NIM : 43213110135 Kelas : B11324EL (M-706) Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi
Demokrasi : Antara Teori dan Pelaksanaannya di Indonesia K e w a r g a n e g a r a a n 2
A. Pengertian Demokrasi 1. Pengertian Demokrasi Secara Etimologis Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos dan cratos . Demos berarti rakyat, sedangkan cratos atau cratein berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, demokrasi adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat. Dengan kata lain, demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat atau rakyatlah yang berkuasa dan sekaligus diperintah. Pemerintah dalam Negara demokrasi pada dasarnya adalah pilihan rakyat dan diberi tugas untuk menyelenggarakan pemerintahan negara dan mempertanggungjawabkannya kepada rakyat. Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam kehidupan bernegara antara abad ke- 4 SM sampai dengan abad ke-6 M. Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat dilakukan karena Yunani pada waktu itu berupa negara kota (polis) yang penduduknya terbatas pada sebuah kota dan daerah sekitarnya yang berpenduduk sekita 300.000 orang. Ditambah lagi, meskipun ada keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita,dan para budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan. Bila kita tinjau keadaan di Yunani pada saat itu, tampak bahwa rakyat ikut secara langsung. Karena keikutsertaannya yang secara langsung maka pemerintahan pada waktu itu merupakan pemerintahan dengan demokrasi secara langsung. Disebabkan adanya perkembangan zaman dan juga jumlah penduduk yang terus bertambah, maka keadaan seperti yang dicontohkan dalam demokrasi secara langsung yang diterapkan seperti di atas mulai sulit dilaksanakan, dengan alasan berikut : a. Tidak ada tempat yang menampung seluruh warga yang jumlahnya cukup banyak. b. Untuk melaksanakan musyawarah dengan baik dengan jumlah yang banyak sulit dilakukan. K e w a r g a n e g a r a a n 3
c. Hasil persetujuan secara bulat mufakat sulit tercapau, karena sulitnya memungut suara dari peserta yang hadir. d. Masalah yang dihadapi Negara semakin kompleks dan rumit sehingga membutuhkan orang orang yang secara khusus berkecimpung dalam penyelesaian masalah tersebut. Maka, untuk menghindari tersebut dan agar rakyat tetap memegang kedaulatan tertinggi, dibentuklah badan perwakilan rakyat. Badan inilah yang menjalankan demokrasi. Namun pada prinsipnya rakyat tetap merupakan pemegang kekuasaan tertinggi sehingga mulailah dikenal istilah demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, sesuai dengan hukum dan peraturan.
K e w a r g a n e g a r a a n 4
2. Pengertian Demokrasi secara Terminologis Dari sudut terminologis, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli politik. Masing-masing memberikan definisi dari sudut pandang yang berbeda. Berikut ini beberapa definisi tentang demokrasi : a. Menurut Harris Soche Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah. b. Menurut Hennry B. Mayo Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. c. Menurut International Commision for Jurist Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan secara politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas d. Menurut C.F. Strong Suatu Sistem pemerintahan dimana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu. e. Menurut Samuel Huntington Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.
K e w a r g a n e g a r a a n 5
f. Menurut Abraham Lincoln pada tahun 1863 Abraham Lincoln mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people). Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan negara itu mendapat mandat dari rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat adalah pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinngi dalam negara demokrasi. Apabila pemerintah telah mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin penyelenggaraan bernegara, maka pemerintah tersebut sah. Seorang pemimpin seperti presiden, gubernur, bupati, kepala desa, pemimpin politik yang telah dipilih oleh rakyat, berarti telah mendapat mandat secara sah dari rakyat. Pemerintahan yang dijalankan adalah pemerintahan demokrasi sebab berasal dari mandat rakyat. Pemerintahan oleh rakyat berarti pemerintahan negara itu dijalankan oleh rakyat. Meskipun dalam praktik yang menjalankan penyelenggaraan bernegara itu pemerintah, tetapi orang-orang itu pada hakikatnya yang telah dipilih dan mendapat mandat dari rakyat. Selain itu pemerintahan oleh rakyat berarti pemerintahan negara itu diawasi oleh rakyat. Dalam Negara demokrasi, pemerintahan oleh rakyat itu dijalankan oleh sekelompok orang yang disebut wakil rakyat, sebab apabila semua rakyat menjalankan pemerintahan, hal itu tidak mungkin bisa dilakukan. Wakil rakyat inilah yang akan memilih dan menentukan pemerintah negara sekaligus yang akan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan. Rakyat secara tidak langsung melalui wakil- wakilnya membentuk pemerintahan dan mengawasi jalannya pemerintahan. Inilah yang disebut dengan demokrasi tidak langsung. Pemerintahan untuk rakyat berarti pemerintahan itu menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Apabila kebijakan yang dihasilkan hanya untuk kepentingan sekelompok orang dan tidak berdasarkan kepentingan rakyat maka pemerintahan itu bukan merupakan pemerintahan yang demokratis. Karena itu dalam negara demokrasi, pemerintah harus berusaha sebaik mungkin agar K e w a r g a n e g a r a a n 6
kebijakan yang dikeluarkan adalah berasal dari aspirasi rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Agar kebijakan itu aspiratif dan untuk kepentingan rakyat, pemerintah harus bertanggung jawab kepada rakyat dan diawasi oleh rakyat.
B. Prinsip Prinsip Demokrasi Menurut Maswadi Rauf (1997), secara substantif prinsip utama dalam demokrasi ada dua, yaitu : a. Kebebasan/ persamaan (freedom/equality) Kebebasan dan persamaan adalah fondasi demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa adanya pembatasan dari pengusaha. Jadi, bagian yang tak terpisahkan dari ide kebebasan adalah pembatasan kekuasaan penguasa politik. Demokrasi adalah sistem politik yang melindungi kebebasan warganya sekaligus member tugas pemerintah untuk menjamin kebebasan tersebut. Demokrasi pada dasarnya merupakan pelembagaan dari kebebasan. Demokrasi berasumsi bahwa semua orang sama derajat dan hak-hak nya sehingga harus diperlakukan sama pula dalam pemerintahan.
b. Kedaulatan rakyat (peoples sovereignity) Dengan konsep kedaulatan rakyat, pada hakikatnya kebijakan yang dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan mencapai dua hal, pertama, kecil kemungkinan terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan kedua, terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawasan oleh rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati penguasa. Betapa pun niat baik penguasa, jika mereka menafikan control / kendali rakyat, maka ada dua kemungkinan buruk, pertama, kebijakan mereka tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat, dan kedua, yang lebih buruk kebijakan itu korup dan hanya melayani kepentingan penguasa.
K e w a r g a n e g a r a a n 7
C. Asas Asas Demokrasi Suatu negara dapat disebut sebagai negara demokrasi apabila memiliki dua asas yaitu: a. Pengakuan Hak Asasi Manusia sebagai penghargaan martabat manusia. Pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) diwujudkan dengan tindakan dari negara atau pemerintah untuk melindungi HAM tanpa melupakan kepentingan umum.Pengakuan HAM itu ditulis di dalam Undang-Undang Dasar negara dan berbagai bentuk peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran dan pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar Negara yang menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi wajib mencantumkan HAM di dalam UUD negara tersebut, penyusunan peraturan perundangundangan wajib menjunjung tinggi HAM, negara berkewajiban meratifikasi (mengakui dan mengesahkan) berbagai bentuk instrumen HAM internasional. Di dalam negara demokrasi juga dibentuk lembaga perlindungan HAM yang bertugas pihak-pihak yang menderita akibat pelanggaran HAM.
b. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan Dalam negara demokrasi pemerintahan yang berkuasa merupakan pemerintahan yang dibentuk oleh rakyat. Pemerintah yang mengatur negara wajib mendapat dukungan dan partisipasi dari rakyat. Apabila pemerintahan yang ada tidak lagi mendapat dukungan maupun partisipasi dari rakyat, maka pemerintah itu akan runtuh. Antara rakyat dan pemerintah selalu terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan. Pemerintah hanya menjalankan amanat dan mandat dari rakyat sebagai pemilik kedaulatan kekuasaan. Pemerintah berfungsi melindungi rakyat. Jadi tanpa ada pemerintah, rakyat tidak bisa hidup dengan teratur, akan mudah dihancurkan bangsa lain. Sebaliknya pemerintah tanpa dukungan rakyat tidak dapat berbuat apa-apa, program-program pemerintah tidak akan dapat dijalankan dengan baik.
K e w a r g a n e g a r a a n 8
D. Ciri-ciri pokok pemerintahan demokrasi a. Pemerintah berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak. Pemerintahan demokrasi disusun berdasarkan kehendak rakyat dan menjalankan tugas untuk kepentingan rakyat. Penyusunan pemerintahan demokrasi biasanya dilakukan dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum yang melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam masyarakat. Lewat pemilihan umum itulah rakyat dapat menyalurkan aspirasi mereka untuk memilih calon-calon pemimpin bangsa yang akan duduk di dalam pemerintahan. Pejabat negara yang memegang kendali pemerintahan menjalankan tugas berdasarkan hukum atau undangundang yang telah disusun rakyat melalui wakil-wakilnya.
b. Terdapat pemisahan atau pembagian kekuasaan. Dalam pemerintahan demokrasi terdapat pemisahan kekuasaan dalam penyelenggaraan negara. Bentuk pemisahan kekuasaan itu dapat bersifat mutlak (penuh) terpisah, dapat pula berupa pembagian kekuasaan yang tidak mutlak yang berarti lembaga tertentu menjalankan fungsi ganda dalam berbagai bidang. Pembagian kekuasaan yang dipakai secara umum di negara-negara pada umumnya mencakup pemegang kekuasaan legislatif(pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (mengawasi undang-undang).
c. Terdapat tanggung jawab dari pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Pemerintahan demokrasi dituntut tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Demokrasi merupakan pemerintahan rakyat maka menuntut tanggung jawab pelaksanaan pemerintahan kepada rakyat, baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.
E. Ciri-ciri negara demokrasi a. Jaminan akan kebebasan individu. Negara demokrasi menjamin kebebasan individu kepada setiap warga negara. Kebebasan itu diantaranya untuk menentukan nasibnya sendiri sesuai dengan hati nurani dan potensi yang dimilikinya. K e w a r g a n e g a r a a n 9
b. Jaminan HAM. Negara demokrasi menjamin hak asasi warga negara. Wujud jaminan hak asasi ini berupa pembentukan undang-undang, kegiatan pemerintahan maupun tindakan didalam menangani pelanggaran HAM.
c. Pers yang bebas dan bertanggung jawab. Kemerdekaan pers merupakan syarat mutlak bagi negara demokrasi karena pers merupakan sarana yang efektif bagi warga negara untuk memperoleh informasi. Pers yang bebas tetapi bertanggung jawab akan mendorong tumbuh dan berkembang kehidupan masyarakat sehingga meningkat kesejahteraannya.
d. Kesempatan memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap warga negara maka negara yang demokrasi wajib memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga negara untuk memperoleh pendidikan.
e. Negara hukum Negara demokrasi adalah negara yang berdasarkan hukum karena demokrasi menghendaki perdamaian tanpa kekerasan. Negara yang tidak didasari hukum cenderung mengarah kepada diktator, membelenggu kehendak rakyat.
f. Pemerintah berada di bawah kontrol nyata masyarakat. Pemerintahan dalam negara demokrasi selalu mendapatkan pengawasan dari masyarakat baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan rakyat. Dengan pengawasan dari masyarakat diharapkan pemerintahan sesuai aspirasi rakyat dan sesuai hukum yang berlaku.
K e w a r g a n e g a r a a n 10
F. Jenis Jenis Demokrasi 1. Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat a. Demokrasi Langsung (Direct Democracy) Sebenarnya, asas demokrasi pertama kali diterapkan di Yunani Kuno, khususnya di kota Athena. Demokrasi itu diterapkan secara langsung dan dapat juga disebut demokrasi langsung sebab rakyat secara bersama-sama dikumpulkan dan diajak musyawarah dalam suatu rapat untuk mengambil keputusan bersama. Demokrasi langsung dapat diterapkan di Yunani karena pada waktu itu penduduknya masih sedikit sehingga mudah dikumpulkan. Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat dalam pengambilan keputusan atau urusan kenegaraan. Demokrasi langsung dapat diterapkan dalam pemilihan seorang pejabat public, misalnya pemilihan presiden secara langsung. Di desa-desa banyak terdapat praktik demokrasi langsung, yaitu pemilihan kepala desa. Namun, pengambilan keputusan masalah bersama sulit untuk diterapkan demokrasi langsung. Hal itu dikarenakan tidak mungkin mengajak seluruh rakyat berkumpul untuk bermusyawarah mengambil suatu keputusan. Selain itu, permasalahan negara semakin hari semakin kompleks sehingga tidak semua rakyat menguasai permasalahan yang ada. Untuk penyelesaian jalan keluarnya, Negara menggunakan demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.
b. Demokrasi secara Tidak Langsung (Indirect Democracy / Representative Democracy) Demokrasi secara langsung adalah sistem demokrasi yang tidak melibatkan seluruh rakyat tetapi rakyat memberikan kepercayaan kepada para wakilnya untuk membicarakan dan menentukan persoalan-persoalan kenegaraan. Para wakil inilah yang memiliki kekuasaan membentuk, menyelenggarakan, dan mengawasi jalannya pemerintahan. Oleh karena partisipasi rakyat dijalankan melalui para wakil, demokrasi itu disebut juga dengan demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan diterapkan dalam kehidupan negara modern. K e w a r g a n e g a r a a n 11
Badan yang merupakan perwakilan seluruh rakyat tersebut sering disebut parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. Anggota DPR dipilih oleh rakyat dalam pemilihan umum. Dalam negara demokrasi, rakyat berhak mendirikan organisasi politik yang berfungsi mengendalikan jalannya pemerintahan karena pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat dan suara rakyat menentukan putusan terakhir.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat ( Referendum) Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung dengan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya untuk duduk di lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan tugasnya diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat. Referendum adalah pemungutan suara untuk mengetahui kehendak rakyat secara langsung. Referndum terdiri dari dua bentuk, yaitu : Referendum Obligator ( Referendum wajib ) adalah pemungutan suara rakyat yang wajib dilaksanakan untuk menentukan berlakunya suatu undang-undang dasar negara. Misalnya, referendum mengadakan perubahan UUD. Jadi, suatu undang-undang berlaku bila sudah mendapat persetujuan dari rakyat. Referendum Fakultatif ( Referendum tidak wajib) adalah pemungutan suara rakyat yang tidak bersifat wajib untuk menentukan suatu rencana undang-undang. Persetujuan rakyat atas suatu undang-undang diminta bila dalam waktu tertentu setelah undang-undang diumumkan rakyat memintanya. Misalnya, referendum untuk menentukan perlu tidaknya suatu undang-undang dipertahankan, diubah atau direvisi. Ciri ciri demokrasi dengan referendum, adalah : Tugas badan perwakilan berada di bawah pengawasan seluruh rakyat secara langsung Keputusan badan legislatif bisa berlaku melalui persetujuan rakyat atau tanpa persetujuan rakyat sepanjang rakyat menerimanya. K e w a r g a n e g a r a a n 12
Memiliki kebaikan antara lain penyelesaian persoalana antarorganisasi Negara diputuskan oleh rakyat tanpa melalui partai ; dan badan perwakilan bebas menentukan tanpa terpengaruh oleh partai / golongannya. Memiliki kelemahan antara lain pembuatan undang-undang relative lama dan sulit karena rakyat biasa tidak mahir dalam menilai atau menguji suatu undang-undang. Demokrasi dengan sistem referendum ini berlaku di Swiss.
2. Demokrasi Ditinjau dari Hubungan antar Alat Kelengkapan Negara a. Demokrasi dengan Sistem Parlementer Pelaksanaan demokrasi ini ada di dalam sistem pemerintahan parlementer. Negara dengan sistem parlementer meletakkan tanggungjawab pemerintahan pada kabinet. Kabinet dipimpin perdana menteri dan bertanggung jawab atas pemerintahan Negara kepada parlemen. Kekuasaan parlemen sangat besar sebab dapat meminta pertanggungjawaban kabinet dan menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya. Sistem parlementer dapat berlaku di negara yang berbentuk republic maupun monarki. Dalam negara republik parlementer, kepala Negara adalah presiden dan kepala pemerintahan adalah perdana menteri. Dalam Negara monarki parlementer, kepala Negara adalah raja, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana menteri.
Ciri ciri demokrasi parlementer adalah : Kedudukan eksekutif di bawah parlemen dan sangat tergantung pada parlemen. Jumlah anggota parlemen lebih banyak dari eksekutif. Terdapat pembagian kekuasaan dan kerja sama yang erat antara eksekutif dan legislatif. Badan yudikatif yang menjalankan tugas tanpa campur tangan eksekutif dan legislatif. K e w a r g a n e g a r a a n 13
Memiliki kebaikan yaitu mudah tercapainya kesepakatan antara legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, para menteri sebagai hasil pilihan rakyat (melalui parlemen) akan lebih berhati-hati menjalankan tugasnya karena dapat dijatuhkan oleh parlemen. Memiliki kelemahan yaitu kedudukan badan eksekutif tidak stabil, sering terjadi pergantian cabinet. Oleh karena itu, kebijakan politik dan program kerja pemerintah tidak dapat diselesaikan. Demokrasi parlementer diterapkan di Inggris, Eropa Barat, dan Indonesia pada masa UUDS 1950.
b. Demokrasi dengan Sistem Presidensial Pertanggungjawaban pemerintahan negara dalam sistem presidensial berada pada presiden. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan bertanggung jawab kepada lembaga yang mengangkatnya seperti di Amerika Serikat. Ada juga yang bertanggung jawab kepada lembaga yang mengangkatnya seperti di Indonesia. Kabinet berada di bawah pimpinan presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen.
Ciri ciri demokrasi dengan sistem presidensial, yaitu : Praktek kenegaraan dipengaruhi oleh Trias Politica yang dikembangkan oleh Montesquieu. Menurut ajaran ini ada tiga kekuasaan yang terpisah secara tegas yaitu kekuasaan legislative (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (kekuasaan untuk mengadili). Kedudukan Presiden adalah sebagai kepala negara dan kepala pemerintah. Jabatan Presiden dan menteri-menteri tidak tergantung pada dukungan parlemen, sehingga tidak dapat diberhentikan oleh parlemen. Memiliki kebaikan yaitu badan eksekutif lebih stabil karena tidak dapat dibubarkan oleh parlemen, pemerintah dapat melaksanakan program K e w a r g a n e g a r a a n 14
sesuai dengan masa jabatannya, mencegah terjadinya kekuasaan yang terpusat pada seseorang, dan adanya sistem checks and balances (pengawasan dan penyeimbangan) untuk menghindari dominannya kekuasaan pada setiap badan. Memiliki kelemahan yaitu keputusan merupakan hasil tawar menawar antara legislatif dan eksekutif yang seringkali tidak tegas serta proses pengambilan keputusan menyita waktu yang lama. Demokrasi dengan sistem Presidensial berlaku antara lain di Amerika Serikat dan Indonesia.
3. Demokrasi Ditinjau dari Prinsip Ideologi Dilihat dari ideologi yang dianut berbagai bangsa di dunia, demokrasi terdiri dari : a. Demokrasi Liberal yaitu demokrasi yang dilandasi oleh paham kebebasan individu, dengan mengabaikan kepentingan umum. Demokrasi ini dipraktekkan di Negara- negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris. Kaum Komunis menyebut demokrasi ini dengan demokrasi kapitalis, karena dalam demokrasi liberal, kelompok kapitalis (bermodal) selalu memperoleh kemenangan dalam menguasai opini masyarakat. b. Demokrasi Rakyat Yaitu demokrasi yang dilandasi paham sosialis / komunis, dengan mengutamakan kepentingan negara tapi mengabaikan kepentingaan perseorangan. Kekuasaan terpusat pada penguasa tertinggi dalam Negara dan otoritas penguasa dapat dipaksakan kepada rakyat. Demokrasi rakyat berlaku di Negara-negara komunis, seperti Rusia, Korea Utara, RRC dan Negara-negara di Eropa Timur. c. Demokrasi Pancasila Yaitu demokrasi khas Indonesia yang berasakan musyawarah untuk mufakat, dengan mengutamakan keseimbangan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
K e w a r g a n e g a r a a n 15
4. Demokrasi Berdasarkan Titik Perhatian Berdasarkan titik perhatiannya, sistem politik demokrasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Demokrasi Formal Demokrasi formal disebut juga demokrasi liberal atau demokrasi model Barat. Demokrasi formal adalah suatu sistem politik demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Dalam demokrasi formal, semua orang dianggap mempunyai derajat dan hak yang sama.
b. Demokrasi Material Demokrasi Material adalah sistem politik demokrasi yang menitikberatkan pada upaya-upaya untuk menghilangkan perbedaan dalam bidang-bidang ekonomi, sedangkan persamaan bidang politik kurang diperhatikan bahkan kadang-kadang dihilangkan. Usaha untuk mengurangi perbedaan di bidang ekonomi dilakukan oleh partai penguasa dengan mengatasnamakan negara dimana segala sesuatu sebagai hak milik negara dan hak milik pribadi tidak diakui.
c. Demokrasi Gabungan Demokrasi gabungan adalah demokrasi yang menggabungkan kebaikan serta membuang keburukan demokrasi formal dan demokrasi material. Persamaan derajat dan hak setiap orang diakui, tetapi demi kesejahteraan seluruh aktivitas rakyat dibatasi. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat, jangan sampai mengabdikan apalagi menghilangkan persamaan derajat dan hak asasi manusia.
K e w a r g a n e g a r a a n 16
G. Pentingnya Kehidupan Demokrasi dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Budaya demokrasi sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kita sejak lama. Semua masalah senantiasa dimusyaarahkan sehingga permasalahan yang dihadapi dapat terpecahkan dengan baik. Di masyarakat desa, kita jumpai rembug desa, yaitu musyawarah yang dilakukan di desa secara teratur untuk membicarakan masalah masalah yang dihadapi. Nilai lebih musyawarah untuk mufakat adalah pembahasan masalah dilaksanakan dengan megembangkan rasa saling menghargai, saling menghormati, tidak saling mencurigai, dan tidak berprasangka buruk.
Ciri-ciri musyawarah mufakat, antara lain sebagai berikut : 1. Masalah yang dibicarakan merupakan kepentingan bersama. 2. Pembicaraan harus dapat diterima dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Dengan ciri musyawarah mufakat tersebut, hasil keputusan musyawarah akan mempunyai kelebihan. Kelebihan musyawarah akan mempunyai kelebihan. Kelebihan musyawarah, yaitu hasil keputusan lebih bermutu tinggi, dapat diterima orang banyak, mampu menampung aspirasi orang banyak, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun musyawarah mufakat, antara lain masalah yang sulit akan mudah dipecahkan, masalah yang berat akan menjadi ringan, dan dapat meningkatkan rasa kekeluargaan, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Pelaksanaan musyawarah dapat mencapai mufakat apabila ada usaha untuk memadukan berbagai pendapat yang berbeda, kemudian dicari pemecahannya. Pemecahan ini akan menghasilkan keputusna bersama. Keputusan bersama dapat tercapai apabila peserta musyawarah menggunakan akal sehat dan hati nurani yang luhur, beritikad baik, bersikap jujur, saling menghargai pendapat orang lain, serta diliputi semangat kekeluargaan.
K e w a r g a n e g a r a a n 17
Pentingnya pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat adalah untuk menghindari adanya perselisihan di antara peserta musyawarah. Budaya demokrasi ini sering disebut Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang bersumberkan kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Demokrasi Pancasila mengandung makna bahwa penyelesaian nasional yang menyangkut perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sejauh mungkin ditempuh dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat demi kepentingan rakyat.
Nilai lebih demokrasi pancasila adalah adanya penghargaan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak minoritas tidak diabaikan. Oleh karena itu, dalam demokrasi Pancasila tidak mengenal dominasi mayoritas ataupun tirani minoritas. Dominasi mayoritas adalah kelompok besar yang menguasai segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengabaikan kelompok kecil. Tirani minoritas adalah kelompok keci yang menguasai segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengabaikan kelompok besar.
Oleh karena budaya demokrasi bangsa Indonesia tersebut baik, kita perlu membiasakan diri melaksanakannya di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. Pentingnya kehidupan demokrastis dalam kehidupan keluarga Berulangkali disinggung bahwa keluarga merupakan dasar untuk membentuk kelompok lebih besar, seperti masyarakat, bangsa dan negara. Jika dari keluarga telah terwujud kehidupan yang demokratis, maka kian mudah mewujudkan negara berkehidupan demokratis. Kehidupan demokratis memang sangat diperlukan dan memiliki arti penting dalam kehidupan keluarga, diantaranya : a. Meningkatnya rasa kasih sayang di antara sesama anggota keluarga b. Terjalin komunikasi akrab dan harmonis sebab semua kehendak / keinginan anggota keluarga dapat disalurkan. K e w a r g a n e g a r a a n 18
c. Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban masing- masing anggota keluarga sebab pembagian tugas dan tanggung jawab melibatkan seluruh anggota keluarga. d. Terhindarnya perselisihan antara anggota keluarga karena setiap ada permasalahan dapat diselesaikan melalui musyawarah. e. Memberi motivasi kepada seluruh anggota keluarga untuk bekerja lebih giat karena semua anggota keluarga
2. Pentingnya kehidupan demokrastis dalam kehidupan sekolah Hampir mirip keluarga, sekolah merupakan tempat melatih kehidupan demokratis. Jika di sekolah telah terwujud kehidupan yang demokratis maka akan terbentuk pula Negara demokratis. Adapun arti penting kehidupan demokratis dalam kehidupan sekolah antara lain : a. Meningkatnya rasa kasih sayang di antara sesama warga sekolah. b. Terjalin komunikasi akrab dan harmonis di antara sesama warga sekolah, karena semua kehendak / keinginan anggota keluarga dapat disalurkan. c. Bisa menghindari tindak kekerasan baik antar-siswa maupun guru dengan siswa karena demokrasi anti kekerasan, Permasalahan diselesaikan secara damai. d. Memberi motivasi kepada seluruh warga sekolah untuk bekerja lebih giat karena semua anggota keluarga merasa senang dan puas, merasa lebih dihargai kedudukannya di dalam sekolah. e. Dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban sekolah karena dengan terwujudnya kehidupan demokratis semua warga sekolah puas, tidak ada yang memiliki rasa dendam dan benci terhadap sekolah/ warga sekolah. f. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lebih berhasil guna dan berdaya guna sebab dengan suasana yang demokratis, siswa lebih aktif dan partisipatif tidak memiliki rasa takut terhadap guru. g. Dapat mendidik siswa untuk berpikir kritis dan memiliki kepedulian terhadap situasi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya dan tidak takut mengemukakan pendapat/gagasan. K e w a r g a n e g a r a a n 19
3. Pentingnya kehidupan demokratis dalam kehidupan masyarakat Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial. Ia perlu bermasyarakat. Sementara kehidupan masyarakat memerlukan tatanan, sistem, dan landasan yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bersama. Demokrasi merupakan sistem dan tatanan yang dipandang mampu menampung segala permasalahan dan aspirasi yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Atas dasar inilah kehidupan demokratis memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat, seperti berikut ini : a. Meningkatnya rasa kasih sayang di antara sesama warga masyarakat. b. Terjalinnya komunikasi yang akrab dan harmonis di antara sesame warga masyarakat karena semua kehendak / keinginan anggota masyarakat dapat disalurkan. c. Tindak kekerasan antara warga bisa terhindarkan, karena demokrasi mengajarkan anti kekerasan, permasalahan diselesaikan secara damai. d. Memberi motivasi kepada seluruh anggota masyarakat untuk bekerja lebih giat karena merasa lebih dihargai kedudukan mereka. e. Dapat meningkatkan keamanan maupun ketertiban masyarakat. Demokrasi menghilangkan rasa dendam dan benci terhadap sesamanya. f. Meningkatkan rasa kebersamaan dan kegotong-royongan sehingga lebih semangat melaksanakan pembangunan. g. Menghilangkan rasa saling curiga mencurigai di antara sesama warga masyarakat.
4. Pentingnya kehidupan demokratis dalam kehidupan kenegaraan Negara merupakan kelompok besar manusia yang hidup bersama. Kelompok besaer ini bersama-sama mencapai satu tujuan yakni meningkatkan kesejahteraan hidup. Kelompok besar ini tersusun dari kelompok dan golongan lebih kecil dengan kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan itu sulit untuk diseragamkan tetapi dapat disatukan apabila semua kelompok dan golongan merasa kepentingannya dapat disalurkan. Sarana yang tepat dalam K e w a r g a n e g a r a a n 20
menyalurkan berbagai kepentingan berbeda itu adalah sistem pemerintahan yang demokrasi. Atas dasar inilah maka kehidupan demokratis dalam bernegara perlu diwujudkan.
H. Demokrasi di Indonesia Hampir setiap negara modern di dunia ini menerapkan sistem demokrasi. Meskipun demikian, pelaksanaan demokrasi untuk masing masing negara berbeda. Hal itu dimungkinkan karena adanya perbedaan sejarah bangsa, falsafah hidup, dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, demokrasi di Indonesia berbeda pula dengan demokrasi di negara lain.
1. Demokrasi Desa Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya telah mempraktikkan ide tentang demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan dalam tingkat kenegaraan. Di tingkat bawah, bangsa Indonesia telah berdemokrasi, tetapi di tingkat atas, Indonesia pada masa lalu adalah feodal. Menurut Mohammad Hatta dalam Padma Wahyono (1990),desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa. Itulah yang disebut demokrasi asli.
Demokrasi desa memiliki 5 (lima) unsur, yaitu : a. Rapat, b. Mufakat c. Gotong-royong d. Hak mengadakan protes bersama e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.
Demokrasi desa tidak bisa dijadikan pola demokrasi untuk Indonesia modern. Namun, kelima unsur demokrasi desa tersebut dapat dikembangka menjadi konsep demokrasi Indonesia yang modern. Demokrasi Indonesia modern menurut Moh, Hatta harus meliputi 3 (tiga) hal, yaitu : K e w a r g a n e g a r a a n 21
a. Demokrasi di bidang politik b. Demokrasi di bidang ekonomi c. Demokrasi di bidang sosial.
2. Demokrasi Pancasila Bersumber pada ideologinya, demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan filsafat hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti ketentuan-ketentuan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Demokrasi di Indonesia berdasar atas Pancasila, Hal ini mengingat bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah bangsa dan negara yang mendasari segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, UUD 1945 sebagai dasar konstitusional negara Republik Indonesia juga berdasarkan pada Pancasila. Secara luas, demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-niali Pancasila dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Namun, secara sempit demokrasi Pancasila dapat diartikan sebagai kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
a. Pancasila sebagai Landasan Demokrasi di Indonesia Seperti dikatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai demokrasi. Dalam sejarahnya, Pancasila sendiri lahir secara demokratis. Pancasila merupakan kesepakatan bersama dari semua golongan masyarakat Indonesia ketika akan merumuskan dasar Negara. Setiap sila dari Pancasila adalah suatu ajaran demokrasi.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa berarti member kebebasan untuk menganut agama lain dan menghargai keyakinan orang lain. Kebebasan memeluk agama adalah hak paling asasi dan merupakan esensi dari demokrasi. K e w a r g a n e g a r a a n 22
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengajak orang untuk memperlakukan semua orang sama berdasar harkat dan martabatnya. Dengan sila ini, pemaksaan, penindasan, dan pemerkosaan terhadap orang lain adalah tindakan yang tidak adil dan suatu kebiadaban. Hai ini selaras dengan paham demokrasi yang menganggap semua orang sama harkat dan martabatnya sehingga harus diperlakukan secara adil dan beradab.
Sila Persatuan Indonesia bermakna bahwa persatuan lebih utama dari perpecahan dan pertentangan. Perpecahan dan pertentangan hanya akan menimbukjan penindasan dan ketidak-adilan. Persatuan Indonesia tidak menghilangkan perbedaan tetapi mengakui dan bekerja sama dalam kesatuan. Demokrasi juga mengakui perbedaan tetapi saling tergantung untuk bekerja sama.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan menyatakan bahwa rakyatlah yang berdaulat dalam suatu negara. Kedaulatan itu dijalankan melalui perwakilan dan dengan mekanisme permusyawaratan/perwakilan. Sila keempat ini menjadi landasan mekanisme demokrasi Pancasila.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan tujuan dari demokrasi di Indonesia. Demokrasi bukanlah tujuan, tetapi alat atau sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan dari pemerintahan demokrasi di Indonesia haruslah mengarah pada tercapainya keadilan sosial. Jika demokrasi yang dijalankan tidak berhasil mewujudkan keadilan maka gagallah pelaksanaan demokrasi. Keadilan sosial menjadi dasar sekaligus cita-cita dari demokrasi di Indonesia.
Dengan demikian, nilai nilai demokrasi yang terkandung dalam sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut : K e w a r g a n e g a r a a n 23
1. Kebebasan yang harus disertai tanggung jawab, baik kepada masyarakat maupun bangsa dan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pengakuan tinggi terhadap harkat dan martabat seseorang. 3. Peningkatan persatuan dalam hidup bersama. 4. Pengakuan perbedaan atas individu, kelompok, ras, suku,budaya, agama karena perbedaan adalah bawaan kodrat manusia. 5. Pengakuan adanya hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, dan suku. 6. Perbedaan dalam suatu kerjasama ke arah kemanusiaan yang adil dan beradab. 7. Musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan beradab. 8. Keadilan sosial sebagai cita-cita bersama.
Nilai-nilai demokrasi yang bersumber pada Pancasila itu hendaknya menjadi landasan bagi cara kerja atau prosedur demokrasi yang diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan ataupun negara. Sebagai landasan berdemokrasi, nilai- nilai itu merupakan satu kesatuan yang aharus mewarnai perjalanan demokrasi di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan.
b. Nilai nilai Demokrasi Pancasila di Indonesia Nilai nilai demokrasi Pancasila dijadikan dasar pedoman dalam penerapan budaya demokrasi di Indonesia. Bangsa Indonesia berkewajiban menerapkan nilai-nilai tersebut dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Berikut ini adalah uraian tentang nilai- nilai yang terkandung dalam demokrasi pancasila sebagai dasar pelaksanaan demokrasi di Indonesia 1. Pengakuan dan Tanggung Jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa Pelaksanaan demokrasi pancasila diarahkan melalui keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam penolakan terhadap atheism atau anti agama dalam hidup bernegara. Penyelenggaraan hidup K e w a r g a n e g a r a a n 24
bernegara didasarkan kepada sikap dan budi pekerti manusia yang luhur dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama. Penerapan demokrasi yang dijiwai tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa akan melahirkan sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai- nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan. Dalam pengambilan keputusan bagi kepentingan uum akan memperhatikan hal-hal yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan dilandasi hati nurani yang luhur.
2. Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Kemanusiaan yang adil dan beradab bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sesuai kodratnya bersikap dan berbuat sesuai dengan potensi budi nuraninya yang menyadari adanya nilai dan norma serta kesusilaan dan keadilan. Seluruh warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama terhadap undang-undang negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama, dijamin hak dan kebebasannya dalam berhubungan dengan masyarakata, negara dan beribadah kepada Tuhan. Tiap-tiap warga negara juga memiliki kemerdekaan mengemukakan pendapat dan hidup layak sesuai dengan pokok yang dimilikinya. Kerakyatan dalam demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa manusia sebagai insan beragama memiliki kesadaran akan berlakunya norma keagamaan serta keadilan. Kerakyatan yang berlandaskan kemanusiaan yang adil dan beradab menghendaki terciptanya norma keadilan serta budi luhur dalam hidup bernegara. Budaya demokrasi yang dijiwai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab akan melahirkan sikap serta perilaku. Sikap dan perilaku itu antara lain tidak memaksakan kehendak dan pendapatnya kepada orang lain, tidak bersikap semena-mena kepada orang lain serta menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan.
K e w a r g a n e g a r a a n 25
3. Menjamin dan Menciptakan Persatuan serta Kesatuan Bangsa Persatuan Indonesia merupakan bentuk paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Paham kebangsaan Indonesia mengatasi berbagai paham golongan, ethis, dan asal keturunan. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang menduduki wilayah tumpah darah Indonesia, dengan memiliki cita-cita yang sama untuk mewujudkan kemerdekaan, dan tercapainya tujuan Nasional. Demokrasi Pancasila yang berdasarkan persatuan Indonesia menghendaki persatuan dan kesatuan seluruh bangsa serta tumpah darah Indonesia, dan identitas sebagai bangsa yang berdaulat, baik ke dalam maupun ke luar (dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa di dunia). Budaya demokrasi yang dijiwai nilai persatuan Indonesia akan menumbuhkan sikap dan perilaku. Sifat dan perilaku itu antara lain mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan. Dengan demikian, tercapainya suatu keputusan ditujukan bagi kepentingan persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung arti keadilan berlaku bagi seluruh masyarakat di berbagai bidang baik hokum, politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan maupun agama. Adanya usaha untuk mencapai kepentingan individu dan umum, kehidupan jasmani dan rohani secara seimbang menunjukkan bahwa keadilan sosial harus memenuhi keseimbangan hal-hal yang bersifat material dan spiritual. Demokrasi Pancasila yang dihubungkan dengan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, meliputi : 1. Keseimbangan hak dan kewajiban setiap warga Negara 2. Kesamaan hak pribadi dalam keluarga 3. Pengakuan hak organisasi politik, ekonomi dan sosial. K e w a r g a n e g a r a a n 26
4. Pengakuan hak memajukan kebudayaan, ekonomi, dan pembangunan. 5. Prinsip yang menolak paham etatisme ( negara mematikan potensi unit ekonomi di luar sektor negara), monopoli ( penjual tunggal ), monopsoni ( pembeli tunggal), dan free fight liberalism ( persaingan bebas yang mengeksploitasi manusia atau bangsa lain).
Pelaksanaan demokrasi yang dilandasi sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan melahirkan sikap dan perbuatan adil itu, antara lain menghormati hak-hak orang lain, member pertolongan kepada orang lain, menghindari sikap dan merugikan kepentingan umum, menjauhi sikap pemerasan, mewujudkan kemajuan yang merata dan mengembangkan semangat kekeluargaan serta kegotongroyongan.
I. Perkembangan Demokrasi di Indonesia Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dan setua dengan usia Republik Indonesia itu sendiri. Lahirnya konsep demokrasi dalam sejarah modern Indonesia dapat ditelusuri pada sidang-sidang BPUPKI antara bulan Mei sampai Juli 1945. Meskipun pemikiran mengenai demokrasi telah ada pada para pemimpin bangsa sebelumnya, namun pada momen tersebut, pemikiran mengenai demokrasi semakin mengkristal menjadi wacana publik dan politis. Ada kesamaan pandangan dan konsensus politik dari para peserta sidang BPUPKI bahwa kenegaraan Indonesia harus berdasarkan kerakyatan / kedaulatan rakyat atau demokrasi. Cita-cita atau ide demokrasi ada pada para founding fathers bangsa (Suseno, 1997). Para pendiri bangsa bersepakat bahwa negara Indonesia merdeka haruslah negara demokrasi. Namun terdapat pandangan yang berbeda mengenai bagaimana seharusnya cita-cita demokratis itu diterapkan dalam pemerintahan Negara. Pada momen sidang itu diperdebatkan apakah hak-hak demokratis warga negara perlu diberi jaminan dalam undang-undang dasar atu tidak. Pandangan pertama diwakili oleh Sopepmo dan Soekarno yang secara gigih menentang dimasukkannya hak-hak tersebut dalam konstitusi. Pandangan kedua diwakili K e w a r g a n e g a r a a n 27
Moh. Hatta dan Moh. Yamin yang memandang perlunya pencantuman hak-hak warga dalam undang-undang dasar. Paradigma kenegaraan Soepomo yang disampaikan tanggal 31 Mei 1945 terkenal dengan ide integralistik bangsa Indonesia. Menurut Soepomo, politik pembangunan negara harus sesuai dengan struktur sosial masyarakat Indonesia. Bentuk Negara harus mengungkap semangat kebatinan bangsa Indonesia yaitu hasrat rakyat akan persatuan (Suseno, 1997). Negara merupakan kesatuan integral dengan masyarakatnya. Individu dan golongan dalam masyarakat menyatu dan mengabdi pada Negara. Negara bersifat mengayomi segenap kepentingan masyarakat. Tidak perlu adanya jaminan hak- hak rakyat oleh negara karena secara otomatis telah terjamin dalam negara yang integral. Dengan paham ini, ditolak alam pikiran individualism. Individualisme adalah asing, oleh karena itu bangsa Indonesai harus menolak seluruh sistem demokrasi Barat sebagai tempat asal individualism termasuk pencantuman hak- hak warga negara dalam konstitusi. Pandangan Hatta mengenai demokrasi dapat kita telusuri pada tulisannya di tahun 1932 dengan judul Demokrasi kita. Hatta setuju dnegan demokrasi yang dikatakannya dengan istilah kerakyatan. Hatta menganggap dan percaya bahwa demokrasi/kerakyatan dan kebangsaan sangat cocok untuk keperluan pergerakan Indonesia di masa datang (Hatta, 1953). Kerakyatan itu sama dengan kedaulatan rakyat, namun berbeda dengan kedaulatan individu di negara-negara Barat. Menurutnya, demokrasi di Negara Barat hanya terbatas pada bidang politik, sedangkan kedaulatan rakyat Indonesia juga memuat bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat Indonesia tidak bersifat individu, tetapi kolektivitet/rasa bersama dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Dengan pandangan ini, Hatta mengusulkan agar hak-hak warga negara termuat dalam undang-undang dasar karena ini merupakan perwujudan dari demokrasi politik. Disamping itu, Hatta juga mengusulkan perlunya pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat supaya tidak timbul kadaver disiplin.
K e w a r g a n e g a r a a n 28
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dapat pula dibagi ke dalam periode berikut : 1. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Revolusi ( 1945 s/d 1950 ) Dalam rentang tahun 1945 1950, bangsa Indonesia masih berjuang melawan Belanda yang ingin menjajah kembali di Indonesia. Pada masa itu penyelenggaraan pemerintahan dan demokrasi di Indonesia belum dapat berjalan dengan baik. Hal itu dikarenakan bangsa Indonesia masih disibukkan oleh revolusi fisik. Pada masa itu para pemimpin negara memiliki komitmen yang kuat untuk membentuk pemerintahan demokratis yang berlandaskan pada konstitusi negara, yaitu UUD RI Tahun 1945. Pada awalnya, pemerintahan Indonesia menunjukkan adanya sentralisasi kekuasaan pada diri presiden. Hal ini dapat terjadi karena pada masa itu lembaga-lembaga politik demokrasi, misalnya MPR atau DPR, belum terbentuk. Kondisi tersebut sangat nyata terlihat pada Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyatakan,Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang- Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah komite nasional. Oleh karena itu, untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia bukan negara yang demokratis atau absolut, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menciptakan pemerintahan demokratis. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan Fungsi KNIP menjadi Fungsi Parlemen. b. Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945 mengenai Pembentukan Partai Politik. c. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan dari Kabinet Presidensial ke Kabinet Parlementer.
Serangkaian kebijakan tersebut pada akhirnya membawa perubahan dalam sistem pemerintahan di Indonesia pada waktu itu. Sistem pemerintahan K e w a r g a n e g a r a a n 29
yang semula presidensial pun akhirnya berubah menjadi sistem pemerintahan parlementer. Namun, pada masa-masa kritis tersebut, kepemimpinan Soekarno dan Hatta akhirnya berperan kembali dalam pemerintahan nasional. Pada akhir tahun 1949, pemerintahan kembali ke sistem presidensial.
2. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama a. Masa Demokrasi Liberal ( 1950 s/d 1959 ) Masa antara tahun 1950 1959 diwarnai dengan suasana dan semangat yang ultra-demokratis. Kabinet dalam pemerintahan berubah ke sistem parlementer, sedangkan Soekarno dan Hatta dijadikan simbol dengan kedudukan sebagai kepala negara. Demokrasi yang digunakan pada waktu itu adalah demokrasi parlementer atau liberal. Adapun undang-undang dasar yang dipergunakan pada waktu itu adalah UUDS 1950. Cara kerja sistem pemerintahan parlementer di Indonesia pada waktu itu adalah sebagai berikut : 1) Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPR, yang dibentuk melalui pemilu multipartai. Partai politik yang menguasai mayoritas kursi DPR membentuk kabinet sebagai penyelenggara pemerintahan negara. 2) Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/dewan menteri, yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Kabinet dibentuk dan bertanggungjawab kepada DPR. 3) Presiden hanya berperan sebagai kepala negara, bukan kepala pemerintahan. Adapun kepala pemerintahan dijabat oleh perdana menteri. 4) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas. 5) Jika DPR menilai kinerja menteri/beberapa menteri/kabinet kurang atau bahkan tidak baik, DPR dapat memberi mosi tidak percaya kepada seseorang atau beberapa menteri atau bahkan kabinet secara keseluruhan. Jika diberi mosi tidak percaya, menteri, para menteri, atau kabinet itu harus mengundurkan diri/membubarkan diri. 6) Jika kabinet bubar, presiden akan menunjuk formatur kabinet untuk menyusun kabinet baru. K e w a r g a n e g a r a a n 30
7) Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya lagi kepada kabinet yang baru itu, maka DPR dibubarkan dan diadakan pemilihan umum
Dalam praktiknya, pelaksanaan demokrasi parlementer/liberal ini menimbulkan ketidakstabilan politik karena sering berganti-gantinya kabinet/ dewan menteri. Oleh sebab itu timbul beberapa dampak negatif selama Indonesia menggunakan demokrasi parlementer, yaitu di antaranya sebagai berikut : 1) Usia (masa kerja) rata-rata kabinet yang pendek menyebabkan banyak kebijakan pemerintahan jangka panjang tidak dapat terlaksana. Pada masa itu telah terjadi tujuh kali pembentukan kabinet baru. Jadi, usia kerja rata-rata tiap kabinet pada waktu itu kurang lebih hanya satu tahun. 2) Terjadi ketidakserasian hubungan dalam tubuh angkatan bersenjata setelah terjadinya peristiwa 17 Oktober 1952. Anggota ABRI mulaiterbelah dua, di satu sisi memihak Wilopo, di sisi lain ada yang memihak Presiden Soekarno. Hal inilah yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. 3) Terjadi perdebatan terbuka antara Isa Anshary (tokoh Masyumi) dengan Presiden Soekarno mengenai penggantian Pancasila dengan dasar negara yang lebih Islami, sehingga mengganggu konsensus tentang tujuan-tujuan negara. Setelah kejadian tersebut timbul kesan bahwa terjadi ketegangan antara umat Islam dengan penguasa. 4) Kebijakan beberapa menteri yang lebih mementingkan partai/golongannya sendiri sering menimbulkan kerugian perekonomian secara nasional. Selain itu, jabatan pemerintahan telah menjadi ajang rebutan pengaruh bagi partai-partai yang berkuasa. Oleh karenanya, pada masa tersebut pergantian pejabat pemerintahan sering terjadi bukan dikarenakan atas dasar prestasi kerja atau kebutuhan, melainkan atas dasar pertimbangan memenuhi kepentingan partai politik yang sedang berkuasa. 5) Beberapa kelompok melakukan pemberontakan terhadap negara, misalnya, PRRI dan Permesta, sehingga menimbulkan masalah baru bagi pemerintahan. K e w a r g a n e g a r a a n 31
Namun demikian, masa demokrasi parlementer yang dianut bangsa Indonesia pada waktu itu tidak hanya memiliki dampak negatif semata. Menurut Herbert Feith, pada masa itu juga memiliki dampak positif, baik dari segi cita-cita negara hukum, negara demokrasi, maupun negara republik yang bertujuan menyejahterakan rakyat.
Hal-hal positif yang diungkapkan oleh Feith antara lain sebagai berikut : 1) Badan-badan pengadilan memiliki kebebasan dalam menjalankan fungsinya, termasuk dalam menangani kasus-kasus yang menyangkut para menteri, petinggi militer, maupun pemimpin partai. 2) Pemerintah dianggap berhasil dalam melaksanakan program di bidang pendidikan, peningkatan produksi, ekspor, ataupun dalam hal mengendalikan inflasi 3) Pemerintah dan rakyat Indonesia pada waktu itu mendapat apresiasi yang baik dari dunia internasional karena berpartisipasi dalam memimpin gerakan Non-Blok. Hal ini ditunjukkan oleh bangsa Indonesia saat menggelar Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada bulan April 1955. 4) Banyak permasalahan dapat diselesaikan dengan baik oleh DPR dan pemerintah. 5) Peningkatan status sosial di kalangan masyarakat karena pesatnya jumlah pertumbuhan sekolah-sekolah. 6) Antarumat beragama jarang terjadi gesekan atau ketegangan. 7) Kaum Tionghoa mendapat perlindungan dari pemerintah. 8) Pers mendapatkan kebebasan dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.
b. Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 1965 )
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, masa demokrasi parlementer atau liberal secara resmi berakhir. Sejak saat itu, pemerintahan Indonesia mulai menggunakan sistem demokrasi terpimpin. Istilah demokrasi K e w a r g a n e g a r a a n 32
terpimpin diperkenalkan oleh Presiden Soekarno. Sistem demokrasi terpimpin timbul dikarenakan ketidaksenangan Presiden Soekarno terhadap partai- partai politik pada waktu itu yang dinilai lebih mementingkan kepentingan partai dan ideologinya masing-masing dibandingkan kepentingan yang lebih luas. Di samping itu, Presiden Soekarno juga menganggap bahwa demokrasi parlementer yang digunakan pemerintahan Indonesia tidak sesuai dengan kepribadian bangsa yang pada dasarnya berjiwa kekeluargaan. Demokrasi terpimpin yang dikemukakan oleh Presiden Soekarno tersebut memberlakukan kembali UUD RI Tahun 1945. Oleh karena itu, sistem demokrasi terpimpin dilaksanakan atas dasar Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Menurut Ketetapan MPRS No. VIII/MPRS/1965, pengertian dasar demokrasi terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan pada Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunis).
Ciri umum demokrasi terpimpin antara lain : 1. Dominasi seorang pemimpin atau presiden 2. Terbatasnya peran partai politik 3. Berkembangnya pengaruh komunis atau PKI
Pada kenyataannya, pelaksanaan demokrasi terpimpin justru menyimpang dari prinsip negara hukum dan negara demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai penyimpangan tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Kekuasaan peradilan tidak memiliki kebebasan Kekuasaan peradilan pada waktu itu dijadikan alat oleh pemerintah untuk menghukum pemimpin politik yang menentang atau memprotes kebijakan pemerintah. Hal itu tampak dengan adanya UU No. 19 Tahun 1964 yang K e w a r g a n e g a r a a n 33
menentukan bahwa demi kepentingan revolusi, presiden berhak untuk mencampuri proses peradilan. Kebijakan tersebut sangatlah bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945. 2) Adanya pengekangan hak-hak asasi warga negara di bidang politik Pengekangan tersebut terutama terjadi pada kebebasan pers. Liputan atau ulasan pers sangat dibatasi, dalam arti tidak boleh menentang kebijakan pemerintah. Surat kabar yang berani bertindak demikian akan diberangus, dalam arti izin terbitnya akan dicabut. Tokohtokoh politik juga dilarang mengeluarkan pendapat yang melawan pemerintah. Partai politik yang berani mengeluarkan pendapat yang berlainan dengan keinginan pemerintah akan dicap kontrarevolusi atau antipemerintah. 3) Kekuasaan presiden melampaui batas kewenangan Pada masa itu, presiden banyak membuat kebijakan yang melebihi kewenangannya. Banyak hal yang seharusnya diatur dalam bentuk undang-undang dan harus disetujui terlebih dahulu oleh DPR, ternyata hanya diatur oleh presiden sendiri dalam bentuk Penetapan Presiden. 4) Pembentukan lembaga negara ekstrakonstitusional Presiden juga membentuk lembaga kenegaraan yang tidak tertera dalam UUD RI Tahun 1945, seperti Front Nasional, yang kemudian ternyata malah dimanfaatkan oleh pihak komunis untuk mempersiapkan pembentukan negara komunis di Indonesia. 5) Pengutamaan fungsi pimpinan (presiden) Pada masa itu fungsi presiden sangat diutamakan, yang mengakibatkan mekanisme formal kenegaraan yang sudah diatur dalam UUD RI Tahun 1945 menjadi lemah. Pengutamaan fungsi presiden tampak dalam hal-hal berikut ini : Dalam mekanisme kerja, jika MPR dan DPR, tidak berhasil mengambil putusan, persoalan tersebut diserahkan kepada presiden untuk memutuskan. Pimpinan MPR, DPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya diberi kedudukan sebagai menteri sehingga mereka menjadi bawahan K e w a r g a n e g a r a a n 34
presiden. Padahal menurut UUD 1945 MPR adalah lembaga yang membawahkan presiden dan berkedudukan lebih tinggi dari presiden, sedangkan lembaga-lembaga Negara yang lain (DPR, BPK dan MA) sejajar dengan presiden. Pembubaran DPR oleh presiden terjadi karena DPR menolak menyetujui RAPBN yang diusulkan pemerintah. Padahal UUD 1945 mengatur bahwa presiden tidak dapat membubarkan DPR dan jika DPR menolak anggaran yang diajukan, pemerintah menggunakan anggaran tahun sebelumnya.
Namun demikian, ada beberapa catatan positif yang terdapat pada sistem demokrasi terpimpin pada waktu itu. Misalnya saja keberhasilan pemerintah dalam menumpas pemberontakan DI/TII yang telah berlangsung selama 14 tahun dan keberhasilan menyatukan Irian Barat (Irian Jaya/Papua) dengan Indonesia setelah cukup lama bersengketa dengan pihak Belanda. Akhirnya, sistem demokrasi terpimpin berakhir dengan tragis. Pada tahun 1965 terjadi usaha kudeta terhadap pemerintahan negara oleh PKI. Usaha kudeta tersebut berhasil digagalkan oleh kaum pelajar, mahasiswa, ABRI, dan partai-partai politik yang tidak ingin melihat negara Indonesia jatuh ke tangan komunis. Pemberontakan PKI tersebut dapat ditumpas dengan diikuti oleh krisis ekonomi yang cukup parah hingga dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Pada saat itulah bangsa Indonesia memasuki babak baru yang kemudian dikenal dengan masa orde baru.
3. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru (1996 s/d 1998 ) Masa orde baru dimulai pada tahun 1966. Pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, mengawali jalannya pemerintahan dengan tekad melaksanakan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen. Berdasarkan pengalaman di masa orde lama, pemerintahan orde baru berupaya menciptakan stabilitas politik dan keamanan untuk menjalankan K e w a r g a n e g a r a a n 35
pemerintahannya. Orde baru menganggap bahwa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 adalah sebab utama kegagalan dari pemerintahan sebelumnya. Orde baru merupakan tatatan perikehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen. Demokrasi yang dijalankan dinamakan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang didasarkan atas nilai-nilai dari sila-sila yang terdapat pada Pancasila. Namun, pada praktiknya, cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang demokratis tersebut justru runtuh dikarenakan penyalahgunaan kekuasaan pemerintah, terutama oleh presiden. Pada masa orde baru, bangsa Indonesia seakan-akan malah terjatuh menjadi negara yang totaliter. Kondisi tersebut dapat terjadi karena beberapa hal berikut :
a. Hak-hak politik rakyat sangat dibatasi Sejak tahun 1973, jumlah partai politik di Indonesia dibatasi hanya ada tiga. Pegawai pemerintahan dan ABRI diharuskan mendukung partai penguasa. Pertemuan-pertemuan politik harus mendapatkan izin dari penguasa. Para pengkritik pemerintah dikucilkan secara politik, bahkan ada yang disingkirkan secara paksa. Meskipun pers dinyatakan bebas, pada kenyataannya pemerintah dapat memberangus/membreidel penerbitan pers yang dianggap berseberangan dengan pemerintah. Di samping itu, ada perlakuan diskriminatif terhadap anak keturunan orang yang dianggap terlibat G30S/PKI.
b. Pemusatan kekuasaan di tangan presiden Meskipun pada masa orde baru kekuasaan negara dibagi menjadi berbagai lembaga negara yang formal (MPR, DPR, DPA, MA, dan sebagainya), pada praktiknya lembaga-lembaga tinggi negara tersebut dikendalikan oleh presiden.
K e w a r g a n e g a r a a n 36
c. Pemilu yang tidak demokratis Pada masa orde baru, pemilu memang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya pemilu tersebut tidak berlangsung secara demokratis. Partai penguasa melakukan berbagai cara agar dapat memenangkan pemilu.
d. Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional Pemerintah membentuk Kopkamtib (Komando Pengendalian Keamanan dan Ketertiban), yang berfungsi untuk mengamankan pihak-pihak yang potensial menjadi oposisi penguasa dengan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya.
e . Diskriminatif terhadap etnis tertentu Pada masa orde baru juga terjadi diskriminatif terhadap etnis tertentu. Misalnya saja, warga keturunan Tionghoa dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Pemerintah orde baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih lima juta dari keseluruhan rakyat Indonesia, dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di tanah air. Padahal, pada kenyataannya, kebanyakan dari keturunan Tionghoa berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan.
f. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) merajalela Pelaksanaan pemerintahan negara yang terlalu sentralistik pada masa orde baru berakibat merajalelanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di segala bidang. Hal ini mengakibatkan rakyat semakin sengsara, hingga timbul sebuah istilah yang mengatakan bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. K e w a r g a n e g a r a a n 37
Meskipun dalam pelaksanaannya dianggap tidak demokratis, pada masa orde baru juga mencatat beberapa keberhasilan di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut : a. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70, pada tahun 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000. b. Berhasil melaksanakan program transmigrasi, meskipun menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan tertentu. c. Berhasil melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). d. Berhasil memerangi buta huruf di kalangan masyarakat. e. Swasembada pangan di kalangan masyarakat Indonesia berhasil diwujudkan. f. Pengangguran dapat ditekan pada angka minimum. g. Suksesnya pelaksanaan REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun), meskipun dengan menggunakan utang dari luar negeri. h. Gerakan Wajib Belajar berhasil diterapkan di bidang pendidikan. i. Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh juga sukses ditumbuhkan di kalangan masyarakat j. Terjaminnya keamanan dalam negeri, meskipun dengan menggunakan cara yang otoriter. k. Investor asing berkenan menanamkan modal di Indonesia. l. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.
Masa orde baru yang berjalan selama 32 tahun berakhir setelah berbagai kelompok masyarakat madani yang dipimpin oleh kaum mahasiswa berhasil menekan Presiden Soeharto untuk menandatangani surat pengunduran diri pada tanggal 21 Mei 1998.
4. Pelasanaan Demokrasi pada Masa Transisi ( 1998 s/d 1999 ) Masa transisi ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, yaitu antara tahun 1998 1999. Presiden Soeharto yang meletakkan jabatannya akhirnya digantikan oleh wakil presiden yang pada waktu dijabat oleh B.J. Habibie. K e w a r g a n e g a r a a n 38
Dengan mundurnya presiden dan digantikan oleh wakil presiden yang sesuai dengan Pasal 8 UUD RI Tahun 1945, bangsa Indonesia dihadapkan pada masa transisi. Disebut masa transisi karena pada masa itu merupakan masa perpindahan kekuasaan. Presiden B.J. Habibie sendiri menyatakan bahwa pemerintahannya adalah pemerintahan transisional, di mana selanjutnya akan dibentuk pemerintahan baru yang demokratis dan berdasarkan kehendak rakyat melalui pemilu.
Pada masa transisi ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan ke arah kehidupan negara yang demokratis. Contoh pembangunan ke arah demokrasi di antaranya adalah dengan serangkaian kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, yaitu sebagai berikut. : a. Keluarnya ketetapan-ketetapan MPR RI dalam sidang istimewa bulan November 1998 sebagai awal perubahan sistem demokrasi konstitusional. b. Ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. c. Keluarnya Undang-Undang Politik, yaitu Undang-Undang No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. d. Melakukan proses peradilan bagi para pejabat negara dan pejabat lainnya yang terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta penyalahgunaan kekuasaan. e. Adanya jaminan kebebasan pendirian partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan secara luas. f. Pembebasan sejumlah tahanan politik semasa orde baru. g. Melaksanakan pemilihan umum tahun 1999 yang bebas dan demokratis dengan diikuti oleh banyak partai politik. h. Kebebasan pers yang luas, termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). K e w a r g a n e g a r a a n 39
i. Terbukanya kesempatan yang luas dan bebas untuk warga negara dalam melaksanakan demokrasi di berbagai bidang.
Demokrasi di masa transisi berakhir dengan adanya pemilu pada tahun 1999, di mana Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia. Sejak saat itulah bangsa Indonesia mulai memasuki masa reformasi.
5. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Reformasi ( 1999 s/d Sekarang ) Masa transisi ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, yaitu antara tahun 1998 1999. Presiden Soeharto yang meletakkan jabatannya akhirnya digantikan oleh wakil presiden yang pada waktu dijabat oleh B.J. Habibie. Dengan mundurnya presiden dan digantikan oleh wakil presiden yang sesuai dengan Pasal 8 UUD RI Tahun 1945, bangsa Indonesia dihadapkan pada masa transisi. Disebut masa transisi karena pada masa itu merupakan masa perpindahan kekuasaan. Presiden B.J. Habibie sendiri menyatakan bahwa pemerintahannya adalah pemerintahan transisional, di mana selanjutnya akan dibentuk pemerintahan baru yang demokratis dan berdasarkan kehendak rakyat melalui pemilu.
Pada masa transisi ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan ke arah kehidupan negara yang demokratis. Contoh pembangunan ke arah demokrasi di antaranya adalah dengan serangkaian kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, yaitu sebagai berikut. : a. Keluarnya ketetapan-ketetapan MPR RI dalam sidang istimewa bulan November 1998 sebagai awal perubahan sistem demokrasi konstitusional. b. Ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. c. Keluarnya Undang-Undang Politik, yaitu Undang-Undang No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan K e w a r g a n e g a r a a n 40
Umum, dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. d. Melakukan proses peradilan bagi para pejabat negara dan pejabat lainnya yang terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta penyalahgunaan kekuasaan. e. Adanya jaminan kebebasan pendirian partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan secara luas. f. Pembebasan sejumlah tahanan politik semasa orde baru. g. Melaksanakan pemilihan umum tahun 1999 yang bebas dan demokratis dengan diikuti oleh banyak partai politik. h. Kebebasan pers yang luas, termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). i. Terbukanya kesempatan yang luas dan bebas untuk warga negara dalam melaksanakan demokrasi di berbagai bidang.
Demokrasi di masa transisi berakhir dengan adanya pemilu pada tahun 1999, di mana Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia. Sejak saat itulah bangsa Indonesia mulai memasuki masa reformasi.
J. Pelaksanaan Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan 1. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Keluarga Penerapan demokrasi harus diperkenalkan sejak awal, mulai dari lingkungan keluarga. Inti pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan keluarga ialah dilaksanakannya cara-cara musyawarah mufakat untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah dan kepentingan keluarga. Dalam musyawarah keluarga akan dipertahankan prinsip-prinsip persamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, kebebasan yang bertanggungjawab, persatuan dan kekeluargaan. Kepala keluarga yang memimpin musyawarah dalam keluarga akan memperhatikan, menampung dan mengarahkan segala kehendak serta K e w a r g a n e g a r a a n 41
kepentingan anggota keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menyampaikna pendapat, dengan senantiasa menciptakan suasana saling menghargai, kekeluargaan / keakraban dan persatuan. Hasil musyawarah keluarga ini harus ditindaklanjuti dengan sikap bertanggungjawab untuk melaksanakan setiap hasil keputusan.
Beberapa contoh masalah dan kepentingan keluarga yang bisa dijadikan bahan musyawarah, antara lain : a. Pembagian tugas pekerjaan di rumah b. Menentukan acara keluarga seperti rekreasi, syukuran atas suatu keberhasilan, arisan / pertemuan keluarga besar, dan kegiatan ibadat bersama. c. Pembentukan panitia acara perkawinan dan khitanan. d. Pengaturan pembiayaan untuk kebutuhan sehari-hari, kepentingan sekolah dan pekerjaan/karir masa depan anggota keluarga. e. Pembagian harta kekayaan atau warisan secara adil. f. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anggota keluarga baik dalam belajar, bekerja atau menentukan teman hidup.
Penyelesaian masalah secara bersama-sama oleh anggota keluarga dalam bentuk musyawarah sangatlah berarti. Dengan cara bermusyawarah, anggota keluarga merasa mempunyai peran penting, tidak merasa dikucilkan tapi terbiasa diberi kepercayaan dan tanggung jawab dalam memutuskan suatu hal.
2. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Sekolah Di lingkungan sekolah pun budaya demokrasi dapat dilaksanakan dalam proses pengambilan keputusan (musyawarah untuk mufakat) dan pelaksanaan hasil keputusan. Hal yang penting untuk mendapat perhatian dalam musyawarah kelas atau sekolah adalah menentukan permasalahan yang harus diselesaikan, menjalankan musyawarah sesuai aturan, dan K e w a r g a n e g a r a a n 42
melaksanakan keputusan musyawarah secara bertanggung jawab dalam kehidupan sekolah. Apa yang akan dimusyawarahkan di lingkungan sekolah biasanya meliputi: a. Penyusunan tata tertib sekolah. b. Penyusunan regu piket kelas, kelompok belajar, dan kepengurusan kelas. c. Acara pemilihan ketua murid dan ketua OSIS. d. Rapat anggota tahunan dan pembentukan pengurus koperasi sekolah. e. Pembahasan program kegiatan siswa atau sekolah
3. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Masyarakat Masyarakat pedesaan sangat peka terhadap budaya demokrasi, contoh penerapan budaya demokrasi di masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut : a. Kegiatan membangun jalan, jembatan, tempat ibadah diadakan musyawarah lebih dahulu diantara warga masyarakat. b. Mengadakan peringatan hari besar nasional atau hari besar keagamaan mengadakan musyawarah bersama c. Peringatan bersih desa diadakan musyawarah terlebih dahulu untuk membahas acara / kegiatan apa yang akan ditampilkan. d. Menentukan tugas ronda malam secara bergiliran e. Mengadakan kerja bakti tiap hari minggu / hari libur f. Musyawarah pembagian kerja apabila ada tetangga yang punya pekerjaan g. Musyawarah mengenai memberantas hama tikus, dan lain sebagainya h. Menghargai kreativitas warga untuk mengembangkan potensinya dalam berbagai bidang i. Kebebasan informasi yang menyangkut persoalan-persoalan kemasyarakatan , dan sebangainya. j. Dengan musyawarah di antara anggota warga masyarakat,kehidupan warga masyarakat akan menjadi tenteram dan damai.
K e w a r g a n e g a r a a n 43
4. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Negara Contoh budaya demokrasi ditetapkan di lingkungan negara adalah sebagai berikut : a. Rakyat melalui wakil-wakilnya terlibat dalam menyusun undang-undang. b. Rakyat melakukan pengawasan terhadap wakil-wakil rakyat maupun pemerintah melalui media massa. c. Rakyat terlibat dalam pemilihan umum, baik untuk memilih wakil-wakil rakyat ataupun memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. d. Unjuk rasa yang dilakukan rakyat/masyarakat ditujukan kepada pemerintah. Misalnya keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, maka akan disambut dengan unjuk rasa, kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan harga barang-barang yang lain berakibat semakin memberatkan beban perekonomian masyarakat. e. Memberikan suaranya dalam memilih Bupati dan Wakil Bupati/Wali kota atau Wakil Wali kota secara langsung, dan lain sebagainya.
Sebagai warga negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, sudah seharusnya kita lebih aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partisipasi tersebut dapat kita wujudkan dalam berbagai bentuk, antara lain menjaga lingkungan hidup kita agar tetap bersih dan sehat, menyampaikan keinginan-keinginan kita dengan baik melalui saluran-saluran yang benar, tanpa melanggar hukum dan mengganggu ketertiban masyarakat.
K e w a r g a n e g a r a a n 44
DAFTAR PUSTAKA
H.S,Sunardi dan Asy,Masudi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 2 Untuk Kelas VIII SMP dan MTs.Solo : Tiga Serangkai Winarno, Dwi.2006.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara Sumodiningrat,Gunawan dan Ginanjar Agustian, Ary.2008.Mencintai Bangsa dan Negara ; Pegangan Hidup Berbangsa dan Bernegara di Indonesia.Bogor : Sarana Komunikasi Utama Sugiyono,Gunawan,dan Rahayu,Muji.2009.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTs kelas VIII.Jakarta : Hamudha Prima Media Subakdi.2009.Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 2 untuk SMP dan MTs kelas VIII. Jakarta : Sekawan Cipta Karya Aniaty,Dewi dan Santi,Aviani.2009.Pendidikan Kewarganegaraan 2 SMP dan MTS Kelas VIII. Jakarta : Remaja Rosdakarya Faridy,MS.2009.Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Sutra Benta Perkasa Widodo,Eko dan Taufiqurrahman.2009.Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII.Jakarta : Sari Ilmu Pratama Waluyo,Widianto dan Yuliastuti,Rima.2011.Pendidikan Kewarganegaraan 2 untuk SMA/MA/MK Kelas XI. Jakarta : Percada Hendrastuti,Henny dan Suyatmi.2011.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Sumedi,Pudjo.2011.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Setyani,Rini dan Hartati,Dyah.2011.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional K e w a r g a n e g a r a a n 45