Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan
aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental.
Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah
kesehatan dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara
lain berupa cedera olahraga. Cedera olahraga yang terjadi pada atlet olahraga
prestasi selain mengganggu kesehatan juga dapat mengurangi kesempatan atlet
tersebut untuk berprestasi secara maksimal. Tujuan akhir dari penanganan cedera
olahraga adalah untuk memaksimalkan proses pemulihan cedera serta untuk
meminimalkan terjadinya resiko cedera ulang.
Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint)
adalah sendi yang paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut
dapat berupa nyeri, bengkak, kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada
orang-orang dewasa muda, keluhan lutut umumnya timbul karena aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan, misalnya banyak mengangkat barang-barang
berat dan sering naik turun tangga, atau karena cedera akibat aktivitas olah raga.
Pada usia di atas 40 tahun, keluhan sendi biasanya berhubungan dengan keadaan
degenerasi sendi dan naiknya berat badan.
Pada sendi lutut terdapat ligamen-ligamen yang berperan penting untuk
menjaga gerakan-gerakan pada sendi tersebut. Ligamen merupakan jaringan ikat
fibrosa yang mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen
tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen nonextensile
(tipe 1), sehingga dikenal sebagai jaringan ikat fibrosa.
Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas
kemampuan ligamen untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau
robek. Jika terjadi cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan
untuk melakukan gerakan sehingga dapat mengganggu aktivitas.
Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan
pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat
jaringan otot sehingga mudah terjadi cedera. Terapi pada cedera ligamen
2

dilakukan tergantung dari parah tidaknya cedera yang dialami. Jika hanya terjadi
keseleo, bagian yang cedera dapat di gips untuk beberapa minggu. Namun jika
terjadi robekan yang parah, tindakan operasi harus dilakukan untuk
mempertahankan kestabilan sendi.




























3

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Cedera Ligamen
a. Definisi Ligamen
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar tulang
yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang
mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1), sehingga dikenal sebagai
jaringan ikat fibrosa. Berkas serat kolagen sejajar dengan arah kontraksi, sehingga
ideal untuk ligament yang menahan gaya dari satu tulang ke tulang lain pada
sebuah sendi. Sehingga ligament memiliki kekuatan tahanan yang luar biasa.
Gambaran histologi ligament didominasi oleh bundle parallel padat dengan
deretan fibroblast yang tersebar merata. Pada orang dewasa, perubahan fibroblast
menjadi fibrosit relative tidak aktif, dan karena substansi intrasel tidak
membutuhkan nutrisi, maka suplai darah menjadi sedikit. Ligamen mempunyai
ikatan yang sangat kuat ke tulang pada daerah insersi oleh terusan dari serat
kolagennya, yang menembus dalam ke substansi padat tulang kortikal dan
menyebar di dalamnya dan dikenal sebagai serat Sharpey. Begitu kuatnya ikatan
ini bahkan cedera tarikan yang kuat, ligament tidak tertarik keluar dari tulang;
sebaliknya ligament tersebut robek atau tempat pelekatan ligament dan tendon
tersebut mengalami avulsi.
Kurangnya penekanan yang diakibatkan oleh pembatasan gerak yang terlalu
lama pada sendi, dan pada ligament, dapat menyebabkan kelemahan yang
progresif pada ligament dan kelemahan yang lebih parah pada sambungan antara
ligament dan tulang. Bahkan, mungkin diperlukan waktu 6-12 bulan setelah dapat
dilakukan gerakan hingga kekuatannya kembali normal.

b. Mekanisme Terjadinya Cedera Ligamen
Sebuah benturan langsung pada sendi biasanya menghasilkan memar
tetapi, benturan yang cukup parah, dapat menghasilkan fraktur intra articular.
Cedera tidak langsung menghasilkan ketegangan mendadak pada ligamen yang
mungkin dapat menyebabkan peregangan ligamen yang parah, sehingga terjadi
robekan kecil dan beberapa perdarahan (keseleo pada ligamen) tanpa kehilangan
4

stabilitas sendi. Sebuah cedera yang lebih parah menghasilkan robekan ligamen
besar baik sebagian atau lengkap dengan mengakibatkan hilangnya stabilitas
sendi. Jika ligamen itu sendiri tidak robek, mungkin terjadi retakan pada tulang di
tiap ujung ligamen. Sebuah regangan ligamen, sebaliknya, mengacu pada
pemanjangan bertahap ligamen yang dihasilkan dari peregangan ringan yang
berulang secara terus-menerus.

c. Keseleo pada Ligamen (Strain)
Keseleo akut disebabkan oleh peregangan mendadak ligamen yang ringan,
robek sebagian dan perdarahan lokal tanpa kehilangan kestabilan. Terkilir akan
terlihat dengan pembengkakan lokal, nyeri, dan rasa sakit yang diperburuk oleh
gerakan sendi yang meregangkan ligamen yang terkilir. Karena ligamentum
belum terlalu meregang, tidak ada ketidakstabilan sendi. Pemeriksaan radiografi
diperlukan untuk menyingkirkan dislokasi, subluksasi, atau patah. Radiografi
tambahan diambil saat sendi sedang ditekan sangat penting untuk menyingkirkan
ketidakstabilan sendi yang tersembunyi.
Pengobatan keseleo ligamen yang sederhana bertujuan untuk melindungi
ligamentum terluka dari peregangan yang tidak diinginkan selama proses
penyembuhan. Imobilisasi lengkap jarang diperlukan kecuali terjadi nyeri hebat,
untuk membatasi pergerakan sendi yang tidak diinginkan dapat menggunakan
perban yang sangat rekat (adhesive strapping) yang berfungsi sebagai ligament
sementara untuk mengurangi rasa sakit. Latihan aktif penting untuk
mempertahankan gerakan sendi dan meningkatkan kekuatan otot yang mengontrol
gerakan yang melibatkan sendi.

d. Robekan pada Ligamen
Robekan lengkap pada ligamen besar tertentu, seperti ligamen kolateral
lutut, harus diperbaiki melalui pembedahan sesegera mungkin setelah cedera,
karena apabila perbaikan yang tertunda hasilnya akan kurang memuaskan
dibandingkan dengan perbaikan yang langsung dilakukan. Pada ligamen lain,
seperti ligamen lateral pergelangan kaki atau ligamentum kolateral dari jari-jari,
imobilisasi sendi diperlukan untuk melindungi cidera ligament dan capsulnya dari
5

peregangan berlebih selama proses penyembuhan. Imobilisasi sendi setelah
pengurangan dislokasi diperlukan untuk memperoleh stabilitas.
Tidak seperti tulang, yang sembuh tanpa bekas luka, ligamen yang robek
sembuh dengan jaringan parut fibrosa yang tidak sekuat ligamen normal.
Sebagian robekan dalam ligamen sembuh dengan cukup baik asalkan ligamen
tetap dilindungi selama proses penyembuhan. Pada robekan lengkap, biasanya
terdapat celah yang cukup besar antara robekan ligamen - celah yang hanya dapat
diperbaiki dengan jaringan parut fibrosa. Dalam keadaan ini, walaupun robekan
telah sembuh, keduanya memanjang dan relatif lemah.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan normal robekan ligamen
bervariasi sesuai dengan ukuran dan gaya yang biasanya dikenai. Sehingga,
ligamen sendi jari dapat sembuh dalam waktu 3 minggu, sedangkan ligamen
utama lutut mungkin memerlukan waktu 3 bulan. Waktu penyembuhan pada anak
relatif lebih cepat dibandingkan pada orang dewasa, tetapi pengaruh usia tidak
terlalu signifikan dalam penyembuhan ligamen daripada penyembuhan patah
tulang.

Cedera Ligamen pada Sendi Lutut
Lutut pada dasarnya adalah sendi engsel yang dapat bergerak secara fleksi,
ekstensi, dan rotasi derajat kecil. Stabilitas pada bagian medial dan lateralnya
dijaga oleh ligamen kolateral medial dan lateral yang kuat, dan stabilitas anterior
dan posteriornya oleh ligamen krusiat anterior dan posterior. Sehingga, ligamen-
ligamen tersebut rentan terhadap cedera parah akibat gaya yang memaksa lutut
bergerak pada posisi yang abnormal atau di luar rentang gerak normalnya. Cedera
seperti ini biasanya terjadi pada olahraga, contohnya sepak bola dan hoki.
Ligamen mungkin hanya keseleo (tertarik dengan robekan pada beberapa serat)
atau bisa saja terjadi robekan sebagian atau robekan penuh.

a. Ligamen-Ligamen pada Lutut yang Sering Mengalami Cedera
Ligamen cruciatum anterior
6

Berjalan di depan eminentia intercondylare tibia ke permukaan medial
condylus lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan
bergesernya tibia ke depan.
Ligamen cruciatum posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femur menuju ke fossa
intercondylare tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke belakang.
Ligamen collateral medial (tibiae)
Berjalan dari epicondylus medialis menuju ke permukaan medial tibia yang
berfungsi menahan gerakan valgus atau samping luar.
Ligamen collateral lateral (fibulae)
Berjalan dari epicondylus lateralis ke caput fibula, yang berfungsi menahan
gerakan varus atau samping dalam.


b. Mekanisme Cedera
Sebagian besar cedera ligamen terjadi di saat lutut menekuk, sehingga
merelaksasikan kapsul dan ligamen, dan memungkinkan terjadinya rotasi. Daya
perusak dapat berupa dorongan lurus (misalnya : cedera dashboard yang
mendesak tiba ke belakang) atau, lebih sering, kombinasi cedera rotasi dan
tumbukan pada lutut penahan beban yang sedang tertekuk seperti pada cedera
pesepak bola. Berbagai jenis cedera kompleks dapat timbul.
7

Ligamen medial adalah yang paling sering terkena; penyebabnya biasanya
adalah cedera pemuntiran dengan lutut yang berotasi dan terdorong ke dalam
valgus. Jaringan mengalami ruptur dari lapisan ke lapisan; pertama ligamen
kapsul dangkal, kemudian ligamen kolateral medial, dan kemudian karena tibia
berotasi luar ligamen krusiatum anterior. Cedera yang sama terjadi (meskipun
jauh lebih jarang) pada sisi lateral bila lutut dipaksa ke dalam varus, dan cedera
ligamen krusiatum posterior bila tiba terdorong ke belakang dalam hubungannya
dengan femur.

c. Pengelompokan Cedera Ligamen pada Lutut
1. Robekan pada ligamen kolateral medial
Mekanisme trauma
Robekan pada ligamen medial lebih sering ditemukan. Robekan terjadi
sewaktu tibia mengalami abduksi pada femur disertai trauma rotasi. Urutan
robekan ligamen tergantung beratnya trauma :
a. Robekan pada selaput sendi bagian superfisial
b. Robekan pada ligamen kolateral medial
c. Robekan ligamen krusiatum anterior; terjadi bila trauma berlanjut dengan
tibia rotasi ke arah ekstern
Robekan ligamen kolateral medial dan krusiatum anterior dapat disertai dengan
robekan meniskus medialis dan disebut dengan Trias ODonoghue.

Gambaran klinis
Pembengkakan pada sendi lutut disertai dengan efusi pada sendi lutut.
Nyeri tekan bagian medial pada daerah ligamen medial terutama bagian
proksimal yang melekat pada femur.

Pemeriksaan Radiologis
Pemerikasaan radiologis dilakukan dibawah pembiusan dengan foto AP
dan foto stres AP. Pada foto AP mungkin ditemukan avulsi disertai fragmen
kecil tulang. Bergesernya bagian proksimal medial dari tibia terhadap femur
menunjukkan robekan pada ligamen medial saja, apabila pergeseran lebih
8

hebat maka mungkin terjadi juga robekan pada ligamen krusiatum. Untuk
menentukan stabilitas sendi dapat dilakukan tes drawer dan tes menurut
Lachman. Pemeriksaan artroskopi dapat menentukan kelainan-kelainan yang
terjadi.

Pengobatan
a. Konservatif, bila robekan tidak hebat (tidak total) dapat dilakukan aspirasi
lutut dan pemasangan gips silinder.
b. Operatif, bila terdapat robekan yang besar dengan penjahitan pada ligamen
yang robek.

2. Robekan pada ligamen kolateral lateral
Robekan ligamen lateral lebih jarang ditemukan dan terjadi akibat adduksi tibia
terhadap femur (strain arus).
3. Robekan pada ligamen krusiatum
Robekan ligamentum krusiatum anterior dapat bersama-sama dengan
robekan ligamen kolateral medial. Hal ini terjadi karena pergerakan bagian
proksimal tibia terhadap femur ke depan secara keras atau terjadi karena lutut
dalam keadaan hiperekstensi. Robekan ligamen krusiatum posterior terjadi
akibat pergerakan hebat bagian proksimal tibia ke belakang terhadap femur.
Pengobatan
Pengobatan pada robekan ligamen krusiatum anterior dengan cara
operasi dan rekonstruksi kembali biasanya kurang memuaskan. Pengobatan
pada robekan ligamen krusiatum posterior dapat dilakukan rekonstruksi dari
ligamen sendiri atau dengan operasi lain yang memberikan stabilitas pada
sendi. Operasi dapat secara terbuka atau dengan mempergunakan alat
artroskop.
4. Strain ligamen medial dan lateral
Strain (keseleo) terjadi bila trauma yang ada tidak cukup kuat untuk
menyebabkan suatu robekan total pada ligamen ini. Strain pada ligamen medial
lebih sering terjadi daripada ligamen lateral.
Mekanisme trauma
9

Robekan pada bagian medial terjadi karena trauma abduksi sedangkan
robekan bagian lateral karena trauma adduksi.

Gambaran klinis
Pada anamnesis ditemukan adanya riwayat trauma abduksi atau adduksi
disertai nyeri pada daerah ligamen. Terdapat pembengkakan pada daerah lutut
serta nyeri tekan pada daerah ligamen yang terkena. Dengan pemeriksaan stres,
penderita mengeluh lebih sakit tetapi sendi lutut stabil. Mungkin ditemukan
sedikit cairan dalam sendi lutut. Pemeriksaan artroskopi dilakukan untuk
menegakkan diagnosis. Pengobatan dilakukan dengan pemakaian gips silinder
selama 23 minggu.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut
Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan
pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan perlu
diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal gerakan
fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0 derajat dan
mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat.
Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :
1. Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui uji
abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji adduction
stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh, satu
tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya pada lutut. Dengan
kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji ligamentum medial, dan
adduksi untuk menguji lgamentum lateral. Apabila terdapat robekan pada
ligamentum kolateral maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas
normal.
2. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior
Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut karah depan dan
belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia
10

tergelincir ke depan femur, sedangkan ligamentum krusiatum posterior pada
arah sebaliknya.
Cara pemeriksaan :
Uji Drawer
Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk pada kaki pasien untuk
mencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua tangan di belakang tibia
bagian proksimal dan kedua ibu jari pada kondilus femur, kemudian
dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan ke belakang. Kecurigaan adanya
robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang abnormal,
baik ke depan ataupun ke belakang.
Uji Lachman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20 derajat. Satu tangan memegang
tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan lainnya memegang tibia
proksimal. Kedua tangan kemudian digerakkan ke depan dan belakang
antara tibia proksimal dan femur.
Pemeriksaan pivot shift lateral
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui
defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior. Caranya kaki yang
mengalami kelainan diangkat, Dimana kaki kanan diangkat tangan kanan
dan kaki kiri diangkat dengan tangan kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi
maksimal. Dengan satu tangan pemeriksa memutar dari arah luar tungkai
bawah persis di sebelah bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada
saat yang bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi
secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan positif apabila
kondilus lateralis tibialis terelokasi secara spontan pada kondilus femur
ketika fleksi mencapai 30-35 derajat.
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah mengavulsikan
sepotong tulang kecil ligamen medial biasanya dari femur, ligamen lateral dari
fibula, ligamen krusiatum anterior dari spina tibia dan krusiatum posterior dari
bagian belakang tibia atas. Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi) dapat
menunjukkan apakah engsel sendi terbuka ke satu sisi.
11

c. Pemeriksaan Artroskopi
Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul, artroskopi
tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat diagnosis dan
menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk melakukan artroskopi
adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada
sprain yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya
robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga.



Terapi
12

a. Robekan Sebagian
Serat yang utuh membebat serat yang robek dan akan terjadi penyembuhan
spontan. Perlekatan akan membahayakan, maka latihan aktif akan dilakukan sejak
awal, dibantu dengan aspirasi efusi yang tegang, aplikasi kompres es pada lutut
dan, kadang-kadang, injeksi anestesi lokal ke daerah yang nyeri. Pembebanan
diperbolehkan tetapi lutut dilindungi dari rotasi atas strain angulasi dengan
pembalutan berbantalan atau bebat posterior. Gips yang lengkap tidak diperlukan
dan merugikan; ini menghambat gerakan dan mencegah penilaian ulang setiap
minggu suatu peringatan penting kalau kesalahan ingin dihindari. Dengan
program latihan itu, pasien biasanya dapat kembali berlatih olah raga setelah 6-8
minggu.
b. Robekan Lengkap
Dalam teori, penyembuhan dapat terjadi asalkan ujung yang robek
disposisi dengan teliti dan dipertahankan tanpa gerakan dalam gips. Tetapi
hasilnya tak menentu. Lebih bijaksana bila dilakukan operasi dan merupakan
kesempatan terbaik untuk menghindari ketidakstabilan di masa mendatang.
Prinsip pedomannya adalah :
1. Melakukan operasi dini (lebih awal lebih baik dan harus dalam 14 hari)
2. Menggunakan insisi yang cukup lebar (kalau struktur posterior juga robek dan
akses tidak adekuat, insisi posterior yang kedua akan membantu)
3. Memperbaiki setiap struktur yang robek dengan kuat dan, kalau mungkin,
dengan penempelan ulang pada tulang (staples, atau penjahitan lewat lubang
bor, diperlukan)
4. Mempertimbangkan penguatan perbaikan dengan autograf atau implan
5. Melindungi perbaikan selama 6 minggu dalam gips di atas lutut.
Pada robekan yang luas sendi harus di eksplorasi, dan bagian meniskus
yang robek atau lepas dibuang. Kalau ligamen krusiatum terobek,ligamen itu juga
harus diperbaiki.
Kapsul posteromedial mungkin terpaksa ditempel ulang dengan
menjahitnya lewat lubang bor pada tulang. Ligamen yang berjumbai dapat
diperkuat dengan salah satu dari struktur tendinosa di sekitarnya (misalnya, pas
anserinus atau semimembranosa).
13

Ligamentum krusiatum anterior dapat terevaluasi pada kedua ujungnya.
Ini dapat ditempel ulang dengan fiksasi sekrup atau dengan penjahitan yang
melewati lubang bor yang ditempatkan dengan sesuai pada tibia atau femur.
Robekan di dalam bahan ligamen sulit dijahit; perbaikan dapat diperkuat dengan
menggunakan salah satu dari tendon yang berdekatan atau implan yang bebas.
Pada ligamentum krusiatum posterior perbaikan atau penguatan dapat lebih
mudah dilakukan melalui pendekatan posterior.
Pasca operasi tungkai diimobilisasi dalam gips panjang dengan posisi lutut
fleksi 40 derajat (kaki harus berotasi ke medial terutama kalau struktur medial
terlibat, berotasi ke lateral bila terjadi kerusakan lateral). Gips ini biasanya dapat
diganti dengan gips penyangga berengsel setelah 3-4 minggu. Pembebanan bebas
tidak diperbolehkan hingga 8 minggu setelah perbaikan ligamen. Latihan
penguatan otot secara aktif diperlukan dan harus dilanjutkan sekurang-kurangnya
6 bulan.

Terapi Non-Operasi
Kalau pasien bukan atlet atau tidak lagi muda (atau jika diagnosa
meragukan), terapi non-operasi mungkin lebih baik. Tentu saja, robekan
ligamentum kolateral medial (yakni, bila lutut stabil dalam ekstensi penuh) dapat
diterapi secara efektif tanpa operasi. Tungkai demobilisasi dalam gips selama 6-8
minggu; selama waktu itu pasien diperbolehkan menahan beban dengan keruk
penopang. Hasilnya, meskipun hasilnya tidak sebaik hasil setelah operasi dengan
keahlian dan teknik yang modern, namun dapat diterima. Ketidakstabilan yang
tersisa dapat ditangani kemudian, kalau perlu dengan pembedahan rekonstruksi.

Komplikasi
Perlekatan terjadi apabila lutut dengan robekan ligamen sebagian tidak
digunakan secara aktif, serat yang putus menempel pada serat yang utuh dan
tulang. Lutut dapat lepas dengan disertai rasa nyeri; terdapat nyeri tekan lokal,
dan rasa nyeri pada rotasi medial atau lateral. Kekacauan dengan meniskus yang
robek dapat diatasi dengan uji penggerusan, atau dengan manipulasi dan injeksi di
bawah anestesi, yang biasanya kuratif. Kalau masih terdapat keraguan mengenai
14

kemungkinan robeknya meniskus, artroskopi diindikasikan. Kadang-kadang
cedera abduksi diikuti dengan perkapuran dekat perlekatan bagian atas pada
ligamen medial (penyakit Pallegrini-Stieda). Perkapuran pada sendi lutut
biasanya akan timbul pada usia lebih dari 60 tahun, tetapi gejala perkapuran sudah
sangat nyata pada kasus-kasus cedera lutut yang tidak ditangani dengan baik,
sering kali pada usia 40 tahun.


II.2 Cedera Ligamen pada Pergelangan Kaki
a. Robekan ligamen Deltoid
Ruptur pada ligamen deltoid biasanya berhubungan dengan fraktur pada
ujung distal fibula atau robekan pada ligamen tibiofibula distal (atau keduanya).
Robekan terjadi karena adanya trauma abduksi. Robekan dapat bersama-sama
dengan lepasnya fragmen kecil dari maleolus medialis (avulsi). Diagnosis dibuat
dengan sinar X : terdapat pelebaran ruang sendi medial pas foto mortise;
kadang-kadang talus miring, dan diastasis sendi tibiofibular dapat tampak jelas.
Terapi: asalkan ruang sendi medial benar-benar tereduksi, ligamen akan
sembuh. Fraktur fibula atau diastasis harus direduksi dengan tepat, jika perlu
dengan operasi terbuka dan fiksasi internal. Kadang-kadang ruang seni media
tidak dapat direduksi; sehingga eksplorasi harus dilakukan untuk membebaskan
jaringan lunak yang terjebak dalam sendi. Gips di bawah lutut dipasang dengan
kaki plantigrad dan dipertahkankan selama 8 minggu.

b. Robekan pada Ligamen Tibiofibula Inferior
Ligamen tibiofibula inferior dapat robek, sehingga dapat menyebabkan
separasi sendi tibiofibular sebagian atau lengkap (diastasis). Diastasis lengkap,
dengan robekan pada kedua serat anterior pada posterior, terjadi akibat strain
abduksi yang hebat. Diastasis sebagian, dengan robekan hanya pada serat anterior,
diakibatkan oleh adanya rotasi luar. Cedera ini dapat terjadi secara tersendiri,
tetapi biasanya disertai dengan fraktur pada maleolus.
a. Gambaran Klinik
15

Setelah cedera pemuntiran, pasien mengeluh nyeri pada bagian depan
pergelangan kaki. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan yang jelas tepat
pada sendi tibiofibular inferior.
b. Sinar X
Pada robekan sebagian, fibula biasanya terletak pada posisi normal dan
pemeriksaan sinar X tampak normal. Pada robekan lengkap sendi tibiofibular
terpisah dan mortise pergelangan kaki melebar; kadang-kadang ini hanya akan
tampak jelas bila pergelangan kaki ditekan dalam abduksi. Mungkin terdapat
fraktur pada tibia distalatau fibula, atau fraktur yang terisolasi di bagian yang
lebih proksimal pada fibula.
c. Terapi
Robekan sebagian dapat diterapi dengan mengikat pergelangan kaki dengan
kuat selama 2-3 minggu. Sesudah itu dianjurkan untuk melakukan latihan.
Robekan lengkap paling baik ditangani dengan fiksasi internal dengan
pemasangan sekrup melintang tepat di atas sendi. Ini harus dilakukan secepat
mungkin sehingga ruang tibiofibular tidak tersumbat akibat berkumpulnya
hematoma dan jaringan fibrosa. Kalau pasien terlambat ditangani dan
pergelangan kaki nyeri dan tidak stabil, pembersihan sindesmosis secara
terbuka dan fiksasi sekrup melintang mungkin diperlukan. Pergelangan kaki
diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu, setelah itu sekrup dilepas. Tetapi
tingkat ketidakstabilan tertentu biasanya terus berlanjut.











16









BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar
tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat
yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1). Cedera pada ligamen dapat
terjadi akibat benturan atau gerakan yang dapat mengakibatkan ligamen meregang
melebihi kemampuan normalnya.
Cedera pada ligamen sering terjadi pada ligamen di bagian lutut, dan
pergelangan kaki. Penatalaksanaannya tergantung dari tingkat keparahan cedera.
Untuk keseleo, terapi bisa dilakukan dengan pemasangan gips selama beberapa
minggu, sedangkan untuk robekan ligamen ditangani dengan operasi untuk
menjaga kestabilan sendi.










17









DAFTAR PUSTAKA

1. Bahr, R. and I. Holme. "Risk factors for sports injuries
a methodological approach." British journal of sports medicine. 2003.
37(5): 384.
2. Louis, Solomon, Apley, A., Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur
Sistem Apley Edisi 7. Jakarta : Widya Medika. .1995
3. Pontoh, Andre. Diagnosa Gangguan pada Lutut.
http://www.rspondokindah.co.id/rspi/Download-document/373-Diagnosa-
Gangguan-Pada-Lutut-119-KB.html Diunduh pada tanggal 28 agustus
2014.
4. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone. 2009
5. Salter, Robert, B. Textbook Of Disorder Ana Injuries of The
Musculoskeletal System Third De. Baltimore: Williams & Wilkins. 1995
6. Konin, Jeff. Current Trends in Youth Sports Injuries, USF Health
Orthopedic and Sports Medicine, USA. 2009
7. Houglum, Peggy. Therapeutic Exercise for Musculoskeletal Injuries.
Second Edition. Human Kinetics. 2005

Anda mungkin juga menyukai