Anda di halaman 1dari 18

1

TUGAS
SISTEM PENCERNAAN
ASKEP PADA PASIEN HEMORHOID

Di susun oleh :
FIRMINUS FRONY MATULISI
...
....
Tingkat 1A



SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2013
2



Kata Pengantar


Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-NYA lah maka kami dapat
menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "
ASKEP PADA PASIEN HEMOROID,yang membahas tentang penyakit
hemoroid serta cara mananganinya.
Melalui kata pengantar ini penulis mohon maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca,kami tau bahwa karya
tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat menyempurnakan
karya tulis ini.










3


Daftar Isi

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang 4
1.2 Rumusan masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian hemoroid 5
2.2 Etiologi 6
2.3 Anatomi patologi 7
2.4 patofisiologi 7
2.5 Patway -----------------------------9
2.6 manefistasi klinik9
2.7 fokus pengkajian 10
2.8 penatalaksanaan 11
2.9 diagnosa keperawatan.12
2.10 intervensi keperawatan..13
BAB III Penutup
4.1 Kesimpulan 17
Daftar Pustaka 18

4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemorrhoid adalah suatu perubahan pada bantalan pembuluh-pembuluh
darah di dubur ( corpus carvenosa recti ) berupa pelebaran dan pembengkakan
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. hemorhoid adalah pembengkakan
jaringan yang mengandung pembuluh balik ( vena ) dan terletak didinding
rectum dan anus.


1.2 Tujuan

1. Pembaca dapat mengetahui tentang penyakit hemoroid
2. Pembaca dapat mengetahui gejala, diagnogsa,patofisologi,serta cara
menangani pasien yang menderita hemorhoid.

1.3 Manfaat

1. Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan bisa mengerti tentang
penyakit hemorhoid
2. Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami
cara menangani penderita hemorhoid



5




BAB II
PEMBAHASAN

ASKEP PASIEN DENGAN HEMOROID

2.1 PENGERTIAN

Hemorrhoid adalah suatu perubahan pada bantalan pembuluh-pembuluh
darah di dubur ( corpus carvenosa recti ) berupa pelebaran dan pembengkakan
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Hemorhoid adalah pembengkakan
jaringan yang mengandung pembuluh balik ( vena ) dan terletak didinding
rectum dan anus.
Hemorhoid adalah pelebaran vena didalam pleksus vena hemoroidalis.
( Syamsuhidayat, 1998 )
Hemohoid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
( Suddart & Brunner, 2001 )
Hemorhoid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis.
( Mansjoer, A, 2000 )
Hemorhoid adalah timbul akibat pelebaran pembuluh darah vena disekitar anus
sehingga timbul benjolan pada anus.







6

2.2 ETIOLOGI

Tentang penyebab terjadinya wasir terdapat banyak pendapat yaitu antara
lain :
A. Faktor keturunan
B. Sikap tubuh manusia dalam berjalan dengan kaki sehingga tekanan
kebawah lebih besar.
C. Kehamilan
D. Perubahan hormonal (waktu hamil)
E. Jenis pekerjaan
Beberapa yang menyebabkan timbulnya hemoroid yaitu :
1. Kelainan organic
A. Hepar, sirosis hepetis, dimana fibrosis jaringan hepar akan
meningkatkan resisitensi aliran darah vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal, maka akan membentuk kolateral yang antara lain
ke vena hemoroidalis.
B. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis yang menekan
vena, sehingga aliran darah terganggu, misalnya tumor ovarium dan
tumor rectum.
C. Faktor idiopatik
i. Keturunan, dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan
dinding pembuluh darah.
ii. Kelainan anatomi vena didaerah mesenterium tidak
mempunyai katup sehingga menyebabkan meningkatnya
tekanan di pleksus hemoroidalis.
iii. Pekerjaan yang memerlukan banyak duduk karena gaya
gravitasi akan memepengaruhi timbulnya hemoroid.
iv. Tekanan intra abdomen yang akan meningkat secar kronik
biasanya pada orang yang sering mengejan.
Berbagai penyebab yang mungkin menjadi sumber timbulnya hemoroid yaitu :
1. Dinding pembuluh darah yang lemah bawaan sejak lahir.
2. Tidak ada katup vena
3. Tekanan dalam perut yang tinggi.
4. Berdiri atau duduk terlalu lama.






7

2.3 ANATOMI PATOLOGI

Secara histologi hemorid tadi pembuluh vena yang melebar dan tipis
yang menonjol dibawah mukosa anus dan rektum dalam keadaan yang tidak
terlindung itu mudah terkena trauma.dan mungkin mengalami trombosis. Ini
mungkin benar terjadi pada hemorroid interna yang mungkin prolap, waktu
defekasi dan menjadi terjebak sementara dalam lingkaran yang kompresif dari
sepingter ani atau stangulasi terjepit sebagai tambahan yang sering dialami
(nyeri dan gatal) kelaianan ini merupakan penyebab yang sering dari
perdarahan rektum akan tertutupi perdarahan rektum hampir selalu
dihubungkan dengan hemorrhoid tanpa melakukan pengesampingan yang
teliti terhadap penyebab lain yang serius seperti karsinoma rektum.


Empat tingkatan hemorrhoid :
Tingkat I : vansa 1 atau lebih untuk hemorrhoidalis interna dengan gejala
perdarahan ( warna merah segar )
Tingkat II : vansa 1 atau lebih untuk hemorrhodalis interna yang keluar dari dubur
pada saat defekasi.
Tingkat III : seperti tingkat 2 tapi tidak dapat masuk spontan harus didorong
kembali.
Tingkat IV :telah terjadi inkonserasi ( harus segera dioperasi )
( Robbin dan Kumar,1998; Syamsuhidayat,1997 )

2.4 PATOFISIOLOGI

Drainase daerah anorektal adalah vena-vena hemorrhoidalis superior dan
inferior. Vena hemorhoidalis superior mengembalikan darah ke vena mesentrika
interna dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam
bagian yang disebut kolumna morgagni, berjalan memanjang secara radial sambil
mengandakan anashomosis. Bila ini menjadi varises interna ( pasien berada pada
posisi litotomi) terdapat tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan dan
lateral kiri. Hemorhaoid yang lebih kuat terjadi pada tempat-tempat tersebut.
Hemorhoid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh aliran balik
dari vena hemoroidalis, penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering
menyebabkan hemorhoid, kerena vena hemorhoidalis superior mengalirlan darh
ke sistem portal. Selain itu sitem portal tidak mempunyai katup sehingga terjadi
aliran balik.
8

Hemorhoid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, III, hemorhoid
interna dan derajat I dini tidak menonjol melalui anus dan hanya ditemukan
praktuskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior
kanan mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemorhidalis superior dan
tampak sebagai pembekakan globulan kemerahan. Derajat II dapat mengecil
secara spontal atau dapat direduksi ( dikembalikan secara manual ). Hemorhoid
derajat II dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemorhoid
derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala-gejala hemorhoid
interna yang sering ditemui adalah perdarahan tanpa nyeri. Karena tidak adanya
serabut-serabut nyeri di daerah ini. Kebanyakan kasus hemorhoid adalah
hemorhoid campuran eksterna dan interna.
( Mansjoer, A, 2000, Price,S.)



9

2.5 PATWAY




2.6 MANIFESTASI KLINIS

Tanda utama adalah perdarahan, darah yang keluar berwarna merah
segar tidak bercampur dengan feses dan jumlahnya bervariasi. Jika hemorhoid
beretambah besar maka akan terjadi prolapsus. Kotoran di pakaian dalam
menjadi tanda hemorhoid yang mengalami prolapsus permanen. Kulit
didaerah perianal akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi jika timbul
trombosis dengan edema dan peradangan.
Anamnesis dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras,
yang membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi ( mengejan ) dan disertai
rasa nyeri yang merupakan gejala radang.
10

Hemorhoid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi jika telah
terjadi trombosis. Bila hemorhoid interna mengalami prolapsus maka tonjolan
yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat terlihat pada satu atau
beberapa kuadran.
Hemorhoid menyebabkan rasa gatal dan nyeri serta sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.
Hemorhoid interna tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemorhoid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolapsus.
( Brunner dan Suddart, 2002; Mansjoer,A,2000 )
2.7 FOKUS PENGKAJIAN
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise,cepat lelah, insomnia, tidak tidur
semalaman karena diare, gelisah, ansietas, penbatasan aktivitas/ kerja sehubungna
dengna efek proses penyakit
b. Sirkulasi
Tanda : takipnea( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri, kemerahan, ekimosis)
c. Eliminasi
Gejala : perubahn pola defekasi, defekasi berdarah/ pus / mukosa dengan
atau tanpa keluar feses perdarahan perectal
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, menurunnya bising usus, tidak ada
peristaltik
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, mual muntah, penurunan BB, nyeri ulu hati
Tanda : muntah, berat urin meningkat, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit
buruk
e. Higiene
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
f. Nyeri / kenyaanan
Gejala : rasa ketidaknyaman, nyeri saat defekasi.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, berkeringat
g. Sirkulasi
Tanda : hipotensi, takikardi, disritmia, kelemahan, warna kulit lambat
(Doenges, 1999; 455-457)
11


2.8 PENATALAKSANAAN

Hemoroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemoroid eksterna
selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum
terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
1. Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan
-Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
-Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan
menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.
-Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk dengan salep,
supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring.
2. Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemoroid:
-Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik terbaru untuk
melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya
-Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran kecil.
3. Tindakan bedah konservatif hemorrhoid internal
Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorhoid dilihat melalui anosop, dan bagian
proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil
kemudian diselipkan diatas hemorhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm dilepas. Terjadi fibrosis yang
mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun
tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan
ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemoroid sekunder dan infeksi
perianal.
4. Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemoroid dengan cara membekukan jaringan
hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang
menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena
menyebabkan keluarnya rabas yang berbau angat menyengat dan luka yang
ditimbulkan lama sembuh.
5. Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang
menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode
paska operatif.
12

6. Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang
harus diatasi dengan bedah lebih luas.
7. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan, sfingter rektal
biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter
atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang
kecil dimaukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan
darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat diberikan diatas luka kanal

Pemeriksaan penunjang:
- Anoskopi
- Pemeriksaan feses: untuk mengetahui occult-bleding

Komplikasi
1. Anemia, jarang terjadi
2. trombosis akut pada prolaps hemoroid

Prognosa
Hemorroidektomi tampaknya lebih efektif danpermanen, tetapi mempunyai
kerugian kompliksi post operasi.

2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi
pembedahan)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan, imunitas tubuh primer menurun
3. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
4. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri
5. PK pendarahan
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan



13

2.10 INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri Akut b/d
agen injuri fisik
(insisi
pembedahan)

Setelah dilakukan
askep.jam tingkat
kenyamanan klien
meningkat, nyeri
terkontrol dengan
KH:
-- klien melaporkan
nyeri berkurang,
skala nyeri 2-3
-- Ekspresi wajah
tenang & dapat
istirahat, tidur.
-- v/s dbn (TD 120/80
mmHg, N: 60-100
x/mnt, RR: 16-
20x/mnt).
Manajemen nyeri :
-- Kaji nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
-- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
-- Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
-- Berikan lingkungan yang tenang
-- Kurangi faktor presipitasi nyeri.
-- Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
-- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
-- Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
-- Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
-- Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.
-- Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
-- Cek riwayat alergi.
-- Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
-- Monitor V/S
-- Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
-- Evaluasi efektifitas analgetik, tanda
dan gejala efek samping.

2 Risiko infeksi b/d
adanya luka
operasi, imunitas
tubuh menurun,
prosedur invasive
Setelah dilakukan
askep . jam tidak
terdapat faktor risiko
infeksi dg KH:
-- bebas dari gejala
Konrol infeksi :
-- Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain.
-- Batasi pengunjung bila perlu.
-- Anjurkan keluarga untuk cuci
14

infeksi,
-- angka lekosit
normal (4-11.000)
-- V/S dbn
tangan sebelum dan setelah kontak
dengan klien.
-- Gunakan sabun anti microba untuk
mencuci tangan.
-- Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
-- Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
-- Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
-- Lakukan perawatan luka dan
dresing infus,DC setiap hari.

-- Tingkatkan intake nutrisi. Dan
cairan yang adekuat
-- berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi
-- Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
-- Monitor hitung granulosit dan
WBC.
-- Monitor kerentanan terhadap
infeksi.
-- Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
-- Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase.
-- Inspeksi keadaan luka dan
sekitarnya
-- Ambil kultur jika perlu
-- Dorong klien untuk intake nutrisi
dan cairan yang adekuat.
-- Dorong istirahat yang cukup.
-- Monitor perubahan tingkat energi.
-- Dorong klien untuk meningkatkan
mobilitas dan latihan.
-- Instruksikan klien untuk minum
antibiotik sesuai program.
-- Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.
-- Laporkan kecurigaan infeksi.

3 Kurang
pengetahuan ttng
penyakit,
Setelah dilakukan
askep .... jam,
pengetahuan klien
Teaching : Dissease Process
- Kaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang proses penyakit
15

perawata,pengobat
an
Nya b/d kurang
paparan terhadap
informasi,
keterbatasan
kognitif
meningkat. Dg KH:
-- Klien/klg mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
-- Klien /klg
kooperative saat
dilakukan tindakan


- Jelaskan tentang patofisiologi
penyakit, tanda dan gejala serta
penyebabnya
- Sediakan informasi tentang
kondisi klien
- Berikan informasi tentang
perkembangan klien
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau kontrol
proses penyakit
- Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau pengobatan
- Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
- Dorong klien untuk menggali
pilihan-pilihan atau memperoleh
alternatif pilihan
- Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
- Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
- Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
- Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala yang
muncul pada petugas kesehatan

4 Sindrom defisit self
care b/d
kelemahan, nyeri,
penyakitnya
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
. jam klien mampu
Perawatan diri
dengan indicator
-- Pasien dapat
melakukan aktivitas
sehari-hari (makan,
berpakaian,
kebersihan, toileting,
ambulasi)
-- Kebersihan diri
pasien terpenuhi
-Bantuan perawatan diri
- Monitor kemampuan pasien
terhadap perawatan diri
- Monitor kebutuhan akan personal
hygiene, berpakaian, toileting dan
makan
- Beri bantuan sampai klien
mempunyai kemapuan untuk
merawat diri
- Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
- Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
- Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
- Evaluasi kemampuan klien
16

dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
- Berikan reinforcement positip
atas usaha yang dilakukan dalam
melakukan perawatan sehari hari.

5 PK: Perdarahan Setelah dilakukan
askep . jam
perawat akan
menangani atau
mengurangi
komplikasi dari pada
perdarahan dan klien
mengalami
peningkatan Hb/> 10
gr %
- Pantau tanda dan gejala
perdarahan post operasi
- Monitor V/S
- Pantau laborat Hb, HMT. AT
- kolaborasi untuk tranfusi bila
terjadi perdarahan (hb < 10 gr%)
- Kolaborasi dengan dokter untuk
terapinya
- Pantau daerah yang dilakukan
operasi
6 Resiko konstipasi
berhubungan
dengan obstruksi
post pembedahan
Setelah dilakukan
perawatan selama
.... jam pasien tidak
mengalami
konstipasi
Dg KH::
Pasien mampu:
-- B.A.B lembek
-- Ps menyatakan
B.A.B lembek dan
mampu mengontrol
B.A.B
-- Mempertahankan
pola eliminasi usus
tanpa ilius
Konstipation atau impaction
management
Aktifitas:
- Monitor tanda dan gejala
konstipasi
- Monitor pergerakan usus,
frekuensi, konsistensi
- Anjurkan pada pasien untuk
makan buah-buahan yang
mengandung serat tinggi
- Anjurkan an ajarkan mobilisasi
bertahap
- Anjurkan pada klien untuk
meningkatkan intake nutrisi dan
cairan dan berikan education
pentingnya nutrisi u/ kesembuhan
lukanya
- Evaluasi intake makanan dan
minuman
- Kolaborasi medis untuk
terapinya





17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hemorrhoid adalah suatu perubahan pada bantalan pembuluh-pembuluh
darah di dubur ( corpus carvenosa recti ) berupa pelebaran dan
pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. hemorhoid adalah
pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik ( vena ) dan
terletak didinding rectum dan anus.














18

DAFTAR PUSTAKA


A. ( http://infomedika.t35.com/blog arsip/info6.php. )

B. ( Syamsuhidayat, 1998 )
C. (http://www.medicastore.com/cybermed/detail/ykt.php )
2. ( Suddart & Brunner, 2001
3. ( Syamsuhidayat, 1998 )
4. ( Mansjoer, A, 2000 )

Anda mungkin juga menyukai