Oleh : Fiona Arintika R F34120090 Septian Ventura F34120106
2014 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan penyegar merupakan berbagai bahan dari tumbuhan yang mengandung senyawa kimia alkaloid yang dapat menimbulkan efek segar pada tubuh manusia karena mempengaruhi kerja jantung. Kopi merupakan satu di antara berbagai jenis bahan penyegar, yang didapat dari penyangraian biji kopi dan proses tertentu terhadap biji dari tumbuhan genus Coffea. Kopi telah dikenal sejak lama di berbagai belahan bumi sebagai bagian dari budaya dan juga karena efek penyegar (adrenal) yang ditimbulkannya. Komponen alkaloid dominan dalam kopi adalah kafein yang memberi aroma dan citarasa yang khas (Clarke 1987). Pada umumnya, jenis kopi yang sering dibudidayakan adalah jenis Robusta, Arabika dan Liberika. Biji kopi sebagai komoditas pertanian tentu memiliki sifat dasar mudah rusak beserta karakteristik masing-masing sesuai jenis yang dibudidayakan. Dalam pengolahannya diperlukan identifikasi mutu bahan baku seusai standar yang telah ditetapkan dan pengetahuan akan teknik penanganan dan pengolahan bahan yang benar agar tidak menurunkan nilai serta citra produk yang akan dihasilkan. Hal ini tentu dimaksudkan untuk memajukan perekonomian di sektor agroindustri yang hingga saat ini belum dioptimalkan. Di Indonesia, perdagangan kopi didominasi oleh kopi jenis robusta (sekitar 90%). Padahal, pangsa pasarnya di perekonomian global tak lebih dari 30%, sedang jenis arabika yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi mendominasi pasar global sekitar 70%. Untuk mampu meningkatkan persaingan ekonomi global, dapat dilakukan dengan intesifikasi pengelolaan kebun yang sudah ada dan pengembangan di lahan baru yang perlu didasari dengan pengetahuan persyaratan lahan, teknik budidaya, serta teknik pengolahan yang tepat (Anonim 2012). Sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, kita perlu mempelajari teknik pengolahan yang sesuai karakteristik bahan, mampu mengimprovisasi atau melakukan pengembangan produk sesuai pengetahuan akan teknik pengolahan, dan bahkan mampu mengidentifikasi mutu biji kopi sesuai standar dan kemudian dapat menyusun kriteria standar mutu yang lebih baik dari yang sudah ada.
Tujuan Tujuan praktikum ini adalah mempelajari karakteristik kopi, mampu mengindentifikasi mutu biji kopi berdasarkan standar yang telah ditetapkan, serta mengetahui perbedaan jenis biji kopi dan mengetahui teknik pengolahan kopi.
METODOLOGI Alat dan Bahan
Biji kopi wangi disiapkan. A Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah neraca analitik, blender, kuali, kompor gas, spatula, oven, gegep, desikator, cawan alumunium, wadah plastik. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah biji kopi arabika, robusta, jagung, kertas milimeter blok. Metode Analisa Mutu Kopi Beras
Pengolahan Kopi Bubuk dan Kopi Instan
Biji kopi dihitung dan dideretkan pada millimeter block dan dilakukan pengelompokkan sesuai literatur. Data dikumpulkan dan dilakukan penghitungan nilai cacat biji kopi. Biji kopi robusta, arabika, dan wangi, serta jagung disiapkan dan dicampur dalam satu wadah. Sisa bahan (198g) disangrai hingga mengalami perubahan warna hingga coklat kehitaman. Sebanyak 2 gram bahan ditimbang dan dimasukkan dalam oven 105 o C selama 1 hari untuk dihitung kadar airnya. Biji kopi ditimbang berdasar pengelompokkan yang dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan [Terlampir] Pembahasan Bahan penyegar merupakan istilah bagi bahan yang mengandung senyawa alkaloid yang mampu memberikan stimuli/rangsangan berupa peningkatan kerja jantung bagi pemakainya. Selain ditinjau dari komponen aktifnya, bahan penyegar juga memiliki ciri khas tersendiri. Bahan penyegar biasanya selalu memiliki aroma, bau dan rasa yang khas dari tiap-tiap komoditasnya. Kopi, teh, coklat, dan tembakau adalah bahan penyegar populer dan merupakan komoditas unggulan yang di produksi di perkebunan di seluruh Indonesia (Hakim 2012). Kopi beras merupakan biji kopi kering yang telah terlepas dari daging buah, kulit ari, maupun kulit tanduk tanaman kopi. Kopi beras mengandung berbagai komponen kimia di dalamnya, di antaranya senyawa alkanoid nonvolatile seperti kafein, theofilin, theobromin, liberin, metilliberin, dan paraxantin. Selain itu, terdapat juga komponen kimia berupa protein, karbohidrat, lemak (asam palmitat, Bahan yang telah diblender dimasukkan dalam kantong plastik. Bahan yang telah disangrai didiamkan hingga dingin, kemudian dilakukan penimbangan. Sebanyak 2 gram bahan ditimbang dan dimasukkan dalam oven 105oC selama 1 hari untuk dihitung kadar airnya. Sisa bahan diblender selama 1 menit. A
linoleik, olein, stearin, trigliserida, diterpen, asam lemak tak jenuh, serta ester dan amida), antioksidan (asam fenolik), serta komponen volatile seperti asam lemak berantai pendek dan aldehida. Proses industri terhadap tanaman kopi dimulai dari proses pemetikan, pemrosesan, penggilingan, pemukulan (hulling), penghalusan (polishing), pembersihan, sortasi, dan grading sesuai mutu. Secara khusus dalam pemrosesan terdapat tiga proses yang umum dilakukan, yaitu pengolahan basah, kering, dan semi kering (Nigam 2009). Berbagai jenis kopi dibedakan oleh variasi dan asal tanaman tersebut (dataran tinggi atau dataran rendah), dua hal tersebut akan mempengaruhi rasa dan aroma kopi. Tanaman kopi adalah sebuah pohon yang masuk dalam keluarga Coffea. Ada lebih dari 60 varietas kopi yang berbeda, namun jenis yang umum diperdagangkan adalah Coffea arabica (Arabica) dan Coffea canephora (Robusta). Kopi arabika merupakan jenis biji tertua dan memiliki persentase 74 persen dari biji yang ditanam di dunia, umumnya dibudayakan di daerah Amerika Latin, Afrika, Papua Nugini, Kolombia, Brasil, dan India. Kopi Arabika memerlukan waktu 6-9 bulan untuk menjadi biji yang matang. Biji kopi Arabika memiliki harga lebih tinggi di pasar kopi karena tumbuh di ketinggian yang lebih tinggi dan padat karya, serta umumnya diproses dengan metode basah yang biayanya lebih mahal daripada metode kering. Biji Kopi Arabika jatuh ke tanah segera setelah matang sehingga harus segera dipanen untuk mencegah kontaminasi rasa dan bau tanah. Kopi jenis Robusta ditemukan pada 1870-an, tumbuh liar di Kongo. Kopi jenis Robusta terutama dibudidayakan di Afrika Barat, Brasil, India, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Robusta matang dalam waktu sekitar setengah dari waktu yang dibutuhkan kopi Arabica dan menghasilkan hampir dua kali lebih banyak buah kopi, serta biji kopi tak jatuh ke tanah setelah matang sehingga tidak harus segera dipanen seperti kopi jenis arabika. Terdapat beberapa perbedaan antara kopi jenis arabika dan robusta. Secara umum kopi arabika tumbuh di ketinggian 600-2200m dpl, pada curah hujan 1200- 2200mm/tahun, dalam suhu 15-24 o C, sedang robusta tumbuh di ketinggian 0- 800m dpl, pada curah hujan 2200-3000mm/tahun, dan dalam suhu 18-36 o C. Selain itu, biji kopi arabika memiliki ukuran yang sedikit lebih besar dan berukuran lebih elips dibanding biji kopi robusta yang berukuran lebih kecil dan berbentuk lebih menyerupai bulat/bundar. Secara komposisi kimia, kopi robusta umumnya memiliki kadar kafein yang lebih tinggi daripada kopi arabika, bahkan hingga 2 kali lipat (kadar kafein arabika 1.2%, robusta 2.2%). Kadar asam klorogenik (CGA) robusta pun lebih tinggi dibanding arabika, yaitu 7-10% dibanding arabika 5-5.8%. Kopi arabika mengandung lemak hingga 60% lebih banyak dibanding kopi robusta (15-17% berbanding 10-11.5%) serta konsentrasi gula/sukrosa hingga 2 kali lipat kopi robusta (6-9% berbanding 3-7%). Karena kandungan tersebutlah, kopi arabika cenderung memiliki rasa lebih manis, lembut, serta kadar keasaman yang lebih tinggi (pengaruh proses fermentasi gula) daripada kopi robusta (Alven 2014). Secara genetik, kopi arabika memiliki jumlah kromosom 2 kali lebih banyak daripada kopi robusta, yaitu 44 kromosom. Selain itu, kopi arabika merupakan tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri sehingga akan memiliki lebih sedikit varian dan kejadian mutasi selama siklus hidupnya. Meski begitu, kopi
robusta lebih resisten terhadap beberapa jenis penyakit. Kopi robusta menghasilkan buah lebih cepat daripada kopi arabika serta menghasilkan rendemen per pohon lebih tinggi dibanding kopi arabika (Waller 2007). Dalam pengolahan biji kopi, dikenal metode pengolahan basah, kering, dan semi kering, namun yang umum dilakukan adalah metode basah dan kering. Pengolahan kering merupakan metode yang sederhana, melibatkan proses pemanenan dengan sortasi dan pembersihan, pengeringan dengan menghamparkan di bawah paparan matahari selama kurang lebih 3-4 minggu hingga kadar air turun hingga sekitar 12.5%, atau dapat pula dibantu dengan alat pengering. Proses pengeringan merupakan proses paling penting yang dapat mempengaruhi kualitas kopi nantinya; jika terlalu kering kopi mudah hancur saat proses pemukulan (hulling), terlalu basah akan mudah ditumbuhi mikroba. Setelah itu akan dilanjutkan dengan proses hulling, sortasi, grading, dan pengemasan. Karena proses yang sederhana ini, umumnya hasil dari pengolahan kering memiliki mutu lebih rendah karena biji kopi yang tidak bagus dapat juga tercampur. Citarasa yang umum dihasilkan dari pengolahan kering ini adalah manis, lembut, agak berat, dan kompleks (Wijiastuti 2010). Pengolahan metode basah memerlukan lebih banyak peralatan serta air dan akan menghasilkan biji kopi memiliki kualitas dan harga lebih tinggi (lebih tahan/awet, homogen, dan lebih sedikit defek pada biji kopi) dibanding pengolahan kering. Setelah proses pemanenan, sortasi, dan pembersihan (dapat dilakukan dengan dialiri air dalam tanki), terdapat proses pemisahan dengan pulp buah dengan mesin. Proses tersebut merupakan kunci yang membedakan pengolahan kering dan basah. Biji yang telah bersih dilewatkan ke alat screening untuk pemisahan, dan kemunian akan dialirkan ke kanal untuk pencucian/pembersihan (dengan pemisahan floatasi). Selanjutnya dilakukan proses fermentasi dalam tanki dan pemisahan lendir yang timbul (pencucian). Proses-proses tersebut akan menghasilkan biji kopi dengan kadar air sekitar 57% dan untuk menurunkan hingga 12.5% dilakukanlah proses pengeringan. Tahap terakhir dilakukan pula proses curing (kopi dihulling, dibersihkan, discreening, sortasi, grading) dan pengemasan. Citarasa yang dihasilkan umumnya lebih juicy dan asam, lebih cerah, dan lebih bersih (Rothfos 1980). Penyebab kerusakan biji kopi dapat disebabkan oleh beberapa faktor selain oleh serangan hama (Hemilia vastatrix). Biji kopi dapat pecah oleh karena pengeringan berlebihan atau terserang hama, serta dapat rusak oleh proses pengeringan yang kurang lama (akibat serangan mikroba). Biji kopi dapat berkeriput karena belum matang sempurna, dan dapat berwarna kemerahan bila proses pemcucial tidak optimal. Selain itu, biji dapat berwarna pucat bila terlalu lama disimpan di tempat lembab, dan dapat pula berwarna belang jika pengeringan tidak merata atau disimpan terlalu lama (Nigam 2009). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap mutu kopi dengan identifikasi terhadap standar mutu, didapatkan mutu kopi kelompok 1 4A (nilai cacat 46,95) dengan dominasi biji kecil 48.8%. Kelompok 2 memiliki mutu kopi 2 (nilai cacat 15,2) dengan dominasi biji besar 48%. Kelompok 3 memiliki mutu kopi 4B (nilai cacat 70,53) dengan dominasi biji besar 56.29%). Kelompok 4 memiliki mutu kopi 5 (nilai cacat 119,9) dengan dominasi biji kopi kecil 48.3%. Kelompok 5 mutu biji kopinya 5 (nilai cacat 124) dengan dominasi biji kopi besar 37.8%. Kelompok 6 memiliki mutu 4A (nilai cacat 51,8) dan dominasi biji besar
48.26%. Secara keseluruhan didapat bahwa biji kopi didominasi dengan ukuran biji kecil dan keunggulan mutu kopi arabika ditunjukkan dengan nilai mutu lebih baik dibanding biji kopi robusta dan wangi (nilai mutu 2 dan dominasi biji ukuran besar). Biji kopi robusta memiliki nilai mutu berkisar 4-5 meski memiliki biji ukuran besar, dan biji kopi wangi memiliki nilai mutu sekitar 4 dengan dominasi biji ukuran kecil. Hasil pengamatan pada kadar air biji kopi setelah penyangraian secara keseluruhan lebih kecil daripada sebelum disangrai. Proses penyangraian ini melibatkan penguapan air dalam biji serta reaksi pirolisis (perubahan menjadi coklat kehitaman) yang umumnya dilakukan pada suhu 180-200 o C. Penyimpangan terjadi pada kelompok 6 karena nilai kadar air naik setelah penyangraian, yang dapat terjadi karena kesalahan procedural yaitu saat pendinginan, biji kopi terlalu rapat sehingga uap air terkumpul kembali, ataupun karena oven yang digunakan bersamaan dengan beberapa kelompok lain mengakibatkan terjadinya aliran uap air. Waktu rata-rata yang diperlukan berkisar 22-50 menit, sedang yang umum terjadi adalah sekitar 10-30 menit tergantung tingkat sangrai yang diinginkan. Selisih waktu yang cukup jauh dapat diakibatkan perbedaan suhu sangrai serta proses yang terhambat karena selama penyangraian jagung yang dicampurkan mengalami pengembangan sehingga beberapa kali proses pemanasan dihentikan. Pada praktikum ini dilakukan pengawasan mutu biji kopi berdasar nilai cacat, yaitu dengan On grade (nilai yang didapat lebih kecil dari batas maksimum nilai cacat sesuai SNI biji kopi). Pada kenyataannya, biji kopi yang didapat memberi hasil dengan kisaran mutu 4-5 dengan nilai cacat, sedang dalam persyaratan kadar air kelompok 1,2,3 memenuhi SNI (lebih kecil dari 12.5%) dan kelompok 4,5,6 memiliki kadar air lebih besar dari 12.5%.
PENUTUP Kesimpulan Kopi merupakan bahan penyegar hasil pengolahan biji kopi yang telah dibersihkan dan disangrai, yang memiliki kandungan kafein sebagai senyawa alkaloid tertinggi dibanding komposisi kimia alkaloid lainnya. Beberapa jenis kopi yang umum dibudidayakan dan diperdagangkan adalah arabika, robusta, dan liberika. Kopi arabika memiliki tingkat kemanisan dan keasaman lebih tinggi dari robusta, namun kadar kafeinnya lebih rendah. Secara tampak fisik, biji kopi arabika lebih besar dan lonjong, sedang robusta cenderung lebih bulat dan lebih kecil. Mutu biji kopi dapat ditentukan dengan mengidentifikasi cacat biji kopi dan membandingkannya dengan tabel standar yang disediakan. Mutu biji kopi untuk kelompok 2 adalah 2 dengan nilai cacat 15,2, serta memenuhi SNI dalam persyaratan kadar air yaitu 1.3%. Terdapat dua metode umum dalam pengolahan biji kopi, yaitu metode basah dan metode kering. Metode basah menghasilkan biji kopi dengan kualitas lebih
baik karena dilakukan proses yang lebih kompleks dan pembersihan biji kopi dari segala kotoran, sedang metode kering yang lebih sederhana, yaitu hanya melalui tahap pengeringan menghasilkan biji kopi dengan mutu lebih rendah dan akhirnya nilai ekonomis yang lebih kecil juga.
Saran Dalam praktikum, sebaiknya proses penyangraian dilakukan dalam tempat yang tidak terkena aliran udara terlalu besar agar api kompor tidak terganggu, serta diberikan model/contoh biji kopi yang telah disangrai sempurna/baik agar praktikan mengetahui hingga pada batas mana (secara sensori : warna atau aroma) proses penyangraian dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Alven NKV. 2014. Encyclopedia of Agriculture and Food Systems. London (UK): Elsevier. [Anonim]. 2012. Macam Macam Kopi .[internet]. [Diunduh 2014 September 21]. Tersedia pada : http://kedaikopiluwakindonesia.com/artikel-kopi/jenis- kopi-macam-macam-kopi. Clarke RJ, Macrae R. 1987. Coffee: Related Beverages. New York City (US): Springer. Hakim RA. 2012. Minuman Penyegar. [internet].[Diunduh 2014 September 21]. Tersedia pada : repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf. Nigam PS, Pandey A. 2009. Biotechnology for Agro-Industrial Residues Utilisation. Berlin, Heidelberg (DE): Springer Science & Bussiness Media. Rothfos B. 1980. Coffee Production. Hamburg (DE) : Gordian-Max-Riech GmbH. Sivetz M, Desrosier NW. 1979. Coffee Technology. Westport, Connecticut (US) AVI Publishing Company. Waller JM, Bigger M, Hillicks RJ. 2007. Coffee Pests, Diseases and Their Management. Wallingford (UK) : CABI. Wijiastuti S. 2010. Pengolahan Kopi Beras Cara Kering/OIB. [internet]. [Diunduh 2014 September 16]. Tersedia pada : http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/ pengolahan-kopi-beras-cara-keringoibost-indische-bereiding.
LAMPIRAN ANALISIS MUTU KOPI BERAS WANGI KELOMPOK 1
No Jenis Cacat Nilai cacat Jumlah cacat Jumlah nilai cacat Persentase 1 1 Biji hitam 1 24 24 10.08 % 2 1 Biji hitam sebagian 0.5 14 7 5.88 % 3 1 Biji hitam pecah 0.5 9 4.5 3.78% 4 1 Kopi gelondong 1 56 56 23.53% 5 1 Biji cokelat 0.25 110 27.5 46.22% 6 1 Kulit kopi ukuran besar 1 0 0 0% 7 1 Kulit kopi ukuran sedang 1 0 0 0% 8 2 Kulit kopi ukuran kecil 0.2 0 0 0% 9 1 Biji berkulit tanduk 0.5 0 0 0% 10 1 Biji berkulit tanduk ukuran besar 0.5 0 0 0% 11 1 Biji berkulit tanduk ukuran sedang 0.2 7 1.4 2.94% 12 1 Biji berkulit tanduk ukuran kecil 0.1 0 0 0% 13 1 Biji pecah 0.2 14 2.8 5.88% 14 1 Biji muda 0.2 0 0 0% 15 1 Biji berlubang 0.1 0 0 0% 16 1 Biji berlubang lebih dari 1 0.2 4 0.8 1.68% 17 1 biji bertutul - tutul 0.1 0 0 0% 18 1 ranting, tanah, batu ukuran sedang 2 0 0 0% 19 1 ranting, tanah, batu ukuran kecil 1 0 0 0% 20 1 ranting, tanah, batu ukuran besar 5 0 0 0% TOTAL 46.95 100%
Mutu 4A Jumlah kopi wangi 368 buah / 49.85 g Biji kopi besar 6.48 g / 49.85 g 12.99 % Biji kopi sedang 19.04 g / 49.85 g 38.19 % Biji kopi kecil 24.33 g / 49.85 g 48.8 %
ANALISIS MUTU KOPI BERAS ARABIKA KELOMPOK 2
No Jenis Cacat Nilai cacat Jumlah cacat Jumlah nilai cacat Persentase 1 1 Biji hitam 1 2 2 13,16% 2 1 Biji hitam sebagian 0.5 2 1 6.57 % 3 1 Biji hitam pecah 0.5 22 11 72.36 % 4 1 Kopi gelondong 1 1 1 6.57 % 5 1 Biji cokelat 0.25 0 0 0% 6 1 Kulit kopi ukuran besar 1 0 0 0% 7 1 Kulit kopi ukuran sedang 1 0 0 0% 8 2 Kulit kopi ukuran kecil 0.2 0 0 0% 9 1 Biji berkulit tanduk 0.5 0 0 0% 10 1 Biji berkulit tanduk ukuran besar 0.5 0 0 0% 11 1 Biji berkulit tanduk ukuran sedang 0.2 1 0.2 1.31 % 12 1 Biji berkulit tanduk ukuran kecil 0.1 0 0 0% 13 1 Biji pecah 0.2 0 0 0% 14 1 Biji muda 0.2 0 0 0% 15 1 Biji berlubang 0.1 0 0 0% 16 1 Biji berlubang lebih dari 1 0.2 1 0.2 1.31 % 17 1 biji bertutul - tutul 0.1 0 0 0% 18 1 ranting, tanah, batu ukuran sedang 2 0 0 0% 19 1 ranting, tanah, batu ukuran kecil 1 0 0 0% 20 1 ranting, tanah, batu ukuran besar 5 0 0 0% TOTAL 15.4 100%
Mutu 2 Jumlah kopi robusta 313 buah / 49.24 g Biji kopi besar 23.64 g / 49.24 g 48% Biji kopi sedang 13.47 g / 49.24 g 27.35 % Biji kopi kecil 9.21 g / 49.24 g 18.7 %
ANALISIS MUTU KOPI BERAS ROBUSTA KELOMPOK 3
No Jenis Cacat Nilai cacat Jumlah cacat Jumlah nilai cacat Persentase 1 1 Biji hitam 1 2 2 2.84% 2 1 Biji hitam sebagian 0.5 13 6.5 9.22% 3 1 Biji hitam pecah 0.5 6 3 4.26% 4 1 Kopi gelondong 1 38 38 53.87% 5 1 Biji cokelat 0.25 14 3.5 4.96% 6 1 Kulit kopi ukuran besar 1 0 0 0% 7 1 Kulit kopi ukuran sedang 1 0 0 0% 8 2 Kulit kopi ukuran kecil 0.2 0 0 0% 9 1 Biji berkulit tanduk 0.5 8 4 5.67% 10 1 Biji berkulit tanduk ukuran besar 0.5 2 1 1.42% 11 1 Biji berkulit tanduk ukuran sedang 0.2 5 1 1.42% 12 1 Biji berkulit tanduk ukuran kecil 0.1 3 0.33 0.46% 13 1 Biji pecah 0.2 35 7 9.93% 14 1 Biji muda 0.2 14 2.8 3.96% 15 1 Biji berlubang 0.1 11 1 1.42% 16 1 Biji berlubang lebih dari 1 0.2 2 0.4 0.57% 17 1 biji bertutul - tutul 0.1 0 0 0% 18 1 ranting, tanah, batu ukuran sedang 2 0 0 0% 19 1 ranting, tanah, batu ukuran kecil 1 0 0 0% 20 1 ranting, tanah, batu ukuran besar 5 0 0 0% TOTAL 70.53 100%
Mutu 4B
Jumlah kopi arabica 273 buah/ 51.98 g Biji kopi besar 29.26 g / 51.98 g 56.29 % Biji kopi sedang 12.61 g /51.98 g 24.26% Biji kopi kecil 9.98 g / 51.98 g 19.20 % ANALISIS MUTU KOPI BERAS WANGI KELOMPOK 4
No Jenis Cacat Nilai cacat Jumlah cacat Jumlah nilai cacat Persentase 1 1 Biji hitam 1 3 3 2.5% 2 1 Biji hitam sebagian 0.5 3 1.5 1.25% 3 1 Biji hitam pecah 0.5 46 23 19.18% 4 1 Kopi gelondong 1 11 11 9.17% 5 1 Biji cokelat 0.25 24 6 5% 6 1 Kulit kopi ukuran besar 1 7 7 5.84% 7 1 Kulit kopi ukuran sedang 1 29 29 24.19% 8 2 Kulit kopi ukuran kecil 0.2 11 2.2 1.83% 9 1 Biji berkulit tanduk 0.5 5 2.5 2.09% 10 1 Biji berkulit tanduk ukuran besar 0.5 1 0.5 0.42% 11 1 Biji berkulit tanduk ukuran sedang 0.2 8 1.6 1.33% 12 1 Biji berkulit tanduk ukuran kecil 0.1 0 0 0% 13 1 Biji pecah 0.2 36 7.2 6% 14 1 Biji muda 0.2 103 20.6 17.18% 15 1 Biji berlubang 0.1 15 1.5 1.25% 16 1 Biji berlubang lebih dari 1 0.2 2 0.4 0.34% 17 1 biji bertutul - tutul 0.1 29 2.9 2.42% 18 1 ranting, tanah, batu ukuran sedang 2 0 0 0% 19 1 ranting, tanah, batu ukuran kecil 1 0 0 0% 20 1 ranting, tanah, batu ukuran besar 5 0 0 0% TOTAL 119.9 100%
Mutu 5 Jumlah kopi wangi 333 buah /47.68 g Biji kopi besar 12.56 g /47.86 g 26.24 % Biji kopi sedang 12 g /47.86 g 25.07 % Biji kopi kecil 23.12 g /47.86 g 48.3 %
ANALISIS MUTU KOPI BERAS ROBUSTA KELOMPOK 5
No Jenis Cacat Nilai cacat Jumlah cacat Jumlah nilai cacat Persentase 1 1 Biji hitam 1 24 24 10.08 % 2 1 Biji hitam sebagian 0.5 14 7 5.88 % 3 1 Biji hitam pecah 0.5 9 4.5 3.78% 4 1 Kopi gelondong 1 56 56 23.53% 5 1 Biji cokelat 0.25 110 27.5 46.22% 6 1 Kulit kopi ukuran besar 1 0 0 0% 7 1 Kulit kopi ukuran sedang 1 0 0 0% 8 2 Kulit kopi ukuran kecil 0.2 0 0 0% 9 1 Biji berkulit tanduk 0.5 0 0 0% 10 1 Biji berkulit tanduk ukuran besar 0.5 0 0 0% 11 1 Biji berkulit tanduk ukuran sedang 0.2 7 1.4 2.94% 12 1 Biji berkulit tanduk ukuran kecil 0.1 0 0 0% 13 1 Biji pecah 0.2 14 2.8 5.88% 14 1 Biji muda 0.2 0 0 0% 15 1 Biji berlubang 0.1 0 0 0% 16 1 Biji berlubang lebih dari 1 0.2 4 0.8 1.68% 17 1 biji bertutul - tutul 0.1 0 0 0% 18 1 ranting, tanah, batu ukuran sedang 2 0 0 0% 19 1 ranting, tanah, batu ukuran kecil 1 0 0 0%
20 1 ranting, tanah, batu ukuran besar 5 0 0 0% TOTAL 124 100%
Mutu 5 Jumlah kopi robusta 238 buah / 50 gram Biji kopi besar 90 buah / 238 buah 37.8 % Biji kopi sedang 71 buah / 238 buah 29.8% Biji kopi kecil 77 buah / 238 buah 32.4%
ANALISIS MUTU KOPI BERAS ARABIKA KELOMPOK 6
No Jenis Cacat Nilai cacat Jumlah cacat Jumlah nilai cacat Persentase 1 1 Biji hitam 1 13 13 25.1% 2 1 Biji hitam sebagian 0.5 0 0 0% 3 1 Biji hitam pecah 0.5 6 3 5.8% 4 1 Kopi gelondong 1 0 0 0% 5 1 Biji cokelat 0.25 58 14.5 28% 6 1 Kulit kopi ukuran besar 1 0 0 0% 7 1 Kulit kopi ukuran sedang 1 0 0 0% 8 2 Kulit kopi ukuran kecil 0.2 0 0 0% 9 1 Biji berkulit tanduk 0.5 9 4.5 8.69% 10 1 Biji berkulit tanduk ukuran besar 0.5 6 3 5.8% 11 1 Biji berkulit tanduk ukuran sedang 0.2 23 4.6 8.9% 12 1 Biji berkulit tanduk ukuran kecil 0.1 14 1.4 2.7% 13 1 Biji pecah 0.2 14 2.8 4.41% 14 1 Biji muda 0.2 15 3 5.8% 15 1 Biji berlubang 0.1 0 0 0% 16 1 Biji berlubang lebih dari 1 0.2 0 0 0% 17 1 biji bertutul - tutul 0.1 20 2 3.86% 18 1 ranting, tanah, batu ukuran sedang 2 0 0 0%
19 1 ranting, tanah, batu ukuran kecil 1 0 0 0% 20 1 ranting, tanah, batu ukuran besar 5 0 0 0% TOTAL 51.8 100%
Mutu 4A Jumlah kopi arabica 309 buah / 30.19 g Biji kopi besar 14.57 g / 30.19 g 48.26 % Biji kopi sedang 8.98 g / 30.19 g 29,75% Biji kopi kecil 6,64 g / 30.19 g 21.99 %
Spesifikasi Persyaratan Mutu Kopi
No Jenis Uji Kel 1 A:J (140:60) Kel 2 R:J (160:40) Kel 3 KW:J (160:40) Kel 4 A:R:J (40:120:40) Kel 5 A:KW:J (40:120:40) Kel 6 R:W:J (80:80:40) 1 Kadar air sebelum disangrai 19% 5.7 % 2.65 % 33.09 % 33% 6.6 % 2 2 Kadar air sesudah disangrai 10% 1.3 % 0.32 % 18.25 % 20% 98.8 % 3 Waktu penyangraian 39 menit 46 menit 26 menit 22.5 menit 29 menit 50 menit