pecten, Prunum, Turicula, renella spinoca, anomia, arcopsis, linopsis, dan turitella acoyana. Fosil-fosil tersebut merupakan ciri dari lingkungan pengendapan laut dangkal.
- Tumbuhan ( Paleobotani ) : hutan rawa - Manusia ( Paleoanthropology ) : Homo erectus Interprestasi keaadaan lingkungan lampau : Formasi ini merupakan formasi yang paling tua di Sangiran , pembentukannya pada zaman pleosin akhir. Disini pada zaman dahulu hidup moluska laut baik pelecypoda dan gastropoda . Pada formasi kalibeng di sangiran dulunya berupa lautan dan berubah menjadi rawa. Hal tersebut dikarenakan : 1.pengaruh zaman glacial 2. erupsi gunung api 3. tenaga eksogen dan endogen. Disini terdapat kubanganyang memiliki air asin dengan gelembung-gelembung yang muncul kepermukaan karena dahulunya lokasi ini adalah laut. Lalu karena pengaruh zaman glacial maka air laut yang ada berubah menjadi daratan dan kubangan tersebut merupakan air laut yang terjebak,dengan mengeluarkan gelembung-gelembung oksigen.
3. Lokasi 3: Nama Formasi : Kabuh ( Pleistosen tengah) Nama Desa :Dukuh pondok, desa Krikilanan, Kec.Kalijambe, Kab. Sragen, Prov. Jawa tengah. Posisi Geografis : Ketinggian 317 meter, posisi S 07 2726.1 E 110 502 .9 Umur Formasi : 0,9 -0,2 juta tahun yang lalu. Karakteristik Perlapisan Batuan : - Tufa kabuh - Pasir konglomerat berkabuh. - Struktur silang siur ( menandakan banyak aliran sungai ) - Kandungan Mineralnya : Silika. - Dibawah lapisan ini ditemukan lapisan batu pasir, konglomerat calcareous dengan ketebalan lebih dari 2M yang merupakan ciri lingkungan transisi antara lautan dan daratan. - berupa lempung lanau , pasir, besi dan kerikil
Karakterististic Fosil yang telah di temukan : - Hewan ( Paleozoology ) : fosil formasi kabuh meliputi hewan vertebrata dan moluska air payau. Fosil vertebrata yang ditemukan antara lain : bovidae, babi, buaya, bulus, banteng, gajah dan rusa. Sedang fosil moluska air payau yang ditemukan meliputi astartea, melania, dan corbicula. Selain itu ditemukan pula fosil cetakan daun.
- Tumbuhan ( Paleobotani ) : ditemukan pula fosil cetakan daun - Manusia ( Paleoanthropology ) : Pithecanthropus erectus Interprestasi keaadaan lingkungan lampau : Pada kala ini Sangiran berupa hutan terbuka yang dialiri banyak aliran sungai, ditandai dengan adanya tekstur yang berupa silang siur . sungai yang mengalirinya bersal darisungai cemoro dan sungai brangkal. Diformasi ini memiliki ciri tufa berkabuh. Kandungan mineralnya berupa silikaan dan besi. Di lpisan ini sudah hidup vertebrata dan mamalia serta manusia purba jenis pithecanthropus erectus .
D. PEMBAHASAN
Keadaan Lingkungan Situs Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan 5 km. Situs Sangiran mempunyai luas sekitar 59, 2 km (SK Mendikbud 070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak, 1995). Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia World Heritage List Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs Sangiran terletak kira-kira 15 km di sebelah utara kota Surakarta. Situs ini luas arealnya kira-kira 6x15 km. sebagai suatu situs sebagian arealnya terletak di wilayah kabupaten sragen, sebagian lagi terletak di wilayah kabupaten Karanganyar. Situs ini pernah diteliti oleh berbagai ahli dengan latar belakang yang berbeda. Disiplin Paleoantropologi dan Paleontologi memusatkan penelitian pada temuan fosil- fosilnya, disiplin geologi pada struktur dan stratigrafinya. Bentang alam Sangiran secara umum dapat dibedakan atas satuan morfologi perbukitan dan satuan morfologi dataran. Dalam bentang alam tersebut mengalir 2 buah sungai besar yaitu kali Cemoro dan kali Ngrejeng. Kali Cemoro merupakan sungai terbesar di daerah ini yang mengalir dari barat ke timur membelah sayap kubah Sangiran sampai pusat kubahnya. Aliran sungai ini hampir memotong semua batuan di tempat-tempat yang dilaluinya dari yang tertua sampai yang termuda. Sungai besar lainnya yaitu kali Ngrejeng yang mengalir di daerah sangiran sebelah utara. Sungai ini memotong sayap utara sebelah utara kubah Sangiran dan membelah satuan breksi laharik formasi kabuh dan satuan batu lempung serta Napal dari formasi Pucangan. Satuan morfologi dataran membentang disekeliling daerah Sangiran dan tersusun oleh breksi laharik formasi Notopuro. Satuan dataran yang lain tersebar di lembah-lembah kali Cemoro, kali Ngrejeng dan kali Kedungdowo. Satuan litologinya berupa endapan alluvial. Satuan morfologi perbukitan tersebar mengelilingi daerah Sangiaran berupa bukit- bukit kecil yang diselingi oleh dataran sempit. Satuan ini juga tampak pada daerah-daerah tebing terjal yang merupakan perbatasan antara formasi Notopuro dan formasi Kabuh. Satuan perbukitan yang lain terdapat pada bagian dalam kubah Sangiran (Sangiran Dome). Pada daerah ini satuan perbukitan telah tersingkap membentuk lembah yang luas. Pada bagian tengah kubah Sangiran terdapat sebuah bukit kecil yang terbentuk oleh aliran lahar dari formasi Pucangan bawah. Di kanan kiri bukit tersebut terdapat cekungan yang berisi endapan lempung laut dari formasi kalibeng. Stratigrafi daerah Sangiran menurut GHR Von Koenigswald terbagi atas formasi Kalibeng, formasi Pucangan, formasi Kabuh dan formasi Notopuro. Umur formasi-formasi tersebut dari tua ke muda menurut J. Duyffjes adalah ; Kala Pliosen untuk formasi Kalibeng, Kala Plestosen bawah untuk formasi Pucangan, Kala Plestosen tengah untuk formasi Kabuh sampai Notopuro. Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus (Manusia Jawa). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut. Di museum Sangiran dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu. Fosil-fosil yang diketemukan di kawasan Sangiran merupakan 50 % dari temuan fosil di Dunia dan merupakan 65 % dari temuan di Indonesia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya: ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide, menara pandang, wisma Sangiran dan kios-kios souvenir khas Sangiran. Fosil Sangiran. Termasuk dalam koleksi Museum Sangiran, adalah: 1. Fosil manusia, antara lain: Australopithecus africanus , Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus ), Meganthropus palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus , Homo soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens. 2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba). 3. Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera. 4. Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis , Alat- alat batu, antara lain serpih dan bilah. 5. Serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak. Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan. Informasi tersebut akan terasa lebih lengkap lagi apabila disertai dengan kunjungan langsung ke Museum Sangiran. Menurut sejarah Geologi, daerah Sangiran mulai terbentuk pada akhir kala plestosen. Situs Sangiran terkenal karena mempunyai stratigrafi yang lengkap dan menjadi yang terlengkap di benua Asia, sehingga itu diakui dapat menyumbangkan data penting bagi pemahaman sejarah evolusi fisik manusia, maupun lingkungan keadaan alam purba. Stratigrafi di kawasan situs Sangiran menunjukkan proses perkembangan evolusi dari lingkungan laut yang berangsur-angsur berubah menjadi lingkungan daratan, seperti tercermin dari fosil-fosil yang ditemukan pada masing-masing formasi. Berdasarkan proses terbentuknya & kandungannya, lapisan tanah situs Sangiran dibedakan menjadi lima lapisan. Formasi Kalibeng (Puren) berumur 5 juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan: 01. Lapisan napal (Marl) 02.Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam 03. Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal 04. Lapisan balanus batu gamping 05. Lapisan lahar bawah dari endapan air payau. Formasi Pucangan (Sangiran) berumur 1.8 juta s/d 1 juta tahun lalu. Dengan lapisan: 01. Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar 02. Lapisan batuan kongkresi 03. Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff) 04. Lapisan batuan nodul 05. Lapisan batuan diatome warna kehijauan
Formasi Kabuh (Bapang) berumur 1 juta s/d 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan: 01. Lapisan konglomerat 02. Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas 03. Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff) 04. Lapisan pasir halus silang siur 05. Lapisan pasir gravel Lingkungan Situs Sangiran dan Kebudayaannya Sangiran merupakan sebuah kubah yang terbentuk oleh adanya proses deformasi, baik secara lateral maupun vertikal. Proses erosi pada puncak kubah telah menyebabkan terjadinya reveerse, kenampakan terbalik, sehingga daerah tersebut menjadi daerah depresi. Bagian tengah kubah sangiran ditoreh oleh kali Cemoro sebagai sungai enteseden, sehingga menyebabkan formasi batuan tersingkap dan menunjukkan bentuk melingkar. Pada kala pliosen daerah ini menjadi laut dangkal kemudian terjadi gunung berapi akibatnya terjadi formasi Kalibeng, adanya regresi lebih lanjut pada daerah ini menyebabkan Sangiran menjadi daratan. Pada permulaan kala Plestosen bawah kegiatan Vulkanis semakin meningkat, sehingga terjadi aliran lahar dingin dan membentuk breksi vulkanik. Fosil Meganthropus mungkin muncul pada saat kegiatan vulkanis meleleh. Pada kala plestosen tengah sangiran menjadi daratan lagi, disusul dengan kegiatan vulkanis yang makin menghebat sehingga menimbulkan endapan tufa yang berlapis-lapis, proses pengangkatan tanah pada daerah ini terjadi pada kala plestosen atas dan awal kala Holosen. Adanya pelapukan dan erosi pada puncak kubah serta pengendapan material kali Cemoro, menyebabkan kenampakan sangiran menjadi seperti sekarang ini. Manusia yang hidup pada saat itu misalnya Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, dan phitecanthropus soloensis. Secara umum situs sangiran saat ini merupakan daerah berlahan tandus, terlihat dari banyaknya tempat yang gundul tak berpohon. Hal ini disebabkan karena kurangnya akumulasi sisa2 vegetasi yang mengalami humifikasi membentuk humus. Jenis tanaman yang ada di Situs Sangiran, antara lain lamtoro, angsana, akasia, johar, sengon mahoni. Terdapat sungai- sungai yang terus melakukan deformasi di situs sangiran antara lain adalah Kali Cemoro dan Kali Ngrejeng. Sungai ini memiliki peranan bagi masyarakat sekitar. Bukti-bukti kehidupan ditemukan didalam endapan teras sungai purba. Di daerah tropis ini tidak banyak mengalami perubahan iklim dan memungkinkan manusia purba untuk hidup. Pada tahun 1934, daerah Jawa dipakai sebagai ajang penelitian manusia purba dan alatnya. G.H.R Von Koenigwald melakukan penggalian pada sebuah bukit di sebelah timur laut sangiran, menemukan sebuah alat batu yang berupa serpih. Teknologi yang lebih baik menggambarkan perkembangan keterampilan yang dimiliki oleh manusia pendukungnya yang hidup di Sangiran. Alat-alat yang dihasilkan, setingkat lebih maju dibandingkan dengan alat- alat sejenis dari himpunan alat Pacitan. Alat Pacitan diperkirakan berasal dari kala plestosen tengah bagian akhir. Sedangkan alat-alat batu sangiran ditemukan dilapisan tanah kala plestosen atas pada formasi Notopuro. Alat-alat yang banyak ditemukan adalah serpih, dan bilah. Sebagian alat-alat serpih Sangiran berbentuk pendek, lebar dan tebal, dengan panjang antara 2-4 Cm. Teknologi yang umumnya digunakan pada alat batu Sangiran adalah teknik clacton, dengan ciri alat serpih tebal. Selain itu untuk mendapatkan bentuk-bentuk alat yang diinginkan lebih khusus, dilakukanlah penyerpihan kedua. Disamping alat serpih dan bilah yang kemungkinan digunakan sebagai alat pemotong dan penyerut kayu, ditemukan juga alat- alat yang terbuat dari batu lain, yaitu: bola batu, kapak batu, serut, beliung persegi, kapak perimbas, batu inti, dll. Bahan yang digunakan untuk untuk peralatan tersebut adalah kalsedon, tufa kersikan, kuarsa,dll. Alat-alat pada situs Sangiran merupakan hasil teknologi kala plestosen yang dicirikan dengan pola perburuan binatang dan pengumpulan makanan sebagai mata pencahariannya. Kemungkinan juga berdasarkan ukuran alat-alat Sangiran yang relatif kecil, telah ada kecenderungan untuk memilih hewan buruan yang lebih kecil. Informasi lapisan ini hanyalah sebagai tambahan dan catatan saja dikarenakan takut hilang. Maklum bukan ahli tanah, bila coretan di kertas terbuang maka informasi yang sukar didapat ini tak akan kembali. Lapisan tanah ini juga dijadikan bahan penelitian untuk menentukan usia bumi ini. Sebelum Lupa, di tengah area ladang sawah Sangiran terdapat kubangan yang menyemburkan bui air asin yang aktif. Dari informasi awal, lapisan tanah dan kubangan aku menarik kesimpulan bahwa pulau Jawa dahulu adalah lautan dimana akibat pergeseran lempengan sehingga muncul Jawa (Sumatra, Kalimantan, Jawa merupakan satu daratan) dan akibat ketidakstabilan kerak bumi dan erosi sehingga permukaan air laut meninggi sehingga muncul yang namanya pulau.
FORMASI KALIBENG Formasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes) dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu. Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka laut dapat direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah kendali tektonik, muka laut.
FORMASI PUCANGAN Formasi Pucangan/ Sangiran (Plistosen Bawah): yang terdiri dari lempung hitam hingga abu- abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan dengan iklim, dan genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunungapi dapat ungkapkan secara baik. Saya interpretasikan, ketika itu sebagai lingkungan tertutup lacustrine. Pada beberapa tempat antara Musium dan irigasi sangat jelas terlihat perubahan cekungan (basin migration) kedua Formasi tersebut, dan dapat diikut berubahnya base-level terkait dengan tektonik. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh grenzbank. Hasil pengamatan, fasies sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, sementara saya sebut sebagai debris flow deposits. Siklus perubahan iklim hubungannya dengan tektonik, erupsi gunungapi, dan evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan rinci.
FORMASI KABUH Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial (F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics). Formasi ini ditutupi oleh upper lahar dan Formasi Notopuro berumur Plistosen Atas. Dari karakter umum tersebut di atas banyak hal-hal yang perlu diungkapkan, diantaranya: 1. Perubahan muka laut dan iklim merupakan acuan umur dari setiap Formasi yang ditafsirkan berumur lebuh kurang 100.000 tahun (siklus 100.000 tahun). 2. .Hubungan perulangan antara tektonik, muka laut, dan iklim di bawah pengaruh aktifitas efek global,. regional, dan lokal dapat diungkapkan, yaitu: -.Terbentuknya Formasi Kalibeng dan F. Pucangan berindikasikan sebagai tektonik global Plio-Plistosen yang dipengaruhi oleh tektonik regional. Secara global, seharusnya setelah Pliosen atau awal Plistosen hampir semua cekungan yang terbentuk sebelumnya tidak mengalami proses sedimentasi karena muka laut drop dengan kondisi kering disamping pola cekungan yang berbed dari sebelumnya. Namun Formasi Pucangan yang terbentuk di daerah Sangiran, diduga di bawah pengaruh kuat tektonik regional dan merupakan cikal bakal proses terbentuknya lingkungan lacustrine ketika itu yang diikuti oleh efek erupsi (lower lahar). Oleh karena itu, tidak ada indikasi ketidak menerusan proses di tempat tersebut, yang ada hanya berubahnya lingkungan akibat tektonik regional yang memberi efek terbentuknya lacustrine. Apakah turunnya daerah tersebut akibat gerak sesar regional mendatar atau gerak vertikal perlu dicermati lagi. Untuk membuktikan hal tersebut perlu rekonstruksi perubahan kurva muka laut (F. Kalibeng) dan kurva muka air danau (lake level) (F. Pucangan) terkait perubahan iklim sebagai bukti bahwa pembentukan kedua Formasi tersebut merupakan suatu peristiwa yang berkesinambungan. .- Perubahan cekungan lacustrine (F. Pucangan) ke lingkungan fluvialtil (F. Kabuh/ Bapang) adalah berhubungan dengan efek tektonik, berubahnya iklim, dan erupsi gunungapi. Collapsed atau akhir tektonik global Plistosen bawah yang dipengaruhi oleh tektonik regional mengakibatkan terjadinya proses terbentuknya cekungan fluvial di utara dan selatan. Di duga efek tektonik regional tersebut adalah diakibatkan oleh sesar mendatar yang membentuk cekungan turun miring di utara dan selatan (stepping basins). Debris flow deposits merupakan bagian bawah F. Kabuh/ Bapang. -.Bergesernya alur sungai (shifting channel) dalam fluvial sistem merupakan kontrol tektonik. Perubahan sistem cekungan tersebut terkait dengan efek global di bawah pengaruh tektonik regional, sedangkan setiap perubahan tubuh alur sungai dikibatkan oleh tektonik lokjl. Sebaliknya tektonik regional mengontrol terbentuknya kelompok grup F1-F3, F4 dan F5, sertan F6 dan F7. -.Upper lahar dan F. Notopuro berumur Plistosen Atas adalah terkait dengan tektonik global Plistosen Atas di bawah pengaruh tektonik regional dan erupsi gununga api hingga pada kondisi sekarang.
E. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Tugas mata kuliah dasar-dasar geologi dapat dikerjakan dengan datang ke Sangiran mengamati 3 formasi dan mengamati yang ada di museum serta mengumpulkan jurnal dan laporannya. 2. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). 3. Karakteristik Perlapisan Batuan : a.Formasi Pucangan b.Formasi Kalibeng c.Formasi kabuh SARAN Sebaiknya ada jalan alternative dari formasi satu ke formasi yang lain
DAFTAR PUSTAKA Rusdi, 2012. Lingkungan Situs Prasejarah Sangiran ( Catatan lain kegiatan Studi Sejarah ). Rusmulia Tjiptadi Hidayat, 2004. Museum Situs Sangiran: Sejarah Evolusi Manusia Purba Beserta Situs dan Lingkungannya, Sragen: Koperasi Museum Sangiran Wawancara dengan Pak Eko