Anda di halaman 1dari 8

LAMTORO

I. KLASIFIKASI
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Mimosaceae
Genus : Leucaena
Species : Leucaena leucocephala

II. MORFOLOGI
Pohon atau perdu, tinggi hingga 20m. Meski kebanyakan hanya sekitar 10m.
Percabangan rendah, banyak, dengan pepagan kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-
bintil dan berlentisel.
Daun majemuk menyirip rangkap, sirip 3-10 pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada
poros daun tepat sebelum pangkal sirip terbawah, daun penumpu kecil, segitiga.
Anak daun tiap sirip 5-20 pasang, berhadapan, bentuk garis memanjang dengan ujung
runcing dan pangkal miring (tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya
berjumbai.
Bunga kecil-kecil, berbilangan 5, tabung kelopak bentuk lonceng bergigi pendek
Buah polong bentuk pita lurus, pipih dan tipis, 14-26 cm 1.5-2 cm, dengan sekat-sekat di
antara biji.

III. SYARAT TUMBUH
Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 C);
Tanaman ini cukup tahan kering dan bisa ditanam di mana-mana, termasuk di wilayah
dengan curah hujan antara 6503.000 mm (optimal 8001.500 mm) pertahun.
tumbuhan ini tidak dapat tumbuh dalam genangan air.
Bisa ditanam dalam keadaan tanah apa saja, mudah beradaptasi dengan iklim setempat


IV. MANFAAT
lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi, sumber kayu bakar
dan pakan ternak.
Tumbuhan ini juga dapat dipakai untuk pupuk hijaudengan cara membenamkan daun
pangkasnya sebagai pupuk dalam tanah.
sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-
tanaman yang melilit seperti lada, vanili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di
perkebunan kopi dan kakao.
Lamtoro diketahui menghasilkan zat penyamak dan zat pewarna merah, coklat dan hitam
dari pepagan (kulit batang), daun, dan polongnya.
Dari lamtoro, bisa juga dibuat suatu kerajinan kalung (bahan terdiri atas biji lamtoro yang
sudah tua, jarum, dan benang).
Sebagai Obat-obatan. Tumbuhan ini merupakan peluruh air seni (diuretik) dan cacing
usus. Selain mengandung mimosin, leukanin, leukanol, dan protein.Daun tumbuhan ini juga
mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, dan
sejumlah vitamin (A, B
1
, dan C).
Di Jawa, pucuk dan polong yang muda biasa dilalap mentah. Biji-bijinya yang tua
disangraisebagai pengganti kopi, dengan bau harum yang lebih keras dari kopi.Biji-biji yang
sudah cukup tua, tetapi belum menghitam, biasa digunakan sebagai campuran pecal dan
botok.

V. VARIETAS
Varietas yang dianjurkan:
'K 636' dan 'K 584'
sangat produktif
tahan pemotongan dan penggembalaan beret
pakan tambahan berkualitas tinggi
penghasil kayu api yang baik
tumbuh baik pada rnusim kemarau

Tetapi,
tidak cocok untuk tanah asam dan tidak subur
peka terhadap serangga "psyIUd" (kutu Ioncat)
harus ditanam dengan biji

Brassica oleracea var. capitata L.( Kol Hijau )

Klasifikasi :
Regnum: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Sub Divisio: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Sub Kelas: Dialypetalae
Bangsa : Rhoeadales/Brassicales
Famili: Brassicaceae
Genus: Brassica
Spesies: Brassica oleracea var. capitata L.

Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini
dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau
bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari
Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi
yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris.
Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang
diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda
[rujukan?]
. Nama "kol" diambil
dari bahasa Belanda kool.
Pertumbuhan
Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun
secara normal. Namun semakin dewasa daun-daunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya
tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya
supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap dipanen.
Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim. Secara biologi, tumbuhan ini
adalah dwimusim(biennial) dan memerlukan vernalisasi untuk pembungaan. Apabila tidak mendapat
suhu dingin, tumbuhan ini akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati.
Budidaya[sunting | sunting sumber]
Kubis menyukai tanah yang sarang dan tidak becek. Meskipun relatif tahan terhadap suhu tinggi,
produk kubis ditanam di daerah pegunungan (400m dpl ke atas) di daerah tropik. Di dataran rendah,
ukuran krop mengecil dan tanaman sangat rentan terhadap ulat pemakan daun Plutella.
Karena penampilan kubis menentukan harga jual, kerap dijumpai petani (Indonesia) melakukan
penyemprotan tanaman dengan insektisida dalam jumlah berlebihan agar kubis tidak berlubang-
lubang akibat dimakan ulat. Konsumen perlu memperhatikan hal ini dan disarankan selalu mencuci
kubis yang baru dibeli.
Kandungan gizi dan manfaat[sunting | sunting sumber]
Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup
tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dikandung
adalah kalium,kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa
yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun
dalam tubuh manusia.
Antigizi[sunting | sunting sumber]
Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat
merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat
goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak
pahit.





























Klasifikasi dan Morfologi TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

Klasifikasi tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.), Kingdom: Plantae, Divisi :
Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales, Famili:
Cruciferae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica juncea L (Kloppenburg, 2008).

Morfologi tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) yaitu termasuk jenis tanaman
sayuran daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi
tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya.
Tanaman sawi mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta
berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya
sangat dangkal pada kedalaman 5 cm. perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air, dan
kedalaman tanah (Solum tanah) cukup dalam. Tanaman sawi memiliki batang pendek yang
berwarna keputih-putihan denng ukuran panjang 1,5 cm dan diameter 3,5 cm (Mandha,
2010).

2.2 Syarat Tumbuh
Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica
juncae L) dapat memberikan hasil panen yang tinggi. Sehingga dengan demikian untuk
menunjang usaha tani sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memilki kondisi
lingkungan yang sesuai seperti yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan
lingkunan (iklim dan tanah) sangat menunjang produktifitas tanaman berproduksi. Hingga
dewasa ini masih banyak di jumpai petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh
kuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan lingkungan lokasi penanaman
(Yudharta, 2010).
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di
dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai
dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah
yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap
air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman
ini membutuhkan hawa yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana
lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan
demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok
untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto, 2010).


























Seledri (Apium graveolens L.)
Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
Nama Lain
Celery (Inggris), Celeri (Perancis), Seleri (Italia); Selinon, Parsley (Jerman), Seledri
(Indonesia); Sledri (Jawa), Saledri (Sunda);
Ciri-ciri Tumbuhan
Ciri-ciri tumbuhan ini adalah pohonnya kecil, tingginya kurang dari 1 meter. Daun
tersusun majemuk dengan tangkai panjang. Batangnya biasanya sangat pendek, bersegi
dan beralur membujur. Bunganya tersusun majemuk berkarang, berukuran kecil, dan
berwarna putih kehijauan. Buahnya kecil-kecil berwarna coklat gelap. Tumbuhan ini dapat
tumbuh di dataran rendah atau dataran tinggi, dan berkembang dengan baik di tempat yang
lembab dan subur. Di daerah dataran tinggi, Seledri tumbuh dengan tangkai dan daun yang
tebal.
Seledri (Apium graveolens L.) sudah lama dikenal sebagai obat hipertensi. Tanaman
yang juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu dimanfaatkan sebagai bumbu
masakan. Daun seledri biasa dipakai untuk memperkaya cita rasa sajian atau kaldu. Sup
kacang merah dan bubur ayam kurang lengkap rasanya jika tanpa taburan daun seledri di
dalamnya.
Berdasarkan penelitian, tanaman keluarga Apiaceae ini mengandung natrium yang
berfungsi sebagai pelarut untuk melepaskan deposit kalsium yang menyangkut di ginjal dan
sendi. Ia juga mengandung magnesium yang berfungsi menghilangkan stres. Daun seledri
mengandung protein, belerang, kalsium, besi, fosfor, vitamin A, B1 dan C. Berdasarkan hasil
penelitian, seledri juga mengandung psoralen, zat kimia yang menghancurkan radikal bebas
biang penyebab kanker.
Masyarakat pedesaan telah lama memanfaatkan seledri sebagai obat untuk
menurunkan panas dengan cara mengoleskan tumbukan daun seledri ke kepala anak yang
terserang demam. Air perasan seledri yang mempunyai sifat mendinginkan dipercaya dapat
mendinginkan kepala. Berdasarkan pengalaman beberapa orang, air perasan daun seledri
dapat sekaligus menyuburkan dan menghitamkan rambut serta tidak mempunyai efek
samping.
Tumbuh
Seledri (Apium graveolens) dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi.
Tumbuhan seledri dikatageorikan sebagai sayuran, perkebunan seledri di Indonesia
terdapat di Brastagi, Sumatera Utara dan di Jawa Barat tersebar di Pacet, Pangalengan dan
Cipanas yang berhawa sejuk.
Kandungan Tumbuhan
Seledri mempunyai banyak kandungan gizi antara lain, (per 100 gr):
kalori sebanyak 20 kalori,
protein 1 gram
lemak 0,1 gram
hidrat arang 4,6 gram
kalsium 50 mg
fosfor 40 mg
besi 1 mg
Vitamin A 130 SI
Vitamin B1 0,03 mg
Vitamin C 11 mg Dan 63% bagian dapat dimakan.
Daun seledri juga banyak mengandung apiin, di samping substansi diuretik yang bermanfaat
untuk menambah jumlah air kencing.

Anda mungkin juga menyukai