Anda di halaman 1dari 45

Disusun Oleh :

Nama : Tuti Adyati


NIM : 43213110135
Kelas : B11324EL (M-706)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi





















Demokrasi : Antara Teori dan
Pelaksanaannya di Indonesia
K e w a r g a n e g a r a a n 2

A. Pengertian Demokrasi
1. Pengertian Demokrasi Secara Etimologis
Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos dan
cratos . Demos berarti rakyat, sedangkan cratos atau cratein berarti pemerintahan atau
kekuasaan. Jadi, demokrasi adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat. Dengan kata
lain, demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat atau rakyatlah yang berkuasa dan
sekaligus diperintah. Pemerintah dalam Negara demokrasi pada dasarnya adalah
pilihan rakyat dan diberi tugas untuk menyelenggarakan pemerintahan negara dan
mempertanggungjawabkannya kepada rakyat.
Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam kehidupan
bernegara antara abad ke- 4 SM sampai dengan abad ke-6 M. Demokrasi yang
dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung (direct democracy), artinya hak
rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
seluruh rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat dilakukan karena Yunani pada waktu
itu berupa negara kota (polis) yang penduduknya terbatas pada sebuah kota dan
daerah sekitarnya yang berpenduduk sekita 300.000 orang. Ditambah lagi, meskipun
ada keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak,
wanita,dan para budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.
Bila kita tinjau keadaan di Yunani pada saat itu, tampak bahwa rakyat ikut
secara langsung. Karena keikutsertaannya yang secara langsung maka pemerintahan
pada waktu itu merupakan pemerintahan dengan demokrasi secara langsung.
Disebabkan adanya perkembangan zaman dan juga jumlah penduduk yang
terus bertambah, maka keadaan seperti yang dicontohkan dalam demokrasi secara
langsung yang diterapkan seperti di atas mulai sulit dilaksanakan, dengan alasan
berikut :
a. Tidak ada tempat yang menampung seluruh warga yang jumlahnya cukup
banyak.
b. Untuk melaksanakan musyawarah dengan baik dengan jumlah yang banyak sulit
dilakukan.
K e w a r g a n e g a r a a n 3

c. Hasil persetujuan secara bulat mufakat sulit tercapau, karena sulitnya memungut
suara dari peserta yang hadir.
d. Masalah yang dihadapi Negara semakin kompleks dan rumit sehingga
membutuhkan orang orang yang secara khusus berkecimpung dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Maka, untuk menghindari tersebut dan agar rakyat tetap memegang kedaulatan
tertinggi, dibentuklah badan perwakilan rakyat. Badan inilah yang menjalankan
demokrasi. Namun pada prinsipnya rakyat tetap merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi sehingga mulailah dikenal istilah demokrasi tidak langsung atau demokrasi
perwakilan.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga
jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini
diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR,
untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di
bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib
bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya dan yang
memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, sesuai dengan hukum dan
peraturan.




K e w a r g a n e g a r a a n 4

2. Pengertian Demokrasi secara Terminologis
Dari sudut terminologis, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli politik. Masing-masing memberikan definisi dari sudut pandang yang
berbeda. Berikut ini beberapa definisi tentang demokrasi :
a. Menurut Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan
pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak
bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan
melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang
diserahi untuk memerintah.
b. Menurut Hennry B. Mayo
Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa
kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik.
c. Menurut International Commision for Jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat
keputusan-keputusan secara politik diselenggarakan oleh warga negara melalui
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada
mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas
d. Menurut C.F. Strong
Suatu Sistem pemerintahan dimana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat
politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.
e. Menurut Samuel Huntington
Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang
paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan
berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh
suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.

K e w a r g a n e g a r a a n 5

f. Menurut Abraham Lincoln
pada tahun 1863 Abraham Lincoln mengatakan bahwa demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of the
people, by the people, and for the people).
Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan negara itu mendapat
mandat dari rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat adalah
pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinngi dalam negara demokrasi.
Apabila pemerintah telah mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin
penyelenggaraan bernegara, maka pemerintah tersebut sah. Seorang pemimpin
seperti presiden, gubernur, bupati, kepala desa, pemimpin politik yang telah
dipilih oleh rakyat, berarti telah mendapat mandat secara sah dari rakyat.
Pemerintahan yang dijalankan adalah pemerintahan demokrasi sebab berasal
dari mandat rakyat.
Pemerintahan oleh rakyat berarti pemerintahan negara itu dijalankan oleh
rakyat. Meskipun dalam praktik yang menjalankan penyelenggaraan bernegara
itu pemerintah, tetapi orang-orang itu pada hakikatnya yang telah dipilih dan
mendapat mandat dari rakyat. Selain itu pemerintahan oleh rakyat berarti
pemerintahan negara itu diawasi oleh rakyat. Dalam Negara demokrasi,
pemerintahan oleh rakyat itu dijalankan oleh sekelompok orang yang disebut
wakil rakyat, sebab apabila semua rakyat menjalankan pemerintahan, hal itu
tidak mungkin bisa dilakukan. Wakil rakyat inilah yang akan memilih dan
menentukan pemerintah negara sekaligus yang akan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan. Rakyat secara tidak langsung melalui wakil-
wakilnya membentuk pemerintahan dan mengawasi jalannya pemerintahan.
Inilah yang disebut dengan demokrasi tidak langsung.
Pemerintahan untuk rakyat berarti pemerintahan itu menghasilkan dan
menjalankan kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk kepentingan dan
kesejahteraan rakyat. Apabila kebijakan yang dihasilkan hanya untuk
kepentingan sekelompok orang dan tidak berdasarkan kepentingan rakyat maka
pemerintahan itu bukan merupakan pemerintahan yang demokratis. Karena itu
dalam negara demokrasi, pemerintah harus berusaha sebaik mungkin agar
K e w a r g a n e g a r a a n 6

kebijakan yang dikeluarkan adalah berasal dari aspirasi rakyat dan untuk
kepentingan rakyat. Agar kebijakan itu aspiratif dan untuk kepentingan rakyat,
pemerintah harus bertanggung jawab kepada rakyat dan diawasi oleh rakyat.

B. Prinsip Prinsip Demokrasi
Menurut Maswadi Rauf (1997), secara substantif prinsip utama dalam demokrasi
ada dua, yaitu :
a. Kebebasan/ persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah fondasi demokrasi. Kebebasan dianggap
sebagai sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari
usaha orang tanpa adanya pembatasan dari pengusaha. Jadi, bagian yang tak
terpisahkan dari ide kebebasan adalah pembatasan kekuasaan penguasa politik.
Demokrasi adalah sistem politik yang melindungi kebebasan warganya sekaligus
member tugas pemerintah untuk menjamin kebebasan tersebut. Demokrasi pada
dasarnya merupakan pelembagaan dari kebebasan. Demokrasi berasumsi
bahwa semua orang sama derajat dan hak-hak nya sehingga harus diperlakukan
sama pula dalam pemerintahan.

b. Kedaulatan rakyat (peoples sovereignity)
Dengan konsep kedaulatan rakyat, pada hakikatnya kebijakan yang dibuat
adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini
akan mencapai dua hal, pertama, kecil kemungkinan terjadi penyalahgunaan
kekuasaan dan kedua, terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas-tugas
pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawasan oleh
rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan
hati penguasa. Betapa pun niat baik penguasa, jika mereka menafikan control /
kendali rakyat, maka ada dua kemungkinan buruk, pertama, kebijakan mereka
tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat, dan kedua, yang lebih buruk kebijakan itu
korup dan hanya melayani kepentingan penguasa.


K e w a r g a n e g a r a a n 7

C. Asas Asas Demokrasi
Suatu negara dapat disebut sebagai negara demokrasi apabila memiliki dua asas
yaitu:
a. Pengakuan Hak Asasi Manusia sebagai penghargaan martabat manusia.
Pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) diwujudkan dengan tindakan dari
negara atau pemerintah untuk melindungi HAM tanpa melupakan kepentingan
umum.Pengakuan HAM itu ditulis di dalam Undang-Undang Dasar negara dan
berbagai bentuk peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran dan
pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar Negara yang menyatakan dirinya
sebagai negara demokrasi wajib mencantumkan HAM di dalam UUD negara
tersebut, penyusunan peraturan perundangundangan wajib menjunjung tinggi
HAM, negara berkewajiban meratifikasi (mengakui dan mengesahkan) berbagai
bentuk instrumen HAM internasional. Di dalam negara demokrasi juga dibentuk
lembaga perlindungan HAM yang bertugas pihak-pihak yang menderita akibat
pelanggaran HAM.

b. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan
Dalam negara demokrasi pemerintahan yang berkuasa merupakan
pemerintahan yang dibentuk oleh rakyat. Pemerintah yang mengatur negara wajib
mendapat dukungan dan partisipasi dari rakyat. Apabila pemerintahan yang ada
tidak lagi mendapat dukungan maupun partisipasi dari rakyat, maka pemerintah itu
akan runtuh. Antara rakyat dan pemerintah selalu terjadi hubungan timbal balik
dan saling ketergantungan. Pemerintah hanya menjalankan amanat dan mandat
dari rakyat sebagai pemilik kedaulatan kekuasaan. Pemerintah berfungsi
melindungi rakyat. Jadi tanpa ada pemerintah, rakyat tidak bisa hidup dengan
teratur, akan mudah dihancurkan bangsa lain. Sebaliknya pemerintah tanpa
dukungan rakyat tidak dapat berbuat apa-apa, program-program pemerintah tidak
akan dapat dijalankan dengan baik.



K e w a r g a n e g a r a a n 8

D. Ciri-ciri pokok pemerintahan demokrasi
a. Pemerintah berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak.
Pemerintahan demokrasi disusun berdasarkan kehendak rakyat dan menjalankan
tugas untuk kepentingan rakyat. Penyusunan pemerintahan demokrasi biasanya
dilakukan dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum yang melibatkan seluruh
komponen yang ada di dalam masyarakat. Lewat pemilihan umum itulah rakyat
dapat menyalurkan aspirasi mereka untuk memilih calon-calon pemimpin bangsa
yang akan duduk di dalam pemerintahan. Pejabat negara yang memegang kendali
pemerintahan menjalankan tugas berdasarkan hukum atau undangundang yang
telah disusun rakyat melalui wakil-wakilnya.

b. Terdapat pemisahan atau pembagian kekuasaan.
Dalam pemerintahan demokrasi terdapat pemisahan kekuasaan dalam
penyelenggaraan negara. Bentuk pemisahan kekuasaan itu dapat bersifat mutlak
(penuh) terpisah, dapat pula berupa pembagian kekuasaan yang tidak mutlak yang
berarti lembaga tertentu menjalankan fungsi ganda dalam berbagai bidang.
Pembagian kekuasaan yang dipakai secara umum di negara-negara pada umumnya
mencakup pemegang kekuasaan legislatif(pembuat undang-undang), eksekutif
(pelaksana undang-undang), dan yudikatif (mengawasi undang-undang).

c. Terdapat tanggung jawab dari pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
Pemerintahan demokrasi dituntut tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
pemerintahan. Demokrasi merupakan pemerintahan rakyat maka menuntut tanggung
jawab pelaksanaan pemerintahan kepada rakyat, baik secara langsung maupun
melalui wakil-wakilnya.

E. Ciri-ciri negara demokrasi
a. Jaminan akan kebebasan individu.
Negara demokrasi menjamin kebebasan individu kepada setiap warga negara.
Kebebasan itu diantaranya untuk menentukan nasibnya sendiri sesuai dengan hati
nurani dan potensi yang dimilikinya.
K e w a r g a n e g a r a a n 9


b. Jaminan HAM.
Negara demokrasi menjamin hak asasi warga negara. Wujud jaminan hak asasi ini
berupa pembentukan undang-undang, kegiatan pemerintahan maupun tindakan
didalam menangani pelanggaran HAM.

c. Pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Kemerdekaan pers merupakan syarat mutlak bagi negara demokrasi karena pers
merupakan sarana yang efektif bagi warga negara untuk memperoleh informasi.
Pers yang bebas tetapi bertanggung jawab akan mendorong tumbuh dan
berkembang kehidupan masyarakat sehingga meningkat kesejahteraannya.

d. Kesempatan memperoleh pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap warga negara maka negara
yang demokrasi wajib memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga
negara untuk memperoleh pendidikan.

e. Negara hukum
Negara demokrasi adalah negara yang berdasarkan hukum karena demokrasi
menghendaki perdamaian tanpa kekerasan. Negara yang tidak didasari hukum
cenderung mengarah kepada diktator, membelenggu kehendak rakyat.

f. Pemerintah berada di bawah kontrol nyata masyarakat.
Pemerintahan dalam negara demokrasi selalu mendapatkan pengawasan dari
masyarakat baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan rakyat.
Dengan pengawasan dari masyarakat diharapkan pemerintahan sesuai aspirasi
rakyat dan sesuai hukum yang berlaku.




K e w a r g a n e g a r a a n 10

F. Jenis Jenis Demokrasi
1. Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat
a. Demokrasi Langsung (Direct Democracy)
Sebenarnya, asas demokrasi pertama kali diterapkan di Yunani Kuno,
khususnya di kota Athena. Demokrasi itu diterapkan secara langsung dan dapat
juga disebut demokrasi langsung sebab rakyat secara bersama-sama
dikumpulkan dan diajak musyawarah dalam suatu rapat untuk mengambil
keputusan bersama. Demokrasi langsung dapat diterapkan di Yunani karena
pada waktu itu penduduknya masih sedikit sehingga mudah dikumpulkan.
Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang melibatkan seluruh
rakyat dalam pengambilan keputusan atau urusan kenegaraan. Demokrasi
langsung dapat diterapkan dalam pemilihan seorang pejabat public, misalnya
pemilihan presiden secara langsung. Di desa-desa banyak terdapat praktik
demokrasi langsung, yaitu pemilihan kepala desa. Namun, pengambilan
keputusan masalah bersama sulit untuk diterapkan demokrasi langsung. Hal itu
dikarenakan tidak mungkin mengajak seluruh rakyat berkumpul untuk
bermusyawarah mengambil suatu keputusan. Selain itu, permasalahan negara
semakin hari semakin kompleks sehingga tidak semua rakyat menguasai
permasalahan yang ada. Untuk penyelesaian jalan keluarnya, Negara
menggunakan demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.

b. Demokrasi secara Tidak Langsung (Indirect Democracy / Representative
Democracy)
Demokrasi secara langsung adalah sistem demokrasi yang tidak
melibatkan seluruh rakyat tetapi rakyat memberikan kepercayaan kepada para
wakilnya untuk membicarakan dan menentukan persoalan-persoalan
kenegaraan. Para wakil inilah yang memiliki kekuasaan membentuk,
menyelenggarakan, dan mengawasi jalannya pemerintahan. Oleh karena
partisipasi rakyat dijalankan melalui para wakil, demokrasi itu disebut juga
dengan demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan diterapkan dalam
kehidupan negara modern.
K e w a r g a n e g a r a a n 11

Badan yang merupakan perwakilan seluruh rakyat tersebut sering disebut
parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. Anggota DPR dipilih oleh rakyat
dalam pemilihan umum. Dalam negara demokrasi, rakyat berhak mendirikan
organisasi politik yang berfungsi mengendalikan jalannya pemerintahan karena
pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat dan suara rakyat menentukan
putusan terakhir.

c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat (
Referendum)
Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung dengan
demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya untuk duduk di lembaga
perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan tugasnya diawasi
rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat. Referendum adalah pemungutan
suara untuk mengetahui kehendak rakyat secara langsung. Referndum terdiri
dari dua bentuk, yaitu :
Referendum Obligator ( Referendum wajib ) adalah pemungutan suara
rakyat yang wajib dilaksanakan untuk menentukan berlakunya suatu
undang-undang dasar negara. Misalnya, referendum mengadakan
perubahan UUD. Jadi, suatu undang-undang berlaku bila sudah
mendapat persetujuan dari rakyat.
Referendum Fakultatif ( Referendum tidak wajib) adalah pemungutan
suara rakyat yang tidak bersifat wajib untuk menentukan suatu rencana
undang-undang. Persetujuan rakyat atas suatu undang-undang diminta
bila dalam waktu tertentu setelah undang-undang diumumkan rakyat
memintanya. Misalnya, referendum untuk menentukan perlu tidaknya
suatu undang-undang dipertahankan, diubah atau direvisi.
Ciri ciri demokrasi dengan referendum, adalah :
Tugas badan perwakilan berada di bawah pengawasan seluruh rakyat
secara langsung
Keputusan badan legislatif bisa berlaku melalui persetujuan rakyat
atau tanpa persetujuan rakyat sepanjang rakyat menerimanya.
K e w a r g a n e g a r a a n 12

Memiliki kebaikan antara lain penyelesaian persoalana antarorganisasi
Negara diputuskan oleh rakyat tanpa melalui partai ; dan badan
perwakilan bebas menentukan tanpa terpengaruh oleh partai /
golongannya.
Memiliki kelemahan antara lain pembuatan undang-undang relative
lama dan sulit karena rakyat biasa tidak mahir dalam menilai atau
menguji suatu undang-undang.
Demokrasi dengan sistem referendum ini berlaku di Swiss.

2. Demokrasi Ditinjau dari Hubungan antar Alat Kelengkapan Negara
a. Demokrasi dengan Sistem Parlementer
Pelaksanaan demokrasi ini ada di dalam sistem pemerintahan parlementer.
Negara dengan sistem parlementer meletakkan tanggungjawab
pemerintahan pada kabinet. Kabinet dipimpin perdana menteri dan
bertanggung jawab atas pemerintahan Negara kepada parlemen. Kekuasaan
parlemen sangat besar sebab dapat meminta pertanggungjawaban kabinet
dan menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya. Sistem parlementer
dapat berlaku di negara yang berbentuk republic maupun monarki. Dalam
negara republik parlementer, kepala Negara adalah presiden dan kepala
pemerintahan adalah perdana menteri. Dalam Negara monarki parlementer,
kepala Negara adalah raja, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana
menteri.

Ciri ciri demokrasi parlementer adalah :
Kedudukan eksekutif di bawah parlemen dan sangat tergantung pada
parlemen.
Jumlah anggota parlemen lebih banyak dari eksekutif.
Terdapat pembagian kekuasaan dan kerja sama yang erat antara
eksekutif dan legislatif. Badan yudikatif yang menjalankan tugas tanpa
campur tangan eksekutif dan legislatif.
K e w a r g a n e g a r a a n 13

Memiliki kebaikan yaitu mudah tercapainya kesepakatan antara
legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, para menteri sebagai hasil
pilihan rakyat (melalui parlemen) akan lebih berhati-hati menjalankan
tugasnya karena dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Memiliki kelemahan yaitu kedudukan badan eksekutif tidak stabil,
sering terjadi pergantian cabinet. Oleh karena itu, kebijakan politik dan
program kerja pemerintah tidak dapat diselesaikan.
Demokrasi parlementer diterapkan di Inggris, Eropa Barat, dan Indonesia
pada masa UUDS 1950.

b. Demokrasi dengan Sistem Presidensial
Pertanggungjawaban pemerintahan negara dalam sistem presidensial berada
pada presiden. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan bertanggung jawab kepada lembaga yang mengangkatnya
seperti di Amerika Serikat. Ada juga yang bertanggung jawab kepada
lembaga yang mengangkatnya seperti di Indonesia. Kabinet berada di bawah
pimpinan presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen.

Ciri ciri demokrasi dengan sistem presidensial, yaitu :
Praktek kenegaraan dipengaruhi oleh Trias Politica yang
dikembangkan oleh Montesquieu. Menurut ajaran ini ada tiga
kekuasaan yang terpisah secara tegas yaitu kekuasaan legislative
(pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan
yudikatif (kekuasaan untuk mengadili).
Kedudukan Presiden adalah sebagai kepala negara dan kepala
pemerintah.
Jabatan Presiden dan menteri-menteri tidak tergantung pada
dukungan parlemen, sehingga tidak dapat diberhentikan oleh
parlemen.
Memiliki kebaikan yaitu badan eksekutif lebih stabil karena tidak dapat
dibubarkan oleh parlemen, pemerintah dapat melaksanakan program
K e w a r g a n e g a r a a n 14

sesuai dengan masa jabatannya, mencegah terjadinya kekuasaan
yang terpusat pada seseorang, dan adanya sistem checks and
balances (pengawasan dan penyeimbangan) untuk menghindari
dominannya kekuasaan pada setiap badan.
Memiliki kelemahan yaitu keputusan merupakan hasil tawar menawar
antara legislatif dan eksekutif yang seringkali tidak tegas serta proses
pengambilan keputusan menyita waktu yang lama.
Demokrasi dengan sistem Presidensial berlaku antara lain di Amerika
Serikat dan Indonesia.

3. Demokrasi Ditinjau dari Prinsip Ideologi
Dilihat dari ideologi yang dianut berbagai bangsa di dunia, demokrasi terdiri dari :
a. Demokrasi Liberal
yaitu demokrasi yang dilandasi oleh paham kebebasan individu, dengan
mengabaikan kepentingan umum. Demokrasi ini dipraktekkan di Negara-
negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris. Kaum Komunis menyebut
demokrasi ini dengan demokrasi kapitalis, karena dalam demokrasi liberal,
kelompok kapitalis (bermodal) selalu memperoleh kemenangan dalam
menguasai opini masyarakat.
b. Demokrasi Rakyat
Yaitu demokrasi yang dilandasi paham sosialis / komunis, dengan
mengutamakan kepentingan negara tapi mengabaikan kepentingaan
perseorangan. Kekuasaan terpusat pada penguasa tertinggi dalam Negara
dan otoritas penguasa dapat dipaksakan kepada rakyat. Demokrasi rakyat
berlaku di Negara-negara komunis, seperti Rusia, Korea Utara, RRC dan
Negara-negara di Eropa Timur.
c. Demokrasi Pancasila
Yaitu demokrasi khas Indonesia yang berasakan musyawarah untuk mufakat,
dengan mengutamakan keseimbangan kepentingan pribadi dan kepentingan
umum.

K e w a r g a n e g a r a a n 15

4. Demokrasi Berdasarkan Titik Perhatian
Berdasarkan titik perhatiannya, sistem politik demokrasi dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Demokrasi Formal
Demokrasi formal disebut juga demokrasi liberal atau demokrasi model Barat.
Demokrasi formal adalah suatu sistem politik demokrasi yang menjunjung
tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa disertai upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Dalam
demokrasi formal, semua orang dianggap mempunyai derajat dan hak yang
sama.

b. Demokrasi Material
Demokrasi Material adalah sistem politik demokrasi yang menitikberatkan
pada upaya-upaya untuk menghilangkan perbedaan dalam bidang-bidang
ekonomi, sedangkan persamaan bidang politik kurang diperhatikan bahkan
kadang-kadang dihilangkan. Usaha untuk mengurangi perbedaan di bidang
ekonomi dilakukan oleh partai penguasa dengan mengatasnamakan negara
dimana segala sesuatu sebagai hak milik negara dan hak milik pribadi tidak
diakui.

c. Demokrasi Gabungan
Demokrasi gabungan adalah demokrasi yang menggabungkan kebaikan
serta membuang keburukan demokrasi formal dan demokrasi material.
Persamaan derajat dan hak setiap orang diakui, tetapi demi kesejahteraan
seluruh aktivitas rakyat dibatasi. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
kesejahteraan rakyat, jangan sampai mengabdikan apalagi menghilangkan
persamaan derajat dan hak asasi manusia.



K e w a r g a n e g a r a a n 16

G. Pentingnya Kehidupan Demokrasi dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara
Budaya demokrasi sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kita sejak lama.
Semua masalah senantiasa dimusyaarahkan sehingga permasalahan yang dihadapi
dapat terpecahkan dengan baik. Di masyarakat desa, kita jumpai rembug desa,
yaitu musyawarah yang dilakukan di desa secara teratur untuk membicarakan
masalah masalah yang dihadapi. Nilai lebih musyawarah untuk mufakat adalah
pembahasan masalah dilaksanakan dengan megembangkan rasa saling
menghargai, saling menghormati, tidak saling mencurigai, dan tidak berprasangka
buruk.

Ciri-ciri musyawarah mufakat, antara lain sebagai berikut :
1. Masalah yang dibicarakan merupakan kepentingan bersama.
2. Pembicaraan harus dapat diterima dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
Dengan ciri musyawarah mufakat tersebut, hasil keputusan musyawarah akan
mempunyai kelebihan. Kelebihan musyawarah akan mempunyai kelebihan.
Kelebihan musyawarah, yaitu hasil keputusan lebih bermutu tinggi, dapat diterima
orang banyak, mampu menampung aspirasi orang banyak, dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun
musyawarah mufakat, antara lain masalah yang sulit akan mudah dipecahkan,
masalah yang berat akan menjadi ringan, dan dapat meningkatkan rasa
kekeluargaan, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Pelaksanaan musyawarah dapat mencapai mufakat apabila ada usaha untuk
memadukan berbagai pendapat yang berbeda, kemudian dicari pemecahannya.
Pemecahan ini akan menghasilkan keputusna bersama. Keputusan bersama dapat
tercapai apabila peserta musyawarah menggunakan akal sehat dan hati nurani yang
luhur, beritikad baik, bersikap jujur, saling menghargai pendapat orang lain, serta
diliputi semangat kekeluargaan.

K e w a r g a n e g a r a a n 17

Pentingnya pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat adalah
untuk menghindari adanya perselisihan di antara peserta musyawarah. Budaya
demokrasi ini sering disebut Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila adalah
demokrasi yang bersumberkan kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia,
yaitu Pancasila. Demokrasi Pancasila mengandung makna bahwa penyelesaian
nasional yang menyangkut perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sejauh mungkin ditempuh dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat demi
kepentingan rakyat.

Nilai lebih demokrasi pancasila adalah adanya penghargaan terhadap hak
asasi manusia dan hak-hak minoritas tidak diabaikan. Oleh karena itu, dalam
demokrasi Pancasila tidak mengenal dominasi mayoritas ataupun tirani minoritas.
Dominasi mayoritas adalah kelompok besar yang menguasai segala aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengabaikan kelompok kecil. Tirani
minoritas adalah kelompok keci yang menguasai segala aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan mengabaikan kelompok besar.

Oleh karena budaya demokrasi bangsa Indonesia tersebut baik, kita perlu
membiasakan diri melaksanakannya di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
1. Pentingnya kehidupan demokrastis dalam kehidupan keluarga
Berulangkali disinggung bahwa keluarga merupakan dasar untuk membentuk
kelompok lebih besar, seperti masyarakat, bangsa dan negara. Jika dari
keluarga telah terwujud kehidupan yang demokratis, maka kian mudah
mewujudkan negara berkehidupan demokratis. Kehidupan demokratis memang
sangat diperlukan dan memiliki arti penting dalam kehidupan keluarga,
diantaranya :
a. Meningkatnya rasa kasih sayang di antara sesama anggota keluarga
b. Terjalin komunikasi akrab dan harmonis sebab semua kehendak / keinginan
anggota keluarga dapat disalurkan.
K e w a r g a n e g a r a a n 18

c. Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban masing-
masing anggota keluarga sebab pembagian tugas dan tanggung jawab
melibatkan seluruh anggota keluarga.
d. Terhindarnya perselisihan antara anggota keluarga karena setiap ada
permasalahan dapat diselesaikan melalui musyawarah.
e. Memberi motivasi kepada seluruh anggota keluarga untuk bekerja lebih giat
karena semua anggota keluarga

2. Pentingnya kehidupan demokrastis dalam kehidupan sekolah
Hampir mirip keluarga, sekolah merupakan tempat melatih kehidupan
demokratis. Jika di sekolah telah terwujud kehidupan yang demokratis maka
akan terbentuk pula Negara demokratis. Adapun arti penting kehidupan
demokratis dalam kehidupan sekolah antara lain :
a. Meningkatnya rasa kasih sayang di antara sesama warga sekolah.
b. Terjalin komunikasi akrab dan harmonis di antara sesama warga sekolah,
karena semua kehendak / keinginan anggota keluarga dapat disalurkan.
c. Bisa menghindari tindak kekerasan baik antar-siswa maupun guru dengan
siswa karena demokrasi anti kekerasan, Permasalahan diselesaikan secara
damai.
d. Memberi motivasi kepada seluruh warga sekolah untuk bekerja lebih giat
karena semua anggota keluarga merasa senang dan puas, merasa lebih
dihargai kedudukannya di dalam sekolah.
e. Dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban sekolah karena dengan
terwujudnya kehidupan demokratis semua warga sekolah puas, tidak ada
yang memiliki rasa dendam dan benci terhadap sekolah/ warga sekolah.
f. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lebih berhasil guna dan berdaya
guna sebab dengan suasana yang demokratis, siswa lebih aktif dan partisipatif
tidak memiliki rasa takut terhadap guru.
g. Dapat mendidik siswa untuk berpikir kritis dan memiliki kepedulian terhadap
situasi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya dan tidak takut
mengemukakan pendapat/gagasan.
K e w a r g a n e g a r a a n 19


3. Pentingnya kehidupan demokratis dalam kehidupan masyarakat
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial. Ia perlu bermasyarakat.
Sementara kehidupan masyarakat memerlukan tatanan, sistem, dan landasan
yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bersama. Demokrasi merupakan
sistem dan tatanan yang dipandang mampu menampung segala permasalahan
dan aspirasi yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Atas dasar
inilah kehidupan demokratis memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat,
seperti berikut ini :
a. Meningkatnya rasa kasih sayang di antara sesama warga masyarakat.
b. Terjalinnya komunikasi yang akrab dan harmonis di antara sesame warga
masyarakat karena semua kehendak / keinginan anggota masyarakat dapat
disalurkan.
c. Tindak kekerasan antara warga bisa terhindarkan, karena demokrasi
mengajarkan anti kekerasan, permasalahan diselesaikan secara damai.
d. Memberi motivasi kepada seluruh anggota masyarakat untuk bekerja lebih giat
karena merasa lebih dihargai kedudukan mereka.
e. Dapat meningkatkan keamanan maupun ketertiban masyarakat. Demokrasi
menghilangkan rasa dendam dan benci terhadap sesamanya.
f. Meningkatkan rasa kebersamaan dan kegotong-royongan sehingga lebih
semangat melaksanakan pembangunan.
g. Menghilangkan rasa saling curiga mencurigai di antara sesama warga
masyarakat.

4. Pentingnya kehidupan demokratis dalam kehidupan kenegaraan
Negara merupakan kelompok besar manusia yang hidup bersama. Kelompok
besaer ini bersama-sama mencapai satu tujuan yakni meningkatkan
kesejahteraan hidup. Kelompok besar ini tersusun dari kelompok dan golongan
lebih kecil dengan kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan itu sulit untuk
diseragamkan tetapi dapat disatukan apabila semua kelompok dan golongan
merasa kepentingannya dapat disalurkan. Sarana yang tepat dalam
K e w a r g a n e g a r a a n 20

menyalurkan berbagai kepentingan berbeda itu adalah sistem pemerintahan
yang demokrasi. Atas dasar inilah maka kehidupan demokratis dalam bernegara
perlu diwujudkan.

H. Demokrasi di Indonesia
Hampir setiap negara modern di dunia ini menerapkan sistem demokrasi.
Meskipun demikian, pelaksanaan demokrasi untuk masing masing negara
berbeda. Hal itu dimungkinkan karena adanya perbedaan sejarah bangsa, falsafah
hidup, dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, demokrasi di Indonesia
berbeda pula dengan demokrasi di negara lain.

1. Demokrasi Desa
Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya telah mempraktikkan ide
tentang demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan dalam tingkat
kenegaraan. Di tingkat bawah, bangsa Indonesia telah berdemokrasi, tetapi di
tingkat atas, Indonesia pada masa lalu adalah feodal. Menurut Mohammad Hatta
dalam Padma Wahyono (1990),desa-desa di Indonesia sudah menjalankan
demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa.
Itulah yang disebut demokrasi asli.

Demokrasi desa memiliki 5 (lima) unsur, yaitu :
a. Rapat,
b. Mufakat
c. Gotong-royong
d. Hak mengadakan protes bersama
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.

Demokrasi desa tidak bisa dijadikan pola demokrasi untuk Indonesia modern.
Namun, kelima unsur demokrasi desa tersebut dapat dikembangka menjadi
konsep demokrasi Indonesia yang modern. Demokrasi Indonesia modern
menurut Moh, Hatta harus meliputi 3 (tiga) hal, yaitu :
K e w a r g a n e g a r a a n 21

a. Demokrasi di bidang politik
b. Demokrasi di bidang ekonomi
c. Demokrasi di bidang sosial.

2. Demokrasi Pancasila
Bersumber pada ideologinya, demokrasi yang berkembang di Indonesia
adalah Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi
yang bersumber kepada kepribadian dan filsafat hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti ketentuan-ketentuan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
Demokrasi di Indonesia berdasar atas Pancasila, Hal ini mengingat bahwa
Pancasila merupakan dasar falsafah bangsa dan negara yang mendasari
segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, UUD 1945
sebagai dasar konstitusional negara Republik Indonesia juga berdasarkan pada
Pancasila.
Secara luas, demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
didasarkan pada nilai-niali Pancasila dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.
Namun, secara sempit demokrasi Pancasila dapat diartikan sebagai kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.

a. Pancasila sebagai Landasan Demokrasi di Indonesia
Seperti dikatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
adalah nilai-nilai demokrasi. Dalam sejarahnya, Pancasila sendiri lahir secara
demokratis. Pancasila merupakan kesepakatan bersama dari semua golongan
masyarakat Indonesia ketika akan merumuskan dasar Negara. Setiap sila dari
Pancasila adalah suatu ajaran demokrasi.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa berarti member kebebasan untuk
menganut agama lain dan menghargai keyakinan orang lain. Kebebasan
memeluk agama adalah hak paling asasi dan merupakan esensi dari demokrasi.
K e w a r g a n e g a r a a n 22

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengajak orang untuk
memperlakukan semua orang sama berdasar harkat dan martabatnya. Dengan
sila ini, pemaksaan, penindasan, dan pemerkosaan terhadap orang lain adalah
tindakan yang tidak adil dan suatu kebiadaban. Hai ini selaras dengan paham
demokrasi yang menganggap semua orang sama harkat dan martabatnya
sehingga harus diperlakukan secara adil dan beradab.

Sila Persatuan Indonesia bermakna bahwa persatuan lebih utama dari
perpecahan dan pertentangan. Perpecahan dan pertentangan hanya akan
menimbukjan penindasan dan ketidak-adilan. Persatuan Indonesia tidak
menghilangkan perbedaan tetapi mengakui dan bekerja sama dalam kesatuan.
Demokrasi juga mengakui perbedaan tetapi saling tergantung untuk bekerja
sama.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan menyatakan bahwa rakyatlah yang berdaulat
dalam suatu negara. Kedaulatan itu dijalankan melalui perwakilan dan dengan
mekanisme permusyawaratan/perwakilan. Sila keempat ini menjadi landasan
mekanisme demokrasi Pancasila.

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan tujuan dari
demokrasi di Indonesia. Demokrasi bukanlah tujuan, tetapi alat atau sarana
untuk mencapai tujuan. Tujuan dari pemerintahan demokrasi di Indonesia
haruslah mengarah pada tercapainya keadilan sosial. Jika demokrasi yang
dijalankan tidak berhasil mewujudkan keadilan maka gagallah pelaksanaan
demokrasi. Keadilan sosial menjadi dasar sekaligus cita-cita dari demokrasi di
Indonesia.

Dengan demikian, nilai nilai demokrasi yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila adalah sebagai berikut :
K e w a r g a n e g a r a a n 23

1. Kebebasan yang harus disertai tanggung jawab, baik kepada masyarakat
maupun bangsa dan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pengakuan tinggi terhadap harkat dan martabat seseorang.
3. Peningkatan persatuan dalam hidup bersama.
4. Pengakuan perbedaan atas individu, kelompok, ras, suku,budaya, agama
karena perbedaan adalah bawaan kodrat manusia.
5. Pengakuan adanya hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
dan suku.
6. Perbedaan dalam suatu kerjasama ke arah kemanusiaan yang adil dan
beradab.
7. Musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan beradab.
8. Keadilan sosial sebagai cita-cita bersama.

Nilai-nilai demokrasi yang bersumber pada Pancasila itu hendaknya
menjadi landasan bagi cara kerja atau prosedur demokrasi yang diterapkan
dalam penyelenggaraan pemerintahan ataupun negara. Sebagai landasan
berdemokrasi, nilai- nilai itu merupakan satu kesatuan yang aharus mewarnai
perjalanan demokrasi di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa sila-sila Pancasila
merupakan satu kesatuan.

b. Nilai nilai Demokrasi Pancasila di Indonesia
Nilai nilai demokrasi Pancasila dijadikan dasar pedoman dalam
penerapan budaya demokrasi di Indonesia. Bangsa Indonesia berkewajiban
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Berikut ini adalah uraian tentang nilai- nilai yang terkandung dalam demokrasi
pancasila sebagai dasar pelaksanaan demokrasi di Indonesia
1. Pengakuan dan Tanggung Jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pelaksanaan demokrasi pancasila diarahkan melalui keyakinan terhadap
adanya Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam penolakan terhadap
atheism atau anti agama dalam hidup bernegara. Penyelenggaraan hidup
K e w a r g a n e g a r a a n 24

bernegara didasarkan kepada sikap dan budi pekerti manusia yang luhur
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama.
Penerapan demokrasi yang dijiwai tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa akan melahirkan sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-
nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan. Dalam pengambilan keputusan bagi
kepentingan uum akan memperhatikan hal-hal yang bisa
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
dilandasi hati nurani yang luhur.

2. Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab bersumber dari ajaran Tuhan Yang
Maha Esa. Manusia sesuai kodratnya bersikap dan berbuat sesuai dengan
potensi budi nuraninya yang menyadari adanya nilai dan norma serta
kesusilaan dan keadilan.
Seluruh warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama
terhadap undang-undang negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama,
dijamin hak dan kebebasannya dalam berhubungan dengan masyarakata,
negara dan beribadah kepada Tuhan. Tiap-tiap warga negara juga memiliki
kemerdekaan mengemukakan pendapat dan hidup layak sesuai dengan
pokok yang dimilikinya.
Kerakyatan dalam demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa
manusia sebagai insan beragama memiliki kesadaran akan berlakunya
norma keagamaan serta keadilan. Kerakyatan yang berlandaskan
kemanusiaan yang adil dan beradab menghendaki terciptanya norma
keadilan serta budi luhur dalam hidup bernegara.
Budaya demokrasi yang dijiwai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
akan melahirkan sikap serta perilaku. Sikap dan perilaku itu antara lain tidak
memaksakan kehendak dan pendapatnya kepada orang lain, tidak bersikap
semena-mena kepada orang lain serta menjunjung nilai-nilai kemanusiaan
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan.

K e w a r g a n e g a r a a n 25

3. Menjamin dan Menciptakan Persatuan serta Kesatuan Bangsa
Persatuan Indonesia merupakan bentuk paham kebangsaan Indonesia
yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan
beradab. Paham kebangsaan Indonesia mengatasi berbagai paham golongan,
ethis, dan asal keturunan.
Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang menduduki wilayah
tumpah darah Indonesia, dengan memiliki cita-cita yang sama untuk
mewujudkan kemerdekaan, dan tercapainya tujuan Nasional.
Demokrasi Pancasila yang berdasarkan persatuan Indonesia
menghendaki persatuan dan kesatuan seluruh bangsa serta tumpah darah
Indonesia, dan identitas sebagai bangsa yang berdaulat, baik ke dalam
maupun ke luar (dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa di dunia).
Budaya demokrasi yang dijiwai nilai persatuan Indonesia akan
menumbuhkan sikap dan perilaku. Sifat dan perilaku itu antara lain
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan. Dengan
demikian, tercapainya suatu keputusan ditujukan bagi kepentingan persatuan
dan kesatuan bangsa.

4. Mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung arti keadilan
berlaku bagi seluruh masyarakat di berbagai bidang baik hokum, politik,
sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan maupun agama. Adanya
usaha untuk mencapai kepentingan individu dan umum, kehidupan jasmani
dan rohani secara seimbang menunjukkan bahwa keadilan sosial harus
memenuhi keseimbangan hal-hal yang bersifat material dan spiritual.
Demokrasi Pancasila yang dihubungkan dengan nilai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, meliputi :
1. Keseimbangan hak dan kewajiban setiap warga Negara
2. Kesamaan hak pribadi dalam keluarga
3. Pengakuan hak organisasi politik, ekonomi dan sosial.
K e w a r g a n e g a r a a n 26

4. Pengakuan hak memajukan kebudayaan, ekonomi, dan pembangunan.
5. Prinsip yang menolak paham etatisme ( negara mematikan potensi unit
ekonomi di luar sektor negara), monopoli ( penjual tunggal ), monopsoni (
pembeli tunggal), dan free fight liberalism ( persaingan bebas yang
mengeksploitasi manusia atau bangsa lain).

Pelaksanaan demokrasi yang dilandasi sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia akan melahirkan sikap dan perbuatan adil itu, antara lain
menghormati hak-hak orang lain, member pertolongan kepada orang lain,
menghindari sikap dan merugikan kepentingan umum, menjauhi sikap
pemerasan, mewujudkan kemajuan yang merata dan mengembangkan
semangat kekeluargaan serta kegotongroyongan.

I. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dan
setua dengan usia Republik Indonesia itu sendiri. Lahirnya konsep demokrasi
dalam sejarah modern Indonesia dapat ditelusuri pada sidang-sidang BPUPKI
antara bulan Mei sampai Juli 1945. Meskipun pemikiran mengenai demokrasi
telah ada pada para pemimpin bangsa sebelumnya, namun pada momen
tersebut, pemikiran mengenai demokrasi semakin mengkristal menjadi wacana
publik dan politis. Ada kesamaan pandangan dan konsensus politik dari para
peserta sidang BPUPKI bahwa kenegaraan Indonesia harus berdasarkan
kerakyatan / kedaulatan rakyat atau demokrasi. Cita-cita atau ide demokrasi ada
pada para founding fathers bangsa (Suseno, 1997). Para pendiri bangsa
bersepakat bahwa negara Indonesia merdeka haruslah negara demokrasi.
Namun terdapat pandangan yang berbeda mengenai bagaimana
seharusnya cita-cita demokratis itu diterapkan dalam pemerintahan Negara.
Pada momen sidang itu diperdebatkan apakah hak-hak demokratis warga
negara perlu diberi jaminan dalam undang-undang dasar atu tidak. Pandangan
pertama diwakili oleh Sopepmo dan Soekarno yang secara gigih menentang
dimasukkannya hak-hak tersebut dalam konstitusi. Pandangan kedua diwakili
K e w a r g a n e g a r a a n 27

Moh. Hatta dan Moh. Yamin yang memandang perlunya pencantuman hak-hak
warga dalam undang-undang dasar.
Paradigma kenegaraan Soepomo yang disampaikan tanggal 31 Mei 1945
terkenal dengan ide integralistik bangsa Indonesia. Menurut Soepomo, politik
pembangunan negara harus sesuai dengan struktur sosial masyarakat
Indonesia. Bentuk Negara harus mengungkap semangat kebatinan bangsa
Indonesia yaitu hasrat rakyat akan persatuan (Suseno, 1997). Negara
merupakan kesatuan integral dengan masyarakatnya. Individu dan golongan
dalam masyarakat menyatu dan mengabdi pada Negara. Negara bersifat
mengayomi segenap kepentingan masyarakat. Tidak perlu adanya jaminan hak-
hak rakyat oleh negara karena secara otomatis telah terjamin dalam negara yang
integral. Dengan paham ini, ditolak alam pikiran individualism. Individualisme
adalah asing, oleh karena itu bangsa Indonesai harus menolak seluruh sistem
demokrasi Barat sebagai tempat asal individualism termasuk pencantuman hak-
hak warga negara dalam konstitusi.
Pandangan Hatta mengenai demokrasi dapat kita telusuri pada tulisannya
di tahun 1932 dengan judul Demokrasi kita. Hatta setuju dnegan demokrasi yang
dikatakannya dengan istilah kerakyatan. Hatta menganggap dan percaya bahwa
demokrasi/kerakyatan dan kebangsaan sangat cocok untuk keperluan
pergerakan Indonesia di masa datang (Hatta, 1953).
Kerakyatan itu sama dengan kedaulatan rakyat, namun berbeda dengan
kedaulatan individu di negara-negara Barat. Menurutnya, demokrasi di Negara
Barat hanya terbatas pada bidang politik, sedangkan kedaulatan rakyat
Indonesia juga memuat bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat Indonesia tidak
bersifat individu, tetapi kolektivitet/rasa bersama dalam bidang politik, sosial dan
ekonomi. Dengan pandangan ini, Hatta mengusulkan agar hak-hak warga
negara termuat dalam undang-undang dasar karena ini merupakan perwujudan
dari demokrasi politik. Disamping itu, Hatta juga mengusulkan perlunya
pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat supaya tidak timbul kadaver
disiplin.

K e w a r g a n e g a r a a n 28

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dapat pula dibagi ke dalam periode
berikut :
1. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Revolusi ( 1945 s/d 1950 )
Dalam rentang tahun 1945 1950, bangsa Indonesia masih berjuang
melawan Belanda yang ingin menjajah kembali di Indonesia. Pada masa itu
penyelenggaraan pemerintahan dan demokrasi di Indonesia belum dapat
berjalan dengan baik. Hal itu dikarenakan bangsa Indonesia masih disibukkan
oleh revolusi fisik. Pada masa itu para pemimpin negara memiliki komitmen yang
kuat untuk membentuk pemerintahan demokratis yang berlandaskan pada
konstitusi negara, yaitu UUD RI Tahun 1945.
Pada awalnya, pemerintahan Indonesia menunjukkan adanya sentralisasi
kekuasaan pada diri presiden. Hal ini dapat terjadi karena pada masa itu
lembaga-lembaga politik demokrasi, misalnya MPR atau DPR, belum terbentuk.
Kondisi tersebut sangat nyata terlihat pada Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945
yang menyatakan,Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-
Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan
bantuan sebuah komite nasional. Oleh karena itu, untuk menghindari kesan
bahwa negara Indonesia bukan negara yang demokratis atau absolut,
pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menciptakan pemerintahan
demokratis. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan
Fungsi KNIP menjadi Fungsi Parlemen.
b. Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945 mengenai Pembentukan
Partai Politik.
c. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan dari
Kabinet Presidensial ke Kabinet Parlementer.

Serangkaian kebijakan tersebut pada akhirnya membawa perubahan
dalam sistem pemerintahan di Indonesia pada waktu itu. Sistem pemerintahan
K e w a r g a n e g a r a a n 29

yang semula presidensial pun akhirnya berubah menjadi sistem pemerintahan
parlementer. Namun, pada masa-masa kritis tersebut, kepemimpinan Soekarno
dan Hatta akhirnya berperan kembali dalam pemerintahan nasional. Pada akhir
tahun 1949, pemerintahan kembali ke sistem presidensial.

2. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal ( 1950 s/d 1959 )
Masa antara tahun 1950 1959 diwarnai dengan suasana dan semangat
yang ultra-demokratis. Kabinet dalam pemerintahan berubah ke sistem
parlementer, sedangkan Soekarno dan Hatta dijadikan simbol dengan
kedudukan sebagai kepala negara. Demokrasi yang digunakan pada waktu
itu adalah demokrasi parlementer atau liberal. Adapun undang-undang dasar
yang dipergunakan pada waktu itu adalah UUDS 1950. Cara kerja sistem
pemerintahan parlementer di Indonesia pada waktu itu adalah sebagai berikut
:
1) Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPR, yang dibentuk melalui pemilu
multipartai. Partai politik yang menguasai mayoritas kursi DPR
membentuk kabinet sebagai penyelenggara pemerintahan negara.
2) Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/dewan menteri, yang
dipimpin oleh seorang perdana menteri. Kabinet dibentuk dan
bertanggungjawab kepada DPR.
3) Presiden hanya berperan sebagai kepala negara, bukan kepala
pemerintahan. Adapun kepala pemerintahan dijabat oleh perdana menteri.
4) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas.
5) Jika DPR menilai kinerja menteri/beberapa menteri/kabinet kurang atau
bahkan tidak baik, DPR dapat memberi mosi tidak percaya kepada
seseorang atau beberapa menteri atau bahkan kabinet secara
keseluruhan. Jika diberi mosi tidak percaya, menteri, para menteri, atau
kabinet itu harus mengundurkan diri/membubarkan diri.
6) Jika kabinet bubar, presiden akan menunjuk formatur kabinet untuk
menyusun kabinet baru.
K e w a r g a n e g a r a a n 30

7) Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya lagi kepada kabinet yang baru
itu, maka DPR dibubarkan dan diadakan pemilihan umum

Dalam praktiknya, pelaksanaan demokrasi parlementer/liberal ini
menimbulkan ketidakstabilan politik karena sering berganti-gantinya kabinet/
dewan menteri. Oleh sebab itu timbul beberapa dampak negatif selama
Indonesia menggunakan demokrasi parlementer, yaitu di antaranya sebagai
berikut :
1) Usia (masa kerja) rata-rata kabinet yang pendek menyebabkan banyak
kebijakan pemerintahan jangka panjang tidak dapat terlaksana. Pada
masa itu telah terjadi tujuh kali pembentukan kabinet baru. Jadi, usia kerja
rata-rata tiap kabinet pada waktu itu kurang lebih hanya satu tahun.
2) Terjadi ketidakserasian hubungan dalam tubuh angkatan bersenjata
setelah terjadinya peristiwa 17 Oktober 1952. Anggota ABRI mulaiterbelah
dua, di satu sisi memihak Wilopo, di sisi lain ada yang memihak Presiden
Soekarno. Hal inilah yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
3) Terjadi perdebatan terbuka antara Isa Anshary (tokoh Masyumi) dengan
Presiden Soekarno mengenai penggantian Pancasila dengan dasar
negara yang lebih Islami, sehingga mengganggu konsensus tentang
tujuan-tujuan negara. Setelah kejadian tersebut timbul kesan bahwa
terjadi ketegangan antara umat Islam dengan penguasa.
4) Kebijakan beberapa menteri yang lebih mementingkan partai/golongannya
sendiri sering menimbulkan kerugian perekonomian secara nasional.
Selain itu, jabatan pemerintahan telah menjadi ajang rebutan pengaruh
bagi partai-partai yang berkuasa. Oleh karenanya, pada masa tersebut
pergantian pejabat pemerintahan sering terjadi bukan dikarenakan atas
dasar prestasi kerja atau kebutuhan, melainkan atas dasar pertimbangan
memenuhi kepentingan partai politik yang sedang berkuasa.
5) Beberapa kelompok melakukan pemberontakan terhadap negara,
misalnya, PRRI dan Permesta, sehingga menimbulkan masalah baru bagi
pemerintahan.
K e w a r g a n e g a r a a n 31

Namun demikian, masa demokrasi parlementer yang dianut bangsa
Indonesia pada waktu itu tidak hanya memiliki dampak negatif semata.
Menurut Herbert Feith, pada masa itu juga memiliki dampak positif, baik dari
segi cita-cita negara hukum, negara demokrasi, maupun negara republik
yang bertujuan menyejahterakan rakyat.

Hal-hal positif yang diungkapkan oleh Feith antara lain sebagai berikut :
1) Badan-badan pengadilan memiliki kebebasan dalam menjalankan
fungsinya, termasuk dalam menangani kasus-kasus yang menyangkut
para menteri, petinggi militer, maupun pemimpin partai.
2) Pemerintah dianggap berhasil dalam melaksanakan program di bidang
pendidikan, peningkatan produksi, ekspor, ataupun dalam hal
mengendalikan inflasi
3) Pemerintah dan rakyat Indonesia pada waktu itu mendapat apresiasi yang
baik dari dunia internasional karena berpartisipasi dalam memimpin
gerakan Non-Blok. Hal ini ditunjukkan oleh bangsa Indonesia saat
menggelar Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada bulan April
1955.
4) Banyak permasalahan dapat diselesaikan dengan baik oleh DPR dan
pemerintah.
5) Peningkatan status sosial di kalangan masyarakat karena pesatnya
jumlah pertumbuhan sekolah-sekolah.
6) Antarumat beragama jarang terjadi gesekan atau ketegangan.
7) Kaum Tionghoa mendapat perlindungan dari pemerintah.
8) Pers mendapatkan kebebasan dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.

b. Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 1965 )

Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, masa demokrasi
parlementer atau liberal secara resmi berakhir. Sejak saat itu, pemerintahan
Indonesia mulai menggunakan sistem demokrasi terpimpin. Istilah demokrasi
K e w a r g a n e g a r a a n 32

terpimpin diperkenalkan oleh Presiden Soekarno. Sistem demokrasi terpimpin
timbul dikarenakan ketidaksenangan Presiden Soekarno terhadap partai-
partai politik pada waktu itu yang dinilai lebih mementingkan kepentingan
partai dan ideologinya masing-masing dibandingkan kepentingan yang lebih
luas. Di samping itu, Presiden Soekarno juga menganggap bahwa demokrasi
parlementer yang digunakan pemerintahan Indonesia tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa yang pada dasarnya berjiwa kekeluargaan.
Demokrasi terpimpin yang dikemukakan oleh Presiden Soekarno
tersebut memberlakukan kembali UUD RI Tahun 1945. Oleh karena itu,
sistem demokrasi terpimpin dilaksanakan atas dasar Pancasila dan UUD RI
Tahun 1945. Menurut Ketetapan MPRS No. VIII/MPRS/1965, pengertian
dasar demokrasi terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan pada Nasakom
(nasionalisme, agama, dan komunis).

Ciri umum demokrasi terpimpin antara lain :
1. Dominasi seorang pemimpin atau presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh komunis atau PKI

Pada kenyataannya, pelaksanaan demokrasi terpimpin justru
menyimpang dari prinsip negara hukum dan negara demokrasi berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Berbagai penyimpangan tersebut antara lain
sebagai berikut :

1) Kekuasaan peradilan tidak memiliki kebebasan
Kekuasaan peradilan pada waktu itu dijadikan alat oleh pemerintah untuk
menghukum pemimpin politik yang menentang atau memprotes kebijakan
pemerintah. Hal itu tampak dengan adanya UU No. 19 Tahun 1964 yang
K e w a r g a n e g a r a a n 33

menentukan bahwa demi kepentingan revolusi, presiden berhak untuk
mencampuri proses peradilan. Kebijakan tersebut sangatlah bertentangan
dengan UUD RI Tahun 1945.
2) Adanya pengekangan hak-hak asasi warga negara di bidang politik
Pengekangan tersebut terutama terjadi pada kebebasan pers. Liputan
atau ulasan pers sangat dibatasi, dalam arti tidak boleh menentang
kebijakan pemerintah. Surat kabar yang berani bertindak demikian akan
diberangus, dalam arti izin terbitnya akan dicabut. Tokohtokoh politik juga
dilarang mengeluarkan pendapat yang melawan pemerintah. Partai politik
yang berani mengeluarkan pendapat yang berlainan dengan keinginan
pemerintah akan dicap kontrarevolusi atau antipemerintah.
3) Kekuasaan presiden melampaui batas kewenangan
Pada masa itu, presiden banyak membuat kebijakan yang melebihi
kewenangannya. Banyak hal yang seharusnya diatur dalam bentuk
undang-undang dan harus disetujui terlebih dahulu oleh DPR, ternyata
hanya diatur oleh presiden sendiri dalam bentuk Penetapan Presiden.
4) Pembentukan lembaga negara ekstrakonstitusional
Presiden juga membentuk lembaga kenegaraan yang tidak tertera dalam
UUD RI Tahun 1945, seperti Front Nasional, yang kemudian ternyata
malah dimanfaatkan oleh pihak komunis untuk mempersiapkan
pembentukan negara komunis di Indonesia.
5) Pengutamaan fungsi pimpinan (presiden)
Pada masa itu fungsi presiden sangat diutamakan, yang mengakibatkan
mekanisme formal kenegaraan yang sudah diatur dalam UUD RI Tahun
1945 menjadi lemah. Pengutamaan fungsi presiden tampak dalam hal-hal
berikut ini :
Dalam mekanisme kerja, jika MPR dan DPR, tidak berhasil
mengambil putusan, persoalan tersebut diserahkan kepada
presiden untuk memutuskan.
Pimpinan MPR, DPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya diberi
kedudukan sebagai menteri sehingga mereka menjadi bawahan
K e w a r g a n e g a r a a n 34

presiden. Padahal menurut UUD 1945 MPR adalah lembaga yang
membawahkan presiden dan berkedudukan lebih tinggi dari
presiden, sedangkan lembaga-lembaga Negara yang lain (DPR,
BPK dan MA) sejajar dengan presiden.
Pembubaran DPR oleh presiden terjadi karena DPR menolak
menyetujui RAPBN yang diusulkan pemerintah. Padahal UUD 1945
mengatur bahwa presiden tidak dapat membubarkan DPR dan jika
DPR menolak anggaran yang diajukan, pemerintah menggunakan
anggaran tahun sebelumnya.

Namun demikian, ada beberapa catatan positif yang terdapat pada
sistem demokrasi terpimpin pada waktu itu. Misalnya saja keberhasilan
pemerintah dalam menumpas pemberontakan DI/TII yang telah berlangsung
selama 14 tahun dan keberhasilan menyatukan Irian Barat (Irian Jaya/Papua)
dengan Indonesia setelah cukup lama bersengketa dengan pihak Belanda.
Akhirnya, sistem demokrasi terpimpin berakhir dengan tragis. Pada tahun
1965 terjadi usaha kudeta terhadap pemerintahan negara oleh PKI. Usaha
kudeta tersebut berhasil digagalkan oleh kaum pelajar, mahasiswa, ABRI,
dan partai-partai politik yang tidak ingin melihat negara Indonesia jatuh ke
tangan komunis. Pemberontakan PKI tersebut dapat ditumpas dengan diikuti
oleh krisis ekonomi yang cukup parah hingga dikeluarkannya Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar). Pada saat itulah bangsa Indonesia memasuki
babak baru yang kemudian dikenal dengan masa orde baru.

3. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru (1996 s/d 1998 )
Masa orde baru dimulai pada tahun 1966. Pemerintahan orde baru yang
dipimpin oleh Presiden Soeharto, mengawali jalannya pemerintahan dengan
tekad melaksanakan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 secara murni dan
konsekuen.
Berdasarkan pengalaman di masa orde lama, pemerintahan orde baru
berupaya menciptakan stabilitas politik dan keamanan untuk menjalankan
K e w a r g a n e g a r a a n 35

pemerintahannya. Orde baru menganggap bahwa penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 adalah sebab utama kegagalan dari
pemerintahan sebelumnya. Orde baru merupakan tatatan perikehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila
dan UUD RI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen. Demokrasi yang
dijalankan dinamakan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila merupakan
demokrasi yang didasarkan atas nilai-nilai dari sila-sila yang terdapat pada
Pancasila.
Namun, pada praktiknya, cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menjadi
negara yang demokratis tersebut justru runtuh dikarenakan penyalahgunaan
kekuasaan pemerintah, terutama oleh presiden. Pada masa orde baru, bangsa
Indonesia seakan-akan malah terjatuh menjadi negara yang totaliter. Kondisi
tersebut dapat terjadi karena beberapa hal berikut :

a. Hak-hak politik rakyat sangat dibatasi
Sejak tahun 1973, jumlah partai politik di Indonesia dibatasi hanya ada
tiga. Pegawai pemerintahan dan ABRI diharuskan mendukung partai penguasa.
Pertemuan-pertemuan politik harus mendapatkan izin dari penguasa. Para
pengkritik pemerintah dikucilkan secara politik, bahkan ada yang disingkirkan
secara paksa. Meskipun pers dinyatakan bebas, pada kenyataannya pemerintah
dapat memberangus/membreidel penerbitan pers yang dianggap berseberangan
dengan pemerintah. Di samping itu, ada perlakuan diskriminatif terhadap anak
keturunan orang yang dianggap terlibat G30S/PKI.

b. Pemusatan kekuasaan di tangan presiden
Meskipun pada masa orde baru kekuasaan negara dibagi menjadi
berbagai lembaga negara yang formal (MPR, DPR, DPA, MA, dan sebagainya),
pada praktiknya lembaga-lembaga tinggi negara tersebut dikendalikan oleh
presiden.


K e w a r g a n e g a r a a n 36

c. Pemilu yang tidak demokratis
Pada masa orde baru, pemilu memang dilaksanakan setiap lima tahun
sekali. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya pemilu tersebut tidak berlangsung
secara demokratis. Partai penguasa melakukan berbagai cara agar dapat
memenangkan pemilu.

d. Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional
Pemerintah membentuk Kopkamtib (Komando Pengendalian Keamanan
dan Ketertiban), yang berfungsi untuk mengamankan pihak-pihak yang potensial
menjadi oposisi penguasa dengan segala cara untuk melanggengkan
kekuasaannya.

e . Diskriminatif terhadap etnis tertentu
Pada masa orde baru juga terjadi diskriminatif terhadap etnis tertentu.
Misalnya saja, warga keturunan Tionghoa dilarang berekspresi. Sejak tahun
1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan
kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga
menghapus hak-hak asasi mereka.
Pemerintah orde baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya
ketika itu mencapai kurang lebih lima juta dari keseluruhan rakyat Indonesia,
dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di tanah air. Padahal,
pada kenyataannya, kebanyakan dari keturunan Tionghoa berprofesi sebagai
pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh
komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan.

f. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) merajalela
Pelaksanaan pemerintahan negara yang terlalu sentralistik pada masa
orde baru berakibat merajalelanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
di segala bidang. Hal ini mengakibatkan rakyat semakin sengsara, hingga timbul
sebuah istilah yang mengatakan bahwa yang kaya semakin kaya dan yang
miskin semakin miskin.
K e w a r g a n e g a r a a n 37


Meskipun dalam pelaksanaannya dianggap tidak demokratis, pada masa orde
baru juga mencatat beberapa keberhasilan di berbagai bidang, antara lain
sebagai berikut :
a. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya
AS$70, pada tahun 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
b. Berhasil melaksanakan program transmigrasi, meskipun menimbulkan
kecemburuan sosial di kalangan tertentu.
c. Berhasil melaksanakan program Keluarga Berencana (KB).
d. Berhasil memerangi buta huruf di kalangan masyarakat.
e. Swasembada pangan di kalangan masyarakat Indonesia berhasil diwujudkan.
f. Pengangguran dapat ditekan pada angka minimum.
g. Suksesnya pelaksanaan REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun),
meskipun dengan menggunakan utang dari luar negeri.
h. Gerakan Wajib Belajar berhasil diterapkan di bidang pendidikan.
i. Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh juga sukses ditumbuhkan di kalangan
masyarakat
j. Terjaminnya keamanan dalam negeri, meskipun dengan menggunakan cara
yang otoriter.
k. Investor asing berkenan menanamkan modal di Indonesia.
l. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.

Masa orde baru yang berjalan selama 32 tahun berakhir setelah berbagai
kelompok masyarakat madani yang dipimpin oleh kaum mahasiswa berhasil
menekan Presiden Soeharto untuk menandatangani surat pengunduran diri pada
tanggal 21 Mei 1998.

4. Pelasanaan Demokrasi pada Masa Transisi ( 1998 s/d 1999 )
Masa transisi ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, yaitu antara
tahun 1998 1999. Presiden Soeharto yang meletakkan jabatannya akhirnya
digantikan oleh wakil presiden yang pada waktu dijabat oleh B.J. Habibie.
K e w a r g a n e g a r a a n 38

Dengan mundurnya presiden dan digantikan oleh wakil presiden yang sesuai
dengan Pasal 8 UUD RI Tahun 1945, bangsa Indonesia dihadapkan pada masa
transisi. Disebut masa transisi karena pada masa itu merupakan masa
perpindahan kekuasaan. Presiden B.J. Habibie sendiri menyatakan bahwa
pemerintahannya adalah pemerintahan transisional, di mana selanjutnya akan
dibentuk pemerintahan baru yang demokratis dan berdasarkan kehendak rakyat
melalui pemilu.

Pada masa transisi ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan
ke arah kehidupan negara yang demokratis. Contoh pembangunan ke arah
demokrasi di antaranya adalah dengan serangkaian kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah, yaitu sebagai berikut. :
a. Keluarnya ketetapan-ketetapan MPR RI dalam sidang istimewa bulan
November 1998 sebagai awal perubahan sistem demokrasi konstitusional.
b. Ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
c. Keluarnya Undang-Undang Politik, yaitu Undang-Undang No. 2 Tahun 1999
tentang Partai Politik, Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan
Umum, dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
d. Melakukan proses peradilan bagi para pejabat negara dan pejabat lainnya
yang terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta penyalahgunaan
kekuasaan.
e. Adanya jaminan kebebasan pendirian partai politik ataupun organisasi
kemasyarakatan secara luas.
f. Pembebasan sejumlah tahanan politik semasa orde baru.
g. Melaksanakan pemilihan umum tahun 1999 yang bebas dan demokratis
dengan diikuti oleh banyak partai politik.
h. Kebebasan pers yang luas, termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP (Surat
Izin Usaha Penerbitan Pers).
K e w a r g a n e g a r a a n 39

i. Terbukanya kesempatan yang luas dan bebas untuk warga negara dalam
melaksanakan demokrasi di berbagai bidang.

Demokrasi di masa transisi berakhir dengan adanya pemilu pada tahun
1999, di mana Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai
presiden dan wakil presiden Indonesia. Sejak saat itulah bangsa Indonesia mulai
memasuki masa reformasi.

5. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Reformasi ( 1999 s/d Sekarang )
Masa transisi ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, yaitu antara
tahun 1998 1999. Presiden Soeharto yang meletakkan jabatannya akhirnya
digantikan oleh wakil presiden yang pada waktu dijabat oleh B.J. Habibie.
Dengan mundurnya presiden dan digantikan oleh wakil presiden yang sesuai
dengan Pasal 8 UUD RI Tahun 1945, bangsa Indonesia dihadapkan pada masa
transisi. Disebut masa transisi karena pada masa itu merupakan masa
perpindahan kekuasaan. Presiden B.J. Habibie sendiri menyatakan
bahwa pemerintahannya adalah pemerintahan transisional, di mana selanjutnya
akan dibentuk pemerintahan baru yang demokratis dan berdasarkan kehendak
rakyat melalui pemilu.

Pada masa transisi ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan ke
arah kehidupan negara yang demokratis. Contoh pembangunan ke arah
demokrasi di antaranya adalah dengan serangkaian kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah, yaitu sebagai berikut. :
a. Keluarnya ketetapan-ketetapan MPR RI dalam sidang istimewa bulan
November 1998 sebagai awal perubahan sistem demokrasi konstitusional.
b. Ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
c. Keluarnya Undang-Undang Politik, yaitu Undang-Undang No. 2 Tahun 1999
tentang Partai Politik, Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan
K e w a r g a n e g a r a a n 40

Umum, dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
d. Melakukan proses peradilan bagi para pejabat negara dan pejabat lainnya
yang terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta penyalahgunaan
kekuasaan.
e. Adanya jaminan kebebasan pendirian partai politik ataupun organisasi
kemasyarakatan secara luas.
f. Pembebasan sejumlah tahanan politik semasa orde baru.
g. Melaksanakan pemilihan umum tahun 1999 yang bebas dan demokratis
dengan diikuti oleh banyak partai politik.
h. Kebebasan pers yang luas, termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP (Surat
Izin Usaha Penerbitan Pers).
i. Terbukanya kesempatan yang luas dan bebas untuk warga negara dalam
melaksanakan demokrasi di berbagai bidang.

Demokrasi di masa transisi berakhir dengan adanya pemilu pada tahun
1999, di mana Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai
presiden dan wakil presiden Indonesia. Sejak saat itulah bangsa Indonesia mulai
memasuki masa reformasi.

J. Pelaksanaan Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan
1. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Keluarga
Penerapan demokrasi harus diperkenalkan sejak awal, mulai dari
lingkungan keluarga. Inti pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan keluarga
ialah dilaksanakannya cara-cara musyawarah mufakat untuk mencapai
mufakat dalam menyelesaikan masalah dan kepentingan keluarga.
Dalam musyawarah keluarga akan dipertahankan prinsip-prinsip
persamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, kebebasan yang
bertanggungjawab, persatuan dan kekeluargaan.
Kepala keluarga yang memimpin musyawarah dalam keluarga akan
memperhatikan, menampung dan mengarahkan segala kehendak serta
K e w a r g a n e g a r a a n 41

kepentingan anggota keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam menyampaikna pendapat, dengan senantiasa
menciptakan suasana saling menghargai, kekeluargaan / keakraban dan
persatuan. Hasil musyawarah keluarga ini harus ditindaklanjuti dengan sikap
bertanggungjawab untuk melaksanakan setiap hasil keputusan.

Beberapa contoh masalah dan kepentingan keluarga yang bisa dijadikan
bahan musyawarah, antara lain :
a. Pembagian tugas pekerjaan di rumah
b. Menentukan acara keluarga seperti rekreasi, syukuran atas suatu
keberhasilan, arisan / pertemuan keluarga besar, dan kegiatan ibadat
bersama.
c. Pembentukan panitia acara perkawinan dan khitanan.
d. Pengaturan pembiayaan untuk kebutuhan sehari-hari, kepentingan sekolah
dan pekerjaan/karir masa depan anggota keluarga.
e. Pembagian harta kekayaan atau warisan secara adil.
f. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anggota keluarga baik dalam
belajar, bekerja atau menentukan teman hidup.

Penyelesaian masalah secara bersama-sama oleh anggota keluarga
dalam bentuk musyawarah sangatlah berarti. Dengan cara bermusyawarah,
anggota keluarga merasa mempunyai peran penting, tidak merasa dikucilkan
tapi terbiasa diberi kepercayaan dan tanggung jawab dalam memutuskan
suatu hal.

2. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah pun budaya demokrasi dapat dilaksanakan dalam
proses pengambilan keputusan (musyawarah untuk mufakat) dan
pelaksanaan hasil keputusan. Hal yang penting untuk mendapat perhatian
dalam musyawarah kelas atau sekolah adalah menentukan permasalahan
yang harus diselesaikan, menjalankan musyawarah sesuai aturan, dan
K e w a r g a n e g a r a a n 42

melaksanakan keputusan musyawarah secara bertanggung jawab dalam
kehidupan sekolah. Apa yang akan dimusyawarahkan di lingkungan sekolah
biasanya meliputi:
a. Penyusunan tata tertib sekolah.
b. Penyusunan regu piket kelas, kelompok belajar, dan kepengurusan kelas.
c. Acara pemilihan ketua murid dan ketua OSIS.
d. Rapat anggota tahunan dan pembentukan pengurus koperasi sekolah.
e. Pembahasan program kegiatan siswa atau sekolah

3. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Masyarakat
Masyarakat pedesaan sangat peka terhadap budaya demokrasi, contoh
penerapan budaya demokrasi di masyarakat pedesaan adalah sebagai
berikut :
a. Kegiatan membangun jalan, jembatan, tempat ibadah diadakan
musyawarah lebih dahulu diantara warga masyarakat.
b. Mengadakan peringatan hari besar nasional atau hari besar keagamaan
mengadakan musyawarah bersama
c. Peringatan bersih desa diadakan musyawarah terlebih dahulu untuk
membahas acara / kegiatan apa yang akan ditampilkan.
d. Menentukan tugas ronda malam secara bergiliran
e. Mengadakan kerja bakti tiap hari minggu / hari libur
f. Musyawarah pembagian kerja apabila ada tetangga yang punya
pekerjaan
g. Musyawarah mengenai memberantas hama tikus, dan lain sebagainya
h. Menghargai kreativitas warga untuk mengembangkan potensinya dalam
berbagai bidang
i. Kebebasan informasi yang menyangkut persoalan-persoalan
kemasyarakatan , dan sebangainya.
j. Dengan musyawarah di antara anggota warga masyarakat,kehidupan
warga masyarakat akan menjadi tenteram dan damai.

K e w a r g a n e g a r a a n 43

4. Penerapan Demokrasi di Lingkungan Negara
Contoh budaya demokrasi ditetapkan di lingkungan negara adalah sebagai
berikut :
a. Rakyat melalui wakil-wakilnya terlibat dalam menyusun undang-undang.
b. Rakyat melakukan pengawasan terhadap wakil-wakil rakyat maupun
pemerintah melalui media massa.
c. Rakyat terlibat dalam pemilihan umum, baik untuk memilih wakil-wakil
rakyat ataupun memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
d. Unjuk rasa yang dilakukan rakyat/masyarakat ditujukan kepada
pemerintah. Misalnya keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM,
maka akan disambut dengan unjuk rasa, kenaikan tersebut diikuti oleh
kenaikan harga barang-barang yang lain berakibat semakin memberatkan
beban perekonomian masyarakat.
e. Memberikan suaranya dalam memilih Bupati dan Wakil Bupati/Wali kota
atau Wakil Wali kota secara langsung, dan lain sebagainya.

Sebagai warga negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, sudah
seharusnya kita lebih aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Partisipasi tersebut dapat kita wujudkan dalam berbagai bentuk,
antara lain menjaga lingkungan hidup kita agar tetap bersih dan sehat,
menyampaikan keinginan-keinginan kita dengan baik melalui saluran-saluran
yang benar, tanpa melanggar hukum dan mengganggu ketertiban masyarakat.









K e w a r g a n e g a r a a n 44

DAFTAR PUSTAKA

H.S,Sunardi dan Asy,Masudi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 2
Untuk Kelas VIII SMP dan MTs.Solo : Tiga Serangkai
Winarno, Dwi.2006.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan
Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara
Sumodiningrat,Gunawan dan Ginanjar Agustian, Ary.2008.Mencintai
Bangsa dan Negara ; Pegangan Hidup Berbangsa dan Bernegara di
Indonesia.Bogor : Sarana Komunikasi Utama
Sugiyono,Gunawan,dan Rahayu,Muji.2009.Pendidikan Kewarganegaraan
untuk SMP/MTs kelas VIII.Jakarta : Hamudha Prima Media
Subakdi.2009.Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 2 untuk SMP dan MTs
kelas VIII. Jakarta : Sekawan Cipta Karya
Aniaty,Dewi dan Santi,Aviani.2009.Pendidikan Kewarganegaraan 2 SMP
dan MTS Kelas VIII. Jakarta : Remaja Rosdakarya
Faridy,MS.2009.Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk SMP/MTs
Kelas VIII. Jakarta : Sutra Benta Perkasa
Widodo,Eko dan Taufiqurrahman.2009.Pendidikan Kewarganegaraan Jilid
2 untuk SMP/MTs Kelas VIII.Jakarta : Sari Ilmu Pratama
Waluyo,Widianto dan Yuliastuti,Rima.2011.Pendidikan Kewarganegaraan
2 untuk SMA/MA/MK Kelas XI. Jakarta : Percada
Hendrastuti,Henny dan Suyatmi.2011.Pendidikan Kewarganegaraan
untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan Nasional
Sumedi,Pudjo.2011.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas
XI. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan
Nasional
Setyani,Rini dan Hartati,Dyah.2011.Pendidikan Kewarganegaraan untuk
SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan Nasional
K e w a r g a n e g a r a a n 45

Anda mungkin juga menyukai