b. Menghitung massa NaOH
gr m
m
V m
volume
massa
25 , 53
cm 25 gr/cm ,13 2
3 3
c. Menghitung mol metil salisilat
mol n
mol gr
gr
n
Mr
m
n
077 , 0
/ 15 , 152
74 , 11
d. Menghitung mol NaOH
mol n
mol gr
gr
n
Mr
m
n
33 , 1
/ 40
2 , 53
Persamaan reaksi :
C
8
H
8
O
3
+ 2NaOH + H
2
SO
4
C
7
H
6
O
3
+ H
2
O + CH
3
OH + Na
2
SO
4
M : 0,077 mol 1,33 mol - - - - -
R : 0,077 mol 0,154 mol - 0,077 mol 0,077 mol 0,077 mol
S : - 1,176 mol - 0,077 mol 0,077 mol 0,077 mol
C
7
H
6
O
3
+ H
2
SO
4
C
7
H
8
O
3
+ Na
2
SO
4
0,077 mol excess
Karena H
2
SO
4
ditambahkan hingga berlebih maka dipastikan bahwa semua C
7
H
6
O
3
semua
bereaksi, maka mol C
7
H
8
O
3
sama dengan mol C
7
H
6
O
3
, yaitu
m = n x Mr
= 0,077 mol x 138,12 gr/mol
= 10,63 gr
% 169
% 100
63 , 10
98 , 17
teoritis massa
sebenarnya massa
rendemen %
gr
gr
Hasil
Pembuatan asam salisilat dari minyak gandapura dilakukan dengan bantuan katalis basa
yaitu NaOH. Pencampuran NaOH dengan minyak gandapura menghasilkan buih berwarna
putih. Buih berwarna putih tersebut kemudian melarut saat dilakukan refluk dan dihasilkan
larutan berwarna putih bening saat refluk dihentikan. Hasil yang didapatkan dari
pencampuran ini merupakan garam salisilat. Waktu yang dibutuhkan untuk refluk adalah 60
menit. Garam salisilat yang dihasilkan dari refluk tersebut kemudian ditambah H
2
SO
4
untuk
mendapatkan asam salisilat. Hasil yang didapatkan setelah penambahan H
2
SO
4
adalah berupa
endapan berwarna putih. Endapan berwarna putih tersebut kemudian disaring dalam corong
buchner dan kemudian dikeringkan dalam oven. Hasil yang didapatkan berupa kristal putih
asam salisilat dengan massa 17,98 gram, tidak berbau dan memiliki titik leleh 150C. Berikut
ini adalah gambar yang didaptakan selama proses pembuatan asam salisilat:
No. Gambar Keterangan
1.
Hasil penambahan NaOH pada minyak
gondopuro
2.
Proses refluks, buih putih mulai melarut
3.
Hasil akhir proses refluks campuran NaOH
dengan minyak gondopuro
4.
Hasil penambahan H
2
SO
4
pada larutan hasil
refluks
5.
Proses penyaringan pada corong Buchner
6.
Kristal hasil penyaringan dan pengeringan
dalam oven
7.
Hasil uji kelarutan kristal asam salisilat
dengan air dingin
8.
Hasil uji kelarutan kristal asam salisilat
dengan air panas
Pembahasan Hasil
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah pembuatan asam salisilat
dari minyak gandapura. Prinsip percobaan ini adalah hidrolisis ester dengan menggunakan
katalis basa dimana dalam hal ini metil salisilat yang merupakan kandungan dari minyak
gandapura akan dihidrolisis menggunakan katalis basa. Katalis basa yang digunakan adalah
NaOH. Metode yang digunakan adalah refluk. Refluk merupakan suatu metode pencampuran
dua zat atau lebih dengan cara memanaskan tanpa adanya senyawa yang hilang. Refluks
dilakukan dengan mendidihkan cairan dalam wadah yang disambung dengan kondensor
sehingga cairan yang teruapkan akan mengembun kembali ke wadah.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan minyak gandapura ke dalam
labu leher 3 yang telah dilengkapi dengan kondensor dan termometer. Kemudian
ditambahkan NaOH yang berfungsi sebagai katalis basa yang akan membantu reaksi
hidrolisis metil salisilat yang terkandung dalam minyak gondopuro. NaOH merupakan basa
kuat yang memiliki kemampuan mengaktalis reaksi hingga terbentuknya produk. Kelebihan
penggunaan basa kuat sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis ini adalah reaksinya irreversibel
sehingga menghasilkan produk yang lebih stabil, mudah dipisahkan dan lebih optimal.
Produk yang dihasilkan dari penambahan NaOH ini adalah garam salisilat yang tidak akan
kembali lagi menjadi metil salisilat. Penambahan NaOH ini menghasilkan larutan dengan
terbentuknya buih berwarna putih dipermukaan larutan. Reaksi yang terjadi saat penambahan
NaOH pada metil salisilat ini adalah reaksi penyabunan yang bersifat irreversibel. Hasil yang
didapatkan adalah garam natrium salisilat dan metanol. Anion dari NaOH yaitu OH akan
menyerang C karbonil yang bermuatan parsial positif. Hal ini menyebabkan ikatan rangkap
C=O terputus dan O karbonil menjadi bermuatan negatif. Mekanisme reaksinya adalah
sebagai berikut:
O
O
O
H
CH
3
Na + -OH
OH
O
O
-
OH
CH
3
+
Na
+
Adanya muatan negatif pada atom O karbonil ini membuat senyawa ini tidak stabil sehingga
atom O karbonil ini akan cenderung membentuk ikatan rangkap dengan atom C.
Terbentuknya ikatan rangkap ini membuat ikatan antara C dengan OCH
3
lebih tidak stabil
sehingga OCH
3
menjadi gugus pergi dengan memutuskan ikatan dengan atom C karbonil.
Terbentuknya OCH
3
akan menyerang H yang bermuatan parsial positif pada OH karbonil
sehingga akan terbentuk metanol dan ion salisilat yang bermuatan negatif. Na
+
dari katalis
NaOH akan diserang ion salisilat dan terbentuk garam natrium salisilat. Mekanismenya
adalah sebagai berikut:
OH
O
O
-
OH
CH
3
Na
+
O
-
O
O H
O
O
OH
H
O
-
CH
3
+ O H CH
3
Na
+
Kation Na
+
dari katalis NaOH akan diserang ion salisilat. Berikut ini adalah mekanismenya:
O
-
O
O H
Na
+
O H CH
3
+
O
O
O H
Na
O H CH
3 +
Setelah itu atom H dari gugus OH akan diserang oleh OH dari NaOH sehingga terbentuklah
garam natrium salisilat. Adapun mekanismenya adalah:
O
O
O H
Na
Na + -OH
+
C H
3
OH
O
O
O
Na
Na
+
C H
3
OH
+
H OH
Campuran minyak gondopuro dengan NaOH tersebut kemudian direfluk selama kurang
lebih satu jam. Tujuan dilakukannya refluk ini adalah memaksimalkan reaksi antara metil
salisilat dari minyak gondopuro dengan NaOH sehingga diperoleh garam natrium salisilat.
Hal ini disebabkan pada proses refluk tidak ada senyawa yang hilang. Uap yang dihasilkan
akibat pemanasan dalam refluk akan didinginkan oleh kondensor. Fungsi pemanasan pada
saat refluks yaitu mempercepat reaksi, karena dengan adanya kenaikan temperatur maka
dapat mempercepat pergerakan partikel karena molekul mendapat tambahan energi kinetik,
sehingga tumbukan lebih cepat terjadi dan energi aktivasi dapat terlampaui. Dengan laju
reaksi yang semakin cepat, maka reaksi antara metil salisilat dan NaOH lebih cepat
berlangsung. Hasil dari proses refluk adalah terbentuk larutan kuning bening.
Hasil pereflukan tersebut kemudian didinginkan hingga mencapai suhu kamar agar
aman untuk dikerjakan ke langkah selanjutnya. Setelah dingin, larutan hasil pereflukan
tersebut ditambah dengan H
2
SO
4
. . Penambahan H
2
SO
4
dilakukan pada saat dingin karena
reaksi dengan H
2
SO
4
merupakan reaksi eksotermal yaitu reaksi yang menghasilkan panas.
Sehingga apabila larutan dalam keadaan panas direaksikan dengan H
2
SO
4
maka akan
dihasilkan panas yang berlebih sehingga dapat berbahaya. Penambahan H
2
SO
4
ini bertujuan
untuk mendapatkan asam salisilat. H
2
SO
4
berfungsi sebagai penyedia proton (H
+
) untuk
pembentukan asam salisilat dari garam natrium salisilat. Penambahan H
2
SO
4
dilakukan
hingga terbentuk endapan putih. Endapan putih yang didapatkan merupakan asam salisilat.
Adapun reaksi dari penambahan H
2
SO
4
ini adalah:
2. Penambahan Asam
O
O Na
O Na
H SO
4
H
O
O Na
O Na
H SO
4
O
OH
O Na
NaSo
4
H
H
O
OH
OH
NaSO
4
endapan putih
Terbentuk endapan putih yang merupakan asam salisilat. Sedangkan hasil samping reaksinya
adalah Na
2
SO
4
dimana senyawa ini akan mengion di dalam larutan menjadi Na
+
dan SO
4
Endapan yang terbentuk kemudian disaring dengan corong Buchner dan dicuci 3 kali dengan
aquades dingin. Aquades merupakan pelarut universal yang akan melarutkan alkohol dan
berfungsi sebagai zat untuk menghidrolisis garam. Penggunaan aquades bertujuan untuk
menghilangkan pengotor-pengotor yang bersifat polar seperti sisa Na
2
SO
4
dan H
2
SO
4
yang
tidak ikut bereaksi. Hasil yang didapatkan dari penyaringan adalah residu berupa kristal
berwarna putih, halus dan lembut, sedangkan filtratnya berupa larutan bening. Residu yang
didapatkan ini merupakan kristal asam salisilat, sedangkan filtratnya merupakan aquades
beserta pengotor-pengotor yang larut dalam aquades. Kristal asam salisilat tersebut kemudian
dikeringkan dalam oven selama kurang lebih 45 menit. Hasil yang diperoleh dari hasil
pengeringan ini memiliki sifat fisik berupa padatan berwarna putih dan berbentuk kristal-
kristal halus lembut dengan massa 17,98 gram serta tidak berbau.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi padatan asam salisilat yang diperoleh
+
2Na
+
+
SO
4
-
dengan uji kelarutan dalam air panas dan air dingin, serta uji titik leleh. Berdasarkan hasil
percobaan, padatan asam salisilat sedikit larut dalam air dingin dan tidak larut dalam air
panas. Hasil yang didapatkan ini sesuai dengan literatur yang ada yaitu asam salisilat sedikit
larut dalam air dingin dan tidak larut dalam air panas (Sciencelab, 2014). Uji selanjutnya
yaitu uji titik leleh. Berdasarkan percobaan, titik leleh dari asam salisilat adalah sebesar
150C. Sedangkan menurut literatur titik leleh asam salisilat adalah 159
0
C (Fessenden,
1999). Perbedaan titik leleh yang didapatkan dari percobaan dengan titik leleh berdasarkan
literatur ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakmurnian asam salisilat yang diperoleh atau
dengan kata lain masih terdapat pengotor dalam asam salisilat yang didapatkan. Rendemen
yang didapatkan sebesar 169%. Hasil ini menunjukkan bahwa kristal yang didapatkan tidak
murni asam salisilat dan masih terdapat sisa-sisa pengotor. Hal ini terjadi kemungkinan
karena kurangnya penyucian dengan akuades, sehingga masih terdapat sisa-sisa pengotor
yang terdapat dalam kristal asam salisilat dan kemungkinan proses pengeringan kristal
kurang lama, sehingga kristal belum benar-benar kering dan memengaruhi hasil
penimbangan.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Reaksi hidrolisis metil salisilat dengan katalis basa NaOH menghasilkan kristal putih
asam salisilat dengan bentuk kristal kecil, rapuh dan banyak.
2. Kemurnian asam salisilat dapat ditentukan dengan pengukuran titik leleh asam salisilat
tersebut.
3. Dari hasil percobaan diperoleh asam salisilat sebanyak 17,98 gram gram dengan
rendemen prosentase sebesar 169 % dan titik leleh sebesar 150
0
C.
Referensi
Fessenden, R. 1999. Organic Chemistry. Willard Grant Press Publisher: USA.
Ketaren. 1985. Khasanah Tanaman Obat Indonesia. Pustaka Jaya: Jakarta.
Rieko, Panji Setya A. 2007. Asam Salisilat dari Phenol . http://www.
rieko.files.wordpress.com/2007/12/asam-salisilat-dara-phenol.pdf [diakses Rabu, 11
September, 2014].
Smith, Janice Gorzynsky. 2011. Organic Chemistry Third Edition. United States: The
McGraw-Hill Companies.
Saran
- Prosedur kerja yang telah disediakan sebaiknya diperhatikan dengan baik dan
dilaksanakan dengan benar, agar meminimalisir kesalahan percobaan
- Pengeringan kristal harus benar-benar sampai kering, agar hasil yang didapatkan sesuai.
NamaPraktikan
Handariatul Masruroh (121810301003)