Anda di halaman 1dari 5

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIPOTIROIDISME
Hipotiroidisme merupakan suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi dan sekresi
hormon tiroid. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh dan
penurunan glukosaminoglikan di interstisial terutama dikulit dan otot. Hipotiroidisme biasanya
disebabkan oleh proses primer dimana jumlah produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid tidak
mencukupi (Soewondo, 2008).
Hipotiroidisme biasanya disebabkan oleh proses primer dimana jumlah produksi hormon
tiroid oleh kelenjar tiroid tidak mencukupi. Dapat juga sekunder oleh karena gangguan sekresi
hormon tiroid yang berhubungan dengan gangguan sekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
yang adekuat dari kelenjar hipofisis atau karena gangguan pelepasan Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH) dari hipotalamus (hipotiroid sekunder atau tersier). Manifestasi klinis pada
pasien akan bervariasi, mulai dari asimtomatis sampai keadaan koma dengan kegagalan
multiorgan (koma miksedema).
2,3
Insidensi hipotiroidisme bervariasi tergantung kepada faktor geografik dan lingkungan
seperti kadar iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik. Selain itu juga berperan faktor
genetik dan distribusi usia dalam populasi tersebut. Diseluruh dunia penyebab hipotiroidisme
terbanyak adalah akibat kekurangan iodium. Sementara itu dinegara-negara dengan asupan
iodium yang mencukupi, penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun. Di daerah endemik,
prevalensi hipotiroidisme adalah 5 per 1000, sedangkan prevalensi hipotiroidisme subklinis
sebesar 15 per 1000. Hipotiroidisme umumnya lebih sering dijumpai pada wanita, dengan
perbandingan angka kejadian hipotiroidisme primer di Amerika adalah 3,5 per 1000 penduduk
untuk wanita dan 0,6 per 1000 penduduk untuk pria.1, 4
Pada dasarnya, iodium berperan penting dalam sintesis hormon tiroid. Tiroksin (T4) dan
Triiodotironin (T3) penting dalam menentukan perkembangan dan pembentukan otak, fisik,
mental yang normal pada hewan serta pengaturan suhu tubuh. Defisiensi pada hormone tiroid
akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dan kematangan pada hampir semua organ
(Jayakrishnan & Jeeja,2002). Kekurangan iodium dalam waktu lama akan mengganggu fungsi
kelenjar tiroid. Sintesis hormon tiroid berkurang akan mengambil cadangan iodium sehingga
akan mengurangi produksi tiroksin, akibatnya kadar T3 dan T4 bebas dalam plasma darah
berkurang. Berkurangnya produksi T3 dan T4 dalam darah memicu sekresi tyroid stimulating
hormone (TSH) yang menyebabkan kelenjar tyroid bekerja lebih giat sehingga secara perlahan
kelenjar ini membesar (hyperplasia).
The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) yang
melakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili populasi di Amerika Serikat melaporkan
frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6% dari populasi (0,3% dengan klinis jelas dan 4,3% sub
klinis). Lebih banyak ditemukan pada wanita dengan ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan
indeks massa tubuh yang rendah pada masa kanak-kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme ini lebih


tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan ras hispanik (4,1%) dan Afrika-Amerika
(1,7%). 3,5
Prevalensi yang dilaporkan hipotiroidisme di paruh baya untuk anjing tua adalah 0,2%
menjadi 0,8% . Hasil sindrom klinis dari defisiensi tiroid aktif hormon triiodothyronine (T3) dan
thyroxine (T4), yang disintesis pada kelenjar tiroid dari tiroglobulin protein. Semua T4 beredar
berasal dari kelenjar tiroid, tetapi 80% dari T3 diproduksi oleh jaringan non thyroidal setelah
deiodinasi T4. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid setelah dirangsang oleh thyroid-
stimulating hormone (TSH), yang dilepaskan dari adenohypophysis (kelenjar hipofisis) dalam
menanggapi thyrotropin-releasing hormone (TRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus.
Hypothyroidism mungkin karena disfungsi hipotalamus, kelenjar pituitari, atau kelenjar tiroid.
Presentasi yang paling umum terjadi pada anjing dewasa dengan penyakit yang menyerang
kelenjar tiroid (hipotiroidisme primer), dengan 50% dari anjing ini memiliki bukti limfositik
tiroiditis dan 50% memiliki atrofi idiopatik dari gland. Lymphocytic thyroiditis adalah penyakit
autoimun di mana (1) infiltrat limfositik plasmacytic ada dalam jaringan kelenjar dan (2)
antibodi otomatis diarahkan terhadap tiroglobulin, T4 atau T3 . ( Abigail dkk, 2013 )
Pengobatan hipotiroidisme akan bervariasi untuk setiap individu berdasarkan konstitusi
mereka, gejala primer dan sekunder, dan sistem organ yang paling habis. Perawatan berikut bisa
efektif untuk mengatasi hypothyroidism:
Rumput laut kaya akan yodium
Unsur jejak yodium merupakan komponen penting dari hormon tiroid. Kurangnya
konsumsi yodium yang mengandung dapat menyebabkan hipotiroidisme dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kekurangan yodium merupakan penyebab paling umum dari hipotiroidisme di
masa lalu, tetapi telah diperbaiki di Amerika Serikat dari menambahkan yodium ke garam meja.
Porphyra spp. (Nori) 15ppm. Konten yodium yang tercantum di atas adalah perkiraan dan
mungkin berbeda. Ryan Drum mengklaim bahwa makan 3-5 gram yang paling kering, rumput
laut unrinsed akan memberikan RDA dari 1100-1500micrograms yodium.
Herbal adaptogen dan tonik adrenal
Herbal adaptogen yang secara langsung mendukung fungsi tiroid meliputi:
Centella, Withania, dan Eleutherococcus. Herbal adaptogen yang mengatur sumbu HPA, tetapi
mendukung fungsi tiroid secara tidak langsung meliputi: Panax, Oplopanax, Aralia
(Berries), Codenopsis, Ganoderma, Glycyrrhiza, dan Schisandra.
Hepatics
Peredaran Darah stimulan herbal
herbal limfatik
Modulasi herbal kekebalan
Perempuan hormon menyeimbangkan herbal
Demulcents dan stringents (Michael,1994)




2.2 INJEKSI TIROGLOBULIN ANJING
Hewan model AITD disebut dengan experimental autoimmune thyroiditis (EAT) yang
dapat dibuat metode induksi non-self-antigen atau self-antigen. Self-antigen yang dapat
digunakan sebagai inducer EAT yaitu tiroglobulin (TG), thyroid stimulating hormone receptor
(TSH-R) dan thyroid pero-xidase (TPO) (Weetman, 2004). Jumlah TG mencapai 75% pada
jaringan tiroid lebih berpeluang menjadi autoantigen dibandingkan TPO dan TSHR, selain TG
merupakan protein spesifik organ tiroid yang secara signifikan dapat menginduksi AITD pada
EAT (Zhongtian, et al., 2004, Zhou dan Gill, 2005; Xiao-hong, et al., 2011). Tingkat keparahan
yang dihasilkan TG mampu menginfiltrasi sel imun seluler spesifik pada jaringan tiroid yaitu sel
TCD4
+
, sel TCD8
+
dan sel B secara maksimal dibandingkan TPO dan TSHR (Ng, et al.2004).
Tiroglobulin (TG) yang digunakan untuk membuat EAT selama ini berasal dari
tiroglobulin tikus (murine thyroglobulin/mTG), babi (porcine thyroglobulin/pTG), sapi (bovine
thyroglobulin/bTG) dan rodensia. Penggunaan tiroglobulin asal anjing belum banyak dikenal
dan digunakan, namun tiroglobulin asal anjing ini memiliki potensi yang sama untuk dapat
menginduksi terjadinya AITD pada EAT karena pada dasarnya semua tiroglobulin memiliki
kesamaan ditinjau dari keadaan fisik, biokimia dan kandungan molekul yang terdapat
didalamnya. (Zhou dan Gill, 2005).
Hewan coba tikus (Rattus norvegicus) saat di injeksi menggunakan tiroglobulin anjing
akan mengalami kegagalan fungsi tiroid. Kegagalan fungsi tiroid tersebut disebabkan oleh
adanya antibody-antitiroid yang bersifat stimulator atau blocking dengan reseptor pada
membrane antigen yang bertindak sebagai autoantigen. Pembentukan antibody-antitiroid berawal
dari perubahan epitope tiroglobulin (TG) setelah berikatan dengan adjuvant (adj) yakni CFA
(Complete Freud Adjuvant) / IFA(Incomplete Freud Adjuvant) sehingga APC akan
mempresentasikan MHC II yang kemudian dikenali oleh sel T CD
4
+
(Th). Sel T CD
4
+
(Th) akan
menginisasi poliferasi sel T menjadi sel T helper 1 (Th1) dan T helper 2(Th2). Sel Th1
menginduksi makrofag untuk menghasilkan sitokin proinflamasi IL-2 dan IFN- sedangkan Th2
menghasilkan sitokin IL-6 yang akan menuju sel tiroid sehingga tiroid mengalami inflamasi
kemudian mengalami nekrosis. Sel Th2 akan menginisisasi sel B untuk menghasilkan antiboi
berupa autoantibodi tiroglobulin. Tiroid yang telah mengalami nekrosis akan menyebabkan kerja
tiroid terganggu serta proses metabolism yang ada di dalam tiroid juga akan terhambat. Di dalam
sel tiroid terjadi proses metabolism hormone tiroid triiodotironin (T3) dan
tiroksin/tetraiodotironin (T4) yang melibatkan iodin dan sejumlah tiroglobulin (TG). Konsentrasi
T3 dan T4 dalam plasma dikendalikan melalui mekanisme umpan balik negative yaitu melalui
proses hipotalamus-hipofisa anterior-tiroid. Aktivitas kelenjar tiroid dirangsang oleh thyroid
stimulating hormone (TSH) dari hipofisa anterior dan TSH sendiri dirangsang oleh releasing
hormone (TRH) dari hipotalamus, saat produksi hormon T3 dan T4 sudah sangat tinggi,
hormone tiroid akan melakukan umpan balik negative (negative feedback) pada hipofisa anterior
serta hipotalamus agar produksi hormone TRH dan TSH diturunkan dan begitu pula sebaliknya.
Hormon T3 dan T4 akan dilepas dari bagian basal sel ke dalam darah. Saat sel tiroid mengalami
inflamasi lalu mengalami nekrosis mengakibatkan proses metabolism hormone tiroid seperti T3


dan T4 serta hormone yang berperan dalam proses inisiasi seperti TSH dan TRH akan terganggu
khususnya kadar dari hormone tiroid (T4) yang akan menurun dalam darah.
Profil pita protein dapat dijadikan sebagai penunjang diagnose serta prognosa suatu
penyakit. Protein yang bisa ditemukan pada serum tikus dan dapat digunakan sebagai penanda
imunitas antara lain adalah protein haptoglobin, CRP dan ferritin. Sintesa ketiga protein tersebut
dikendalikan oleh sitokin pro-inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1 dan IL-6. Keberadaan serta
perubahan kadar protein-protein tersebut memiliki hubungan terhadap prevalensi serta perubahan
klinis yang terjadi pada sejumlah penyakit infeksi dan gangguan autoimun.
2.3 Ikan Teri Asin
Ikan teri (Stolephorus heterolobus) merupakan salah satu penghuni perairan pesisir dan
eustaria. Pada umumnya, ikan teri hidup bergerombol, terutama jenis jenis yang berukuran
kecil, yang terdiri dari ratusan sampai ribuan ekor (Hutomo et al. 1987). Salah satu pengawetan
ikan secara tradional adalah dengan penggaraman. Selama proses penggaraman berlangsung
terjadi penentrasi garam kedalam tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan
tersebut dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau pengenceran larutan garam. Bersamaan
dengan keluarnya cairan dari tubuh ikan, partikel garam masuk kedalam tubuh ikan. Ikan yang
diolah dengan proses penggaraman ini dinamakan ikan asin (Afrianto dan Liviawaty,1994). ikan
teri (Stolephorus sp) asin kering adalah ikan teri segar yang mengalami perlakuan pencucian,
penggaraman dengan perebusan atau tanpa perebusan dan pengeringan dengan menggunakan
kadar garam yang beriodium sebanyak 80 10 ppm (SNI-01-3556-1994). Sehingga Nilai gizi
ikan teri asin cukup tinggi, hal ini dapat diamati pada tabel komposisi dari nilai gizi ikan teri.
Tabel 1. Komposisi nilai gizi ikan teri (Stolephorus heterolobus) asin per 100 gram.
Kandungan Gizi Nilai Satuan
Energi 193 Kkal
Protein 42 Gram
Lemak 1,5 Gram
Kadar abu 4,2 Gram
Hidrat arang total 4,1 Gram
Kalsium 2000 Mg
Fosfor 300 Mg
Besi 2.5 Mg
Karotin total 28,0 Mg
Vitamin A - RE
Vitamin B1 0,01 RE
Air 40 %
Yodium 6798 Ng/g
Sumber : Direktorat Gizi,1990 ; Tatsuya Takahashi, 1999,




1. Soewondo P, Cahyanur R. Hipotiroidisme dan gangguan akibat kekurangan yodium.
Dalam : Penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter. Departemen ilmu
penyakit dalam FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing. 2008. 14-21

2. Syahbuddin S. Diagnosis dan pengobatan hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto R,
Darmono, Suhartono T, GD Pemayun T, Nugroho KH,editors. The 2nd Thyroidologi
Update 2009. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2009. 197-205

3. Sumual AR, Langi Y. Hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto, editor. Buku ajar
tiroidologi klinik. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2007. 295-317
4. Vaidya B, Pearce Simon HS. Management of hypothyroidism in adult. BMJ. 2008; 337:
284-289.

5. Bharaktiya S, Orlander PR, Woodhouse WR, et al. Hypothyroidism. In: eMedicine
Specialties. http://www.emedicine.com, last update oct 12, 2007
6. Abigail Bertalan VMD, Marc Kent DVM DACVIM and Eric Glass MS DVM DACVIM.
2013. Neurologic Manifestations of Hypothyroidism in Dogs. Vetlearn.com. Compendium :
Continuing Education For Veterinarians.
7. Michael Moore, Southwest School for Botanical Medicine (Class notes 1994), Albuquerque, NM
Weetman, A.P. 2004. Autoimmune Thyroid Disease. Autoimmunity, vol.37, no.4, pp. 33740.
Ng, H.P., J.P. Banga and A.W. Kung. 2004. Development of A Murine Model Of Autoimmune Thyroiditis
Induced with Homologous Mouse Thyroid Peroxidase, Endocrinology, vol.145, no.2, pp. 809816
Zhou, J.S. and Gill, H.S. 2005. Immunostimulatory Probiotic Lactobacillus rhamnosus HN001 and
Bifidobacterium lactis HN019 Do Not Induce Pathological Inflammation in Mouse Model of Experimental
Autoimmune Thyroiditis. Intern J.Food Microbiol, vol.103, no.1, pp. 97104.
Hutomo M, Burhanuddin, A. Djamali, S. Martosewojo. 1987. Sumberdaya Ikan Teri di
Indonesia. Jakarta : Proyek Studi Sumberdaya Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi-LIPI.

Afrianto E, Liviawaty G. 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.1990. Komposisi
Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai