Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
1.4 Metode Penulisan
BAB II PETROLOGI
2
II.1 Pengenalan Batuan
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian
dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena
daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung
dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan
cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan
tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain.
Batuabn tersebut merupakan benda padat yang terbentuk secara alamiah,
merupakan kumpulan (agredasi) dari mineral baik yang sejenis maupun
yang tidak sejenis dan mempunyai komposisi kimia yang konstan. Dari
jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis
golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment
(sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic
rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan
berbeda pula proses terbentuknya.
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang
terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat
pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa
dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan
antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang
relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang
sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya
akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah),
dan dacite
3
ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut
menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga
menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).
Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan
sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari
migrasi. Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment
organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini
biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan
(reservoir). Contohnya adalah batugamping terumbu.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang
terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari
batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature
dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur
yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang
merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan
perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan
dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya
terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian
mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru
lagi.
Proses-proses tersebut berlangsung sepanjang waktu baik di masa
lampau maupun masa yang akan datang. Kejadian alam dan proses
geologi yang berlangsung sekarang inilah yang memberikan gambaran
apa yang telah terjadi di masa lampau seperti diungkapkan oleh ahli
geologi “JAMES HUTTON” dengan teorinya “THE PRESENT IS THE KEY TO
THE PAST”
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses
berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan,
sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
4
STRUKTUR BATUAN BEKU
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan
menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut.
Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama
yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai
struktur batuan beku
5
Batuan beku ekstrusif adalah
batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan
bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.
Konkordan
Diskordan
6
a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa
sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar
yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya
lebih kecil
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang
tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka
mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem
kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada
kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang
rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk
sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak
memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran
relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan
berdasarkan :
1. Tingkat kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
kristal
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
gelas
2. Ukuran butir
a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali
7
biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir
biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
8
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut
bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari
permukaan bumi
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan
9
bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu
mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan
mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit,
Ryolit.
2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%.
Contohnya Diorit, Andesit
3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya
Gabbro, Basalt
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%
10
Pada gambar disamping diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam
bagan, berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam
dimana sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin.
Sedangkan Felsparnya terdiri dari felspar plagioklas Ca. Teksturnya kasar
atau phanerik, karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama
didalam litosfir. Kalau dia membeku lebih cepat karena mencapai
permukaan bumi, maka batuan beku yang terjadi adalah basalt dengan
tekstur halus. Jadi Gabro dan Basalt keduanya mempunyai susunan
mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda. Demikian pula dengan
Granit dan Rhyolit, atau Diorit dan Andesit. Granit dan Diorit mempunyai
tekstur yang kasar, sedangkan Rhyolit dan Andesit, halus. Basalt dan
Andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung-berapi,
sebagai hasil pembekuan lava.
Para ahli teknik Sipil akan sangat tertarik untuk mempelajari batuan,
disamping fungsinya sebagai bahan bangunan, juga karena perannya
sebagai batuan dasar atau pondasi. Karena itu kepada mereka dianjurkan
untuk dapat mengenal beberapa jenis batuan beku yang utama di
lapangan. Untuk memperoleh data tentang sifat batuan yang diperlukan
oleh para ahli Teknik Sipil, umumnya dilakukan pengujian lapangan dan
studi petrografi (mikroskopis). Data tersebut diperlukan dalam kaitannya
untuk penambangan, konstruksi bawah permukaan atau untuk
menentukan cara-cara membuat bukaan.
11
atau mengikuti arah dari struktur batuan. Yang memotong struktur disebut
bentuk-bentuk diskordan, sedangkan yang mengikuti struktur disebut
konkordan.
MAGMA
12
Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh
derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan
yang lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang
sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila
pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan
segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-
kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur
mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur
batuan.
13
samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar
berikut)
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan
menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2
lebih besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang
terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerah-
daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan
pemisahan litosfir.
2) Apakah mungkin magma itu hanya ada satu jenis saja dan kalau
mungkin bagaimana menjelaskan cara terbentuknya batuan-batuan yang
komposisinya bersifat ultrabasa, basa, intermediate dan asam?
14
Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang
terjadi secara perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral
seperti yang ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen. Pada penurunan
temperatur magma maka mineral yang pertama kali yang akan terbentuk
adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene,
Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu,
pembentukan mineral dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioclase
dan diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada penurunan
temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-Feldspar(Orthoclase),
kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya
mineral Kuarsa (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses
diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock
Forming Minerals).
15
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang
berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan
samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat
konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan
demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate
maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami
asimilasi dengan batuan sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat
dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya
(plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek
warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya
kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan
cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan
kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
16
Penamaan batuan beku ditentukan berdasarkan dari komposisi mineral-
mineral utama (ditentukan berdasarkan persentase volumenya) dan
apabila dalam penentuan komposisi mineralnya sulit ditentukan secara
pasti, maka analisis kimia dapat dilakukan untuk memastikan
komposisinya. Yang dimaksud dengan klasifikasi batuan beku disini adalah
semua batuan beku yang terbentuk seperti yang diuraikan diatas
(volkanik, plutonik, extrusive, dan intrusive). Dan batuan beku ini mungkin
terbentuk oleh proses magmatik, metamorfosa, atau kristalisasi
metasomatism.
17
bersamaan pembekuan magma) dan mineral sekunder (mineral yang
terbentuk setelah pembentukan batuan).
Dalam Tabel berikut diperlihatkan jenis batuan beku Intrusif dan batuan
beku Ekstrusif dan batuan Ultramafik beserta komposisi mineral utama dan
mineral sedikit yang menyusun pada setiap jenis batuannya.
18
II.2.1 Batuan Beku Basa
1. Amigdaloidal Basalt
19
• Warna : hitam
• Kristalinitas : holookristalin
• Granularitas : fanerik
• Relasi : inequigranular
• Struktur : amigdaloidal
• Fabric : subhedral
• komposisi mineral:
- hornblende : 25%
- anorthoclas : 15%
- piroksin : 25%
- piroksin : 15%
- orthoclas : 20%
• kegunaan : sebagai bahan baku industri
2. Gabbro
• Warna : hitam
• Kristalinitas : hipokristalin
• Granularitas : afanitik
• Relasi : inequigranular
• Struktur : masive
• Fabric :subhedral
• komposisi mineral:
- biotit : 35%
20
- piroksin : 35%
- kuarsa : 20%
- olivin : 10%
• kegunaan : sebagai bahan dasar industri
3. Olivine Gabro
4. Norite
• Warna : hitam
• Kristalinitas : holokristalin
• Granularitas : fanerik
• Relasi : inequigranular
• Struktur : masive
• Fabric :subhedral
• komposisi mineral:
- hornblende : 35%
21
- biotit : 15%
- plagioklas : 10%
- piroksin : 20%
• kegunaan : sebagai bahan dasar industri
5. Siderite
• Warna : hitam
• Kristalinitas : holokristalin
• Granularitas : fanerik
• Relasi : inequigranular
• Struktur : masive
• Fabric :subhedral
• komposisi mineral:
- hornblende : 50%
- biotit : 15%
- plagioklas : 15%
- piroksin : 20%
• kegunaan : sebagai bahan dasar industri
22
Fels <2/3 T Fels T Fels
HALUS Andesite Trachyandes Trachyte Phonoloite
ite
KASAR Diorite Monzonite Syenite F’toid
Phonolite
1. Trachyte
• warna : Hitam
• kristalinitas : hipokristalin
• granularitas : fanerik
• relasi : equigranular
• struktur : massive
• fabrik : subhedral
• komposisi mineral
plagioklas 10%
hornblende 25%
adularia 20%
quartz 5%
pyroxene 40%
● kegunaan : sbg bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
2. Hornblende Syenite
● warna : Hitam
• kristalinitas: hipokristalin
23
• Granularitas: fanerik
• Relasi : equigranular
• Komposisi mineral
- Hornblende 55%
- Adularia 20%
- Quartz 5%
- Plagioklas 10%
- Biotit 10%
- Glass 5%
Kegunaan : sebagai bahan dasar industri
3. Diorite
• Warna : abu-abu
• Kristalinitas : hipokristalin
• Granularitas: Fanerik
• Relasi : inequigranular
• Komposisi Mineral
- Sanidine 10%
- Adularia 5%
- Quartz 25%
- Plagioklas 30%
- Hornblende 15%
- Biotit 10%
Kegunaan : sbg bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
4. Monzonite
24
• Warna : abu-abu
• Kristalinitas : hipokristalin
• Granularitas: fanerik
• Relasi : inequigranular
• Komposisi mineral
- Hornblende 30%
- Quartz 25%
- Plagioklas 15%
- Sanidine 15%
- Adularia 10%
- Glass 5%
Kegunaan : sebagai bahan dasar industri
25
Tekstur K-Fels<1/3 T K-Fels >1/3 K-Fels >2/3
Fels <2/3 T Fels T Fels
HALUS Dacite Rhyodacite Rhyolite
KASAR Granodiorite Adamelite Granite
1. Rhyolite
• Warna : pink
• Kristalinitas: hipokristalin
• Granularitas: Afanitik
• Relasi: equigranular
• Fabrik : subhedral
• Struktur : massive
• Komposisi mineral
- Orthoclas 20%
- Hornblende 15%
- Biotit 15%
- Plagioklas 10%
- Sanidine 20%
- Glass 10%
- Quartz 10%
• Kegunaan : sebagai bahan dasar industri dan digunakan dalam ilmu
pengetahuan
2. Granite
• Warna : cokelat
• Kristalinitas : hipokristalin
• Granularitas: Fanerik
• Relasi : equigranular
• Fabrik : subhedral
26
• Struktur : massive
• Komposisi Mineral
- Hornblende 15%
- Plagioklas 10%
- Quartz 10%
- Sanidine 20%
- Biotit 15%
- Orthoclas 20%
Kegunaan : sebagai bahan industri dalam pembuatan keramik
• Warna : abu-abu
• Kristalinitas: hipokristalin
• Granularitas : fanerik
• Relasi : equigranular
• Fabrik : subhedral
• Struktur : massive
• Komposisi mineral
- Biotit 25%
- Hornblende 25%
- Plagioklas 10%
- Anorthoclas 10%
- Microcline 10%
- Sanidine 10%
- Orthoclas 10%
Kegunaan : bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
4. Dacite
27
• Warna : abu-abu
• Kristalinitas: Hipokristalin
• Granularitas: afanitik
• Relasi : equigranular
• Komposisi mineral
- Plagioklas 45%
- Hornblende 20%
- Quartz 15 %
- Anorthoclas 5 %
- Microcline 5%
- Orthoclas 5%
- Sanidine 5%
• Kegunaan : bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
28
lava, jadi dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari
kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan
batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin
menyatu kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas
gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran (dari halus
sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh
karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis
butirannya.
1. Pumice
• Warna : abu-abu
• Kristalinitas: holohyalin
29
• Porositas : baik
• Komposisi Mineral
- Glass 100%
• Kegunaan : sebagai bahan industri dan peralatan rumah tangga
2. Obsidian
• Warna : hitam
• Kristalinitas: holokristalin
• Porositas : buruk
• Komposisi mineral
- Glass 100%
• Kegunaan : sebagai bahan industri dan ilmu pengetahuan
3. Tuff
• Warna : cokelat
• Kristalinitas: Holohyalin
• Porositas : Baik
• Komposisi Mineral
30
- Glass 100%
Kegunaan : sebagai bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan
ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga
ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa
proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan
31
tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh
batuan – batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu
lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira - kira 80%.
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat
dibedakan menjadi 2 macam :
1. Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain.
Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami
diagenesa.
32
mengetahui ketebalan rata – rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh
muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan
sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang
dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu bertambah
ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi dan
hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua
sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen
hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108 kilometer kubik.
( Danang Endarto, 2005 )
33
2. Pemilahan (Sorting)
Adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka
pemilahan semakin baik. Ada 3 macam pemilahan yaitu :
3. Kebundaran
Adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya
bisa di amati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat
dari bentuk batuan yang terdapat dari batuan tersebut. Tentunya terdapat
banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya
dipakai perbandingan sebagai berikut :
-Wellrounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal.
34
- Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan – permukaan bundar, ujung – ujung dan tepi –
tepi butiran bundar.
-Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang membundar.
-Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang tajam.
-Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.
4.Shape
Adalah bentuk daripada butiran itu sendiri dan dapat dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
A. Oblate / labular
B. Equent / equiaxial
C. Bladed / traxial
D. Prolate / rod shaped
5.Porositas
Adalah perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume dari batuan.
6.Permeabilitas
Permeabilitas sukar ditentukan tetapi dapat dikira – kira melalui porositas.
Salah satu metoda pendekatan untuk mengetahui permeabilitas adalah
dengan menempatkan setetes air pada sekeping yang kering dan
mengamati kecepatan air merembes. Istilah yang biasa dipergunakan
adalah :
- Fair : 1 – 10 md
- Good : 10 – 100 md
- Very good : 100 – 1000 md
7. Matrix
Adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek
geometri tak begitu penting, terdapat di antara butiran sebagai massa
dasar.
8. Semen
Adalah bukan butir, tapi material pengisi rongga antar butir, biasanya
dalam bentuk amorf atau kristalin. Bahan – bahan semen yang lazim
adalah :
- Klasit - oksida
35
- Solomit - silika
- Sulfat - Siderit
9. Kemas (fabric)
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 macam kemas, yaitu :
A. kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan.
B. kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan.
( Danang Endarto, 2005 )
Struktur Sedimen
36
II.4.1.1 Diagenesa Batuan Sedimen Klastik
B. Sementasi
Yaitu turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan secara
kimiawi mengikat butir – butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin
efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
C. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang
berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu
sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan
37
batuan karbonat.
D. Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga
adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen.
Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat,
silica, klorita, gypsum dll.
E. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.
1. Shalestone
2. Sandstone
38
• Warna : cokelat
• Ukuran butir : medium (0,25 – 1 mm)
• Bentuk butir : subrounded
• Kemas : matriks grain suported
• Pemilahan : well sorted
• Porositas : baik, namun permeabilitas buruk
• Fragmen : tdk ada
• Matriks : mineral lempung
• Semen : silica
3. Kalsilutite
• Warna : abu-abu
• Ukuran butir : lempung (1/256 mm)
• Bentuk butir : -
• Kemas : matriks suported
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : kristal
• Matriks : mineral lempung
• Semen : carbonate
4. Breksi Konglomerate
39
• Warna : cokelat
• Ukuran butir : kerakal
• Bentuk butir : sub angular
• Kemas : matriks suported
• Pemilahan : medium sorted
• Porositas : poor
• Fragmen : kristal
• Matriks : mineral lempung
• Semen : oksidasi
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi organik.
Menurut R.P. Koesoemadinata, 1980 batuan sedimen dibedakan menjadi
enam golongan yaitu :
A. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam
golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir.
Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan
danau atau laut.
C. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae
dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan
40
rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu
tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai
neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik
sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya
tergantung pada material penyusunnya.
D. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan
kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang
(chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya
hanya sedikit dan terbatas sekali.
E. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan
kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di
lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat
memungkinkan terjadi pengayaan unsur – unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu
endapan dari larutan tersebut. Batuan – batuan yang termasuk kedalam
batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
F. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur – unsur organik yaitu dari tumbuh
– tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat
tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan
memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga
kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
( Danang Endarto, 2005 )
1. Gampingan terumbu
• Warna : cokelat
41
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : -
• Matriks :-
• Semen :-
2. Chert
• Warna : abu-abu
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : -
• Matriks :-
• Semen :-
3. Radiolarit
• Warna : cokelat
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : -
42
• Matriks :-
• Semen :-
4. Antrasit
• Warna : hitam
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : -
• Matriks :-
• Semen :-
5. Gamping fosilan
• Warna : cokelat
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : fosil (klastik)
• Matriks : pasir kasar
• Semen : karbonat
43
II.5 Batuan Karbonat
44
minyak dan juga dari segi sedimentasi.
1) Besar Butir
Sering ukuran tersendiri, tetapi hal ini tidak dianjurkan. Lebih baik
dipergunakan skala
Wentworth seperti dianjurkan oleh Leighton dan Pendexter (1962).
Mulai 0,0625 mm ke bawah maka tipe butir dan juga penelitian di bawah
mikroskop menjadi mikrit (micrite) atau berupa lumpur (mud) atau berbutir
halus (aphanitik). Secara makroskopis kurang dari 1 mm, tipe butir sudah
sukar ditentukan sehingga istilh grain atau klas dapat dipakai.
2) Bentuk Butir
Bentuk butir juga penting dalam mempelajari gamping terutama dalam
memperlihatkan energi di lingkungan pengendapan.
Dalam bioklast, derajat dari abrasi dan peristilahan seperti pada detritus
dipergunakan untuk fragmen-fragmen pada umumnya. Bioklast dapat
dibedakan menjadi cangkang – cangkang yang utuh atau fragmen
kerangkan yang utuh atau bekas pecahan jelas dan yang kedua yang telah
terabrasi atau bundar. Non fragmen, istilah kebundaran seperti diartikan
oleh abrasi atau transport yang jauh. Dan bentuk-bentuk yang lebih cocok
ialah spherudal dan ovoid. Di antara kerangka atau butir sering diisi oleh
matriks atau semen.
3) Semen
Biasanya terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas atau disebut juga spari
kalsit (spray calcite) atau spar. Semen dapat di amati di bawah mikroskop
dan semen ini terjadi pada waktu diagenesa pengisian rongga-rongga oleh
larutan yang mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas. Kadang-
kadang sukar untuk membedakannya denga kalsit sebagai hasil
rekristalisasi yang biasanya lebih halus da disebut mikrospar.
4) Matrik
Matrik adalah butir-butir karbonat yang mengisi rongga-rongga dan
terbentuk pada waktu sedimentasi. Biasanya halus sekali dari bentuk-
bentuk kristal tidak dapat di identifikasi, hampir opak di bawah mikroskop.
Hasil dari matrik ini dapat berupa :
a) Pengendapan langsung sebagai jarum (aragonit) secara kimiawi /
biokimiawi, yang kemudian berubah menjadi kalsit.
b) Merupakan hasil abrasi, gampimg yang telah dibentuk misalnya koral,
alga dan sebagainya dierosi dan abrasi kembali oleh pukulan-pukulan
gelombang dan merupakan tepung kalsit. Tepung kalsit ini membentuk
lumpur apu, dan diendapkan terutama di daerah-daerah yang tenang.
45
b. Struktur Batuan Karbonat
Pemeriannya hampir sama denga pemerian batuan sedimen klastik.
1. Gamping Bioklastik
• Warna : cokelat
• Tekstur : wackestone
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : fosil
• Matriks : mikrit
• Semen : mud karbonat
46
2. Dolomit
• Warna : salem
• Tekstur : boundstone
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : fosil
• Matriks : mikrit
• Semen : mud karbonat
3. Gamping Fosilan
• Warna : cokelat
• Tekstur : packstone
• Ukuran butir : 4 – 64 mm
• Bentuk butir : sub angular
• Kemas : grain suported
• Pemilahan : poor suported
• Porositas : poor
• Fragmen : fosil (klastik)
• Matriks : mikrit
47
• Semen : mud karbonat
4. Gamping Terumbu
• Warna : cokelat
• Tekstur : boundstone
• Ukuran butir : -
• Bentuk butir : -
• Kemas :-
• Pemilahan : -
• Porositas : poor
• Fragmen : -
• Matriks :-
• Semen :-
48
II.6 Batuan Metamorf
49
4. Pengaruh Fluida
JENIS-JENIS METAMORFISME
Metamorfisme Kontak/Termal
Metamorfisme Regional/Dinamotermal
Metamorfisme ini terjadi pada kedalaman yang signifikan yakni > 5 km.
Batuan jenis ini merupakan yang paling banyak tersingkap di permukaan.
Biasanya pada dasar pegunungan yang bagian atasnya tererosi. Batuan
dari proses ini kebanyakan terfoliasi, menandakan tingginya tingkat
50
tekanan diferensial (akibat gaya tekonik). Temperatur saat terjadi proses
ini bervariasi, tergantung oleh kedalaman dan kehadiran badan magma.
Kehadiran mineral indeks dapat menentukan tingkat tekanan dan
temperatur proses rekristalisasi. Contohnya: schisthijau dan batuschist
yang mengandung mineral klorit, aktinolit, dan plagioklas kaya sodium,
terbentuk pada P & T lebih rendah; sedangkan amphibolit yang
mengandung hornblende, plagioklas feldspar, dan terkadang garnet,
terbentuk pada P & T lebih tinggi.
Metamorfosis regional
Terjadi karena perubahan temperature dan tekanan bersama-sama.
Meliputi daerah yang luas, biasa dijumpai didaerah tektonik, misal
pembentukan pegunungan ‘zona tunjam’
PENGENALAN BATUAN METAMORF
1. Sifat kristal atau hablur
2. Adanya mineral-mineral khas metamorf
3. terdapat struktur foliasi pada kebanyakan batuan metamorf.
Derajat Metamorfosa
51
Tabel dibawah ini adalah tingkatan batuan metamorf berdasarkan derajat
metamorfosa:
a. Struktur Foliasi
52
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri
atas :
- Struktur Slatycleavage
- Struktur Gneissic
- Struktur Phylitic
- Struktur Schistosity
- Struktur Hornfelsik
- Struktur Milonitik
- Struktur Kataklastik
- Struktur Flaser
- Struktur Pilonitik
- Struktur Augen
- Struktur Granulosa
- Struktur Liniasi
Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut tipe foliasinya. Makin jelas foliasinya,
makin tinggi derajat metamorfosisnya (menandakan makin tingginya
tekanan/temperatur).
53
Derajat Struktur Nama Batuan Mineral Karakter Khas
metamorfos Penciri
is
Makin Slaty Slate/Batusab Lempung, Butiran sangat halus.
rendah ak silika Kilap earthy. Mudah
melembar membelah menjadi
lembaran tipis datar.
Slaty – Phyllite Mika Butiran halus. Kilap
Schistos sutra. Membelah
e mengikuti permukaan
bergelombang.
Schistos Schist Biotit, Berkomposisi mineral
e amfibol melembar dan
muskovit memanjang dengan
susunan mendatar.
Variasi mineral yang
luas.
Gneissic Gneiss Feldspar, Mineral gelap dan
kuarsa, terang terpisah dan
amfibol, membentuk perlapisan
biotit atau lenses. Perlapisan
mungkin berlipat.
Lapisan gelap: biotit,
hornblende; lapisan
terang: felspar, kuarsa
Berdasarkan kenampakan
Batuan asal pembentukan metamorf dibagi menjadi 2 yaitu ;
1. kristaloblastik
2. palimset / sisa / relic
• Kristaloblastik
bila tekstur batuan asal tak kelihatan lagi digunakan istilah blastik
kemudaian kita lihat fabriknya. Berdasarkan sifat butir / kristal dan
hubungannya dengan yang lain dibagi :
54
a. homoblastik : terdiri atasa satuan tekstur saja
b. heteroblastik: terdiri lebih dari satu tekstur. Misal : lepidoblastik dan
granoblastik
Jenis Tekstur :
- lepidoblastik: sebagian mineralnya berbentuk pipih
- nematoblastik : sebagian mineralnya berbentuk prismatic
- graniblastik : sebagian mineralnya granular / equidimensional
- porfiroblastik :seperti batuan porfiritik dalam batuan beku.
Bentuk tekstur :
- ididoblastik : bila bagian besar minerlnya berbentuk euhedral
- hipidioblastik : sebagian besar mineralnya berbentuk subhedral
- xenoblastik : sebagian mineralnya berbentuk anhedral
• Palimset/ Sisa
Peraga batuan metamorf yang tersedia untuk praktikum sudah tidak dapat
lagi diamati tekstur dan batuan asalnya, termasuk kristaloblastik.
II.6.1.2 Deskripsi Batuan Metamorf Foliasi
1. Hornblende Schist
• Warna : Hitam
• Struktur : Schistose
• Tekstur : heteroblastik
• Komposisi Mineral
55
-Lepidioblastik : mika (mengkilap)
-Nematoblastik: hornblende
-Granoblastik : mineral quartz
Jenis Metamorfosis : Regional
Bentuk kristal : hipidioblastik
2. Gneiss
• Warna : abu-abu
• Struktur : Gneissic
• Tekstur : heteroblastik
• Komposisi Mineral
-Lepidioblastik : mika (mengkilap)
-Nematoblastik: hornblende, pyroxene perismatik panjang
-Granoblastik : mineral quartz (granular)
Jenis Metamorfosis : Regional
Bentuk kristal : hipidioblastik
3. Slate
• Warna : Hitam
• Struktur : Slaty
• Tekstur : homoblastik
• Komposisi Mineral
-Lepidioblastik : mika (mengkilap)
56
Jenis Metamorfosis : Regional
Bentuk kristal : hipidioblastik
4. Phyllite
• Warna : Hitam
• Struktur : phyllite
• Tekstur : homoblastik
• Komposisi Mineral
-Lepidioblastik : mineralny berbentuk pipih, yaitu mika,namun telah
lapuk
Jenis Metamorfosis : Regional
Bentuk kristal : xenoblastik
Marmer terdiri dari butiran kalsit berukuran kasar. Jika batuan asalnya
adalah dolomit, namanya menjadi marmer dolomit.
Kuarsit terdiri dari butiran kuarsa yang terlaskan bersama dan terikat kuat
pada temperatur tinggi.
Hornfels berukuran butir sangat halus. Hornfels mika berasal dari serpih
dan hornfels amphibole berasal dari basalt.
57
Merupakan batuan metamorf yang tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral penyusun batuan metamorf.
- Struktur Hornfelsik
- Struktur Milonitik
- Struktur Kataklastik
- Struktur Flaser
1. Marble
• Warna : putih
• Struktur : hornfelsik
• Tekstur : hornfelsik
• Komposisi Mineral
-Quartz
-orthoclas
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
58
2. Amphibolite
• Warna : hitam
• Struktur : hornfelsik
• Tekstur : hornfelsik
• Komposisi Mineral
-Olivin
-Pyroxen
-amphibol
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
3. Quartzite
• Warna : abu-abu
• Struktur : granulose
• Tekstur : granulose
• Komposisi Mineral
59
-quartz
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
4. Hornfels
• Warna : hitam
• Struktur : hornfelsik
• Tekstur : hornfelsik
• Komposisi Mineral
-Olivin
-Hornblende
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
60
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang
terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat
pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa
dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik.
61
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
www.google.com
www.galleries.com
www.scribd.com
62